TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai
suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri
dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai
perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari
penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan
lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan
Hendra Utama,1995). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan
proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir
dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi,
2000).
5
6
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika
lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini
diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan
untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini
lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres
dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu
apoptosis diberbagai organ tubuh.
c. Teori Lingkungan
1) Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat
percepatan proses penuaan.
2) Radiaton theory: Radiasi sinar ƛ, sinar x dan ultraviolet dari alat-
alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan
mutasi DNA.
3) Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi
mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi
epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
9
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani
menjadi atrofi menyebabkan osteosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan
reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
11
9) Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering
terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
11) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Perubahan fisik.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas.
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
12
c. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosio-ekonomi.
3) Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi
4) Sadar akan datangnya kematian.
5) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7) Penyakit kronis.
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
9) Gangguan syaraf panca indra.
10) Gizi
11) Kehilangan teman dan keluarga.
12) Berkurangnya kekuatan fisik.
13
b. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk
mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang
dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang
berkepanjangan.
c. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang
sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan
status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan
dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi
perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia
lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
15
2.2.2 Etiologi
Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6
/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat bertahan dalam lemari es).
2.2.3 Patofisiologi
17
c. Sesak nafas
Sesak nafas yang terjadi pada Tuberkulosis berkaitan dengan penyakit
yang sudah terjadi infiltrasi yang luas di dalam paru atau telah terjadi
komplikasi beripa efusi pleura. Sesak nafas akan akan ditemukan pada
penyakit Tuberkulosis yang sudah lanjut.
d. Nyeri dada
Nyeri dada merupakan keluhan yang jarang dijumpai pada penderita
Tuberkulosis. Bila dijumpai kadang bersifat nyeri tumpul dan rasa nyeri
kadang dirasakan berat pada waktu mengambil nafas (inspirasi), rasa
nyeri ini juga berkaitan dengan tegangnya otot pada saat penderita batuk
nyeri ini juga timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Penyakit Tuberkulosis bersifat radang yang menahun, Gejala malaise
sering ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul. Beberapa gambaran
klinis yang telah disebutkan diatas merupakan gejala-gejala yang
mengarah ke diagnosis Tuberkulosis. Satu-satunya cara untuk
memastikannya yaitu dengan pengujian sputum untuk mencari kuman
Tuberkulosis pada individu yang menderita.
19
2.2.6 Komplikasi
Penyakit Tuberkulosis paru jika tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi di bagi atas 2 yaitu: 1) Komplikasi
dini, seperti Pleurtis, Efusi pleura, Empiema, Laringitis, serta menyebar ke
organ lain yaitu usus; dan Komplikasi lanjut, seperti Obstruksi jalan nafas-
SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), Kerusakan parenkim berat-
fibrosis paru, kor-pulmonal, Amioloidosis, Karsinoma paru, dan Sindrom
gagal nafas dewasa (ARDS)
c. Pyrazinamid: muntah, mual, diare, kulit merah dan gatal, kadar asam urat
meningkat, dan gangguan fungsi hati.
d. Streptomisin: Alergi, demam, ruam kulit, kerusakan vestibuler, vertigo
(pusing) dan kerusakan pendengaran.
e. Ethambutol: Gangguan syaraf mata.
g. Interaksi sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.