Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

PERILAKU KEKERASAN

Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Neda Khamida
201803049

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2018
Masalah Utama : Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data Obyektif :
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat,
sering pula tampak pasien memaksakan kehendak, merampas makanan,
memukul jika tidak senang
b. Data Subyektif :
Klien mengeluh perasaan terancam, mengungkapkan perasaan tidak
berguna, mengungkapkan perasaan jengkel, mengungkapkan adanya
keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak dan bingung

2. Diagnosa Keperawatan :
Perilaku kekerasan

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


1. Tindakan Keperawatan untuk pasien
a. Tujuan khusus :
1) Klien mampu mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
2) Klien mampu menyebutkan tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Klien mampu menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
4) Klien mampu menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
5) Klien mampu menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan
6) Klien mampu mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka

b. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan
3) Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4) Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku kekerasan yang
biasanya dilakukan
5) Mendiskusikan bersama klien akibat perilaku kekerasan
6) Mendiskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
7) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
8) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial / verbal
9) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
10) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum
obat
11) Ikut sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi sensori mengontrol perilaku kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik ke – 1 : Relaksasi Nafas Dalam
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Neda Khamida, panggil saya Neda,
saya Mahasiswa Stikes Cendekia Utama Kudus. Namanya siapa ? Senangnya
dipanggil apa ?”
“Bagaimana perasaan Akesal
“Apakah A merasakan saat kemudian
ini ?” Masih
dada ada perasaan kesal mata
A berdebar-debar, atau
marah
melotot,?”rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal ?”
“ Baiklah,
“Jadi bagaimana
ketika A marah,kalau
A kita berbincang-bincang
memukul tentang perasaan
istri A dan memecahkan kesal
piring ? atau
Apa
marahnya
dengan cara Berapainilama
A? seperti A mau
makanan berbincang-bincang
terhidangkan ?” ?” Bagaimana kalau 20
menit “A
?” tahu tidak kerugian yang A lakukan ? Istri A jadi sakit dan takut, piring-
piring“Dimana enaknya jika kita duduk untuk berbincang-bincang?” Bagaimana
jadi pecah”
kalau “Maukah
di ruang tamu?”
A belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan
Fase Kerja : kerugian ?”
“Ada beberapa
“Apa yang cara untuk
menyebabkan mengontrol
A marah kemarahan.
? Apakah Salah
sebelumnya satunyamarah
A pernah adalah?
dengan cara fisik. Jadi
Terus penyebabnya apamelalui
?” kegiatan fisik dapat menyalurkan rasa marah”.
“Bagaimana kalau kita belajar
“Pada saat penyebab marah itu satu cara
ada, dulu ?”
seperti A pulang ke rumah dan istri
“Begini, kalau tanda marah tadi sudah A rasakan
belum menyediakan makanan (misalkan ini penyebab marah maka pasien),
A berdiri,
apalalu tarikA
yang
nafas dari
rasakan ?” hidung, tahan sebentar lalu keluarkan! Atau tiup perlahan-lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi! Bagus sekali A
sudah melakukannya. Bapaimana perasaanya ?”
“Nah, sebaiknya latihan ini A lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul A sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
A?”
“coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah A yang lalu.
Jangan lupa tarik nafas dalam ya. Sekarang kita buat jadwal latihan ya”
“Bagaimana kalau 2 hari lagi saya datang dan kita latihan cara lain untuk
mencegah/mengontrol marah ? Dimana tempatnya A? Baikah, Sampai jumpa
besuk ya”
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke – 2

Fase Orientasi :
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bapaimana perasaan A saat ini, adakah hal yang menyebabkan A marah ?
Apakah latihan nafas dalamnya sudah dilakukan ?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
“Dimana kita bicara ? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Fase Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan A marah dan muncul perasaan kesal dada
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam dapat melakukan pukul kasur
dan bantal.”
Fase Terminasi : kekesalan A ke kasur dan bantal”
“Lampiaskan
“Bagaimana
“Nah cara iniperasaan
pun dapatA setelah latihan
dilakukan cararutin
secara menyalurkan kesal/marah
jika ada perasaan tadi
marah.
?”
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih ? coba A sebutkan lagi!Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan A sehari-hari. Kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya”
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. A mau pukul berapa ?
Baik, pukul 10 pagi ya. Sampai jumpa!”
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

Fase Orientasi :
F FFase
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal ? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
Dimana kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau berbincang-bincang
? Bagaimana kalau 20 menit ?”

Fase Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya yaitu :
Meminta
Fase Orientasi : dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar
“Selamat
Menolak pagi A, sesuai
dengan baik, dengan
jika ada janji sayamenyuruh
yang dua hari dan
yang Alalu sekarang
tidak ingin
saya datang lagi. Baik, yang mana yang mau dicoba ?”
melakukannya, katakan : Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada
“Bagaimana
kerjaan. A, latihan apa yang sudah dilakukan ? apa yang dirasakan
Coba A praktikan!
setelah melakukan
Mengungkapkan secara
latihan perasaanteratur ?” jika ada perlakuan orang lain yang
kesal,
membuat “Bagaiman
kesal, Akalau dapatsekarang kita latihan
mengatakan : “Sayacara jadi
lain ingin
untuk mencegah
marah karenarasa
marah yaitu dengan ibadah?”
perkataanmu itu. Coba A praktikkan”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau
berbincang-bincang
Fase Terminasi : ? bagaimana kalau 15 menit ?”
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara
Fase Kerja :
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“CobaA ceritakan
“Coba sebutkan lagikegiatan ibadahyang
cara bicara yangbaik
biasanya A lakukan!
yang telah Baik, yang
kita pelajari.”
mana “Bagus
yang mau dicoba ?”
sekali, sekarang kita masukkan ke dalam jadwal. Berapa kali sehari
A mau“Nah, kalau
latihan bicaraA sedang marah
yang baik ?” coba A langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika tidak
“Nah,reda jugaberapa
sudah marahnya,
cara rebahkan badan ?agar
yang A pelajari rileks.
Bagus, Jika
betul tidak
sekali reda yaitu
5 cara juga,
ambil air wudlu kemudian sholat”
dua cara fisik dan 3 cara bicara yang baik”
“A dapat melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan”
“Coba A sebutkan
“Bagaiman kalau duasholat
hari5lagi
waktu!
kita Bagus.
bertemuCoba jelaskan caranya”
lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara ketiga untuk mengatassi rasa marah A
Fasedengan
yaitu Terminasi
cara: ibadah, Bagaimana A setuju ? Baik, sampai jumpa nanti ya”
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”
“Jadi sudah
SP 4 Pasien : Latihanberapa cara mengontrol
mengontrol perilakumarah yang kita
kekerasan pelajari
secara ?”
spiritual
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan A. Mau berapa
kali A sholat ?”
“Coba A sebutkan lagi cara ibadah yang dapat A lakukan bila A merasa
marah!”
“Besok kita ketemu lagi iya, nanti kita bicarakan cara ke-4 untuk
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah A, Bagaimana A setuju ?”
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

Fase Orientasi :
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita bertemu
lagi”
“Bagaimana A, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat ? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur ? Jadi rasa marah telah berkurang”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dengan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau kita
berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit ?”

Fase Kerja : (Perawat membawa obat pasien)


“A sudah dapat obat dari dokter ?”
“Berapa macam obat yang A minum ? Warnamya apa saja ? Jam berapa A
minum ?”
“Obatnya ada 3 macam, yang warnanya orange namanya CPZ diminum 2X
sehari jam 1 siang dan jam 8 malam gunanya agar dapat pikiran tenang, yang
kuning namanya THP diminum 2X sehari jam 7 pagi dan jam 5 sore agar rilex,
tenang dan mengurangi otot kaku serta menurunkan cairan saliva, dan yang
warna biru ini namanya HLP diminum 2X sehari jam 7 pagi dan jam 5 sore agar
lebih tenang, berpikir lebih jernih, lebih tidak gugup dan rasa marah berkurang”.
“Sebelum minum obat ini A lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama A tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, pukul berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar ? kemudian cek lagi
apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya, karena dapat terjadi kekambuhan”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya,”

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar ?”
“Coba A sebutkan lagi jenis obat yang A minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar ?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari ?
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”
“Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana A
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa!”
2. Tindakan Keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan Khusus :
Keluaga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan Keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama kelaurga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku
tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala perilaku kekerasan
5) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara


merawat klien perilaku kekerasan di rumah, masalah
yang dihadapi keluarga dalam merawat klien

Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Neda Khamida, panggil saya
Neda, Saya Mahasiswa Stikes Cendekia Utama Kudus, saya perawat yang akan
merawat A (pasien). Namanya siapa ? Senangnya di panggil apa?”
“Bisakah kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu
hadapi? Berapa lama kita berbincang-bincang bu? Bagaimana kalau 30 menit?”

Fase Kerja :
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat A ? Apa yang Ibu
lakukan ? Baik, Bu saya akan coba jelaskan tentang marah A dan hal-hal yang
perlu diperhatikan”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi jika tidak dapat
disalurkan dengan benar maka akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain
dan lingkungan”
“Yang menyebabkan suami Ibu marah dan mengamuk adalah kalau dia
merasa direndahkan dan keinginan tidak terpenuhi”
“Kalau nanti wajah suami Ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami Ibu sedang marah. Bila hal tersebut terjadi sebaiknya
Ibu tetap tenang, bicara lembut tetapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan jauhkan
benda-benda tajam dari sekitar A seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak-
anak kecil dari A.
“Bila A masih marah dan mengamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ
setelah sebelumnya diikat dulu. Jangan lupa minta bantuan orang lain saat
mengikat A ya Bu, lakukan dengan tidak menyakiti A dan jelaskan alasan
mengikat A yaitu agar A tidak menciderai diri sendiri, oarng lain atau
lingkungan”
“Sekarang Ibu dapat membantu A dengan mengingatkan jadwal latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual,
dan minum obat secara teratur”
“Kalau seandainya A dapat melakukan latihannya dengan baik jangan lupa
dipuji ya Bu”

Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat A?”
“Setelah ini coba Ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk A ya, Bu!”
“Baik Bu, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk latihan cara-cara yang
telah kita bicarakan tadi kepada A. Sampai jumpa!”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol


kemarahan

Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah A. Apakah sudah
berkurang rasa marah A ?”
“Berapa lama waktu yang Ibu inginkan untuk kita latihan ?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja ? Sebentar saya panggilkan A
supaya dapat berlatih bersama”

Fase Kerja :
“Nah, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah A lakukan. Bagus
sekali. Coba praktikan kepada Ibu jadwal harian A! Bagus!”
“Nanti Ibu dapat membantu A latihan mengontrol kemarahan A”
“Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya”
“Masih ingat Bu, kalau tanda-tanda marah sudah A rasakan maka yang
harus dilakukan A adalah…?”
“Ya… betul, A berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan atau tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Nah coba 5 kali, coba Ibu temani dan Bantu A. Bagus sekali, A dan
Ibu sudah dapat melakukannya dengan baik”
“Cara yang kedua masih ingat , Bu ?”
“Ya benar, kalau ada yang menyebabkan A marah dan muncul perasaan
kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam A dapat melakukan
pukul kasur dan bantal. Sekarang coba A latihan memukul kasur dan bantal
sambil di damping Ibu, berikan A semangat ya Bu”
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada 3
caranya, coba praktikkan langsung kepada Ibu mengenai cara bicara yang telah
kita pelajari kemarin”
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk
beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara keempat yang dapat dilakukan jika A sedang marah adalah A
langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudlu kemudian sholat. A dapat
melakukan sholat secara teratur dengan didampingi Ibu untuk meredakan
kemarahan”
“Cara terakhir adalah minum obat secara teratur ya Bu, agar pikiran A jadi
tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang A
dapatkan, Ibu tolong ingatkan A untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

SP 3 Pasien dan Keluarga : jelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga

Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, karena kunjungan saya sudah akan berakhir,
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk
keluarga A/ Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya ?”
“Berapa lama waktu yang akan A dan Ibu inginkan untuk kita berbicara?
Bagaimana kalau 30 menit ?”

Fase Kerja :
“Bu, jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas
maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal A!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh A. Kalau misalnya A menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain, segera hubungi saya di puskesmas.
Selanjutnya keadaan A akan di pantau

Fase Terminasi :
“Bagaimana Bu, ada yang ingin ditanyakan ? Coba Ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, tindak lanjut ke
puskesmas). Baik, sekali seminggu sekali akan kami pantau kondisi A. Sampai
jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai