Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya hortikultura merupakan suatu rangkaian kegiatan pertanian dari
awal penanaman hingga penanganan pasca panen. Secara umum budidaya
hortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman buah ( fruit
crops);dan tanaman hias (ornamental crops). Kegiatan hortikultura mencakup aspek
produksi dan penanganan pasca panen yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman,
pemeliharaan, panen serta pasca panen. Sistem produksi tanaman hortikultura dapat
dikelompokkan atas tujuh sistem produksi. Ketujuh sistem produksi tersebut dari
sistem yang hampir tanpa pengelolaan sampai sistem dikelola dengan intensif, masih
terdapat di Indonesia, yang meliputi: sistem pekarangan,sistem agroforesty, sistem
monokultur skala kecil, sistem tumpang sari, sistem perkebunan, sistem produksi
hortikultura semusim, sistem produksi intensif, dansistem produksi hortikultura
organik. Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang
biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau
setelah diolah secara minimal.
Berbagai macam tanaman sayuran seperti kol, wortel, tomat, dan jenis lainnya
sudah menjadi komoditi pertanian yang dibutuhkan setiap orang terutama untuk
memasak. Budidaya tanaman tersebut memang membutuhkan teknik dan kebun yang
luas agar hasil yang didapatkan bisa maksimal. Tanaman selada sudah dikenal baik
dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang mengkonsumsi sayuran
selada akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan karena gampangnya sayuran ini
ditemukan dipasar. Selada merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan
prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, ekonomis
dan bisnis, selada layak diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang
cukup tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar.
Daun selada kaya akan antioksidan seperti betakarotin, folat dan lutein serta
mengandung indol yang berkhasiat melindungi tubuh dari serangan kanker.
Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan organ-organ pencernaan.
Keragaman zat kimia yang dikandungnya menjadikan selada tanaman multikhasiat.
Selada juga dapat berfungsi sebagai obat pembersih darah, mengatasi batuk, radang
kulit, sulit tidur serta gangguan wasir.
Saat ini, dunia pertanian tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, baik
untuk pemupukan, pemacu pertumbuhan serta pengendalian hama, penyakit dan
gulma. Bahan kimia tersebut pada umumnya beracun sehingga dapat meracuni
lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Solusi yang terbaik adalah menanam
dengan sistem pertanian organik yaitu menanam dengan menggunakan bahan-bahan
organik yang aman bagi lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian saat ini, apabila
pertanian organik dapat dilaksanakan dengan baik maka dengan cepat akan
memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia petanian. Hal ini terjadi
jika fauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan
kualitas tanah ditingkatkan dengan pemberian bahan organik, maka akan terjadi
perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah ke arah keseimbangan. Keuntungan dari
pemberian pupuk organik ke dalam tanah di antaranya adalah: 1) mengubah struktur
tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar tanaman lebih baik pula, 2)
meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi
tanaman, 3) memperbaiki kehidupan organisme tanah, dan 4) menyediakan unsur
hara makro dan mikro bagi tanaman.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengenal jenis-jenis tanaman sayuran
2. Memahami cara untuk melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai
jenisnya
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan


nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber
karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral. Produksi sayuran di Indonesia
meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Laju
pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7−24,2%/tahun.
Peningkatan produksi terutama disebabkan oleh pertambahan luas area tanam.
Namun, untuk beberapa jenis sayuran seperti selada, bawang merah, petsai, dan
mentimun, peningkatan produksi merupakan dampak dari penerapan teknologi budi
daya ( Taufik, 2012).
Dari masing-masing jenis usaha, akan memberikan jenis layanan yang
berbeda walau ada jutaan produk ditawarkan di pasar, ttetapi hal penting yang perlu
anda ketahui bahwa pelanggan hanya mau menukar uang yang telah dicarinya dengan
susah payah hanya untuk dua hal yaitu layanan traning untuk public maupun in house
training, dimaksudkan agar para peserta yang telah mengikuti training ini dapat
menjadi manusia yang memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi, sadar akan
kehidupan yang sehat dan bermakna melalui pendekatan spiritual. Dengan ini para
petani diharapkan mengerti cara berbudidaya selada dengan baik agar dapat
meningkatkan hasil produksinya (Muchtar, 2009).
Usaha produksi sayuran sangat variatif dan tergantung pada jenis sayuran
yang akan dikomersialkan. Namun, pada dasar, manajemen produksi sayuran
mencangkup kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi. Perencanaan
merupakan upaya penyusunan program, baik bersifat umum maupun spesifik, jangka
pendek maupun panjang. Bagi pemula, usaha produksi sayuran memerlukan
perencanaan yang bersifat umum. Factor-faktor yang penting dalam praperencaan
adalah pemilihan jenis sayuran komersial, lokasi lahan, waktu tanam, dan tenaga
kerja. Pemilihan jenis sayuran yang dipilih untuk diusahakan adalah sayuran yang
memiliki nilai ekonomi cukup besar dalam pemasaran dan tidak sulit dibudidayakan.
Sayuran jenis tersebut biasanya mempunyai banyak peminat dan tidak cepat rusak
(Tim Penulis PS, 2008).
Penggunaan teknologi (produksi, panen dan pasca panen), serta penggunaan
pestisida tepat guna merupakan hal penting yang harus diterapkan oleh petani dalam
rangka mencapai mutu produk sayuran yang baik. Penggunaan teknologi produksi
diharapkan akan menghasilkan produk secara terus-menerus, dalam jumlah cukup
dan mutu sesuai permintaan pasar. Penggunaan pestisida secara tepat guna
merupakan keharusan karena selain permintaan konsumen akan sayuran yang rendah
residu pestisidanya juga terkait dengan isu kelestarian lingkungan Penggunaan
pestisida tepat guna secara tepat selain bisnis masih memungkinkan juga
memperhatikan dampaknya ke lingkungan. Kelemahan petani dalam penggunaan
teknologi antara lain yang menjadi latar belakang diterapkan pola kemitraan,
berdasarkan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang kemudian dijabarkan
pada PP No 44 tahun tahun 1997 tentang Kemitraan. Aturan tersebut antara lain
ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi
petani kecil, peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran (Purnaningsih, 2008).
Hal ini juga diketahui bahwa hasil tanaman tergantung pada kondisi iklim
yang berlaku dari daerah tertentu. Variasi musiman suhu merupakan faktor iklim
yang penting yang dapat memiliki efek mendalam pada pertumbuhan dan hasil
tanaman. Perubahan suhu musiman mempengaruhi hasil gabah, terutama melalui
proses pembangunan fenologi. Perubahan iklim menjadi perhatian besar saat ini, dan
ada bunga yang tumbuh dalam memahami dampaknya terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman, dan juga mengidentifikasi alternatif pengelolaan untuk
mempertahankan produktivitas tanaman di bawah skenario perubahan iklim
(Weerakoon, 2011)
Selada merupakan tanaman yang biasa ditanaman di daerah dingin maupun
tropis. Selada daun memiliki daun yang berwarna hijau segar, tetapi ada juga yang
berwarna merah. Tepi daun bergerigi dan berombak. Daunnya lebih enak dikonsumsi
mentah. Selada pada saat ditanam juga memiliki syarat tumbuh gar dapat tumbuh
secara optimal. Syarat tumbuh selada yaitu ditanamn pada suhu optimal 15-200 C.
selada yang ditanam didataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji.
Jenis tanah yang cocok untuk tanam selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir,
dan tanah yang mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran
terhadap tanah yang miskin hara, salakan diberi pengairan dan pupuk organic yang
memadai (Supriati, 2008).
Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air
(herbaceous). Battangnya pendek berbuku-buku, tempat kedudukan daun. Daun-daun
selada berbentuk bulat panjang mencapai 25 cm dan lebarnya 15 cm atau lebih.
System perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dan cabang-cabang akar
menyebar kedalaman tanah antara 25-50 cm. Di beberapa negara produsen sayuran
selada, mengelompokkan jenis tanaman ini dalam dua tip, yaitu tipe kubis dan cos.
Tipe kubis memiliki ciri-ciri berdaun lebar dan keriting, serta bertumpuk rapat.
Sedangkan selada tipe cos, daun-daunnya berwarna hijau muda, bentuknya lonjong,
tidak keriting (Rukmana, 2007).
Dalam meningkatkat hasil produksi tanaman selada perlu dilakukan
pemupukan. Salah satu alternativenya adalah dengan melakukan pemupukan organic.
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk. Bahan organik tersebut seperti sisa tanaman, kotoran ternak atau yang
berasal dari limbah pertanian. Keuntungan dari pemberian pupuk organik ke dalam
tanah di antaranya adalah: 1) mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga
pertumbuhan akar tanaman lebih baik pula, 2) meningkatkan daya serap dan daya
pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman, 3) memperbaiki kehidupan
organisme tanah, dan 4) menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman
(Neliyati, 2010).
Tanah dioperasikan rata-rata berskala rumah tangga adalah 3,4, 3,9, 4,9 dan
5,3 rai (satu rai setara dengan 0,16 ha) untuk organik, yang masing-masing bebas
pestisida kimia, dan penggunaannya aman secara pertanian konvensional. Pola tanam
yang paling umum adalah menanam sayuran hanya dengan 27 petani untuk pertanian
organik, sementara 19, 14 dan 13 petani di bawah konvensional, penggunaan yang
aman dan kimia pertanian bebas pestisida masing-masing tumbuh padi dalam
kombinasi dengan sayuran selama musim hujan. Sebagian besar pendapatan rumah
tangga berasal dari kegiatan pertanian, dan semua anggota keluarga masih hidup
bersama di desa mereka. Bahkan, petani sayur organik yang paling dalam desa-desa
belajar menggunakan seluruh sumber daya tanah mereka untuk memproduksi
sayuran, dan jenis sayuran ditanam tergantung pada Yayasan Proyek Royal. Pertanian
organik Seluruh area di bawah proyek ini disertifikasi oleh Departemen Pertanian
(DOA), sedangkan Good Agricultural Praktek (GAP) yang digunakan untuk produksi
sistem penggunaan bahan kimia pertanian bebas pestisida dan aman (Kawasaki,
2009).
Cara bertanam selada sesungguhnya tak jauh beda dengan budidaya sayuran
lain. Budidaya konvensional meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih,
teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman
secara intensif. Sebagian petani ada yang menanam benih selada secara langsung
tanpa melalui persemaian, tetapi ada pula yang melakukan persemaian terlebih
dahulu. Penanaman benih sawi langsung di lapang pada umumnya menghasilkan
kondisi tanaman yang umbuh tidak seragam. Akibatnya, jika dilakukan pemanenan
serempak akan menghasilkan kualitas dan kuantitas panen yang relative rendah dan
beragam. Dengan adanya persemaian diharapkan kejadian tersebut dapat dihindarkan.
Dengan persemaian memungkinkan dilakukan seleksi untuk memperoleh tanaman
yang sehat pertumbuhannya (Haryanto, 2008).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Produksi Tanaman II acara Produksi Tanaman Sayuran dilaksanakan
pada hari Sabtu 16 Maret 2013 pukul 07.45 WIB di Laboratorium Produksi Tanaman
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Sabit
3. Penggaris

3.2.2 Bahan
1. Tanaman kangkung
2. Kompos
3. Urea
4. SP-36
5. KCL

3.3 Cara Kerja


1. Menebar pupuk kandang pada bedengan kemudian mengaduk-aduk ke dalam
tanah sambil menggemburkan bedengan.
2. Mencampur Urea, SP-36, dan KCL kemudian segera menebar pada bedegan
seperti halnya pupuk kandang kemudian mengaduk-aduk juga ke dalam tanah.
3. Melakukan pemupukan susulan pada umur 15 HST,menggunakan jenis dan dosis
pupuk Urea 200 kg/ ha dan KCL 75 kg/ ha kemudian mencampur kedua pupuk
tersebut dan segara menaburkan pada alur disamping tanaman pada jarak 10-12
cm dari pokok tanaman, kemudian menutup dengan tanah.
4. Melakukan penyulaman 7 HST, jika menemukan tanaman yang mati segera
menyulam dengan bibit baru.
5. Melakukan penyiangan gulma disekitar tanaman termasuk di selokan.
6. Mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Kel Parameter Interval pengamatan
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 5
1 Tinggi 10,425 14,168 23,45 27,94 26,24
tanaman
Jumlah daun 5 9 25 42 55
2 Tinggi 12,0 16,05 20,89 25,13 30,4
tanaman
Jumlah daun 5 11 19 30 38
3 Tinggi 9,44 13,85 20,56 23,96 26,19
tanaman
Jumlah daun 6 10 19 33 47
4 Tinggi 9,13 12,57 17,43 24,8 31,9
tanaman
Jumlah daun 5 8 19 32 40
5 Tinggi 11 13,38 20,59 23,42 40,25
tanaman
Jumlah daun 5 9 21 36 53
6 Tinggi 10,81 14,67 20,224 25,44 46,48
tanaman
Jumlah daun 6 8 17 30 40
Pengamatan hasil panen
Kel Parameter
Berat basah total Berat basah rata-rata Jumlah akar
1 1,7 0,053 57
2 2,6 0,052 36
3 1,9 0,059 55
4 2,7 0,056 72
5 2,6 0,081 31
6 2,7 0,054 190

4.2 Pembahasan
Budidaya hortikultura merupakan suatu rangkaian kegiatan pertanian dari
awal penanaman hingga penanganan pasca panen. Secara umum budidaya
hortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman buah ( fruit
crops);dan tanaman hias (ornamental crops). Sayuran merupakan komoditas penting
dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman
yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan
mineral. Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang
biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau
setelah diolah secara minimal.
Produksi sayuran di Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya
tercatat 44 kg/kapita/tahun. Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar
antara 7,7−24,2%/tahun. Peningkatan produksi terutama disebabkan oleh
pertambahan luas area tanam. Namun, untuk beberapa jenis sayuran seperti selada,
bawang merah, petsai, dan mentimun, peningkatan produksi merupakan dampak dari
penerapan teknologi budi daya. Prospek pengembangan tanaman sayuran di
Indonesia sangat menjanjikan karena tanaman sayuran merupakan kebutuhan pokok
bagi masyarakat indonesia, baik sayur hijau maupun sayuran buah. Budidaya sayur di
daerah dataran rendah, memang sangat bagus seiring dengan meningkatnya
permintaan masyarakat akan sayur, yang semakin hari terus meningkat. Sehingga
banyak petani yang beralih untuk membudidayakan sayur, dibandingkan menanam
padi atau palawija yang persaingan bisnisnya sudah sangat tinggi. Hasil penelitian
Assad et al., (2006), bahwa tanaman sayur-sayuran memberikan kontribusi yang
paling besar terhadap pendapatan petani, yakni 28,8 - 43,5%. Pengembangan
agribisnis sayuran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu berkelanjutan dari segi usaha
maupun pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan Menurut BPS Sulawesi
Selatan (2008), lahan yang berpotensi untuk pengembangan sayuran cukup luas, dari
1.411.446 ha lahan pertanian terdapat 178.734 ha (16,8%) yang sesuai untuk
pengembangan sayuran atau tanaman semusim ( Taufik, 2012).
Kangkung merupakan tanaman sayuran yang memiliki daya tumbuh yang cepat
dan dapat memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Daya
adaptasinya yang cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah didaerah tropis,
membuat tanaman ini dapat ditanam di berbagai daerah atau wilayah di Indonesia.
Beberapa syarat tumbuh kangkung yang harus diperhatikan dalaam budidaya tanaman
kangkung antara lain:
1. Syarat iklim
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampaiu datarn tinggi (pegunungan) kurang lebih 2.000 m dpl dan diutamakan lokasi
lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang
terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung
(ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus.
Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila
ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap
naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila
kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi
agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
2. Syarat tanah / media tanam
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung
bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak
menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan
kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung
membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki
kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik. Syarat ini
sudah dipenuhi karena pada saat sebelum penanaman kami menambahkan bahan
organic kedalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan subur.
3. Ketinggian tempat
Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab
tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air
secara baik. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 1500 meter dpl baik kangkung darat maupun
kangkung air. Kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur
aduk dalam proses budidayanya.
Dari beberapa syarat tumbuh yang telah disebutkan, telah terpenuhi dengan
pelaksaaan pratikum ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil dari tanaman
kangkung yang telah dipanen. Walaupun sebelumnya ada beberapa tanaman yang
mati, dikarenakan tanaman kangkung yang masih belum mampu menghadapi kondisi
lapang pada saat aklimatisasi bukan karena syarat tumbuh tanaman.. Namun secara
keseluruhan tanaman kangkung dapat berproduksi optimal karena memiliki struktur
tanah yang gembur dan sistem pengelolahan tanah sebelum ditanami tanaman
kangkung.
Dari pratikum yang telah dilaksanakan dilakukan beberapa perlakuan untuk
membandingkan perlakuan mana yang lebih baik dan hasil produksinya paling bagus.
Perlakuan yang dibandingkan adalah perlakuan jarak tanam tanaman yang dibagi
menjadi dua perlakuan jarak tanam yakni : 25 x 25cm dan 20 x 20cm dengan lahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah 2 m x 1 m. Untuk tanaman kangkung
yang memiliki jarak tanam 20 x 20 memiliki jumlah populasi lebih besar daripada 25
x 25. Hal ini dikarenakan jarak tanam dapat mempengaruhi efektifitas penyerapan
unsur hara oleh tanaman. Semakin rapat jarak tanam, semakin banyak populasi
tanaman persatuan luas sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat dan
akan menganggu produksi per satuan tanaman. Selain itu, pengaturan populasi
tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu pertanaman akan mempengaruhi
keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan persaingan tanaman dalam
memanfaatkan hara dan air yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Pada pratikum yang telah dilaksanakan terdapat beberapa kendala diantaranya
adalah kondisi iklim yang tidak menentu yang menyebabkan keadaan tanaman
kangkung tidak dapat tumbuh secara optimal. Curah hujan yang tinggi membuat
gulma dapat berkembang dengan pesat, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan yang
optimal agar gulma tidak mengganggu tanaman kangkung. Disisi lain saat awan
terlihat mendung, kurangnya serapan cahaya pada tanaman kangkung menyebabkan
proses fotosintesis berjalan dengan lambat yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan
tanaman tidak maksimal.
Parameter yang di amati dalam praktikum ini antara lain tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah akar, berat basah dan berat kering. Tinggi tanaman, diamati karena
berhubungan dengan proses pertumbuhan vegetative dari tanaman kangkung.
Semakin tinggi proses vegetative, maka tinggi tanaman kangkung akan semakin cepat
tumbuh tinggi dan produksi tanaman semakin meningkat. Jumlah daun, berhubungan
dengan proses fotosintesis tanaman. Proses fotosintesis, merupakan proses yang
menghasilkan energy, dan energy tersebut dapat digunkan untuk proses metabolism
tanamanan. Maka semakin banyak jumlah daun, maka proses fotosintesis akan
semakin meningkat, sehingga produksi tanaman juga makin meningkat. Jumlah akar
berhubungan dengan penyerapan unsure hara, Karena semakin banyak jumlah akar
maka unsure hara makin optimal yang diserap, dan unsure hara ini mampu
mencukupi kebutuhan tanaman. Sehingga makin banyak jumlah akar maka, produksi
tanaman akan semakin meningkat juga. Berat basah berhubungan dengan kandungan
air, dalam tanaman kangkung. Karena tanaman sayuran memiliki kandungan air
hingga 70%-90%, sehingga makin banyak kandungan air dalam tanaman kangkung,
maka ukuran batang akan semakin besar, sehingga meningkatkan produksi tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh dan grafik diatas dapat diketahui bahwa
tanaman kangkung yang ditanam dengan jarak 25x25 cm, kelompok1 menunjukkan
rata rata tinggi tanaman kangkung 26,24 cm, jumlah daun 55 helai dan berat basah
tanaman 1,7 kg dengan jumlah akar 57. Pada kelompok 3 tanaman kangkung
memiliki tinggi rata rata 26,19 cm dengan jumlah daun sebanyak 47 helai. Sedangkan
berat basah tanaman adalah 1,9 kg dengan jumlah akar sebanyak 55. Pada tanaman
kangkung kelompok 5 menghasilkan tinggi rata rata 40,25 cm dengan jumlah daun
sebanyak 53 helai. Sedangkan berat basah tanaman adalah sebesar 2,6 kg dengan
jumlah akar 31. Pada perlakuan jarak tanam 20x20 tanaman kangkung pada
kelompok 2 menghasilkan tinggi rata rata 30,4 cm dengan jumlah daun sebanyak 38
helai. Sedangkan barat basah tanaman 2,6kg dengan jumlah akar 36. Pada tanaman
kangkung kelompok 4 menghasilkan tinggi rata rata 31,9 cm dengan jumlah daun 40
helai. Sedangkan berat basah tanaman 2,7 kg dengan umlah akar sebanyak 72. Pada
tanaman kangkung kelompok 6 menghasilkan tinggi rata rata tanaman 46,98 cm
dengan jumlah daun 40 helai. Sedangkan berat basah tanaman 2,7 kg dengan jumlah
akar sebanyak 63.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, produksi tanaman kangkung tertinggi
adalah tanaman kangkung yang ditanaman dengan jarak 20x20. Hal tersebut
ditunjukkan oleh hasil dari kelompok 6 dengan data tinggi tanaman kangkung yang
paling tinggi yaitu sekitar 46,98 cm pada minggu ke lima. Parameter jumlah daun
terbanyak diperoleh kelompok 1 dengan jarak tanam 25x25 yaitu sebanyak 55 daun.
Pada parameter berat basah total dan jumlah akar perlakuan terbaik diperoleh
kelompok 4 dengan jarak tanam 20x20 cm yaitu dengan berat basah 2,7 kg dan
jumlah akar 190. Secara keseluruhan perlakuan terbaik adalah tanaman kangkung
yang ditanam dengan jarak tanam 20x20 cm. Hal tersebut dikarenakan jarak tanam
yang ideal bagi pertumbuahan tanaman kangkung. Jarak tanam yang terlalu lebar
akan mengakibatkan pengurangan jumlah populasi per satuan luas sehingga dapat
menurunkan hasil produksi. Sedangkan jarak tanam yang terlau sempit akan
menyebabkan tingkat persaingan tanaman akan tinggi. Hal ini berkaitan juga dengan
persaingan dalam hal kebutuhan sinar matahari, ruang, unsur hara dan air.
Agar bahas data diatas lebih mudah untuk dipahami, berikut grafik bahas data
dari pratikum yang telah dilakukan selama 5 minggu :

Parameter Tinggi Tanaman


50
45
40
35 Minggu 1
30 Minggu 2
25
Minggu 3
20
15 Minggu 4
10 Minggu 5
5
0
1 2 3 4 5 6

. Grafik 1. Rata-rata tinggi tanaman.


Parameter Jumlah Tanaman
60

50

40 Minggu 1
Minggu 2
30
Minggu 3
20 Minggu 4
Minggu 5
10

0
1 2 3 4 5 6

Grafik 2. Jumlah tanaman

Berat basah total


3

2.5

1.5
Berat basah total
1

0.5

0
1 2 3 4 5 6

Grafik 3. Berat basah total


Berat basah rata-rata
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04 Berat basah rata-rata
0.03
0.02
0.01
0
1 2 3 4 5 6

Grafik 4. Berat basah rata-rata

Jumlah akar
200
180
160
140
120
100
Jumlah akar
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6

Grafik 4. Jumlah akar


DAFTAR PUSTAKA

Kawasaki, J. 2009. Sustainability Assessment Of Organic Vegetable Cultivation In


Chiang Mai, Thailand. J. Issaas 15(2) : 42-55.

Haryanto,E. 2008. Sawi dan Selada. Jakarta : Niaga Swadaya.

Muchtar, A, F. 2009. Menyusun Bussines Plan. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Neliyati. 2010. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat pada Beberapa Dosis
Kompos Sampah Kota. Jurnal Agronomi. 10(2): 93-97.

Purnaningsih, N. 2008. Manfaat Keterlibatan Petani Dalam Pola Kemitraan


Agribisnis Sayuran di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. 4(2) : 81-93.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Selada & Andewi. Yogyakarta : Kanisius.

Supriati, Y. 2008. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Jakarta : Niaga


Swadaya.

Taufik, M. 2012. Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran di Sulawesi Selatan.


Jurnal Litbang Pertanian. 31(2) : 43-51.

Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Tanaman Sayuran. Jakarta : Niaga Swadaya.

Weerakoon, S, R. 2011. Seasonal Variation Of Growth and Yield Performance Of


Musturd (Brassica Juncea (l.) Czern & coss) Genotypes in Sri Lanka.
Journal of Agricultural Sciences. 6(1) : 1-15

Anda mungkin juga menyukai