Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menghadapi kecukupan pangan bergizi pada masa
mendatang, tidak terlepas dari peranan produksi tanaman sayuran. Sayuran
merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber
karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.
Produksi sayuran di Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat
44 kg/kapita/tahun. Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar
antara 7,7-24,2%/tahun. Peningkatan produksi lebih banyak terkait dengan
peningkatan luas areal tanam. Beberapa jenis sayuran, seperti bawang merah,
petsai, dan mentimum, peningkatan produksinya merupakan dampak dari
penerapan teknologi budidaya.
Pentingnya sayuran bagi kesehatan memicu peningkatan produk sayuran.
Untuk menghasilkan sayuran segar, sehat dan bermutu tinggi, diperlukan
penanganan yang baik mulai tahap pemilihan lokasi, benih, hingga cara
pemupukannya. Kangkung merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi.
Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili
Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan
merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung
dibedakan menjadi dua macam yaitu Kangkung darat, hidup di tempat yang
kering atau tegalan, dan Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji atau bibit. Bibit kangkung
sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit
harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan
bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah.
Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering
serta berkualitas baik.Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg.
Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang telah
beradaptasi. Membudidayakan kangkung cabut tidak membutuhkan perawatan
intensif. Jika pemupukan sesuai takaran dan tepat waktu, maka kangkung cabut
bisa dipanen saat usia 25 hari. Tingkat kegagalan panen kangkung cabut sangatlah
rendah daripada sayuran lain. Asalkan mengikuti prosedur tanam dan pemberian
pupuk tepat waktu, maka budidaya tanaman kangkung akan menghasilakan
produksi kangkung yang optimal.

1.2 Tujuan
1. Menegenal jenis – jenis tanaman sayuran
2. Melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai jenisnya
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah


sampai dataran tinggi ( pegunungan ) kurang lebih 200 dpl, dan diutamakan lokasi
lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang
terlindungi ( ternaungi ), tanaman kangkung akan tumbuh memanjang ( tinggi )
namun kurus-kurus.cara penanaman kangkung darat dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu :
1. Sistem sebar, yakni benih disebar ( ditabur )secara merata di atas permukaaan
bedengan, kemudian ditimbun dengan tanah tipis
2. Sistem barisan, yakni benih disebar dalam larikan – larikan pada jarak tanam
20 cm antar barisan.
3. Sistem huntukala, yakni mengatur jarak tanam 20 x 20 memebentuk segitiga
(Rukmana, 2006 ).
Pada umumnya waktu menanam adalah sore hari, karena pada waktu itu
siraman yang diberikan tidak langsung menguap, jadi bisa meresap kedalam
tanah, sehingga tanah menjadi sejuk.akhirnya tanaman kelihatan segar dan tidak
mengalami kelayuan. ( Aak,2005 )
Tanaman kangkung perlu dijarangkan agar pertumbuhannya optimal.
Apabila tanaman kangkung tumbuh terlalu rapat, tanaman akan cenderung
tumbuh tinggi dengan diameter batang dan lebar daun yang terrlalu kecil.
Penjarangan tanaman dilakukan jika pertumbuahn terlalu rapat. Usahakan
kerapatan tanaman sekitar 1 – 2 tanaman per 1 cm panjang alur penanaman.
Penjarangan sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hari setelah
tanam. ( Redaksi Agromedia, 2010 )
kangkung darat akan mulai berkecambah setelah 3-5 hari sejak
penanaman. Bila ada benih yang tidak tumbuh, segera lakukan penyulaman
dengan benih yang baru. Sebagai tanaman syuran kangkung memerlukan
pertumbuhan daun yang optimal.karena itu dalam penanaman kangkung di
pekarangan perlu dosemprot dengan pupuk daun yang mengandung unsur N
(nitrogen) tinggi. Unsusr N berfungsi memacu pertumbuhan daun dan batang,juga
membantu pertumbuhan akar.( haryoto, 2007 ).
dasar berupa pupuk kandang sebanyak 100 ton/ ha.pupuk susulan
dilakukan saat tanaman berumur 2-3minggu dengan 200 kg urea, 200kg TSP, dan
10 kg KCL per ha.pupuk diberikan dengan cara disebar atau dilarutkan dalam air
kemudian disiram. Kangkung cabut dapat dipanen setelah berumur 30 – 40 hari.
Seperti halnya bayam cabut, kangkung cabut juga dijual dengan akarnya
(Primantoro, 2007)
Untuk meningkatkan hasil pertanian, penggunaan pupuk tidak dapat
dihindari, saat ini petani semakin banyak menggunakan obat-obatan pertanian
untuk meningkatkan hasil produksinya tanpa mempertimbangkan akibat yang
ditimbulkan pada tanaman dan lingkungan sekitarnya. Adanya logam berat dalam
tanah pertanian dapat menurunkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian dan
dapat pula membahayakan kesehatan manusia melaluikonsumsi pangan yang
dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut. ( Mulyani, 2012 )
Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dilakukan diantaranya dengan
penambahan bahan organik, yang memiliki peran penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik
tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap
sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. ( Barus, 2012 )
Tanaman kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur dan
banyak mengandung bahan organik. hara sangat dibutuhkan untuk membentuk
sel-sel baru untuk pertumbuhan pada bagian vegetatif tanaman, jika unsur tersebut
kurang akan menghambat pertumbuhan tanaman. ( Bernas, 2012 )
Telah dilaporkan bahwa daun dipanen pada musim semi menunjukkan
tingkat yang jauh lebih tinggi kandungan polifenol total dan nilai ORAC
dibandingkan daun dipanen pada musim gugur. ( Shekhar, 2011 ).
Penggunaan kompos organik limbah menghasilkan perubahan kimia fisik
tanah, dan biologi properti dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman setelah
penerapannya. Namun, pengaruh bahan C kaya, seperti kompos sampah kota
organik, pada fisik tanah, kimia dan sifat biologis tergantung pada beberapa faktor
jumlah dan komponen penambahan bahan organik, jenis tanah, dan kondisi cuaca.
( Civeira, 2010 ).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Produksi Tanaman II dengan judul acara Produksi
Tanaman Sayuran dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013 pukul
07.45 – selesai WIB di Laboratorium produksi tanaman Fakultas Pertanian
Universitas jember

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Sabit
3.2.2 Bahan
1. Pupuk kandang
2. Bibit kangkung
3. Pupuk Urea, KCL dan SP-36

3.3 Cara Kerja


1. Menebar pupuk kandang pada bedengan kemudian mengaduk – aduk
kedalam tanah sambil menggemburkan bedengan.
2. Mencampur Urea, SP-36 dan KCL lalu menebar pada bedengan seperti
halnya pupuk kandang. Serta mengaduk juga kedalam tanah.
3. Melakukan pemupukan susulan pada umur 15 HST, jenis dan dosis pupuk
yang digunakan Urea 200 kg/ha dan KCL 75kg/ha, kemudian mencampur
kedua pupuk tersebut dan segera menaburkan pada alur di antara baris
tanaman, menutup kembali alur pupuk.
4. Melakukan penyiangan bersamaan dengan pendangiran pada umur 10- 15
hari.
5. Pembumbunan dan pendangiran pada 2 MST ( minggu setelah tanam )
6. Mengendalikan hama dan penyakit tanaman
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2005. Sayuran. Yogyakarta : Kanisius


Barus. 2012. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang dan Sistim Tanam Terhadap
Hasil Varietas Unggul Padi Gogo Pada Lahan Kering Masam di
Lampung. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol 1. ( 1 ) : 102 – 106

Bernas . 2012. Model Pertanian Terapung dari Bambu untuk Budidaya Kangkung
Darat (Ipomoea reptans Poir.) di Lahan Rawa. Jurnal Lahan Suboptimal.
Vol. 1 ( 2 ) : 177-185

Civeira. 2010. Influence of Municipal Solid Waste Compost on Soil Properties


and Plant Reestablishment in Peri-Urban Environments. Chilean Journal
of Agricultural Research.Vol. 70 (3) : 446-453.

Haryoto. 2007. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Yogyakarta :


Kanisius

Mulyani. 2012. Identifikasi Cemaran Logam pb dan cd pada Kangkung yang


ditanam di Daerah Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 12 ( 2 ) :
345 – 349.

Prihmantoro. 2007. Memupuk Tanaman sayur. Yogyakarta : Kanisius


Redaksi Agromedia. 2010. Tips Jitu Bertanam 16 Tanaman Buah dan Sayuran.
Jakarta : Agromedia

Rukmana Rahmat. 2006. Kangkung. Yogyakarta : Kanisius


Shekhar dkk. 2011. Multi Food Functionalities of Kalmi Shak (Ipomoea aquatica)
Grown in Bangladesh. Agriculture, Food and Analytical Bacteriology.
Vol. 1. ( 1 ) : 24 – 32.

Anda mungkin juga menyukai