Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Lamtoro, petaicina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku
Fabaceae (Leguminosae,polong-polongan) yang digunakan dalam penghijauan
atau pencegahan erosi. Tanaman lamtoro berasal dari Amerika tropis, tanaman ini
sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan
kehutanan, dan kemudian menyebar ke pulau-pulau yang lain di Indonesia
(Soerodjotanoso,1993).
Daun Lamtoro dapat dijadikan bahan dasar untuk pembuatan bahan
kompos. Daun lamtoro yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat dan
hanya dijadikan pakan ternak. Daun latoro ini berpotensi untuk digunakan sebagai
bahan kompos. Pemanfaatan daun latoro yang dijadikan kompos ini bermula dari
banyaknya daun lamtoro yang tumbuh liar dan banyak dijadikan sebagai pakan
ternak (Anonim, 2011).
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobic atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses di mana bahan
organic mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energi (Isroi, 2003).
Lamtoro (Leucenaleucocephala) merupakan salah satu leguminosa pohon
yang mengandung protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial.
Kandungan lamtoro adalah bahan kering 90,02%, protein kasar 22,69%, lemak
2,55%, seratkasar 16,77%, abu 11,25%, Ca 1,92 dan P 0,25% serta ß-karoten
331,07 ppm (Anonim, 2010).
Kangkung merupakan salah satu anggota family Convolvulaceae.
Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri
dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatic Forsk), kangkung
darat (Ipomoea reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus Rob.)
(Suratman et al., 2000).
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai
ekonomi dan persebarannya meluas cukup pesat di daerah Asia Tenggara.
Beberapa negara yang merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif
dan komersial adalah Taiwan, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kangkung darat
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dapat menjadi salah satu
menu di rumah-rumah makan (Rukmana, 1994). Kangkung darat merupakan
tanaman yang relative tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas terhadap
berbagai keadaan lingkungan tumbuhan, mudah pemeliharaannya, dan memiliki
masa panen yang pendek (Suratman et al., 2000).
Umumnya tanaman kangkung darat hanya ditanam dilahan pekarangan
dan sebagian kecil yang ditanam secara intensif dilahan kering, sehingga
optimalisasi produksi kangkung masih kurang. Kangkung memiliki kandungan
gizi yang lengkap, diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor,
zatbesi, natrium, kalium, vitamin A, B, C, dankaroten (Polii, 2009).

B. Tujuan

Pembuatan kompos daun lamtoro di gunakan untuk pengaplikasian


terhadap tanaman kangkung darat sebagai upaya pertanian organic tanpa
memanfaatkan bahan kimia untuk pertanian yang berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi tanaman kangkung


Tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan tumbuhan
yang termasuk kedalam Kelas Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Ordo
Solanales, Famili Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan), dan Genus
Ipomoea.
Tanaman yang tergolong dalam sayuran daun ini memiliki kandungan
gizi yang cukup baik untuk kesehatan tubuh. Seorang pakar kesehatan di Filipina
bernama Herminia de Guzman Ladion memasukkan kangkung dalamkelompok
“TanamanObat Penyembuh Ajaib (Polii, 2009).

2.2.Morfologi Tanaman Kangkung


Kangkung merupakan tanaman tropik yang menyerbuk sendiri dan
tumbuh menjalar serta memiliki percabangan yang banyak tanaman ini
diperbanyak secara generatif (Dewi, 2002).
Kangkung mempunyai batang berbentuk bulat panjang, berbuku-
buku,banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang seperti pipa.
Warna batangnya hijau keputih-putihan. Bentuk daun tanaman kangkung darat
lebih langsing dari ujung hingga tunas dan biasanya seperti jantung hati dengan
ujung yang runcing, panjang, dan memiliki warna hijau tua pada permukaannya,
sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda keputih- putihan, Tangkai
daun kangkung melekat pada buku-buku batang dan pada ketiak daunnya terdapat
mata tunas yang dapat tumbuh sebagai percabangan baru. Kangkung memiliki
system perakaran tunggang dengan menyebar kesemua arah sehingga dapat
menembus tanah sampai pada kedalaman 60-100cm, dan melebar secara
mendatar pada radius100-150 cm lebih (Praatim, 2004).
Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga,berbuah
dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dengan
daun mahkota berwarna putih polos. Buah kangkung berbentuk bulat telur
berdiameter 7-9mm, halus dan berwarna kecoklatan serta memiliki empat ruang
buah ,dan setiap ruang terdapat dua atau empat butir biji. Biji kangkung termasuk
pada biji dicotyledon (berkeping dua), agak bulat, dan berwarna coklat atau
kehitam-hitaman (Sunarjono, 2003).

2.3.Budidaya Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)


a. Syarat Tumbuh

Tanaman kangkung dapat tumbuh dan berproduktivitas baik didataran


rendah dan tinggi lebih kurang 2000 mdpl. Lokasi pembudidayaan diutamakan
lokasi terbuka agar mendapa tsinar matahari yang cukup. Lokasi lahan yang
ternaungi menyebabkan kangkung tumbuh tinggi namun memiliki batang yang
kurus-kurus. ,syarat tanah yang ideal adalah tanah yang subur dan gembur, kaya
akan bahan organic dan tidak becek. Lahan yang becek menyebabkana kar dan
batang kangkung mudah busuk lalu mati (Praatim, 2004).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun.Kangkung darat
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin.Jumlah curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun.Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat
dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian,
kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat
tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
Dalam budidaya kangkung darat tidak diperlukan pupuk yang
intensif.Kangkung darat merupakan tanaman yang tahan pada kondisi kesuburan
tanah sedang.Sebenarnya pemupukan awal sudah cukup untuk memberikan nutrisi
pada tanaman hingga siap panen.Namun hal ini sangat tergantung pada kondisi
kesuburan tanah masing-masing.
b. Persiapan Lahan dan Penanaman

Untuk mendapatkan tanaman yang baik, tentunya harus dilakukan


pemilihan benih yang baik pula.Pada budidaya kangkung darat tanah harus diolah
dengan dicangkul agar gembur kemudian buat bedengan dengan lebar 1 meter dan
panjang menyesuaikan dengan petak lahan.Jarak antar bedengan 30-40 cm,
fungsinya sebagai saluran drainase dan jalan untuk pemeliharaan dan pemanenan.
Untuk budidaya kangkung organik, siapkan pupuk dasar dari jenis pupuk
organik, bisa menggunakan pupuk kandang yang telah matang atau pupuk
kompos.Pupuk kandang lebih praktis karena tidak perlu menyiapkannya secara
intensif, cukup mendiamkannya hingga kering sebelum digunakan.Sementara
penyiapan pupuk kompos relatif lebih lama.
Penanaman pada budidaya kangkung darat dapat ditebar langsung atau
ditugal. Sementara itu, cara disemaikan dan lalu dipindah tidak terlalu ekonomis
untuk budidaya kangkung darat. Cara ditebar langsung dilakukan dengan
menebarkan benih di atas bedengan.Cara yang kedua yaitu, dengan ditugal.
c. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan selanjutnya yang harus diperhatikan adalah


penyiraman.Kangkung darat memerlukan banyak air untuk tumbuh. Namun
apabila curah hujan terlalu tinggi, daun yang dihasilkan akan jelek. Pada musim
kering perlu penyiraman yang rutin, setiap pagi dan sore hari.Jika tanaman terlihat
layu dan menguning disiang hari, lakukan juga penyiraman dengan intensitas
yang cukup.Kurangnya intensitas penyiraman di siang hari terik bisa membuat
tanaman mati.
Hal selanjutnya adalah penyiangan, walaupun kangkung merupakan
tanaman siklus cepat adakalanya tanaman muda kalah bersaing dengan
rumput.Terutama saat penebaran benih awal, pertumbuhan dari benih menjadi
tanaman relatif agak lama sehingga potensi tersalip gulma cukup tinggi.Apabila
terjadi hal seperti ini, gulma tersebut harus cepat disingkirkan dengan dicabut.
Hama yang biasa menyerang kangkung antara lain belalang, ulat grayak
(Spodotera Litura) dan kutu daun dari (jenis Myzus Persicae dan Aphyds
Gossypii). Dalam budidaya kangkung darat organik, penanganan hama harus
dilakukan secara terpadu. Untuk mengurangi resiko serangan hama dan penyakit,
perlu dilakukan rotasi tanam, mengatur jarak tanam dan melakukan penyiraman
yang tepat.
Dalam pengendalian hama diperlukan pestisida. Dalam hal ini, pestisida
yang baik digunakan ialah pestisida nabati.Pestisida nabati bersifat “pukul dan
lari” (hit and run), saat diaplikasikan akanmembunuh hama saat itu juga dan
setelah hamanya mati maka residunya akanhilang di alam. Dengan demikian
produk terbebas dari residu pestisida sehinggaaman dikonsumsi manusia.,
pestisida nabati dapat menjadi alternatif pengendalianhama yang aman dibanding
pestisida sintetis (Litbang, 2014).
d. Pemanenan

Menurut Dewi (2002) pemanenan kangkung dapat dilakukan pada umur 30


hari setelah tanam dengan memetik bagian yang muda atau mencabut seluruh
bagian tanaman termasuk akarnya.
Menurut Praatim (2004), tanaman kangkung darat adalah tanaman yang
menetap dan dapat di panen dengan cara memetik batang hingga lima kali dalam
sekali penanaman, namun beberapa pengusaha hortikultura memperlakukannya
sebagai tanaman semusim dengan cara panen cabut.Hal tersebut dilakukan untuk
menambah nilai jual kangkung.

2.4 Residu Pupuk cair lamtoro


Tanaman lamtoro merupakan leguminosa pohon yang mempunyai
perakaran yang dalam dan daun lamtoro mengandung protein kasar yang cukup
tinggi yakni 27-34% dari bahan kering (Rehman dan Zafar, 2007).
Daun-daun dari tanaman lamtoro dapat digunakan sebagai sumber bahan
organik pada pertanian organik. Keunggulan dari daun lamtoro adalah daun
lamtoro mengandung protein 25,9%; karbohidrat 40%; tanin 4%, mimosin 7,19%,
kalsium 2,36%, posfor 0,23%, b-karotin 536,0 mg/kg, dan energi 20,1 kj/g (Devi et
al., 2013).
Daun lamtoro yang memiliki unsur hara yang majemuk menjadi alternatif
sebagai pupuk organik. Dalam Suddhiyam et al., (2009) penggunaan pupuk hijau,
Sesbania rostrata (30 kg/ha), EM kompos (940 kg/ha) dapat digunakan secara
efektif dalam produksi wijen organik. Penggunaan bahan organik sebagai pupuk
dapat meningkatkan hasil wijen. Pupuk ekstrak daun lamtoro adalah alternatif yang
bisa digunakan menjadi pupuk organik, maka diperlukan penelitian konsentrasi
ekstrak daun lamtoro untuk memperbaiki tanah, meningkatkan hasil dan kualitas
wijen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pertanian ramah lingkungan tentang “Pengaruh Beberapa Dosis Kompos


Pupuk Lamtoro Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kangkung” dilaksanakan di lahan percobaan
fakultas pertanian Universitas Jambi. Praktikum dilakukan selama 3 bulan, terhitung sejak 26
agustus – 26 november 2017.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, parang, meteran, gembor, dan
timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan daun lamtoro, larutan mol, dan benih kangkung

3.3 Metode Percobaan


Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan perlakuan
pupuk organik (daun lamtoro) dengan taraf dosis sebagai berikut :
Kelompok 1 dan 2 = 7 kg/ bedengan
Kelompok 3 dan 4 = 14 kg/ bedengan
Kelompok 5 dan 6 = 21 kg/ bedengan
Kelompok 7 dan 8 = 28 kg/ bedengan

Pelaksanaan :
1. Pembuatan Kompos

Kumpulkan daun lamtoro sebanyak 200 kg, sebelum di buat kompos daun lamtoro sudah
harus dipisahkan dari tulang daunnya agar mempermudah dan mempercepat proses
pengomposan. tumpuk daun lamtoro setinggi 15 cm kemudian siram menggunakan gembor
dengan larutan mol dan lapisi lagi, lakukan sampai semua daun lamtoro habis setelah itu
tumpukan ditutup menggunakan plastik. Aduk atau bolak-balik daun lamtoro setiap satu minggu
sekali.
2. Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk tempat percobaan terlebihdahulu dibersihkan dari rumput,
akar tanaman, dan kotoran lain. Lalu dibuat petakan dengan ukuran 3x3 m sebanyak 8 petakan.
3. Penaburan Kompos

Stelah petakan selesai dan kompos sudah jadi maka dilakukan penebara/pencampuran
kompos dengan tanah pada bedengan. kegiatan ini dilakukan dengan masing masing perlakuan
yaitu pada kelompok 1 dan 2 : 7 kg, 3 dan 4 : 14 kg, 5 dan 6 : 21 kg, dan kelompok 7 dan 8 : 28
kg.
4. Penanaman

Teknik penanamannya adalah dengan sistem tanam tugal dengan dibuat lubang kurang lebih
sedalam 3 cm. Lalu masukan benih kangkung kedalam lubang dan ditutup dengan menggunakan
tanah, kemudian disiram. Penanaman dilakukan dengan arak antar tanaman yaitu 20x25 cm.
5. Perawatan

Perawatan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari pada sore hari, lakukan
penyiangan juga. Penyiangan dilakukan tergantung dengan jumlah dan tinggi gulma pada
pertanaman.
6. Pemanenan

Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman, setelah tercabut tanah yang masih
menempel pada akar tanaman dibersihkan. setelah pemanenan selesai lakukan penimbangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kelompok Dosis Pupuk (Kg) Berat Basah Kangkung (Kg)
Kelompok 1 7 kg 2,7 kg
Kelompok 2 7 kg 3,6 kg
Kelompok 3 14 kg 5,5 kg
Kelompok 4 14 kg 4 kg
Kelompok 5 21 kg 8,2 kg
Kelompok 6 21 kg 5,2 kg
Kelompok 7 28 kg 13,9 kg
Kelompok 8 28 kg 10,6 kg

4.2 Pembahasan

Penimbangan berat basah pada tanaman kangkung dilakukan pada hari terakhir
pengamatan. Hasil pengaplikasian pupuk daun lamtoro pada budidaya tanaman kangkung,
didapatkan berat basah terbanyak yaitu kelompok 7 dan 8 dengan pengaplikasian dosis pupuk 28
kg menghasilkan 13,9 kg dan 10,6 kg. Dengan rata-rata berat basah tanaman kangkung dosis 7
kg sebesar 3,15 kg, perlakuan dengan dosis 14 kg rata rata sebesar 4,75 kg, perlakuan dosis
pupuk sebesar 21 kg rata rata sebesar 6,7 kg, dan hasil tertinggi dengan dosis 28 kg rata rata
sebesar 12,25 kg. Diketahui manfaat lamtoro sebagai peningkat kesuburan tanah karena
termasuk penyedia bahan organik pada daunnya. komposisi unsur hara majemuk menjadikan
lamtoro sebagai alternatif pupuk organik. Semakin banyak dosis yang di berikan maka berat
basah tanaman semakin banyak.
Menurut Budelman dalam Palimbungan (2006) daun lamtoro mengandung 3.84 % N,
0.20 % P, 2.06% K, 1.31% Ca, 0.33% Mg. Sebagai pupuk daun lamtoro termasuk tanaman
legume yang mengandung unsur hara yang relatif tinggi, terutama kandungan nitrogen
dibandingkan tanaman lainnya dan juga relatif lebih mudah terkomposisi sehingga penyediaan
haranya lebih cepat (Nugroho,2012).
Pada kelompok 6 dengan aplikasi dosis pupuk 21 kg hasil yang diperoleh lebih sedikit
dibandingkan pemberian dosis pupuk 14 kg hal ini dapat dipengaruhi akibat pemberian pupuk
pada bedengan kurang merata ataupun persaingan yang ketat tanaman kangkung dengan gulma
dalam perebutan unsur hara dalam tanah. Perkiraan lainnya yaitu adanya iklim yang tidak
menentu akhir-akhir ini seperti hujan yang terlalu deras mengakibatkan banyak pupuk yang
terbawa oleh air yang seharusnya pupuk digunakan untuk membantu penyuburan tanah menjadi
berkurang sehingga berdampak pada hasil akhir berat basah yang berkurag.
Karena dalam budidaya tanaman kangkung unsur hara makro sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun, dan apabila
ketersediaan unsur hara makro dan mikro tidak lengkap dapat menghambat pertumbuhan dan
perekemabangan tanaman. Penambahan nitrogen yang cukup pada tanaman akan mempercepat
laju pembelahan dan pemanjangan sel, pertumbuhan akar, batang dan daun maka penggunaan
pupuk organik yang ramah lingkungan dalam budidaya sangat dianjurkan, telah dibuktikan
dengan hasil dari praktikum di atas.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:

1. Tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan tumbuhan yang termasuk
kedalam Kelas Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Ordo Solanales, Famili
Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan), dan Genus Ipomoea
2. Daun lamtoro mengandung protein 25,9%; karbohidrat 40%; tanin 4%, mimosin 7,19%,
kalsium 2,36%, posfor 0,23%, b-karotin 536,0 mg/kg, dan energi 20,1 kj/g (Devi et al., 2013).
3. Hasil pengaplikasian pupuk daun lamtoro pada budidaya tanaman kangkung, didapatkan
berat basah terbanyak yaitu kelompok 7 dan 8 dengan pengaplikasian dosis pupuk 28 kg
menghasilkan 13,9 kg dan 10,6 kg.
4. Diketahui manfaat lamtoro sebagai peningkat kesuburan tanah karena termasuk penyedia
bahan organik pada daunnya. komposisi unsur hara majemuk menjadikan lamtoro sebagai
alternatif pupuk organik.
5. Semakin banyak dosis yang di berikan maka berat basah tanaman semakin banyak.

Anda mungkin juga menyukai