ENTOMOLOGI PERTANIAN
Oleh:
Kelompok 6
SUHANDA (D1A014146)
DOSEN PENGAMPU :
1. Dr. Yuni Ratna S.P., M.P
2. Ir. Wilma Yunita, M.P
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dan tak lupa pula kami
menguucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, baik secara materi maupun non materi.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Entomologi Pertanian
dengan topik “Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga
(Pengaruh Makanan)”. Yang mana dalam materi ini mencakup bagaimana makanan (khusus
hama) itu mempengaruhi kehidupan serangga khususnya dalam bentuk pertumbuhan dan
perkembangan pada siklus hidupnya.
Tidak sedikit yang dapat membantu atau mendukung dalam proses pembuatan makalah
ini. Kami berterima kasih kepada Ibu Dr. Yuni Ratna S.P., M.P selaku dosen pengampu
matakuliah Entomologi Pertanian dan semua yang turut berperan membantu pembuatan makalah
ini, baik itu lisan atau berbentuk benda.
Kami menyadari bahwa apa yang telah dihasilkan dari makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca agar dapat
memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun. Dan semoga para pembaca dapat
mengambil ilmu serta manfaat dari makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 13
4.2. Saran .................................................................................................... 13
PEMBAHASAN
Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini
berasal dari dua perkataan Latin -ent omon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu
pengetahuan. Sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi, serangga telah menjadi
penentu keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga
dengan manusia sudah berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Nilai ekonomi serangga dapat
mencapai trilyunan rupiah setiap tahun. Nilai yang menguntungkan dapat berasal dari produk
seperti madu, royal jelly, sutera, jasa penyerbukan, agens hayati, perombak,pariwisata,
sumbangan dalam ilmu pengetahuan, dan peran dalam ekosistem. Begitu juga kerugian yang
besar akibat gangguan kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan oleh penyakit yang
ditularkan dan disebarkan oleh serangga. Trilyunan rupiah dana digunakan untuk biaya
pengendalian hama tanaman, hama pascapanen,hama permukiman serta penyakit pada
tanaman, hewan dan manusia yang ditularkan oleh serangga.
Kurang lebih 1 juta spesies serangga telah diketahui dan hal ini merupakan petunjuk
bahwa serangga merupakan mahluk hidup yang mendominasi bumi. Diperkirakan, masih ada
sekitar 10 juta spesies serangga yang belum diketahui. Peranan serangga sangat besar dalam
menguraikan bahan-bahan tanaman dan binatang dalam rantai makanan ekosistem dan
sebagai bahan makanan mahluk hidup lain. Serangga memiliki kemampuan luar biasa dalam
beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang ekstrem, seperti di padang pasir dan
Antarktika.
Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan
berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan
sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi
tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator
dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi
serangga, habitat dan kepadatan populasi (Putra, 1994).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Faktor
dari pengaruh makanan bagi serangga itu dapat mempemngaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga menjadikan suatu hama yang dapat merugikan manusia dalam
bidang ekonomis dan pertanian. Selain itu, makalah ini bertujuan sebagai memenuhi dari
tugas mata kuliah Entomologi Pertanian.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dapat
lebih memahami lagi mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
serangga dalam faktor makanan, serta dapat menjadi pedoman bacaan dalam mencari
literatur nantinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Elzinga (1981) menyatakan bahwa serangga adalah hewan Arthropoda yang mempunyai tiga
bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen dan juga mempunyai sepasang antena. Jumlah
segmen tubuhnya terdiri dari 19-20 segmen. Serangga adalah satu-satunya hewan invertebrata
yang mempunyai sayap. Kebanyakan serangga adalah teresterial, meskipun ada beberapa
serangga yang habitatnya aquatik. Perkembangannya epimorphik, kecuali pada ordo Protura, dan
tidak ada segmen yang bertambah setelah menetas dari telur. Perubahannya sangat bervariasi
dari metamorfosis tidak sempurna sampai metamorfosis yang sempurna.
Ukuran serangga berkisar antara 0,25 mm sampai 330 mm dan 0,5 mm sampai 300 mm
dalam bentangan sayap. Serangga yang terbesar terdapat di Amerika utara yaitu berupa ngengat
dengan bentangan sayap kira-kira 150 mm, dan serangga tongkat dengan panjang tubuh kira-kira
150 mm. Kisaran warna serangga mulai dari yang sangat tidak menarik sampai saangat
cemerlang, bahkan beberapa serangga ada berwarna-warni (Borror, 1996).
Tidak seperti halnya vertebrata, serangga tidak memiliki kerangka dalam, oleh karena itu
tubuh serangga ditopang oleh pengerasan dinding tubuh yang berfungsi sebagai kerangka luar
(eksoskeleton). Proses pengerasan dinding tubuh tersebut dinamakan skerotisasi. Dinding tubuh
atau kulit serangga disebut integumen. Integumen terdiri atas satu lapis epidermis, selaput dasar
dan kutikula. Kutikula mungkin lunak dan lemas, akan tetapi biasanya mengalami skerotisasi dan
membentuk menyerupai pelat yang dinamakan sklereit. Karena komponen integumen seperti itu,
menyebabkan serangga tidak dapat menjadi besar. Pertumbuhan serangga memerlukan
pembaruan dan penanggalan kulit lama secara periodik (Jumar, 2000).
Menurut Tarumingkeng (1999), ukuran tubuh serangga bervariasi dari mikroskopis (seperti
Thysanoptera, berbagai macam kutu) sampai yang besar seperti walang kayu, kupu-kupu gajah
dan sebagainya. Walaupun ukuran badan serangga relatif kecil dibandingkan dengan vertebrata,
kuantitasnya yang demikian besar menyebabkan serangga sangat berperan dalam biodiversity
(keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus energi dalam suatu habitat.
Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang mudah sekali menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitarnya, terutama terhadap jenis makanan yang akan dimakan.
Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila makanan itu tidak ada ia masih dapat
hidup dengan memakan jenis tanaman lain (Pracaya, 1999). Selanjutnya Jumar (2000)
menyatakan bahwa, serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat di alam.
Serangga mempunyai saluran pencernaan yang dimulai dari mulut dengan fungsi unuk
memasukkan makanan, kemudian menguraikannya dengan cara hidrolisa enzimatik,
mengabsorbsi hasil penguraian makanan tersebut ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan dengan
mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar tubuh melalui alat saluran belakang, yaitu anus. Saluran
pencernaan serangga bentuknya seperti tabung yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang
dari mulut sampai anus.
Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin (poikiloterm), bila suhu lingkungan
menurun, proses fisiologisnya menjadi lambat. Namun demikian banyak serangga yang tahan
hidup pada suhu yang rendah (dingin) pada periode yang pendek, dan ada juga beberapa jenis
diantaranya yang mampu bertahan hidup pada suhu rendah atau sangat rendah dalam waktu yang
panjang (Borror, 1996). Selanjutnya Sumardi & Widyastuti (2000) menyatakan bahwa, serangga
merupakan kelompok hewan yang paling luas penyebarannya. Hewan ini dapat hidup dimana-
mana mulai dari daerah kering hingga daerah basah, mulai dari daerah panas hingga daerah
kutub.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada Hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum
berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan
habitat stadium dewasanya (Tarumingkeng, 1999). Metamorfosa tidak sempurna
mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa, kemudian dewasa. Dengan
demikian metamorfosa tidak sempurna tidak terdapat bentuk kepompong, contohnya
adalah pada ordo Odonata, Ephimeroptera dan Plecoptera (Mamud, 2001).
Kita mengetahui bahwa makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh
serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang
cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik cepat. Sebaliknya,
jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pengaruh
jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga hama. Dalam hubungannya
dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran makanan (inang) dari
satu sampai banyak makanan (inang) (Jumar, 2000).
Faktor hayati adalah faktor-fakor hidup yang ada di lingkungan yang dapat
berupa serangga, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus dan lain-lain. Organisme tersebut
dapat mengganggu atau menghambat perkembangan biakan serangga, karena membunuh
atau menekannya, memarasit atau menjadi penyakit atau karena bersaing (berkompetisi)
dalam mencari makanan atau berkompetisi dalam gerak ruang hidup (Jumar, 2000).
Sumber: en.wikipedia.org
Sementara itu, kupu-kupu, lebah, dan tawon adalah serangga penyerbuk yang
bersifat fakultatif (tidak mempunyai hubungan yang sangat khas seperti beberapa contoh
di atas). Pernahkah Anda perhatikan, bagaimana lebah mengunjungi bunga? Sambil
mencari cairan madu (nektar), mereka juga mengumpulkan serbuk sari di sekujur
tubuhnya. Nah, serbuk sari inilah yang secara tidak sengaja akan menempel pada putik
bunga lain yang dikunjunginya, sehingga terjadilah penyerbukan!
Sumber: en.wikipedia.org
5. Sumber gizi dan energi
Para ahli menunjukkan bahwa serangga mengandung protein yang cukup tinggi.
Risalah yang ditulis oleh Sutton (1995) menunjukkan bahwa manusia zaman purba sudah
memanfaatkan serangga sebagai sumber makanan. Entomofagi atau ilmu yang
mempelajari pemanfaatan serangga oleh manusia, terutama sebagai bahan makanan telah
berkembang. Sebelumnya, Frye dan Calvert (1989) membuktikan bahwa energi yang
terkandung dalam tubuh serangga cukup tinggi, sehingga potensial digunakan sebagai
sumber makanan. Ulat sutra (Bombyx mori) dan ulat hongkong (kumbang Tenebrio
mollitor) yang mereka amati mengandung kalori rata-rata 5 sampai 6,5 kkal/ g berat
kering tubuh.
Banyak serangga yang menghasilkan bahan yang dibutuhkan oleh manusia. Lebah
madu menghasilkan madu, royal jelly, propolis, malam, dan larva serta pupanya menjadi
kudapan yang lezat; kutu Kerria lacca (Hemiptera: Kerriidae) menghasilkan lak, sejenis
bahan pembuat pernis; dan ulat sutra, misalnya spesies Bombyx mori (Lepidoptera:
Saturniidae) menghasilkan sutra yang mahal harganya. Pada dekade terakhir, ditemukan
pula beberapa spesies ngengat liar, misalnya genus Cricula yang ternyata mampu
menghasilkan sutera yang mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan sutera dari
Bombyx.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hampir semua serangga membutuhkan tingkat protein yang optimum untuk
pertumbuhannya, tapi kebutuhan untuk masing-masing spesies berbeda. Serangga
membutuhkan protein untuk kebutuhan strukturalnya, sebagai enzim, reseptor, untuk
kebutuhan transport dan penyimpanan. Nutrisi adalah bahan kimiawi yang dibutuhkan
oleh organisme untuk pertumbuhannya, perawatan jaringan, reproduksi dan energi.
Kebutuhan nutrisi serangga dapat berubaha sewaktu-waktu, tergantung pada
pertumbuhan, reproduksi, diapauses atau perpindahan.
Secara ekologis, serangga berperan sebagai komponen rantai makanan; mungkin
sebagai herbivora, karnivora, pengurai (detritivora), dan penyerbuk. Sementara itu,
secara ekonomis, serangga dapat menjadi hama, musuh alami, atau vektor penyakit
tanaman, binatang, dan manusia.
Kita mengetahui bahwa makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh
serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang
cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik cepat. Sebaliknya,
jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pengaruh
jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga hama.
4.2 Saran
Adapun saran dari hasil makalah ini ialah bahwa suatu serangga dikatakan hama
apabila dalam perannya merugikan manusia, yaitu salah satunya memperoleh makanan
dari tanaman. Dalam hal ini bagaimana pengaruh makanan itu memperoleh makanan dari
tanaman dapat diatasi agar mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Selain
itu, besar harapan kami agar makalah ini dapat dijadikan literature bagi sipembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, R. F. 1998. The Insects: Structure and Function 4th editions. Cambridge
Riyanto. Januari 2010. “Cara Serangga Mematahkan Pertahanan Tanaman”. Vol. 13 No. 1.
Forum MIPA ISN 1410-1262 . Lektor Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Unsri. Diakses pada tanggal 13 September 2017 pada pukul 04.52 WIB.
Salleh, Ahmad Firdaus Mohd., et al. 2014. “Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Lalat
Witjaksono, et al. 1963. Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Gajah
Mada : Yogyakarta.