Anda di halaman 1dari 3

NURFADILAH

E. PROSEDUR ARBITRASE

Suatu prinsip penting dalam prosedur beracara di arbitrase adalah bahwa prosedur tersebut
sederhana, cepat dan murah, yakni harus lebih sederhana, lebih cepat dan lebih murah dari
prosedur pengadilan biasa. Pokok-pokok dari prosedur beracara di arbitrase adalah sebagai
berikut1 :

1. Permohonan arbitrase oleh pemohon


2. Pengangkatan arbiter
3. Pengajuan surat tuntutan oleh pemohon
4. Penyampaian satu salinan putusan kepada pemohon
5. Jawaban tertulis dari termohon diserahkan kepada arbiter
6. Salinan jawaban diserahkan kepada pemohon atas perintah arbiter
7. Perintah arbiter agar pihak menghadap arbitrase
8. Para pihak menghadap arbitrase
9. Tuntutan balasan oleh termohon
10. Pemanggilan lagi jika termohon tidak menghadap tanpa alasan yang jelas
11. Jika termohon tidak juga menghadap siding, pemeriksaan diteruskan tanpa kehadiran
termohon dan tuntutan dikabulkan jika cukup alasan untuk itu
12. Jika termohon hadir, diusahakan perdamaian oleh arbiter
13. Proses pembuktian
14. Pemeriksaan selesai dan ditutup (maksimum 180 hari sejak arbitrase terbentuk)
15. Pengucapan putusan
16. Putusan diserahkan kepada para pihak
17. Putusan diterima oleh para pihak
18. Koreksi, tambahan, pengurangan terhadap putusan
19. Penyerahan dan pendaftaran putusan ke Pengadilan Negeri yang berwenang
20. Permohonan eksekusi didaftarkan di panitera Pengadilan Negeri
21. Putusan pelaksanaan dijatuhkan
22. Perintah ketua Pengadilan Negeri jika putusan tidak dilaksanakan

F. EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE

1
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2012, hal. 323
NURFADILAH

Agar suatu putusan arbitrase benar-benar bermanfaat bagi para pihak, maka putusan tersebut
mestilah dapat dieksekusi. Eksekusi tersebut dapat dilakukan oleh badan pengadilan yang
berwenang. Cara melakukan eksekusi terhadap suatu putusan arbitrase adalah sebagai
berikut2:

1. Eksekusi Secara Sukarela


Yang dimaksud dengan arbitrase secara sukarela adalah eksekusi yang tidak
memerlukan campur tangan dari pihak ketua Pengadilan Negeri manapun, tetapi para
pihak melaksanakan sendiri secara sukarela terhadap apa-apa yang telah diputuskan
oleh arbitrase yang bersangkutan.
2. Eksekusi Secara Paksa
Sedangkan eksekusi putusan arbitrase secara paksa adalah bilamana pihak yang harus
melakukan eksekusi, tetapi secara sukarela tidak mau melaksanakan isi putusan
tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya paksa. Dalam hal ini campur tangan
pihak pengadilan diperlukan, yaitu dengan memaksa para pihak yang kalah untuk
melaksanakan putusan tersebut. Misalnya, dengan melakukan penyitaan-penyitaan.
Agar suatu putusan pengadilan dapat dieksekusi secara paksa, maka perlu terlebih
dahulu dibuat suatu “akta pendaftaran”. Dengan akta pendaftaran yang dimaksudkan
adalah suatu pencatatan dan penandatanganan yang dimaksudkan adalah suatu
pencatatan dan penandatanganan pada bagian akhir atau dipinggir dari putusan
arbitrase asli atau salinan otentik yang ditandatangani bersama oleh panitera
Pengadilan Negeri dan arbiter atau kuasanya yang menyerahkan putusan arbitrase
tersebut. Penandatangan tersebut dilakukan pada saat pencatatan dan pendaftaran
putusan arbitrase di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
putusan diucapkan. Tindakan penyerahan putusan arbitrase ke Pengadilan Negeri
yang berwenang ini disebut juga dengan proses “deponir”.
Namun demikian, pengadilan yang berwenang dapat menolak suatu permohonan
pelaksanaan putusan arbitrase jika ada alasan untuk itu. Terhadap penolakan tersebut,
tersedia upaya hukum kasasi. Sedangkan terhadap putusan ketua Pengadilan Negeri
yang mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase tidak tersedia upaya hukum
apapun. Alasan-alasan yang dapat digunakan oleh pengadilan untuk penolakan
eksekusi putusan arbitrase adalah sebagai berikut3 :

2
Ibid, Hal. 324
3
Ibid, Hal. 324
NURFADILAH

1. Arbiter memutus melebihi kewenangan yang diberikan kepadanya


2. Putusan arbitrase bertentangan dengan kesusilaan
3. Putusan arbitrase bertentangan dengan ketertiban umum
4. Putusan tidak memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Sengketa tersebut mengenai perdagangan
- Sengketa tersebut mengenai hak yang menurut hukum di kuasai sepenuhnya
oleh pihak yang bersengketa
- Sengketa tersebut mengenai hal-hal yang menurut hukum dapat dilakukan
perdamaian

Suatu sengketa dianggap masuk kedalam bidang perdagangan sehingga


terhadapnya dapat diputuskan oleh arbitrase adalah manakala terjadi sengketa
dalam bidang-bidang sebagai berikut4 :

 Perniagaan
 Perbankan
 Keuangan
 Penanaman modal
 Industry
 Hak atas kekayaan intelektual

PENCARI FAKTA

Pencari fakta adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang atau tim pencari fakta, baik
merupakan pihak yang indenpenden atau hanya sepihak, untuk melakukan proses pencarian
fakta terhadap ssesuatu masalah, yang akan menghasilkan suatu rekomendasi yang tidak
mengikat. Tugas dari pihak pencari fakta adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan fakta
b. Memverifikasi fakta
c. Menginterpretasi fakta
d. Melakukan wawancara
e. Melakukan dengar pendapat (hearing)
f. Menarik kesimpulan tertentu
g. Memberikan rekomendasi dan mempublikasi bila diperlukan

4
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2012, hal. 316

Anda mungkin juga menyukai