Anda di halaman 1dari 6

EPIDEMI PATOGEN AKIBAT FAKTOR CUACA PADA PENYAKIT

CACAR (EXOBASIDIUM VEXANS) TANAMAN TEH


Elfan Dwi Fahrezi/111510501061(1)
1)
Mahasiswa

ABSTRAK
Tanaman teh termasuk salah satu komoditi ekspor nonmigas yang merupakan sumber
devisa penting bagi negara. Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah
satu faktor yang dapat menghambat keberhasilan produksi tanaman teh. Salah satu
OPT yang menyebabkan penurunan produksi dan mutu teh di Indonesia adalah
Exobasidium vexans Massee. penyebab cacar daun teh (blister blight). Penyebaran
luasan serangan pada penyakit ini dapat berkembang dengan sangat cepat. Salah satu
factor yang memepengaruhi epidemi adalah factor cuaca. Perkembangan spora pada
penyakit cacar teh dapat berkembang dan meluas apabila keadaan cuaca khususnya
kelembaban sangat tinggi. Diketahui pada daerah dataran tinggi pertanaman teh
seperti Jawa Barat terjadi peningkatan luas serangan pada triwulan I dan menurun
pada triwulan II dikarenakan sudah dilakukan upaya-upaya pengendalian yang dapat
menekan luas serangan dari penyakit ini.

Kata kunci : epidemi pathogen, Exobasidium vexans Massee, factor cuaca, Teh

PENDAHULUAN
Epidemi (epidemic) merupakan suatu kejadian meningkatnya penyakit dengan
hebat pada waktu dan wilayah tertentu dalam suatu populasi tumbuhan. Epidemi
terjadi dalam jangka waktu dan ruang tertentu, sehingga tidak terjadi setiap saat dan
tidak merata. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit dalam
tingkat populasi, karena wabah penyakit akan terjadi apabila ada interaksi antara
populasi patogen dalam populasi tanaman inang, dalam kurun waktu dan ruang
tertentu. Jika datangnya epidemi dapat diramalkan dengan jangka waktu yang cukup
untuk melakukan usaha pencegahan, kerugian-kerugian besar akan dapat dihindarkan.
Sebelum memulai menyusun sistem peramalan, terlebih dahulu faktor-faktor
yang membantu perkembangan penyakit perlu diketahui. Selain pengamatan faktor-
faktor cuaca, tumbuhan, dan pathogen ada juga faktor adanya seleksi atau plant

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
breeder, terjadi ras/strain pathogen yang lebih virulen dan populasi vektor serangga.
Makin lengkap data yang tersedia mengenai hubungan antara intensitas penyakit
dengan bermacam-macam faktor tersebut, cara peramalan akan semakin tepat.
Selain adanya 3 faktor utama penyebab epidemi (patogen, tumbuhan dan
lingkungan seperti cuaca), epidemi juga dipengaruhi oleh faktor waktu. Gabungan
dari faktor patogen, tumbuhan inangm cuaca dan waktu ini (limas penyakit) dapat
membentuk bermacam-macam kombinasi, meskipun tidak semuanya penting. Untuk
beberapa macam penyakit satu tingkatan yang terjadi pada waktu tertentu dapat
menentukan beratnya penyakit untuk seluruh musim.
Teh merupakan salah satu tanaman industri yang sangat penting. Sadjad
(1983) menyatakan tanaman teh diambil daunnya yang masih muda, kemudian daun
diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat. Daun teh mengandung
beberapa zat kimia yaitu bahan polyphenol, senyawa aromatis, dan enzim. Selain
dapat memberi kesegaran kepada tubuh, teh ternyata mempunyai banyak manfaat lain
untuk tubuh manusia.
Penyakit pada daun sangat penting dalam produksi teh ketika tanaman
ditumbuhkan untuk diambil daun mudanya. Penyakit penting pada daun teh di Asia
adalah cacar daun yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Mass yang hanya
dapat menginfeksi daun-daun muda. Ketika daun tua, daun menjadi tahan terhadap
infeksi. Penyakit terjadi sepanjang tahun di hampir seluruh areal pertanaman teh di
Asia. Penyakit cacar daun teh (blister blight) dapat menurunkan produksi pucuk
basah sampai 50% karena menyerang daun atau ranting yang masih muda. Umumnya
serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua, dan ketiga. Menurut
Semangun (2000), mula-mula cacar tampak seperti bercak kecil hijau pucat dan
tembus cahaya pada daun muda, dalam waktu 5-6 hari bercak meluas menjadi 0,6-1,3
cm. Bercak menjadi cekung, sehingga pada sisi bawah daun terbentuk bagian yang
cembung, mirip dengan cacar. Cacar ini permukaannya tampak tertutup dengan debu
putih kelabu yang terdiri atas basidiospora. Permukaan atas yang cekung adalah licin,

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
mengkilat, dan biasanya lebih pucat daripada bagian yang tidak sakit. Akhirnya cacar
mengering dan sering menjadi lubang.
Di Indonesia hanya penyakit cacar (Exobasidium vexans) pada teh yang sudah
disusun beberapa cara untuk peramalan epideminya, sehingga para pekebun dapat
meningkatkan efektivitas pemakaian fungisida untuk mencegahnya. Setelah
mengumpulkan data mengenai hubungan intensitas cacar dengan cuaca selama
beberapa tahun, pada tahun 1953 Huysmans menyusun rumus yang didasarkan atas
hubungan antara intensitas cacar dengan kelembaban udara di waktu siang hari untuk
perkebunan teh di Sumatera Utara.
PEMBAHASAN
Penyakit cacar teh sangat merugikan kebun-kebun yang berada di atas 900 m
dari permukaan laut dan umumnya penyakit ini terjangkit pada musim hujan. Faktor
cuaca yang sangat mempengaruhi penyakit cacar teh yaitu kelembapan udara. Karena
untuk pembentukan dan penyebaran basidiospora diperlukan kelembapan nisbi yang
lebih tinggi dari 80%. Sedangkan untuk perkecambahan spora diperlukan kelembapan
yang lebih tinggi dari 90% atau diperlukannya lapisan air yang tipis. Spora tidak
dapat berkecambah dengan baik di dalam tetes air yang biasanya disebabkan karena
kurangnya zat asam. Pada dasarnya, spora dapat berkecambah dengan sangat baik di
dalam lapisan embun. Sinar matahari dapat mempengaruhi penyakit cacar teh secara
tidak langsung karena sinar dapat mengurangi kelembapan udara dalam kebun.
Namun sebenarnya sinar matahari dapat membunuh spora jamur secara langsung
karena adanya sinar ultra violet. Dalam ruangan yang sangat gelap hanya ada sedikit
spora yang dapat berkecambah. Sinar yang lemah dapat membantu perkecambahan
spora dan pertumbuhan pembuluh kecambah. Sedangkan cahaya yang banyak akan
menghambat kedua proses tersebut. Angin juga berpengaruh terhadap penyakit cacar
teh. Peran angin yaitu dapat mempengaruhi kelembapan udara. Penyakit cacar teh
akan lebih banyak terdapat pada bagian kebun yang kurang berangin (di lereng, dan
di lembah). Tinggi tempat sangat berpengaruh terhadap penyakit cacar teh, karena
semakin tinggi tempatnya maka semakin berat penyakitnya. Hal tersebut dikarenakan

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
semakin tinggi tempat, kabut akan semakin banyak dan akan meningkatkan
kelembapan di waktu siang hari.
Penelitian penyebaran luas serangan penyakit cacar daun teh yang dilakukan
pada pertanaman the wilayah kerja BBPPTP Surabaya yakni Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Provinsi Jawa Barat
mempunyai luas areal tanaman teh terbesar yaitu 38.547,40 ha sekaligus memiliki
tingkat serangan yang lebih tinggi dibanding dengan dengan provinsi lain. Luas
serangan E. vexans pada triwulan II tahun 2013 secara keseluruhan mengalami
penurunan sebesar 506,58 ha atau 11,24%, dimana luas serangan E. vexans pada
triwulan I tahun 2013 sebesar 4.507,68 ha dan triwulan II tahun 2013 sebesar
4.001,10 ha seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Peta Luas Areal Tanaman Teh di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada
Triwulan II Tahun 2013

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Gambar 2. Grafik Perbandingan Luas Serangan Exobasidium vexans pada Teh di
Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II
Tahun 2013
Di Indonesia cacar daun teh terutama merugikan kebun-kebun di atas 900 m
dari permukaan laut dan daerah yang paling cocok untuk patogen ini menyerang
kenamyakan terdapat pada daerah provinsi Jawa Barat yang memiliki kelembaban
cenderang lebih tinggi. Pada umumnya penyakit berjangkit pada musim hujan
(Semangun, 2000). Penyakit tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga
atau manusia. Kedatangan cacar daun dapat diramalkan apabila dalam 7-10 hari
berturut-turut turun hujan (Departemen Pertanian, 2002). Terlihat pada Gambar 1.
Provinsi Jawa Barat memiliki kategori tingkat serangan tinggi, sedangkan Jawa
Tengah berada dalam kategori serangan rendah, dan DIY berada pada kategori
serangan sedang. Wilayah-wilayah di Provinsi Jawa Tengah terutama yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan DIY harus mewaspadai
perkembangan penyakit ini agar tidak menyebar ke wilayah tersebut. Menurunnya
luas serangan pada triwulan II dikarenakan mulai dilakukannya upaya-upaya
pengendalian untuk menekan serangan pada penyakit ini. Upaya-upaya tersebut
seperti pemangkasan di musim kemarau, pemangkasan sejajar dengan permukaan

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
tanah, pengaturan daur petik, pengaturan naungan, penggunaan fungisida,
penggunaan klon tahan, dan penggunaan PGPR. Oleh karena itu, monitoring
perkembangan penyakit beserta kondisi cuaca harus diperhatikan sebagai dasar
pengambilan keputusan tindakan pengendalian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh.
Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat
Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.
Departemen Pertanian, Jakarta. 56p.

Sadjad, S. 1983. Empat Belas Tanaman Perkebunan untuk Agro-Industri. PN Balai


Pustaka. Jakarta.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta. 835p.

1)
Tugas Matakuliah Peramalan dan Epidemologi Tanaman, Kelas A, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai