Anda di halaman 1dari 13

PENGAUDITAN 1

TUGAS KE-5
BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT

Oleh :
KELOMPOK : 8
NAMA : NIM :
1. Ni Putu Meydiani Chintia Dewi 1607532009
2. Nyoman Ratna Candradewi 1607532010
3. Ni Wayan shintya Dharmayatri 1607532021

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
1. Hakekat Bukti
Bukti adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Ukuran keabsahan (validity) suatu bukti
untuk tujuan audit bergantung pada pertimbangan auditor independen. Dalam hal ini,
bukti audit berbeda dengan bukti hukum yang diatur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Rumusan butir-butir penting tentang hakekat bukti audit berdasarkan
pernyataan (ISA) 200 (Para.A28) :
 Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun
eksternal.
 Meliputi informasi yang mendukung maupun bertentangan dengan
asersi manajemen.
 Dipengaruhi oleh tindakan manajemen.
 Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.
 Dapat diperoleh melalui prosedur lain yang digunakan auditor.

2. Keputusan Auditor Tentang Bukti Audit

Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti yang tepat, yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan
klien telah ditetapkan secara wajar.

Ada beberapa keputusan mengenai bukti apa yang harus diperoleh dan berapa
banyak bukti yang harus dikumpulkan:

a. Prosedur Audit
Prosedur audit merupakan instruksi detail yang menjelaskan bukti audit yang
harus diperoleh selama audit berlangsung. Prosedur ini sering dinatakan
dengan instruksi yang cukup spesifik sehingga auditor dapat mengikuti
instruksi tersebut selama proses audit.
b. Ukuran Sampel
Keputusan mengenai berapa banyak unsur yang akan diuji harus dibuat auditor
untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel yang dipilih
bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit lainnya.
c. Unsur yang Dipilih
Setelah ukuran sampel suatu prosedur audit ditetapkan, auditor harus
memutuskan unsur-unsur mana dalam populasi yang akan diuji. Auditor dapat
menggunakan beberapa metode untuk memilih unsur dalam populasi yang
akan diuji.
d. Saat Pelaksanaan Prosedur
Audit pada umumnya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau beberapa
bulan setelah akhir periode akuntansi. Dengan demikian penerapan prosedur
audit dapat dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode, hingga
akhir periode.
2.1. Program Audit
Merupakan daftar prosedur –prosedur audit untuk suatu bagian atau
keseluruhan audit yang memuat prosedur audit ukuran sampel, unsur yang
dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian.

3. Karakteristik Bukti Audit


Standar Audit (SA 500, Para 6) : “Auditor harus merancang dan
melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.”
a. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti merupakan ukuran kualitas bukti, yakti relevansi dan
reliabilitasnya dalam memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo
akun, dan pengungkapan yang bersangkutan. Ketepatan bukti hanya berkaitan
dengan prosedur audit yang dipilih.
1. Relevansi Bukti
Bukti harus relevan dengan tujuan audit yang diuji terlebih dahulu oleh auditor
sebelum bisa disebut sebagai bukti yang tepat. Relevansi menjadi masalah dalam
kaitanya dengan tujuan audit tertentu, karena bukti bisa relevan untuk suatu tujuan
audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan lainnya.
2. Reliabilitas Bukti
Berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap suatu bukti. Reliabilitas bukti
bergantung pada karakteristik sebagai berikut:
 Independensi Pembuat Bukti : Bukti yang diperoleh dari sumber diluar
entitas lebih bisa dipercaya dibandingkan bukti yang diperoleh dari dalam
entitas yang diaudit.
 Efektivitas Pengendalian Internal Klien : Semakin efektif pengendalian
internal yang berlaku pada perusahaan klien, maka bukti yang diperoleh
akan lebih bisa dipercaya dibandingkan pengendalian internal klien yang
tidak efektif.
 Pengetahuan Langsung Auditor : Bukti yang diperoleh secara langsung
oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi, dan
inspeksi, lebih bisa dipercaya dibandingkan informasi yang diperoleh
secara tidak langsung.
 Kualifikasi Individu Pemberi Informasi : Meskipun sumber pemberi
informasi berkedudukan independen, namun hal tersebut akan bergantung
pula pada kualifikasi individu yang memberikan informasi tersebut.
 Tingkat Obyektivitas : Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya
dibandingkan bukti yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk
membuktikan apakah bukti itu benar.
 Katepatan Waktu : Ketepatan waktu suatu bukti audit berhubungan
dengan kapan bukti tersebut diperoleh atau dengan periode yang diaudit.
b. Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian
material dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Dua faktor penting dalam
menentukan ketepatan bukti audit adalah ekspetasi auditor tentang kesalahan
penyajian serta efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.

3.1. Hubungan Antara Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti


Audit
Ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas, kecukupan berkaitan
dengan seberapa banyak bukti yang harus dikumpulkan. Kedua hal tersebut
dipengaruhi oleh risiko yang ada pada klien. Dalam keadaan bagaimanapun,
auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi.
Namun, terkadang sulit mendapatkan bukti dengan kriteria tersebut apabila klien
memiliki risiko yang tinggi , misalkan karena sistem akuntansi keuangan klien
menghasilkan bukti yang kurang dapat dipercaya.
3.2. Sumber Bukti Audit

Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan
bukti-bukti yang berkaitan dengan:

 Pengetahuan tentang klien, yang dapat diperoleh dari audit tahun lalu,
analisis risiko klien, dan analisis penerimaan menjadi klien.
 Informasi dari luar klien yang dapat diperoleh melalui data pasar atau
analisis independen oleh spesialis.
 Sistem akuntansi, yang diperoleh melalui pengujian langsung saldo akun
dan transaksi.
 Kualitas pengendalian internal dapat diperoleh melalui evaluasi atas
rancangan dan pengoperasian pengendalian internal.

4. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit

Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapatmemilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti setiap prosedur audit bisa mendapatkan satu
atau lebih tipe bukti berikut:

a. Inspeksi
Mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun eksternal
dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain atau pemeriksaan fisik atas suatu
aset. Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan beragam
tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumbernya, serta efektivitas
pengendalian atas penyusunan catatan dan dokumen tersebut. Contoh inspeksi
yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah inspeksi atas catatan bukti
otorisasi.
b. Observasi
Terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh
orang lain, sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan persediaan
yang dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas
pengendalian. Sepanjang pelaksanaan pengauditan atas suatu entitas, auditor
sering menggunakan salah satu dari indra yang dimilikinya seperti misalnya, mata,
telinga, atau hidunt, untuk memeriksa suatu hal.
c. Konfirmasi Eksternal
Merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon langsung tertulis
dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk kertas, atau secara
elektronik, atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan selanjutnya
klien meminta kepada pihak ketiga untuk menjawab langsung kepada auditor.
Karena informasi berasal dari sumber yang independen terhadap klien, maka
konfirmasi dipandang sebagai tipe bukti berkualitas tinggi dan sering digunakan
dalam audit.
d. Perhitungan Ulang
Meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan yang telah dilakukan
klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian atas ketelitian
perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil perkalian
dalam faktur penjualan atau persediaan, penjumlahan dalam jurnal dan buku
pembantu, dan pengecekan perhitungan beban depresiasi atau beban dibayar
dimuka. Sebagian besar rekalkukalsi dilakukan auditor dengan bantuan perangkat
lunak computer untuk pengauditan (computer assisted audit software).
e. Pelaksanaan Kembali (Reperformance)
Adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur atau pengendalian
akuntasi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari akuntansi
klien dan sitem pengendalian internal. Berbeda dengan perhitungan ulang yang
dilakukan dengan cara mengecek ulang suatu perhitungan, pelaksanaan kembali
dilakukan dengan mengecek prosedur lain. Sebagai contoh, auditor
membandingkan harga yang tercantum dalam faktur dengan daftar harga yang
telah ditetapkan perusahaan, atau editor mengerjakan ulang pembuatan daftar
umur piutang.
f. Prosedur Analitis
Terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan
menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data non
keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investigas atas fluktuasi yang telah
diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan
informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari
jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Prosedur analitis menggunakan
perbandingan atas hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain
Nampak wajar disbanding dengan ekspetasi auditor. Prosedur analitis sangat luas
digunakan dalam praktik, dan wajib dilakukan auditor dalam tahap perencanaan
dan tahap penyelesaian semua audit. Prosedur analitis diantaranya :
 Memahami bidang usaha dan bisnis klien
 Menilai kelangsungan usaha bisnis klien
 Menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
 Mengurangi pengujian audit yang rinci
1. Permintaan Keterangan
Terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki pengetahuan, baik keuanga
maupun non keuangan di dalam atau di luar entitas. Permintaan keterangan
digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk prosedur audit
lainnya. Permintaan keterangan keterangan dapat berupa permintaan keterangan
secara resmi secara terulis maupun permintaan keterangan secara lisan. Mengevaluasi
respons atas permintaan keterangan ini merupakan bagian terpadu proses permintaan
keterangan.

5. Biaya Untuk Mendapatkan Bukti

Dua tipe bukti yang paling mahal unuk mendapatkannya adalah pemeriksaan fisik dan
konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran
auditor pada saat klien melakukan perhitungan aset yang seringkali dilakukan pada akhir
tahun buku. Sebagai contoh : pemeriksaan fisik persediaan kadang kadang mengharuskan
auditor untuk berpergian ke berbagai kota atau tempat, apalagi jika klien beroperasi di
hamper seluruh wilayah negara. Konfirmasi menjadi mahal karena auditor harus mengikuti
prosedur dengan teliti sejak dari penyiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara
elektronik, penerimaan jawaban, dan melakukan tindaklanjut atas konfirmasi yang tidak
memberi jawaban atau jawaban yang menunjukkan selisih.

6. Istilah Yang Digunakan Dalam Prosedur Audit


Istilah dan Definisi Contoh Prosedur Audit Tipe Audit

Periksa (Examine)- suatu studi Periksa suatu sampel faktur dari Inspeksi
detil atas dokumen atau catatan pemasok untuk memastikan
untuk menentukan fakta tertentu. apakah barang atau jasa yang
diterima beralasan dan
merupakan jenis yang biasa
digunakan perusahaan.
Scan- pemeriksaan tidak terlalu scan jurnal penjualan, untuk Prosedur Analitis
detil atas dokumen atau catatan menemukan adanya transaksi
untuk memastikan ada tidaknya berjumlah besar dan tidak biasa.
sesuatu yang tidak biasa dan
membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut.
Baca- pemeriksaan atas Bacalah notulen rapat dewan Inspeksi
informasi tertulis untuk komisaris dan buatlah ringkasan
memastikan fakta-fakta yang semua informasi yang berkaitan
berhubungan dengan audit. dengan laporan keuangan dalam
file audit
Hitung (Compute)- suatu Hitunglah rasio perputaran Prosedur analitis
perhitungan yang dilakukan persediaan dan dibandingkan
auditor – independen dari klien dengan rasio yang sama dari
tahun lalu untuk menguji
persediaan yang using
Hitung Ulang (Recompute)- Hitung ulang harga jual per unit Perhitungan ulang
suatu perhitungan yang dilakukan dikalikan jumlah unit dari suatu
auditor untuk memastikan sampel duplikat faktur penjualan
kebenaran hasil perhitungan yang dan bandingkan jumlahnya
dilakukan klien. dengan hasil perhitungan.
Jumlahkan Menurun (Foot)- Jumlahkan menurun jurnal Perhitungan ulang
penjumlahan suatu kolom untuk penjualan untuk periode 1 bulan
memastikan apakah hasilnya dan bandingkan totalnya dengan
sama dengan hasil penjumlahan buku besar.
klien
Telusur (Trace)- suatu instruksi Telusur suatu sampel transaksi Inspeksi
yang biasanya berhubungan penjualan dari faktur penjualan
dengan dokumentasi dan ke jurnal penjualan, dan
mengerjakan ulang. Instruksi bandingkanlah nama pembeli,
harus menyebutkan apa yang tanggal, dan jumlah rupiah nilai
ditelusur auditor dan telusur dari penjualan.
mana ke mana. Seringkali
prosedur audit yang berupa Telusur posting dari jurnal Pelaksanaan kembali
penelusuran juga berisi instruksi penjualan ke rekening buku
kedua seperti misalnya besar.
bandingkan atau rekalkulasi
Bandingkan (compare)- Pilih satu sampel faktur inspeksi
perbandingan informasi daalam penjualandan bandingkan harga
dua lokasi berbeda. Instruktur jual per unit yang tercantum di
harus menyebutkan informasi dalam faktur dengan harga per
mana yang harus dibandingkan unit dalam daftar harga yang
sedetil mungkin. telah ditetapkan manajemen.

Hitung (count)- Menentukan Pilih suatu sampel yang terdiri Bukti Fisik
berapa banyak (unit) aset yang dari 100 unit persediaan dan
ada pada suatu saat tertentu. hitunglah jumlah unitnya
Istilah ini hanya berkaitan dengan kemudian bandingkan dengan
tipe bukti fisik. jumlah dan deskripsi menurut
perhitungan klien
Observasi – tindakan Lakukan observasi apakah keuda Observasi
mengobservasi atau melakukan tim perhitungan fisik persediaan
pengamatan langsung atas suatu melakukan perhitungan dan
aktivitas. mencatat hasil perhitungan secara
independen.
Meminta Keterngan – tindakan Ajukan pertanyaan kepada Pengajuan pertanyaan
mengajukan pertanyaan kepada manajemen apakah pada tanggal
klien atau pihak lain, baik secara neraca terdapat persediaan yang
lisan maupun tertulis. telah usang.
Mencocokkan ke dokumen- Periksalah suatu sampel catatan Inspeksi
pengunaan dokumen untuk transaksi pembelian dan
memeriksa kebenaran pencatatan cocokkan dengan faktur dari
transaksi atau jumlah rupiahnya. pemasok dan laporan penerimaan
barang

7. PENDOKUMENTASIAN (KERTAS KERJA) AUDIT

Menurut standar audit (SA) 230, dokumentasi audit atau kertas kerja audit adalah
dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit yang relevan diperolah,
dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang
dipandang perlu oleh auditor untuk memenuhi pelaksanaan audit dan menjadi pendukung atas
laporan audit.

8. TUJUAN DOKUMENTASI AUDIT

Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan


jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar
audit. Dokumentasi audit memberikan:

a. Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit


Jika auditor membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang diperlukan
harus tersedia dalam file audit, seperti program audit & informasi tentang
pengendalian internal.
b. Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit telah
dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Apabila dalam audit
digunakan sampel transaksi atau saldo, dokumentasi audit harus menunjukkan unsur-
unsur mana yang diuji. File audit harus mendokumentasikan temuan penting atau
masalah, tindakan yang telah diambil untuk mengatasinya, serta dasar yang digunakan
dalam pengambilan kesimpulan.
c. Data untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul
untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi.
d. Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner
File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan para asisten. Review yang cermat oleh supervisor akan menjadi bukti
bahwa audit telah disupervisi dengan tepat.

9. PEMILIK FILE AUDIT

Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar yang
dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorang pun berhak untuk
melihat isi dokumen tersebut selain auditor beserta tim auditnya.

10. KERAHASIAAN FILE AUDIT

Auditor wajib merahasiakan file audit yang berisi data klien sesuai dengan Prinsip
Kerahasiaan dalam Seksi 140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Apabila auditor
membocorkan informasi kepada pihak luar, maka hal itu dapat mengganggu hubungan baik
dengan pihak manajemen.

11. JANGKA WAKTU PENGARSIPAN

Menurut standar audit (SA 230 – ParaA.23), batas waktu penyimpanan tidak boleh
kurang dari 5 tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan
entitas atau laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian dan anak perusahaan.

12. ISI DAN PENGORGANISASIAN


Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada ukuran dan kompleksitas
entitas, sifat prosedur audit yang dilakukan serta signifikasi bukti audit yang diperoleh. Setiap
kantor akuntan publik dapat membuat ketentuan tentang pendekatan untuk menyusun dan
mengorganisasi file audit. Contoh dokumentasi audit mencakup, program audit, analisis,
memorandum isu, dll.

13. ARSIP PERMANEN

Arsip permanen berisi data historis dan data yang bersifat berkelanjutan. Arsip
permanen biasanya meliputi: (i) ringkasan dokumen yang berlaku secara berkelanjutan
seperti misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontran-
kontrak, (ii) analisis akun-akun tertentu dari tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap
auditor, (iii) informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian internal
dan penilaian risiko pengendalian, (iv) hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu.

14. ARSIP TAHUN BERJALAN

Arsip tahun berjalan meliputi semua dokumen yang bersangkutan dengan tahun
berjalan atau tahun yang diperiksa. Jenis informasi yang termasuk dalam arsip tahun berjalan:

a. Program Audit
Standar Auditing mengharuskan adanya program audit tertulis untuk setiap audit.
Program audit biasanya ditempatkan dalam file terpisah untuk meningkatkan
koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit.
b. Informasi Umum
File audit biasanya memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat umum, seperti
rencana audit, ringkasan notulen rapat dewan komisaris, catatan hasil diskusi dengan
klien, komentar hasil review supervisor, dan kesimpulan umum.
c. Working Trial Balance
Setelah akhir tahun buku, auditor membuat daftar yang berisi saldo dari semua akun
yang ada dibuku besar. Daftar ini disebut working trial balance. Bisa juga digunakan
program perangkat lunak sehingga auditor bisa mengunduh saldo akhir buku besar
klien ke file working trial balance. Tehnik yang umum dipakai adalah menggunakan
format yang sama dengan laporan keuangan.
d. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Reklasifikasi seringkali dibuat dalam laporan agar laporan menyajikan informasi
akuntansi secara tepat. Hanya ayat-ayat jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi
yang berpengaruh signifikan terhadap penyajian secara wajarlaporan keuangan yang
harus dicatat.
e. Daftar Pendukung
Bagian terbesar dari dokumen audit adalahberupa daftar pendukung detail yang dibuat
oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-angka tertentu yang tercantum
dalam laporan keuangan. Tipe-tipe daftar pendukung adalah sebagai berikut:
1) Analisis, untuk menunjukkan aktivitas dalam sebuah akun buku besar
sepanjang periode yang diaudit untuk menghubungkan saldo awal hingga
saldo akhir.
2) Daftar Saldo, berisi detail yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari
sebuah akun buku besar.
3) Rekonsiliasi Jumlah-jumlah Tertentu, untuk menghubungkan suatu jumlah
yang tercantu dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya.
4) Uji Kewajaran, berisi informasi yang memungkinkan auditor mengevaluasi
apakah saldo dalam pembukuan klien mengandung kesalahan penyajian.
5) Ringkasan Pelaksanaan Prosedur, untuk mendokumentasikan luasnya
pengujian yang telah dilakukan, kesalahan penyajian yang ditemukan, dan
kesimpulan auditor berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
6) Pemeriksaan Dokumen Pendukung, berbagai daftar dengan tujuan khusus
dirancang untuk menunjukkan pengujian detil yang telah dilakukan. Dafyar
tersebut menunjukkan pengujian yang dilakukan dan hasl yang diperoleh.
7) Dokumen-dokumen dari Luar, dalam dokumen ini ditunjukkan prosedur
audit yang telah diterapkan seperti halnya yang diterapkan dalam daftar-daftar
yang lain.

15. PENYUSUNAN DOKUMEN AUDIT

Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detil agar mendapat pemahaman yang
jelas tentang pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, dan
kesimpulan yang dicapai. Meskipun rancangan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai,
nemun dokumentasi audit hendaknya memiliki karakteristik, seperti:

 Setiap file audit harus memiliki indentifikasi yang jelas.


 Dokumen audit harus diberi index dan referensi-silang untuk memudahkan dalam
pengorganisasian dan pengarsipan.
 Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan.
 Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana.
 Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan
jelas.

Anda mungkin juga menyukai