Anda di halaman 1dari 6

Teori Pengukuran

Pendahuluan

Pengukuran merupakan proses yang seringkali kita lakukan, bahkan sudah dilakukan orang-
orang dulu dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran tidak selamanya didominasi oleh orang-
orang terpelajar. Di pelosok desa yang terpencil sekalipun, pengukuran juga dilakukan. Ada
suatu cerita tentang seorang pemuda kota yang mencari rumah kerabatnya di suatu desa
terpencil, karena ia belum tahu rumah kerabatnya yang dicari maka ia memutuskan untuk
bertanya pada penduduk yang kebetulan ia temui di jalan. Ia bertanya pada orang tersebut
tentang jarak rumah kerabatnya yang ia cari. Namun setelah mendengar jawaban dari orang yang
ia tanya, si pemuda justru bingung karena orang yang ia tanya menjawab jarak rumah kerabatnya
sama dengan menghisap satu batang rokok saja.

Berdasarkan ilustrasi di atas, sebenarnya jawaban yang diberikan oleh pendukuk tersebut
adalah sebuah pengukuran, namun pengukuran yang dilakukan hanya berdasarkan intuisi belaka.
Ia menjawab jarak yang ditanyakan oleh si pemuda dengan satuan waktu. Namun satuan waktu
yang diberikan juga tidak terstandar, ia menggunakan waktu dengan satuan habisnya menghisap
rokok satu batang yang berarti ±10 menit waktu perjalanan dari tempat ia bertanya akan sampai
pada rumah kerabat si pemuda. Apabila jawaban penduduk tersebut dapat dikatakan sebagai
pengukuran, lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengukuran?

Definisi Pengukuran

Menurut Campbell pengukuran adalah pemberian suatu angka untuk mewakili sifat dari suatu
sistem kebendaan sesuai dengan kebijakan hukum yang mengatur sifat tersebut. Sedangkan
menurut Stevens, pengukuran adalah pemberian angka pada suatu objek atau peristiwa menurut
aturan. Sterling mengkritik definisi Steven, menurut Sterling sebuah ukuran harus berlandaskan
aturan tertentu yang dibatasi kalau tidak semua pemberian angka dapat dikatakan pengukuran.
Ketika aturan semantik digunakan untuk menghubungkan angka pada objek atau persitiwa
sehingga hubungan antar objek atau persitiwa dapat ditentukan dalam suatu hubungan
matematika, dimana skala akan digunakan dan dilakukan pengukuran. Dalam akuntansi kita
mengukur laba dengan memberikan nilai pada modal dan menghitung perubahan pada modal
dalam suatu periode setelah memasukkan semua transaksi yang mempengaruhi kekayaan
perusahaan. Ada empat tipe pengukuran atau skala pengukuran yang digunakan dalam statistika,
yakni:

1. Nominal

Skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala pengukuran yang ada.
Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan nama (predikat). Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi
obyek, individual atau kelompok dalam bentuk kategori.

Karena tidak memiliki nilai instrinsik, maka angka-angka (kode-kode) yang kita berikan tersebut
tidak memiliki sifat sebagaimana bilangan pada umumnya. Oleh karenanya, pada variabel
dengan skala nominal tidak dapat diterapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala
nominal adalah peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti
modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.

2. Ordinal

Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut dengan skala
peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran
selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur
menurut karakteristik tertentu. Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal
adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih).
Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak puas ke kurang puas.

Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan
operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan
lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang
berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square
dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.
3. Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal
dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian,
skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum
merupakan kelipatan. Pengertian “jarak belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang
diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.

Skala interval ini sudah benar-benar angka dan, kita sudah dapat menerapkan semua operasi
matematika serta peralatan statistik kecuali yang berdasarkan pada rasio seperti koefisien variasi.

4. Skala rasio

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua
karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol
yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah
meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah
mempunyai nilai perbandingan/rasio.

Operasi Skala Yang Diperbolehkan

Skala rasio memungkinkan untuk semua operasi arithmatical dasar penambahan, pengurangan,
dikalikan dengan sebuah konstanta. Misalnya mempertimbangkan berikut ini :

X’ = cX

Jika x mewakili semua titik pada skala tertentu, dan setiap titik multiple c konstan, skala yang
dihasilkan x juga akan menjadi skala rasio. Alasannya adalah bahwa struktur skala yang tersisa
invarian, yaitu:

a. Urutan peringkat dari titik tersebut tidak berubah

b. Rasio dari titik-titik tidak berubah

c. Titik nol tidak berubah


Skala interval tidak berubah dalam setiap transformasi linear dalam bentuk :

X’ = cX + b

Kondisi invariannya menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan membagi mengenai
interval, tapi operasi aritmatika ini tidak dapat digunakan untuk nomor tertentu pada skala.

Reliabilitas dan Akurasi


Reliabilitas mengacu kepada konsistensi yang terbukti dari suatu kegiatan untuk
menghasilkan hasil yang memuaskan atau suatu hasil untuk penggunaan tertentu. Secara
statistik, reliabilitas meminta pengukuran dapat diulang atau dapat digandakan sehingga
menunjukkan konsistensi mereka. Gagasan tentang reliabilitas meliputi dua aspek, yaitu akurasi
dan kepastian dari pengukuran, dan pengungkapan yang representative dalam kaitannya dengan
transaksi ekonomi dan event. Aspek-aspek pengukuran mementingkan ketepatan dari suatu
pengukuran.
Meskipun suatu prosedur pengukuran sangat dapat diandalkan, memberikan hasil yang tepat,
bisa saja tidak menghasilkan hasil yang akurat. Konsistensi dari hasil, ketepatan dan reliabilitas
tidak selalu menuntun kepada akurasi. Alasannya adalah karena akurasi harus berhubungan
dengan seberapa dekat pengukuran dengan “true value” dari atribut pengukuran. Masalahnya
banyak pengukuran yang “true value” tidak diketahui. Dalam akuntansi, untuk menentukan
akurasi kita perlu mengetahui atribut yang harus diukur untuk mencapai tujuan pengukuran.
Tujuan dari akuntansi menyebutkan “kegunaan” dari informasi. Oleh karena itu akurasi dari
pengukuran berhubungan dengan gagasan tentang kegunaan, tetapi akuntan tidak setuju dengan
standar kuantitatif yang telah diterapkan. Perlu dicatat, bagaimanapun perulangan dari suatu
kegiatan tidak menjamin akurasi.

Pengukuran dalam akuntansi

Dua pengukuran utama dalam akuntansi adalah pengukuran terhadap modal dan laba.
Perubahan dalam modal meliputi kenaikan dan penurunan dalam nilai asset bersih suatu
perusahaan yang didukung berdasarkan ”fair value”. Sedangkan keuntungan diukur dengan
menandingkan antara pendapatan dan beban dalam suatu periode tertentu. Modal dapat
ditentukan dengan beragam cara, antara lain historical cost, operasional, financial atau nilai
wajar. Seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi bisnis menghendaki adanya suatu
pengukuran laba yang timely dan pengenaan pendekatan “fair value” pada pengukuran. Hal ini
dikarenakan prinsip historical cost sudah tidak relevan lagi yang akibatnya
adalah setiap perubahan nilai “fair value” akan diakui sebagai keuntungan. Pendekatan “fair
value” memiliki keunggulan bagi pengguna laporan keuangan karena data yang ada lebih
relevan. Walaupun begitu yang menjadi kesulitan adalah bagaimana menentukan “fair value”
yang handal (reliable and relevant). Penentuan “fair value” dapat dilakukan apabila suatu pasar
aktif yaitu suatu pasar yang volume perdangannya tinggi; apabila pasar tidak aktif maka
penentuan “fair value” dapat dilakukan dengan menilai secara wajar suatu transaksi yang terjadi
antara pihak yang berkaitan dan ini nantinya akan melibatkan penilaian subjektif. Di Indonesia
penerapan konsep “fair value” mulai dilaksanakan dan diatur dengan PSAK 55 tentang
Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktifitas Lindung Nilai.

Isu-Isu Pengukuran Untuk Auditor

Beberapa isu yang diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus pada pengukuran laba dari
pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan nilai wajar aset bersih. Ketika laba
ditentukan dengan pencocokan transaksi pendapatan dan beban untuk periode, auditor dapat
berkonsentrasi pada pengumpulan bukti-bukti bahwa transaksi mereka telah ditangani dengan
tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika laba berasal dari perubahan nilai wajar,
pertanyaan yang lebih sulit muncul bagi auditor mengenai pengumpulan bukti pada perkiraan
manajemen

Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan asumsi yang
mungkin, adalah mungkin untuk jumlah yang berbeda tapi masuk akal untuk diakui oleh
manajemen atas kerugian penurunan nilai. Jumlah yang berbeda ini akan diterima oleh auditor
jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan model penilaian yang benar
dan menggunakan data yang disesuaikan. Dalam keadaan ini, adalah mungkin bahwa auditor
menghadapi tekanan dari manajer untuk setuju dengan pilihan penilaian mereka.

Selain masalah yang berkaitan dengan penggunaan nilai wajar dan isu yang terkait, auditor juga
menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas pada tingkat keandalan dan akurasi
pengukuran biaya historis. Sebagai contoh, standar sistem manufaktur biaya didasarkan pada
biaya historis dari berbagai input, asumsi tentang volume pengolahan dan metode, dan isu
seputar penugasan biaya overhead antara produk, proses dan departemen. Semua efek faktor
biaya persediaan di tangan pada akhir periode dan barang yang dijual selama periode tersebut.
Dalam konteks ini, auditor perlu untuk menguji kewajaran prosedur yang diadopsi dalam
mengembangkan standar dari spesifikasi teknik. Ini termasuk mengumpulkan bukti tentang
kewajaran asumsi-asumsi yang mendasari dan penggunaan yang konsisten dari data. Biaya
persediaan per unit akan menjadi sangan tepat, namun perubahan kondisi operasi dapat
menghasilkan variasi yang signifikan dan membuat asumsi-asumsi yang mendasar untuk alokasi
biaya yang tidak valid.

Kesimpulan

bahwa akuntansi merupakan suatu proses pengukuran dan penyampaian akuntansi yang dapat

diukur dengan uang. Secara tidak langsung konsep ini menyatakan bahwa satuan uang adalah

alat yang paling efektif untuk mengungkapkan pengukuran aktiva dan kewajiban perusahaan

serta perubahan-perubahannya. informasi utama dalam laporan keuangan diukur dalam nilai

mata uang agar memberikan dasar penafsiran yang universal dan dapat diandalkan bagi pembaca

laporan.

Daftar Pustaka

http://dc119.4shared.com/doc/hmFbPBXY/preview.html

http://joblistmu.blogspot.com/2011/07/liabilitas-dan-ekuitas.html

http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/07/01/memahami-skala-skala-pengukuran/

Anda mungkin juga menyukai