PB Aspek HPT Mangatz
PB Aspek HPT Mangatz
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................1
BAB.I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................Latar Belakang
.........................................................................................................................2
1.2.Tujuan.............................................................................................................3
1.3. Manfaat.........................................................................................................3
BAB.II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Agroforestry.................................................................................4
2.2.Contoh Lanskap Agroforesty........................................................................5
2.3.Ruang Lingkup Aagroforestry......................................................................5
2.3.1. Sejarah..................................................................................................6
2.3.2. Pengelolaan..........................................................................................7
2.3.3. Permasalahan ......................................................................................8
BAB.III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan.................................................................................................10
3.2. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan :
1.3 Manfaat :
1. Masyarakat dapat mengelola lahan secara baik serta menjaga
keseimbangan ekosistem yang ada.
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
7
2.3.1 Sejarah
Tembawang: Bukan sekedar sistem agroforestri
Tembawang atau sering disebut sebagai agroforest tembawang adalah
suatu bentuk sistem penggunaan lahan yang terdiri dari berbagai jenis
tumbuhan, mulai dari pohon-pohon besar berdiameter lebih dari 100
sentimeter hingga tumbuhan bawah sejenis rumput-rumputan. Sistem ini
dikelola dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan kearifan lokal mereka
dan mengikuti aturan-aturan sosial sehingga membentuk keanekaragaman
yang kompleks menyerupai ekosistem hutan alam.
Di masa lalu, sebagian besar masyarakat Suku Dayak memiliki pola
pemukiman berpindah-pindah mengikuti pola perpindahan ladang mereka. Di
lokasi pemukiman tersebut mereka menanam berbagai jenis tanaman yang
mereka anggap menjadi sumber bahan makanan, bumbu-bumbuan dan
tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, rambutan, manggis dan
entawak. Seiring dengan berjalannya waktu, merekapun menanam tanaman
karet dan tengkawang di lokasi tersebut. Namun demikian, tidak semua
tumbuhan yang ada di dalam sistem agroforest tembawang adalah hasil
penanaman, ada juga tumbuhan yang tumbuh secara alami dalam proses
regenerasi alam seperti nyatuh, jenis-jenis rotan, tumbuhan merambat (liana),
tumbuhan semak dan herba, bahkan jenis-jenis anggrek pun kebanyakan
tumbuh secara alami.
Kawasan Wisata Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional Meru Betiri merupakan perwakilan ekosistem
mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah di Jawa. Taman
nasional ini juga merupakan habitat tumbuhan langka bunga raflesia
(Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau
(Rhizophora sp.), api-api (Avicenia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus),
nyamplung (Callophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur
9
(3) agroforest tembawang waris muda yang dimiliki antara satu sampai
dua generasi yang dimanfaatkan secara bersama-sama oleh
keluarga besar
(4) agroforest tembawang pribadi yaitu tembawang muda yang
dimiliki secara perorangan.
Agroforest tembawang dikelola secara minimal, tidak ada pembersihan
gulma, pemupukan apalagi pengendalian hama penyakit. Dalam sistem ini
tumbuh berbagai spesies lokal seperti meranti, kayu besi dan jenis-jenis
tumbuhan lainnya. Pembabatan tumbuhan yang tidak berguna hanya
dilakukan saat akan panen untuk mempermudah pemanenan.
Beberapa hasil dari sistem agroforest tembawang seperti lateks (getah
tanaman karet), biji tengkawang, getah perca dari jenis nyatuh dan getah
jelutung merupakan produk-produk ekspor. Sementara itu, hasil buah-buahan
seperti durian, nangka, mangga, cempedak, duku, rambutan, langsat, rotan,
gula merah, ijuk dan lain-lain mereka jual ke pasar dan hasil penjualannya
digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian
kebutuhan sehari-hari masyarakat Dayak hampir seluruhnya dapat dipenuhi
dari hasil produksi dalam sistem agoforest tembawang.
Pengelolaan agroforest tembawang yang diatur kepemilikan dan
pemanfaatannya berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat, mulai dari
pemanfaatan pribadi, keluarga inti, keluarga besar hingga ke tingkat desa
mengandung nilai-nilai sosial budaya yang sangat tinggi.
Kawasan Wisata Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam yang memiliki potensi flora, fauna dan ekosistem serta gejala
dan keunikan alam yang dapat dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik
wisata alam (ODTWA). Kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan
hutan hujan tropis dengan formasi hutan bervariasi yang terbagi ke dalam 5
tipe vegetasi yaitu vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan mangrove, vegetasi
hutan rawa, vegetasi hutan rheophyte dan vegetasi hutan hujan dataran
rendah. Keadaan hutannya selalu hijau dan terdiri dari jenis pohon yang
beraneka ragam serta bercampur jenis bambu yang tersebar di seluruh
11
kawasan ini. Kondisi setiap tipe vegetasi di kawasan Taman Nasional Meru
Betiri dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tipe Vegetasi Hutan Pantai
Formasi vegetasi hutan pantai terdiri dari 2 tipe utama yaitu formasi
ubi pantai (Ipomea pescaprae), dan formasi Barringtonia (25 - 50 m)
pada daerah pantai yang landai dan akan berkurang luasnya jika
pantainya terjal dan berbatu. Jenis yang paling banyak adalah ubi pantai
(Ipomoea pescaprae) dan rumput lari (Spinifex squarosus).
b. Tipe Vegetasi Hutan Mangrove
Vegetasi ini dapat dijumpai di bagian timur Teluk Rajegwesi yang
merupakan muara Sungai Lembu dan Karang Tambak, Teluk Meru dan
Sukamade merupakan vegetasi hutan yang tumbuh di garis pasang surut.
Jenis-jenis yang mendominasi adalah Pedada (Sonneratia caseolaris),
Tancang (Bruguiera gymnorhiza) dan Nipah (Nypa fructicans).
c. Tipe Vegetasi Hutan Rawa
Vegetasi ini dapat dijumpai di belakang hutan payau Sukamade. Jenis-
jenis yang banyak dijumpai diantaranya mangga hutan (Mangifera sp),
sawo kecik (Manilkara kauki), ingas/rengas (Gluta renghas), pulai
(Alstonia scholaris), kepuh (Sterculia foetida), dan Barringtonia spicota.
d. Tipe Vegetasi Hutan Rheophyt
Tipe vegetasi ini terdapat pada daerah-daerah yang dibanjiri oleh
aliran sungai dan jenis vegetasi yang tumbuh diduga dipengaruhi oleh
derasnya arus sungai, seperti lembah Sungai Sukamade, Sungai Sanen,
dan Sungai Bandealit. Jenis yang tumbuh antara lain glagah (Saccharum
spontanum), rumput gajah (Panisetum curcurium) dan beberapa jenis
herba berumur pendek serta rumput-rumputan.
e. Tipe Vegetasi Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah
Sebagian besar kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri
merupakan tipe vegetasi hutan hujan tropika dataran rendah. Pada tipe
vegetasi ini juga tumbuh banyak jenis epifit, seperti anggrek dan paku-
pakuan serta liana.
2.3.3 Permasalahan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tembawang atau sering disebut sebagai agroforest tembawang adalah suatu
bentuk sistem penggunaan lahan yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan, mulai
dari pohon-pohon besar berdiameter lebih dari 100 sentimeter hingga tumbuhan
bawah sejenis rumput-rumputan. Sedangkan Taman Nasional Meru Betiri
merupakan perwakilan ekosistem mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran
rendah di Jawa. Taman nasional ini juga merupakan habitat tumbuhan langka
bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya
seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicenia sp.) dll. Dalam sisitem
pengelolaannya, padadaerah Tembawang masyarakat adat membagi agroforest
tembawang menjadi empat jenis yaitu: (a) agroforest tembawang umum (b)
agroforest tembawang waris tua (c) agroforest tembawang waris muda (d)
agroforest tembawang pribadi. Sedangkan paada kawasan (TNMB) dengan
formasi hutan bervariasi yang terbagi ke dalam 5 tipe vegetasi yaitu vegetasi
hutan pantai, vegetasi hutan mangrove, vegetasi hutan rawa, vegetasi hutan
rheophyte dan vegetasi hutan hujan dataran rendah. Dan permasalahan yang ada
pada daerah Tembawang dan Kawasan Wisata Taman Nasional Meru Betiri yaitu:
1. Alih fungsi kawasan menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati
yang ada karena peningkatan populasi manusia yang ada.
2. Keberlanjutan agroforest di kedua wilayah terus mengkhawatirkan akibat
dari alih fungsi kawasan
14
3.2 Saran
Dalam agroforest tembawang sebaiknya dilakukan pengelolaan secara
maksimal dan rutin seperti pengendalian hama dan penyakit, pembersihan gulma,
pengkayaan, dan peremajaan agar dapat menjaga kondisi dari tanaman yang
berdampak pada kualitas peningkatan produktivitasnya. Kelestarian dan
keberlanjutan dari agroforest tembawang haruslah tetap dijaga dengan berbagai
jenis tumbuhan yang beragam yang berperan penting pada sumber mata
pencahariaan masyarakat, ekologi, serta nilai sosia budaya. Dan keterlibatan
pemerintah dalam pelestarian agrooforest ini sangat diperlukan.
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang ditetapkan sebagai taman
nasional kaya akan flora dan fauna nya perlu adanya pelestarian lingkungan yang
lebih ekstra pada kekayaan alamnya agar mencegah kepunahan serta dapat
mengembangkan objek wisata daerah lokal itu sendiri. Kebijakan pemerintah
yang tepat sangat diperlukan dalam hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
15