MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
TEKNIS PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN.
Pasal 1
(1) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib melaksanakan Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan
(2) Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Pasal 2
(1) SPM Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah
Provinsi dan SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Kesehatan Daerah
Provinsi terdiri atas :
a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana provinsi; dan
b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi
kejadian luar biasa provinsi.
(3) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah
3
Kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
d. Pelayanan kesehatan balita;
e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa
berat;
k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis;
dan
l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia
(Human Immunodeficiency Virus).
yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/
preventif.
(4) Pelayanan yang bersifat peningkatan/promotif dan
pencegahan/preventif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) mencakup:
a. peningkatan kesehatan;
b. perlindungan spesifik;
c. diagnosis dini dan pengobatan tepat;
d. pencegahan kecacatan; dan
e. rehabilitasi .
(5) Pelayanan Dasar pada SPM Kesehatan dilaksanakan
pada fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah
maupun swasta dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan.
(6) Pelayanan Dasar Sebagaimana di maksud pada ayat (5)
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan.
(7) Selain tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) untuk jenis pelayanan dasar tertentu dapat
dilakukan oleh kader kesehatan terlatih dan dapat
4
dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan dibawah
pengawasan tenaga kesehatan.
Pasal 3
(1) Pemenuhan mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar
pada SPM Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, mengacu pada standar teknis yang terdiri atas:
a. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
b. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya
manusia kesehatan; dan
c. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
(2) Pemerintah Daerah harus memenuhi standar jumlah dan
kualitas barang dan/atau jasa dan standar jumlah dan
kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan
mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada SPM
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
100% (seratus persen).
Pasal 4
Perhitungan pembiayaan pelayanan dasar pada SPM
Kesehatan memperhatikan berbagai sumber pembiayaan agar
tidak terjadi duplikasi anggaran.
Pasal 5
Pelaksanaan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (5) dicatat dan dilaporkan kepada Pemerintah
daerah Kabupaten/kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Menteri Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan
5
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Menteri Kesehatan, Pemerintah daerah Provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan monitoring
dan evaluasi serta pembinaan dan pengawasan secara
berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal 7
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan
6
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR ….
7
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI
NOMOR…………………………
TENTANG
STANDAR TEKNIS PENERAPAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan
merupakan modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam
mencapai tujuan untuk kemakmurannya. Seseorang tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam
kondisitidaksehat. Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu
untukmeneruskan kehidupannya secara layak.
9
instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja
pemerintah dalam pelayanan publik bidang kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan urusan pemerintahan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
Kebijakan mengenai SPM mengalami perubahan dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal, sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan kebijakan ini SPM Bidang Kesehatan mengalami perubahan yang
cukup mendasar dari SPM sebelumnya sebagaimana ditetapkan dengan
Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Pada SPM yang lalu pencapaian target-target SPM lebih merupakan
kinerja program kesehatan, maka pada SPM yang sekarang pencapaian
target-target tersebut lebih diarahkan kepada kinerja Pemerintah Daerah,
menjadi penilaian kinerja daerah dalam memberikan pelayanan dasar
kepada Warga Negara. Selanjutnya sebagai bahan Pemerintah Pusat
dalam perumusan kebijakan nasional, pemberian insentif, disinsentif dan
sanksi administrasi Kepala Daerah.
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan disusun Standar
Teknis Penerapan SPM yang menjelaskan langkah operasional pencapaian
SPM Bidang Kesehatan di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan
bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan
daerah. SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat
pelaksanaan Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga
mengamanatkan pada Pemerintah Daerah untuk benar-benar
memprioritaskan belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan
wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal
298). Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah akan berdasar
pada kebutuhan daerah untuk pencapaian target-target SPM. Daerah
dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan menjadi prioritas
dalam pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu
berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM,
termasuk di dalamnya adalah pemenuhan sumber daya manusia
kesehatan terutama di level Puskesmas sesuai Permenkes Nomor
10
75Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan menjadi unit terdepan
dalam upaya pencapaian target-target SPM.
Implementasi SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya
dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Implementasi
SPM akan memperkuat sisi promotif–preventif sehingga diharapkan akan
ber-impact pada penurunan jumlah kasus kuratif yang harus ditanggung
oleh JKN.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja
Pemerintah Daerah berisi arah kebijakan pembangunan daerah yaitu
untuk menjamin sinergisitas program pembangunan nasional dan daerah,
di mana penyusunan RKPD berdasarkan arah kebijakan pembangunan
daerah dengan memperhatikan prioritas dan sasaran pembangunan
nasional. Arah kebijakan pembangunan daerah tersebut berpedoman
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah bahwa terdapat 6
(enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar.
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan diperlukan Standar
Teknis SPM yang menjelaskan langkah operasional pencapaian SPM
Bidang Kesehatan di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan bagi
pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan
daerah.
Penerapan SPM bidang kesehatan tidak dapat terpisah dengan
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena sifat
saling melengkapi dan sinergisme. Penekanan SPM bidang kesehatan
berfokus pada pelayanan promotif dan preventif, sementara program JKN
berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Sehingga pada
penerapan SPM bidang kesehatan khususnya di kabupaten/kota ada
kontribusi pembiayaan dan pelayanan program JKN. Untuk hal tersebut,
pada penerapannya tidak perlu mengalokasikan anggaran pada
pelayanan-pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif yang dibiayai
oleh JKN.
11
Pada perhitungan pembiayaan, pemerintah daerah melakukan
pemetaan pembiayaan, karena terdapat sumber pembiayaan yang dapat
digunakan dalam penerapan SPM, tetapi dalam pola perhitungan SPM
perlu diperhatikan untuk tidak dobel counting pembiayaan, seperti yang
telah dialokasikan JKN maka tidak perlu ada di kebutuhan SPM, contoh :
biaya obat program, obat TB, vaksin yang dibiayai oleh pusat tidak perlu
diperhitungkan, selain itu untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan
yang sama pada kegiatan SPM seperti pendataan, ATK, dll dalam satu
penghitungan pembiayaan sehingga alokasi dapat efisien dan efektif.
C. PENGERTIAN
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah
merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar
minimal bidang kesehatan yang merupakan urusan pemerintahan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
2. Standar Teknis SPM bidang kesehatan adalah ketentuan standar
jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa, personal/sumber daya
manusia kesehatan dan petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan
standar dari masing-masing jenis dan mutu pelayanan dasar SPM
Bidang Kesehatan.
12
3. Pelayanan Dasar Minimal Bidang Kesehatan adalah pelayanan publik
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan warga Negara.
4. Jenis Pelayanan dasar SPM Bidang Kesehatan adalah jenis pelayanan
dalam rangka penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan dasar
minimal kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga Negara.
5. Mutu Pelayanan dasar minimal Bidang Kesehatan adalah ukuran
kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa kebutuhan dasar
kesehatan serta pemenuhan sesuai standar teknis agar hidup secara
layak.
6. Urusan pemerintahan wajib bidang kesehatan adalah urusan
pemerintahan bidang kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota.
7. Pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
10. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
11. Warga Negara Indonesia, yang selanjutnya disebut Warga Negara
adalah orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang
disahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
13
BAB II
PETUNJUK TEKNIS ATAU TATA CARA PEMENUHAN STANDAR MUTU
PELAYANAN DASAR DAERAH PROVINSI
2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan adalah layanan minimal
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan/sub klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota
baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah yang meliputi :
a) pelayanan kesehatan saat pra krisis kesehatan;
b) pelayanan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan;
c) pelayanan kesehatan saat pasca krisis kesehatan.
b. Krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman
kesehatan masyarakat;
c. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
d. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (RHA = Rapid Health Assessment) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan
14
menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang
memerlukan respon segera.
e. Tim Darurat Medis (Emergency Medical Team) yang selanjutnya disebut
EMT adalah kelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan
pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena
dampak bencana atau kegawatdaruratansebagai tenaga kesehatan
bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat,
merupakan bagian dari sub klaster pelayanan kesehatan;
f. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response
Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga
kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan
masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat, terdiri dari
sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, sub klaster
gizi, sub klaster kesehatan reproduksi, dan sub klaster kesehatan jiwa;
g. Tanggap darurat krisis kesehatan adalah suatu keadaan yang mengancam
nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan
ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin
guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan;
h. Siaga darurat krisis kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi sumber
daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
i. Klaster Kesehatan adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang
terkoordinasi, terkolaborasi, dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berasal dari pemerintah, lembaga non
pemerintah, sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat,
meliputi:
d) sub klaster pelayanan kesehatan, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan terutama pelayanan pertolongan
darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan;
e) sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, yang
bertugas melakukan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan
lingkungan;
f) sub klaster kesehatan reproduksi, yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi;
15
g) sub klaster kesehatan jiwa, yang bertugas menyelenggarakan upaya
penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara
optimal;
h) sub klaster pelayanan gizi, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan gizi; dan
i) sub klaster identifikasi korban mati akibat bencana (Disaster Victim
Identification/DVI), yang bertugas menyelenggarakan identifikasi
korban meninggal dan penatalaksanaannya.
j. Rencana kontinjensi, yaitu rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu(single hazard).
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan dapat berdasarkan:
1) Pendataan riil jumlah penduduk wilayah berpotensi bencana;
2) Data sekunder jumlah penduduk pada wilayah berpotensi bencana
tahun sebelumnya (BPS).
3) Kabupaten/Kota rawan bencana di Provinsi dapat mengacu pada
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan oleh BNPB
b. Jenis Pelayanan Kesehatan:
Kegiatan pelayanan kesehatan meliputi:
1) Pelayanan saat pra krisis kesehatan, antara lain:
a) Membentuk tim klaster kesehatan yang terdiri dari pemerintah
dan non pemerintah dan disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi. SK klaster kesehatan dipastikan merupakan data
terbaru;
b) Sosialisasi/promosi/preventif upaya pengurangan risiko krisis
kesehatan bagi penduduk di wilayah berpotensi krisis kesehatan
akibat bencana yang dapat terintegrasi dengan program rutin
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi;
c) penyediaan logistik dan perlengkapan kesehatan.
2) Pelayanan saat tanggap darurat krisis kesehatan ditujukan untuk
merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat dan tepat, guna
menyelematkan nyawa, mencegah kecacatan lebih lanjut dan
mengurangi angka kesakitan. Kgiatan dimulai dari penetapan status
darurat krisis kesehatan yang meliputi:
a) status siaga darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:
d) melakukan RHA;
16
e) aktivasi Klaster kesehatan dan mobilisasi sub klaster
kesehatan jika dibutuhkan; dan
f) menyusun dan melaksanakan rencana operasi krisis
kesehatan berdasarkan hasil RHA dan rencana kontinjensi.
b) status tanggap darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:
- melakukan RHA;
- aktivasi klaster kesehatan dengan mendirikan pos klaster
kesehatan;
- mobilisasi sub klaster kesehatan;
- menyusun dan melaksanakan rencana operasi Krisis
Kesehatan berdasarkan hasil RHA dan rencana kontigensi (jika
ada);
Beberapa contoh kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
klaster kesehatan:
Sub Klaster Kegiatan Minimal
Pelayanan - mobilisasi EMT
Kesehatan - pertolongan korban
- pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
- melaksanakan sistem rujukan
- dukungan logistik pelayanan kesehatan
18
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
a) Dokter umum;
b) Perawat;
c) bidan;
d) Pengemudi.
2) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Tenaga medis;
b) Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan
di bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
c) Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
d) Tenaga kefarmasian;
e) Tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dalam identifikasi
korban meninggal (DVI);
f) Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
Sarana prasarana dan alat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan bagi
penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana, antara lain:
a. Alat pelindung diri (APD) sesuai dengan jenis bencana;
b. Logistik kesehatan (obat dan bahan habis pakai);
c. Formulir pelaporan;
d. Lembar KIE.
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Provinsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana adalah 100%.
= X 100 %
Persentase Pelayanan Jumlah penduduk wilayah rawan bencana yang
Kesehatan Tahap Pra mendapatkan layanan sosialisasi pengurangan
19
Krisis Kesehatan risiko krisis kesehatan dalam kurun waktu satu
tahun
Catatan:
1. Bila Provinsi tidak mengalami kejadian bencana, maka capaian kinerja
dihitung dari capaian kinerja pada tahap pra krisis kesehatan.
2. Bila Provinsi mengalami kejadian bencana maka capaian kinerja
dihitung dari capaian kinerja pada tahap pra krisis kesehatan dan
pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan.
Contoh perhitungan
Pada tahun 2018, di Provinsi X telah terjadi 2 kali kejadian krisis kesehatan
yang membutuhkan dukungan Provinsi dalam penanganannya.
a. Telah dilakukan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan dengan
melakukan sosialisasi terhadap 150 penduduk wilayah rawan bencana
dengan target sebanyak 165 penduduk;
b. Bulan September, di Kabupaten A terjadi banjir yang menimpa 5.108
jiwa. Dinkes Provinsi telah memobilisasi klaster kesehatan dan
melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak dengan
jumlah yang dilayani mencapai 5.105 jiwa.
c. Bulan Desember, Kabupaten M terjadi bencana longsor dengan
penduduk terdampak berjumlah 5.440 jiwa, Dinkes provinsi
memobilisasi sub klaster kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak dengan jumlah yang dilayani sebanyak 5.450
jiwa.
Tahap pra krisis kesehatan = 150 penduduk x 100% = 90,9%
165 penduduk
Tahap Tanggap Darurat Krisis Kesehatan= (5105 + 5440) x 100%
(5108 + 5450)
= 99,9%
Capaian target tahun 2018 = 90,9% + 99,9% = 95,4%
20
2
21
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
Keterangan :
a. Unit cost mengacu pada standar biaya yang berlaku di daerah setempat dan
memperhitungkan biaya kemahalan di daerah tertentu;
b. Lama pelaksanaan dan jumlah pengiriman tim bergantung pada jenis
bencana, lokasi, dan luas dampak bencana.
c. Pengadaan Peralatan Kesehatan dan Bahan Habis Pakai dilaksanakan
sesuai kebutuhan.
Mohon pertimbangan bapak untuk krisis yg dibawah ini konsepnya sama dengan
indikator KLB, jika krisis yang diatas merupakan tahap pra krisis dan
krisis,,maka harus disamakan kembali dengan KLB yang tidak ada pra KLB
5. Pernyataan Standar
Setiap penduduk yang terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat Provinsi wajib memberikan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
6. Pengertian
k. Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan sesuai standar adalah
layanan minimal untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana
yang dilakukan pada saat tanggap darurat krisis kesehatan, oleh tenaga
kesehatan/sub klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota baik dari
unsur pemerintah maupun non pemerintah.
l. Krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
22
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman
kesehatan masyarakat;
m. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
n. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (RHA = Rapid Health Assessment) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan
menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang
memerlukan respon segera.
o. Tim Darurat Medis (Emergency Medical Team) yang selanjutnya disebut
EMT adalah kelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan
pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena
dampak bencana atau kegawatdaruratansebagai tenaga kesehatan
bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat,
merupakan bagian dari sub klaster pelayanan kesehatan;
p. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response
Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga
kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan
masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat, terdiri dari
sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, sub klaster
gizi, sub klaster kesehatan reproduksi, dan sub klaster kesehatan jiwa;
q. Tanggap darurat krisis kesehatan adalah suatu keadaan yang mengancam
nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan
ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin
guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan;
r. Siaga darurat krisis kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi sumber
daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
s. Klaster Kesehatan adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang
terkoordinasi, terkolaborasi, dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berasal dari pemerintah, lembaga non
pemerintah, sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat,
meliputi:
23
a) sub klaster pelayanan kesehatan, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan terutama pelayanan pertolongan
darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan;
b) sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, yang
bertugas melakukan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan
lingkungan;
c) sub klaster kesehatan reproduksi, yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi;
d) sub klaster kesehatan jiwa, yang bertugas menyelenggarakan upaya
penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara
optimal;
e) sub klaster pelayanan gizi, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan gizi; dan
f) sub klaster identifikasi korban mati akibat bencana (Disaster Victim
Identification/DVI), yang bertugas menyelenggarakan identifikasi
korban meninggal dan penatalaksanaannya.
t. Rencana kontinjensi, yaitu rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu(single hazard).
7. Langkah Kegiatan
c. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan dapat berdasarkan:
4) Pendataan riil jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana;
5) Data sekunder jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana tahun sebelumnya (BPS).
d. Jenis Pelayanan Kesehatan:
Pelayanan saat tanggap darurat krisis kesehatan ditujukan untuk
merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat dan tepat, guna
menyelematkan nyawa, mencegah kecacatan lebih lanjut dan
mengurangi angka kesakitan. Kgiatan dimulai dari penetapan status
darurat krisis kesehatan yang meliputi:
- melakukan RHA;
- aktivasi klaster kesehatan dengan mendirikan pos klaster kesehatan;
- mobilisasi sub klaster kesehatan;
24
Pelayanan - mobilisasi EMT
Kesehatan - pertolongan korban
- pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
- melaksanakan sistem rujukan
Pencegahan - menyelenggarakan pelayanan imunisasi;
Penyakit dan - menyelenggarakan kegiatan penemuan penderita
Kesehatan penyakit menular;
Lingkungan - menyelenggarakan surveilans epidemiologi
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan penyehatan
lingkungan dan pengendalian vektor.
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Gizi - surveilans gizi darurat
- pendampingan penatalaksanaan gizi pada
kelompok rentan
- intervensi gizi darurat
- pendampingan dapur umum
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Kesehatan - pendataan kelompok rentan
Reproduksi - melaksanakan Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Kesehatan Jiwa - Melakukan upaya penanggulangan masalah
kesehatan jiwa dan psikososial berbasis
masyarakat
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Disaster Victim Melakukan identifikasi korban meninggal sesuai
Indentification (DVI) dengan fase yang telah ditetapkan
Tim logistik pengelolaan logistik (penerimaan, pencatatan,
penyimpanan, pendistribusian, penyerahan dan
pelaporan)
Tim Data dan - membuka pos informasi
Informasi - melakukan pelaporan melalui sistem informasi
penanggulangan krisis kesehatan (SIPPK)
25
akibat bencana. Berdasarkan hasil kajian cepat kesehatan (RHA) maka
dilakukan:
d. Rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam rangka
persiapan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana;
e. Pengiriman tim penanggulangan krisis kesehatan;
f. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dengan mengutamakan kelompok
rentan.
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
a) Dokter umum;
b) Perawat;
c) bidan;
d) Pengemudi.
2) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
g) Tenaga medis;
h) Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan
di bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
i) Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
j) Tenaga kefarmasian;
k) Tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dalam identifikasi
korban meninggal (DVI);
l) Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.
26
8. Capaian Kinerja
c. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Provinsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
adalah 100%.
Contoh perhitungan
Pada tahun 2018, di Provinsi X telah terjadi 2 kali kejadian krisis kesehatan
yang membutuhkan dukungan Provinsi dalam penanganannya.
d. Bulan September, di Kabupaten A terjadi banjir yang menimpa 5.108
jiwa. Dinkes Provinsi telah memobilisasi klaster kesehatan dan
melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak dengan
jumlah yang dilayani mencapai 5.105 jiwa.
e. Bulan Desember, Kabupaten M terjadi bencana longsor dengan
penduduk terdampak berjumlah 5.440 jiwa, Dinkes provinsi
memobilisasi sub klaster kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak dengan jumlah yang dilayani sebanyak 5.450
jiwa.
Capaian target tahun 2018 = (5105 + 5440) x 100% = 99,9%
(5108 + 5450)
27
NO JENIS JUMLAH FUNGSI
Keterangan :
d. Unit cost mengacu pada standar biaya yang berlaku di daerah setempat dan
memperhitungkan biaya kemahalan di daerah tertentu;
e. Lama pelaksanaan dan jumlah pengiriman tim bergantung pada jenis
bencana, lokasi, dan luas dampak bencana.
f. Pengadaan media KIE dilaksanakan sesuai kebutuhan.
1. Pernyataan Standar
Setiap orang pada kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun.
2. Pengertian
a. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar
Biasa Provinsi adalah pelayanan kesehatan bagi setiap orang yang
terdampak dan berisiko pada situasi KLB sesuai dengan jenis
penyakit dan/atau keracunan pangan yang menyebabkan KLB.
28
b. Suatu KLB dinyatakan sebagai KLB Provinsi jika memenuhi salah
satu kriteria kondisi KLB sebagai berikut;
1) KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu
provinsi yang meluas ke Kabupaten/kota lainnya dan memiliki
hubungan epidemiologi pada provinsi yang sama berdasarkan
kajian epidemiologi oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
2) KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu
provinsi berpotensi meluas ke Kabupaten/Kota lainnya
berdasarkan hasil analisis dan evaluasi penanggulangan KLB
oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
3) Pemerintah daerah Kabupaten/kota terdampak KLB
tidak/kurang mampu dan mengajukan permintaan bantuan
dalam penanggulangan KLB kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Pengajuan permintaan bantuan dengan menggunakan formulir
yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1501/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan
dan ditandatangani oleh kepada daerah Kabupaten/kota
terdampak.
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan pada Kondisi KLB
Sasaran pada Kondisi KLB adalah penduduk terinfeksi penyakit dan
penduduk yang berisiko terdampak penyakit penyebab KLB/
keracunan pangan.
Jumlah sasaran dihitung berdasarkan beberapa cara, antara lain :
1) Pendataan riil pada saat kejadian
2) Prevalensi KLB pada 3 tahun terakhir (sesuai pelaporan STP KLB)
atau
3) Jumlah penduduk pada wilayah kondisi KLB tahun sebelumnya
(data kependudukan)
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan standar pada penduduk kondisi KLB
yang dilakukan sesuai dengan jenis penyakit dan/atau keracunan
pangan yang terjadi, meliputi:
29
1) Penemuan kasus dan identifikasi faktor risiko melalui
penyelidikan epidemiologis
2) Penatalaksanaan penderita pada kasus konfirmasi, probable dan
suspek yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina
sesuai standar yang telah ditetapkan
3) Penyuluhan
4) Pencegahan dan pengebalan sesuai dengan jenis penyakit
5) Penanganan jenazah, jika diperlukan
6) Pemusnahan penyebab penyakit, jika diperlukan
7) Upaya penanggulangan kesehatan masyarakat lainnya, jika
diperlukan antara lain meliburkan sekolah dan/atau menutup
fasilitas umum untuk sementara waktu
c. Rujukan
Pelayanan kesehatan pada penduduk yang diduga dan atau terkena
infeksi penyakit berpotensi KLB dirujuk ke fasyankes rujukan yang
telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
4. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan hasil analisa data rutin
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan/atau
laporan/tentang adanya KLB lintas Kabupaten/Kota atau berpotensi
meluas dari satu Kabupaten/Kota ke Kabupaten/Kota lainnya oleh
Dinas Kesehatan Provinsi, ataupun karena permintaan bantuan dari
salah satu Kabupaten/Kota.
Berdasarkan hasil analisa data/laporan maka dilakukan;
a. Kajian epidemiologi terhadap data/informasi tentang kemungkinan
KLB lintas kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi (Tim
Gerak Cepat Provinsi).
b. Rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
pada penduduk sesuai KLB yang terjadi
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
penanggulangan KLB
30
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan pada Kejadian Luar Biasa provinsi terdiri dari:
31
Pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan kesehatan penduduk
kondisi KLB menggambarkan jenis penyakit/keracunan makanan,
penduduk yang terdampak serta kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan KLB tersebut dengan menggunakan format berikut:
Pencegahan
dan pengebalan
Pemusnahan
penyebab
penyakit
Penanganan
jenazah
Penyuluhan
Upaya
penanggulanga
n lain
Keterangan
32
1) Kolom Nomer ; sudah jelas
2) Kolom Jenis KLB : diisi dengan jenis KLB yang
terjadi/mengancam
3) Kolom Kabupaten/Kota : diisi dengan Nama Kabupaten/Kota
yang mengalami/terancam KLB
4) Kolom Periode KLB : diisi dengan tanggal/bulan/tahun awal
KLB mulai dicurigai sampai KLB berakhir.
5) Kolom Pelayanan Kesehatan : diisi dengan pelayanan
kesehatan yang dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan.
6) Kolom Penduduk kondisi KLB :
- Sasaran : diisi dengan jumlah penduduk Kondisi KLB
- Yang dilayani : diisi dengan jumlah penduduk kondisi KLB
yang mendapat pelayanan kesehatan
7) Kolom Keterangan : diisi dengan hal-hal yang akan
disampaikan terkait jenis KLB contoh hasil laboratorium
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah daerah Provinsi dalam melakukan
pelayanan kepada sasaran kondisi KLB ( di provinsi, dinilai dari
persentase Jumlah penduduk kondisi KLB yang mendapat
33
pelayanan kesehatan sesuai standar dibandingkan jumlah
penduduk kondisi KLB dalam kurun waktu satu tahun.
Catatan ;
Nominator adalah jumlah orang yang terinfeksi dan yang berisiko
terdampak penyakit/keracunan pangan penyebab KLB yang
mendapat layanan kesehatan sesuai standar.
Pelayanan standar yang dimaksud adalah tatalaksana kasus
(konfirmasi, probable dan suspek), pencegahan dan pengebalan
sesuai dengan jenis penyakit, Penyuluhan, serta penanganan
jenazah jika diperlukan)
Denominator adalah jumlah seluruh orang yeng terinfeksi dan
yang berisiko terdampak penyakit/keracunan pangan penyebab
KLB)
34
Kabupaten/Kota tersebut telah menetapkan KLB di wilayahnya
masing-masing.
35
Dengan demikian jumlah populasi kasus terinfeksi dan populasi
berisiko terdampak yang seharusnya mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 5430
36
No Barang Jumlah Fungsi
petugas penyakit
yang turun
kelapangan
37
No Barang Jumlah Fungsi
38
2. Penemuan kasus Petugas a. Transport Penyelidikan
dan identifikasi kesehatan petugas Epidemiologi
LANGKAH VARIABEL KOMPONEN VOLUME
faktor risiko (Transport dilakukan
KEGIATAN
melalui daerah sulit/ sekurang-
penyelidikan Kasus a.Bahan/alat
sewa - 5 hari.
kurangnya
Epidemiologi : (probable, pengambilan
kendaraan)dan Pelaksanaan
- suspek, pemeriksaan
b. Uang harian Penyelidikan
konfirm) c.spesimen
Akomodasi Epidemiologi
d. formulir dilakukan segera
b.biaya
penyelidikan setelah diketahui
pengiriman dan
yang KLB dan selama
pemeriksaan
diperlukan KLB berlangsung
laboratorium
e. Biaya untuk melakukan
c. Biaya rujukan
komunikasi evaluasi.
ke cepat
RS Perkiraan anggaran
f. Logistik bagi merujuk pada
petugas (APD) jumlah penduduk
minmal 2 kab/kota
yang berisiko
berdasarkan data
SKDR3 tahun
terakhir
39
Kontak Kasus a.Bahan/alat
pengambilan dan
pemeriksaan
spesimen
b.Biaya
pengiriman dan
pemeriksaan
spesimen di
laboratorium
b. media KIE
b. biaya
pengiriman dan
pemeriksaan
laboratorium
40
Penderita/pasie a. Biaya
n penyakit KLB pemeriksaan,
(konfirmasi, perawatan dan
probable dan pengobatan
suspek) selama di RS
41
5. pencegahan a. Petugas g. Transport
dan pengebalan kesehatan petugas
(Transport
daerah sulit/
sewa
kendaraan)
h.Uang harian
i. Akomodasi
j. formulir
penyelidikan
yang
diperlukan
k. Biaya
komunikasi
cepat
l. Logistik bagi
petugas (Alat
Perlindungan
Diri/ APD
termasuk
pengebalan)
b. Kontak kasus a. profilaksis
b. APD
c. Respon
imunisasi
c. Penduduk a. profilaksis
berisiko
b. APD
c. Respon
imunisasi
42
6. pemusnahan Petugas a. Transport
penyebab kesehatan petugas
penyakit (Transport
daerah sulit/
sewa
kendaraan)
b. Uang
harian
c.Akomodasi
d. formulir
penyelidikan
yang
diperlukan
e. Biaya
komunikasi
cepat
f. Logistik bagi
petugas (APD)
Vektor dan - Alat/bahan
binatang pemusnah
pembawa vektor dan
penyakit binatang
pembawa
penyakit (untuk
hewan/binatang
berkoordinasi
dengan lintas
sektor terkait)
43
K7. penanganan Petugas a. Bahan
e jenazah Pemulasaran pemulasaran
n Pemakaman
p d. Logistik bagi
e petugas (APD)
Populasi Media KIE
l
berisiko termasuk
a
k Komunikasi
s massa melalui
a iklan layanan
n masyarakat
9. a
Upaya Petugas - Media KIE
a
penanggulangan Kesehatan - Logistik,
n
lainnya sarana/
prasarana
p yang terkait
e dengan
kegiatan
n
karantina
y
elidikan epidemiologi tergantung pada jenis penyakit, luas dan lokasi
kejadian KLB
44
2. Jenis bahan dan alat pengambilan serta tempat penyimpanan
spesimen/sampel kasus, kontak dan lingkungan tergantung dari
jenis KLB
Pengiriman spesimen/sampel KLB ke laboratorium rujukan.
BAB III
PETUNJUK TEKNIS ATAU TATA CARA PENERAPAN STANDARMUTU
PELAYANAN DASAR DAERAH KABUPATEN/KOTA
45
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan swasta dan pemerintah, UKBM, dan rumah (kunjungan
rumah)
b. Pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi
kriteria minimal 10 T yaitu :
1) Penimbangan berat badan yang dilakukan secara teratur pada
kunjungan 1, 2, 3 dan 4 serta pengukuran tinggi badan
dilakukan pada kunjungan 1.
2) Pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara teratur pada
kunjungan 1, 2, 3 dan 4
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan pada
kunjungan 1.
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) dilakukan secara
teratur mulai pada kunjungan ke 2, 3 dan 4
5) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
dilakukan secara teratur mulai pada kunjungan ke 2, 3 dan 4
6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (Td) bila diperlukan (1 atau 2 kali selama
kehamilan, minimal memperoleh status ) yang dilakukan secara
teratur pada kunjungan ke1, 2, 3 dan 4
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan (disesuaikan dengan kondisi ibu dan dapat diberikan
pada kunjungan 1, 2, 3 dan 4)
8) Tes Laboratorium, mencakup: Tes kehamilan, Pemeriksaan Hb,
Pemeriksaan Golongan Darah dan Gluko-Protein urin dilakukan
atas indikasi yang diperlukan.
9) Tatalaksana/penanganan kasus dilakukan sesuai dengan
kewenangan pada kunjungan ke 1, 2, 3 dan 4 (rujukan
penanganan kasus komplikasi dalam kehamilan).
10) Temu wicara (konseling) dilakukan mengacu pada buku
pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu pada kunjungan ke 1, 2,
3 dan 4.
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan oleh tenaga kebidanan,
keperawatan dan/atau tenaga medis (dokter dan/atau dokter
spesialis kebidanan dan kandungan) yang memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan Kinerja
46
Jumlah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal
Persentase ibu
sesuai standar di wilayah kerja
hamil
kabupaten/kota tersebut dalam
mendapatkan
kurun waktu satu tahun
pelayanan = x 100 %
Jumlah semua sasaran ibu hamil
kesehatan ibu
di wilayah kerja kabupaten/kota
hamil
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
Catatan:
1. Numerator dan Denominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang
telah selesai menjalani masa kehamilannya (bersalin) di akhir tahun
berjalan
2. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada
akhir tahun berjalan tidak di hitung sebagai Numerator dan
Denominator akan tetapi dihitung sebagai Numerator dan
Denominator pada tahun berikutnya.
Contoh Perhitungan
47
Total Kabupaten 1000 740 450 200 90
A (X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
(Total
Puskesmas
B+C+D)
Catatan:
1) Terdapat gap yang besar antara sasaran proyeksi (1000) dengan
sasaran riil (740) sehingga puskesmas harus aktif menemukan ibu
hamil yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat tidak terlalu jauh dengan sasaran
proyeksi.
2) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 60,8%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. kurangnya informasi mengenai pelayanan antenatal
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. ibu hamil mendapatkan pelayanan di fasyankes luar wilayah
kerja kabupaten/kota
e. kendala biaya
f. sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan
ibu hamil mencapai 100%.
48
No Barang Jumlah Fungsi
pelayanan
antenatal
2 Timbangan badan Sesuai jumlah - Timbangan untuk
dan alat ukur tinggi puskesmas jaringan mengukur berat
badan; dan jejaringnya badan
- Alat ukur tinggi
badan untuk
mengukur tinggi
badan ibu
3 Sphygmomanometer; Sesuai jumlah - Mengukur tekanan
puskesmas jaringan darah
dan jejaringnya
4 Pita LILA dan pita Sesuai jumlah - Pita LILA untuk
ukur; puskesmas jaringan Mengukur linkar
dan jejaringnya lengan atas untuk
mendeteksi ibu
hamil menderita
Kurang Energi
Kronis (KEK)
- Pita ukur untuk
mengukur tinggi
fundus uteri
5 Vaksin Td; 1 ampul x Sejumlah - Pencegahan
sasaran ibu Tetanus pada ibu
hamil/10 dan tetanus pada
(tergantung status bayi saat
imunisasi ibu) persalinan
6 Tablet tambah darah 90 tablet x jumlah - Pencegahan anemia
ibu hamil defisiensi besi dan
defisiensi asam
folat
49
No Barang Jumlah Fungsi
berfungsi sebagai
rekapitulasi
10 Buku KIA Sesuai Kebutuhan - Pencatatan
kesehatan ibu dan
anak sampai umur
6 tahun
- Media KIE bagi ibu
dan keluarganya
50
Fe pelayanan
dalam gedung
3. Langkah Kegiatan
51
a. Penentuan Sasaran
Untuk keperluan perencanaan dan anggaran di awal tahun, jumlah
sasaran ibu bersalin menggunakan data proyeksi BPS dan ditetapkan
Kepala Daerah. Untuk perhitungan capaian kinerja dan evaluasi di
akhir tahun, jumlah sasaran ibu bersalin menggunakan data riil.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
3) Pengisian kartu ibu dan kohort
c. Rujukan pertolongan persalinan jika diperlukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani (sesuai
dengan kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu bersalin dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang meliputi
Puskesmas dan jaringannya (Pustu), Praktik Mandiri Bidan (PMB ),
Klinik Pratama, Klinik Utama, Klinik Bersalin, Balai Kesehatan Ibu
dan Anak, Rumah Sakit milik Pemerintah maupun Swasta.
b. Pelayanan ibu bersalin sesuai dengan standar
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan ibu bersalin dilakukan oleh tenaga kebidanan
dan/atau tenaga medis (dokter dan/atau dokter spesialis kebidanan
dan kandungan) yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
52
Contoh Perhitungan
Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat 2.780
sasaran ibu bersalin (riil) dan 3.500 sasaran ibu bersalin (proyeksi) .
Rincian ibu yang mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas
dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
sebagai berikut:
53
Jumlah Dilayani
Jumlah Dilayani Tidak
Lokasi ibu Tidak
ibu Sesuai di Keterangan
Pelayanan bersalin sesuai
bersalin standar layani
(riil) standar
(proyeksi)
Puskesmas A 800 500 500 0
Bersalin oleh 20 0 20 Tidak
tenaga dihitung,
kesehatan di karena tidak
Rumah bersalin di
fasyankes.
Tetapi dipakai
sebagai
bahan
evaluasi dan
perencanaan
Puskesmas
selanjutnya
Bersalin oleh 30 0 30 Tidak
dukun dihitung,
tetapi sebagai
bahan
evaluasi dan
perencanaan
berikutnya
Bersalin di 30 0 30 Tidak
Polindes dan dihitung,
poskesdes kecuali
pemerintah
daerah
menjaminpoli
ndes dan
poskesdes
telah
dilengkapi
SDM, sarana
dan
prasarana
sesuai
standar
pelayanan
persalinan
Bersalin di 200 200 0 Fasyankes
Fasilitas primer dan
pelayanan rujukan
kesehatan melaporkan
swasta pelayanan
persalinan ke
Puskesmas
sesuai
dengan
wilayah
kerjanya
Total 800 780 700 50 30
Puskesmas A
Total 1300 1000 900 100 0
Puskesmas B
Total 1400 1000 1000 0 0
Puskesmas C
Kabupaten D 3.500 2.780 2.600 150 30
(Total (X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
Puskesmas
A+B+C)
54
*data bersalin dirumah, Polindes, poskesdes, oleh dukun dilaporkan
ke Puskesmas walaupun tidak dihitung dalam cakupan.
Capaian indikator Ibu bersalin mendapat pelayanan standar di Kab. D
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _2600_ x 100% = 93.5%
2780
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan kesehatan ibu
bersalin adalah 93.5%
Catatan:
1. Terdapat gap yang besar antara sasaran proyeksi (3500) dengan
sasaran riil (2780) sehingga puskesmas harus aktif menemukan ibu
hamil yang akan bersalin yang akan menjadi sasaran pelayanan
melalui kunjungan rumah agar sasaran yang didapat tidak terlalu
jauh dengan sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 93.5%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. Kurangnya informasi mengenai pelayanan persalinan
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. ibu bersalin mendapatkan pelayanan bukan oleh nakes dan atau
tidak difasyankes
e. ibu bersalin mendapatkan pelayanan diluar wilayah kerja
kab/kota
f. kendala biaya
g. Sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan
ibu bersalin mencapai 100%.
3. Ibu bersalin di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan
dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal ibu bersalin tersebut.
55
4 Kohort ibu Terintegrasi - Form pencatatan
dengan ibu hamil berfungsi sebagai
rekapitulasi
5 Buku KIA Terintegrasi - Pencatatan
dengan ibu hamil kesehatan ibu dan
anak sampai umur
6 tahun
- Media KIE bagi ibu
dan keluarganya
57
a. Perawatan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) dan;
b. Perawatan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari). Dilakukan
minimal 3 kali sesuai dengan periode Kunjungan Neonatal (KN) yaitu:
KN1 (6 - 48 jam), KN2 (3 - 7 hari) dan KN3 (8 - 28 hari).
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran
Untuk keperluan perencanaan dan anggaran di awal tahun, jumlah
sasaran bayi baru lahir menggunakan data proyeksi BPS dan
ditetapkan Kepala Daerah. Untuk perhitungan capaian kinerja dan
evaluasi di akhir tahun, jumlah sasaran bayi baru lahir
menggunakan data riil.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
2) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
3) Pengisian Kohort
c. Rujukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani
(sesuai dengan kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, UKBM, dan rumah
(kunjungan rumah)
b. Perawatan neonatal esensial saat lahir dibuktikan dengan terisinya
formulir bayi baru lahir sesuai dengan waktu pelayanan, minimal
meliputi:
1) Pemotongan dan perawatan tali pusat
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3) Pencegahan perdarahan (injeksi vitamin K1)
4) Pencegahan infeksi mata (salep/tetes mata antibiotik)
5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0)
Perawatan neonatal esensial setelah lahir dibuktikan dengan
terisinya formulir MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda) di
fasyankes primer atau rekam medis bayi di fasyankes rujukan
sebanyak 3 kali sesuai dengan periode Kunjungan Neonatal (KN),
meliputi:
1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
di fasyankes primer dan Panduan Praktik Klinis (PPK) di RS
3) Pemberian vitamin K1 dan imunisasi Hepatitis B injeksi untuk
bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan
4) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dilaksanakan oleh tenaga
kebidanan dan/atau tenaga keperawatan dan/atau tenaga medis
(dokter dan/atau dokter spesialis anak) yang memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).
58
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dinilai dari
cakupan jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Contoh
Di Kabupaten A, terdapat puskesmas A dan B. Jumlah sasaran bayi
baru lahir yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang
sama sebanyak 310 orang dan jumlah bayi baru lahir sesuai pendataaan
(riil) sebanyak 260 orang. Jumlah bayi baru lahir yang mendapat
pelayanan kesehatan sesuai dengan rincian sebagai berikut :
59
2. Puskesmas 130 120 120 0 Tidak ada
B dan 0 fasyankes
C
Jaringanny swasta di
aa wilayah
Puskesmas
p
B
a Jumlah 310 260 220 20 20
(X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
i
an SPM bayi baru lahir mendapat pelayanan standar di Kab. A
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _220_ x 100% = 84.6%
260
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan bayi baru lahir
adalah 84.6%
Catatan:
1. Masih terdapat gap antara sasaran proyeksi (310) dengan sasaran riil
(260) sehingga puskesmas harus lebih aktif menemukan bayi baru
lahir yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat mendekati sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 84.6%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. Kurangnya Informasi mengenai pelayanan bayi baru lahir
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. bayi baru lahir mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja
kab/kota
e. kendala biaya
f. Sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan bayi baru
lahir mencapai 100%.
3. Bayi baru lahir di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani
dan dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di
Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan
alamat tinggal bayi baru lahir tersebut.
62
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
b. Pelayanan luar Petugas Pelayanan Jumlah
gedung kesehatan petugas x
neonatal biaya
biaya transport transport x
petugas/BBM jumlah
kunjungan
Formulir Pengadaan Terintegrasi
MTBM formulir MTBM dengan
pengadaan
formulir
MTBM pada
pelayanan
dalam gedung
Alat Set pelayanan Terintegrasi
Kesehatan bayi baru lahir dengan
(0-6 Jam) Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
Vitamin K1 Pengadaan vit K1 Terintegrasi
injeksi injeksi dengan
Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
Salep/Tetes Pengadaan salep / Terintegrasi
mata tetes mata dengan
antibiotik antibiotik Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
3. Pengisian dan Buku KIA Pengadaan Terintegrasi
pemanfaatan Buku buku KIA dengan
KIA Sesuai Kebutuhan pengadaan
paket buku
KIA pada
Pelayanan
kesehatan
ibu hamil
63
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
4. Pencatatan dan Register Pengadaan 1 Paket x
Pelaporan Kohort Bayi register jumlah
Kohort bayi Puskesmas
Formulir Pengadaan 1 paket x
pelaporan SIP formulir SIP jumlah
Puskesmas,
terintegrasi
dengan
pengadaan
formulir SIP
pelaporan
lainnya
Formulir dan Pengadaan 1 Paket x
ATK formulir dan ATK jumlah
Puskesmas
c. Pelaksana Layanan
a) Pelayanankesehatan balita dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter spesialis anak/dokter umum/bidan/perawat
yang telah memiliki STR dan/atau tenaga gizi)dan atautenaga non
kesehatan terlatih/terorientasi dan/atau kader kesehatan
terlatih/terorientasi(Guru TK/RA dan/atau pendidik PAUD/TPA
dan/atau Kader kesehatan) dalam supervisi dari tenaga
kesehatan.
b) Khusus untuk pelaksanaan imunisasi dasar lengkap harus
diberikan oleh dokter spesialis anak/dokter
umum/bidan/perawat yang telah memiliki STR.
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari
cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan balita sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun (dalam
persen).
b. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang
mendapat Pelayanan Kesehatan sesuai
Cakupan Standar + Balita usia 24-59 bulan
Pelayanan mendapakan pelayanan sesuai standar
=
Kesehatan Balita ___________________________________ X100%
sesuai Standar Jumlah Balita usia 12-59 bulan di wilayah
kerja Kabupaten/kota tersebut pada kurun
waktu satu tahun yang sama
66
Catatan :
Contoh Perhitungan
Bayi yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak
di hitung sebagai cakupan.
Contoh 1.
Bayi A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan (Desember 2018)
berusia 6 bulan sudah mendapatkan penimbangan4 kali, pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A
1 kali, imunisasi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali
dan IVP 1kali. Bayi A di akhir tahun belum di hitung sebagai cakupan,
karena belum mencapai usia 1 tahun dan belum mendapatkan
pelayanan sesuai standar;
Contoh 2.
Contoh 3.
67
Bayi C lahir pada 1 Desember 2017, di akhir tahun berjalan (bulan
Desember 2018) berusia 12 bulan. Dari bulan Desember 2017 sampai
bulan Mei 2018 sudah mendapatkan penimbangan 4 kali dan dari
bulan Juni sampai November 2018 sudah mendapatkan penimbangan 4
kali. Dalam satu tahun terakhir sudah mendapatkan pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 1
kali , Imunisasi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali,
IVP 1 kali dan campak 1 kali. Bayi C di hitung sebagai cakupan karena
sudah mencapai usia tahun berjalan dan mendapatkan pelayanan
sesuai standar;
Di Kabupaten D terdapat 3000 Balita usia 0-59 bulan terdiri dari 1000
orang bayi dan 2000 orang anak balita. Balita usia 0-59 bulan tersebut
berada di 3 wilayah kerja Puskesmas yaitu wilayah Puskesmas A, B
dan C.
Pelayanan Bayi:
Di Puskesmas A dari 250 bayi yang ada, sebanyak 100 bayi mendapat
pelayanan sesuai standar, 90 bayi mendapatkan pelayanan tidak sesuai
standar dan 90 bayi tidak mendapatkan pelayanan kesehatan .
Di Puskesmas B dari sasaran 250 bayi yang ada, sebanyak 100 bayi
mendapat pelayanan sesuai standar, 80 bayi mendapatkan pelayanan
tidak sesuai standar dan 70 bayi tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan
Di Puskesmas C dari 500 bayi sebanyak 300 bayi mendapatkan
pelayanan sesuai standar, 90 bayi mendapatkan pelayanan tidak
sesuai standar dan 110 bayi tidak mendapatkan pelayanan
68
Pelayanan anak Balita :
Puskesmas A dari sasaran 500 anak Balita sebanyak 400 orang anak
balita yang mendapatkan pelayanan sesuai standar, 20 anak balita
mendapatkan pelayanan tidak sesuai standar dan 80 anak balita tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan
Puskesmas B dari 500 anak Balita sebanyak 450 anak balita
mendapatkan pelayanan sesuai standar, 20 anak balita mendapatkan
pelayanan tidak sesuai standar dan 30 anak balita tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan
Cakupan 500
Pelayanan = _________________ X100%
Kesehatan Bayi 1000
69
sesuai Standar
Cakupan
Pelayanan = 50 %
Kesehatan Bayi
sesuai Standar
Cakupan 1500
Pelayanan _________________ X100%
Kesehatan Anak = 2000
Balita sesuai
Standar
Cakupan
Pelayanan
Kesehatan = 75 %
anak Balita
sesuai Standar
Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten D belum mencapai
100% , masih terdapat 500 balita ( 260 bayi + 240 anak balita)
mendapatkan pelayanan kesehatan balita tidak sesuai standar dan 500
balita ( 240 bayi + 260 anak Balita) tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan, sehingga pemerintah daerah harus melakukan analisis
penyebab tidak tercovernya seluruh balita dan membuat strategi untuk
menjangkau seluruh balita.
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Pendataan Petugas Pendataan Balita Jumlah Petugas
Balita 0-59 Biaya transport x Biaya
Bulan petugas/BBM Transport x
Jumlah
kunjungan
pendataan
(terintegrasi
dengan PIS-PK)
Formulir Pengadaan Formulir Jumlah Paket x
biaya perpaket x
Jumlah
Puskesmas
2. Pelayanan Alat Pengadaan Set Pemeriksaan 1 Paket x
Kesehatan Kesehatan Kesehatan Anak Jumlah
71
Balita puskesmas,
a. Pelayanan jaringan, dan
dalam jejaringnya
gedung Pengadaan Set Imunisasi 1 Paket x
Jumlah
puskesmas,
jaringan, dan
jejaringnya
Pengadaaan SDIDTK KIT 2 Paket x
Jumlah
puskesmas,
jaringan, dan
jejaringnya
Formulir Pengadaan formulir DDTK 1 Form x jumlah
DDTK balita
Formulir Pengadaan Formulir
Kuisioner Kuesioner Pra Skrining
1 paket x jumlah
Pra Skrining Perkembangan
balita
Perkembang
an
b. Pelayanan Petugas Pelayanan Kesehatan Balita Jumlah Petugas
luar Biaya transport x Transport x
gedung petugas/BBM(1) Jumlah
Kunjungan
Alat Pengadaan Kit Posyandu 1 Paket x
Kesehatan Jumlah
Puskesmas
Pengadaan Kit Imunisasi Terintegrasi
dengan
Pengadaan Set
Imunisasi pada
pelayanan dalam
gedung
72
3. Pengisian Buku KIA Pengadaan Buku KIA Terintegrasi
dan dengan
pemanfaatan pengadaan paket
Buku KIA buku KIA pada
Pelayanan
Kesehatan Ibu
Hamil
4. Pencatatan Balita Data Jumlah Balita
dan Register Pengadaan Register Kohort
pelaporan Kohort bayi, Balita
1 Paket x
Kohort
Jumlah Desa
Balita dan
Apras
Formulir Pengadaan formulir dan 1 Paket x
dan ATK ATK Jumlah
Puskesmas
5. Pelayanan Petugas Melakukan rujukan secara Jumlah Petugas x
Rujukan kesehatan tepat sesuai dengan Biaya Transport x
kebutuhan atau Jumlah Rujukan
permasalahan kesehatan
balita yang ditemukan, ke
fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan yang mampu
menangani
2. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar adalah
skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
berkala) yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar kelas 1
sampai dengan kelas 9 sebanyak 1 kali per tahun ajaran:
a. pemeriksaan status gizi
b. pemeriksaan tanda-tanda vital
c. pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
d. pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran
e. penilaian kesehatan reproduksi
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran
Penentuan sasaran berdasarkan jumlah peserta didik kelas 1
sampai dengan kelas 9 yang terdapat di satuan pendidikan dasar
(SD/MI dan SMP/MTs) dan ditetapkan oleh kepala daerah.
73
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
Jenis pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar,
meliputi:
1) Skrining Kesehatan Usia Pendidikan Dasar (Penjaringan
Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala)
2) Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Skrining Kesehatan
c. Rujukan
Rujukan dilakukan bila berdasarkan hasil skrining kesehatan
didapatkan masalah kesehatan yang memerlukan upaya tindak
lanjut di fasilitas pelayanan kesehatan pertama dan rujukan.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat pelayanan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar
dilaksanakan di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS)
74
Pemeriksaan ketajaman indera penglihatan menggunakan
kartu snellen dan pemeriksaan ketajaman indera
pendengaran dengan garpu tala.
(5) Penilaian kesehatan reproduksi
Pemeriksaan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
masalah terkait pubertas, risiko IMS, kekerasan seksual
dan lainnya.
e) Hasil skrining kesehatan dicatatkan pada buku rapor
kesehatanku / formulir pemeriksaan, dan kemudian direkap
pada formulir rekapitulasi hasil pelayanan usia pendidikan
dasar di sekolah dan Puskesmas (rekapitulasi penjaringan
kesehatan/ Pemeriksaan Berkala per Siswa, per Sekolah)
f) Puskesmas memberikan KIE kesehatan kepada peserta didik
sesuai masalah kesehatan yang didapatkan dari hasil skrining
kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku.
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan Puskesmas (dokter/dokter gigi/Bidan/perawat/
perawat gigi) dibantu oleh kader kesehatan terlatih di sekolah/
madrasah (guru & kader kesehatan sekolah), tenaga non kesehatan,
dan sektor lainnya yang kompeten, telah terlatih/terorientasi
skrining kesehatan (Praktik Mandiri, Klinik, atau Institusi
pendidikan kesehatan di wilayah Puskesmas/sekitarnya).
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar
75
dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
dasar sesuai standar di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun ajaran.
Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar.
Rincian anak yang mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan
pendidikan dasar sebagai berikut:
Jumlah Tidak Tidak
Anak Usia mendapat mendapat
mendapat
Pendidikan pelayanan pelayanan
Fasilitas pelayanan
Dasar kesehatan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Kelas 1 sesuai
Kesehatan sesuai
sampai standar
standar
dengan
kelas 9
Puskesmas 7.500 7.459 40 1
A
Puskesmas 6.000 5.790 200 10
B
Puskesmas 3.500 2.676 700 124
C
Jumlah 17.000 15.925 940 135
76
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “E” dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar
sesuai standar :
15926_ x 100% = 93,67 %.
17.000
Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum mencapai
100%, karena masih terdapat 1.075 anak yang belum mendapat
skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala) sesuai dengan standar. Sehingga perlu untuk dilakukan
analisis penyebab (faktor sarana prasarana, keterbatasan tenaga
kesehatan puskesmas dan/atau kurangnya koordinasi lintas sektor,
dsb).
77
7. Teknik Penghitungan Biaya
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Koordinasi Petugas Biaya Jumlah Petugas
dan puskesmas transport puskesmas x jumlah
Pendataan sekolah/madrasah X
sasaran Biaya transport
2. Pelaksanaan Petugas Biaya Jumlah Petugas
Skrining transport puskemas x Biaya
Kesehatan petugas/ transportasi x jumlah
BBM sekolah/madrasah
Alat Kesehatan UKS Kit Jumlah UKS kit x
Jumlah puskesmas
Instrumen Pengadaan
Pencatatan buku Instrumen pencatatan
(buku rapor
pencatatan
kesehatanku dan
kuesioner skrining) x
jumlah anak usia
pendidikan dasar
(kelas 1 sampai 9)
Formulir Pengadaan Formulir
Rekapitulasi formulir rekapitulasi di
Hasil skrining rekapitulasi sekolah x jumlah
kesehatan di sekolah sekolah
(Penjaringan dan di
Kesehatan dan Puskesmas Formulir
Pemeriksaan rekapitulasi di
Berkala) puskesmas x
jumlah puskesmas
78
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
transport
79
F. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
1. Pernyataan Standar
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining
kesehatan sesuai standar kepada setiap warga negara usia 15-59
tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
2. Pengertian
a. Pelayanan deteksi dini PTM usia 15–59 tahun meliputi :
1) Skrining faktor risiko PTM (obesitas, hipertensi dan diabetes)
2) Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim
3) Edukasi tentang faktor risiko PTM
4) Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
b. Pelayanan kesehatan usia produktif diberikan di UKBM, FKTP dan
tempat lainnya.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan sasaran usia produktif adalah orang berusia 15-59 tahun
di kab/kota berdasarkan data Kementerian kesehatan atau BPS
atau Disdukcapil serta ditetapkan oleh kepala daerah
b. Jenis pelayanan kesehatan pada usia produktif meliputi:
1) Deteksi kemungkinan Obesitas.
2) Deteksi Tekanan Darah.
3) Deteksi Gula darah.
4) Deteksi Dini kanker payudara dan kanker leher rahim (untuk
wanita)
5) Pencatatan buku monitoring faktor risiko PTM
c. Jika di UKBM ditemukan faktor risiko dan ketidaknormalan lainnya
dirujuk ke FKTP dan apabila di FKTP masih belum mampu
menangani, dirujuk ke FKRTL yang berkompeten
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Skrining kesehatan dilakukan minimal 1 kali setahun di FKTP dan
UKBM.
b. Pemantauan terhadap hasil skrining yang berisiko PTM dilakukan
minimal 1 bulan sekali di FKTP
c. Pemeriksaan/skrining gula darah wajib untuk semua orang dengan
usia ≥40 tahun dan usia ≥15 tahun dengan obesitas.
d. Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan metode SADANIS
(Pemeriksaan Payudara Secara Klinis) dan kanker leher rahim
dengan metode IVA, pada perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang
sudah aktif secara seksual atau sudah menikah atau sudah pernah
berhubungan seksual.
e. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai
kewenanganya oleh Dokter dan atau Perawat terlatih skrining;
Bidan terlatih untuk skrining IVA dan SADANIS dan atau Tenaga
kesehatan lain yang sudah terlatih skrining faktor risiko PTM dan
atau Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih untuk faktor risiko
PTM dibawah pengawasan petugas kesehatan dan atau
Nutrisionis/Tenaga Gizi terlatih untuk konseling gizi.
f. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Registrasi dan Petugas 1 orang
80
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
Pencatatan Data Pelaksana
Individu Posbindu terlatih
2 Wawancara skrining Perawat/Petugas 1 orang
kesehatan usia Pelaksana
produktif Posbindu terlatih
3 Pengukuran TB, BB, Perawat/Petugas 1 orang
Lingkar perut Tekanan Pelaksana
Darah Posbindu terlatih
4 Pemeriksaan Kadar gula Dokter/Perawat/ 1 orang
darah, kolesterol total, Bidan/Petugas
Pelaksana
Posbindu terlatih
5 Pengukuran ketajaman Perawat/Petugas 1 orang
pendengaran dan Pelaksana
ketajaman penglihatan Posbindu terlatih
5. Capaian Kinerja
a. Definisi operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan usia produktif dinilai dari
persentase orang usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di Kab/kota (wilayah kerjanya)
dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan
Jumlah orang usia 15–59 tahun di
Persentase
kab/kota yang mendapat pelayanan
orang usia 15–
skrining kesehatan sesuai standar
59 tahun
dalam kurun waktu satu tahun
mendapatkan = X 100%
skrining Jumlah orang usia 15–59 tahun di
kesehatan kab/kota dalam kurun waktu satu
sesuai standar tahun yang sama.
Catatan:
Numerator: Jumlah orang usia 15-59 tahun mendapatkan
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar. Orang yang
diskrining adalah warganegara usia 15-59 tahun yang bertempat
tinggal di kab/kota. Pelayanan skrining usia 15-59 tahun mencakup
deteksi PTM (obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, kanker
81
payudara dan serviks pada wanita usia 30-50 tahun dengan seksual
aktif)
Denominator: Jumlah orang yaitu warga negara usia 15–59 tahun
yang bertempat tinggal di kab/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama. Caranya menghitung Riil atau BPS atau Disdukcapil
Contoh Perhitungan
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 Warga Negara berusia 15–59 tahun.
Rincian yang berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Keterangan
Pelayanan Warga Warga Warga yang
Kesehatan Negara Negara Negara Tidak
Usia 15- Usia 15-59 Usia 15-59 Dilayani
59 yang yang
(Proyeksi) Dilakukan Dilakukan
Skrining Skrining
Sesuai Tidak
Standar Sesuai
Standar
Puskesmas 3450 650 900 650 Tidak
dan ada
Jaringannya skrining
obesitas
Fasyankes 800 100 100 100 tidak
Swasta dilakukan
deteksi
dini
kanker
payudara
dan
kanker
leher
rahim
JUMLAH 6000 4250 750 1000
Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang
berkunjung adalah sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4250 orang
mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi dan diabetes melitus,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran sesuai
standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam
memberikan pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 15–59
tahun adalah 4250/6000 x 100 % = 70,83 %.
Catatan:
Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan
rencana strategis tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang
belum berkunjung. Perlu di analisis sebab-sebab mereka belum
berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa
sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining.Pemerintah
82
Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk
menjangkau seluruh warga negara usia 15-59 tahun agar
seluruhnya dapat memperoleh pelayanan skrining sesuai standar
setahun sekali.
6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan
No Barang Jumlah Fungsi
1 - alat ukur berat badan, Sesuai jumlah Melakukan
- alat ukur tinggi badan, sasaran Skrining
- alat ukur lingkarperut, kesehatan
- tensimeter,
- glukometer,
- tes strip gula darah,
- kapas alkohol,
- KIT opthalmologi
komunitas
- KIT IVA tes
Aplikasi SI PTM
3 Pedoman dan media KIE Minimal 2 Panduan dalam
perpuskesmas melakukan
skrining
kesehatan
sesuai standar
83
Langkah Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Puskesmas
Suspek Data Jumlah sasaran
Penderita usia 30-59 tahun
(perempuan)
2. Konseling Petugas Pelayanan Konseling
tentang faktor
risiko PTM Media Pengadaan Media 1 Paket/
konseling konseling PTM kegiatan x
PTM Jumlah
Puskesmas
Penderita Data Jumlah
dengan faktor penderita dengan
risiko faktor risiko
3. Pelayanan Petugas Pelayanan kesehatan
rujukan kasus kasus faktor risiko PTM
ke Fasilitas
Kesehatan Penderita Data Jumlah
Tingkat denganfaktor Penderita faktor risiko
Pertama risiko PTM PTM
Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan peralatan PTM dengan
paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas
NO PERTANYAAN SKOR
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan YA TIDAK
kehidupan anda?
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak YA TIDAK
kegiatan dan minat /kesenangan anda?
86
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap YA TIDAK
saat?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan YA TIDAK
terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian YA TIDAK
besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA TIDAK
daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak YA TIDAK
masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini YA TIDAK
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA TIDAK
perasaan anda saat kini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda YA TIDAK
tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik YA TIDAK
keadaannya dari anda?
TOTAL SKOR
87
Salah = 0 Benar = 1
A Berapakah umur Anda?
B Jam berapa sekarang?
C Di mana alamat rumah Anda?
D Tahun berapa sekarang?
E Saat ini kita sedang berada di mana?
F Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat?
G Tahun berapa Indonesia merdeka?
H Siapa nama presiden RI sekarang?
I Tahun berapa Anda lahir?
j Menghitung mundur dari 20 sampai 1
Jumlah skor:
K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien
1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas
Cara Pelaksanaan:
1. Minta pasien untuk menjawab pertanyaan tersebut, beri tanda centang (V)
pada nilai nol (0) jika salah dan satu (1) jika benar
2. Jumlahkan skor total A sampai J, item K tidak dijumlahkan, hanya sebagai
keterangan.
3. Interpretasi :
- Skor 8-10 menunjukkan normal,
- skor 4-7 gangguan ingatan sedang dan
- skor 0-3 gangguan ingatan berat
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan pada usia lanjut (≥ 60 tahun) dilakukan
olehdokter dan/atau perawat dan/atau bidan dan/atau tenaga gizi
dan/atau tenaga kesehatan masyarakat yang telah mendapat
pelatihan/orientasi/ sosialisasi pelayanan kesehatan lansia sesuai
dengan kewenangannya. Pelayanan skrining di Posyandu Lansia/
89
Posbindu, dilakukan oleh petugas kesehatan yang dibantu oleh kader
kesehatan.
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada warga negara
usia 60 tahun keatas dinilai dari cakupan warga negara berusia 60
tahun ke atas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
minimal 1 kali di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.
Contoh perhitungan
Di Kabupaten G, terdapat puskesmas A, B dan C. Jumlah usia lanjut
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang sama
sebanyak 4900 orang dan jumlah usia lanjut sesuai pendataaan (riil)
sebanyak 4300 orang. Jumlah usia lanjut yang mendapat pelayanan
kesehatan sesuai dengan rincian sebagai berikut :
90
Jumlah
Jumlah
orang usia Jumlah
Jumlah orang usia
Jumlah lanjut orang usia
Fasilitas orang usia lanjut
orang usia yang lanjut yang
Pelayanan lanjut di yang Keterangan
lanjut di dilayani tidak
Kesehatan Kab/Kota dilayani
Kab/Kota tidak mendapat
(Proyeksi) Sesuai
(Riil) Sesuai pelayanan
Standar
Standar
Puskesmas A 2200 1900 1570 100 130
dan
jaringannya
meliputi :
Pelayanan 490 0
di
Puskesmas
A
Posyandu 250 40 40 tidak
Lansia/Pos diperiksa
bindu kolesterol
Rumah 490 30 30 orang tidak
Sakit diperiksa
Umum gangguan
Daerah mental
emosional /
kognitif
Klinik 240 20 10 orang tidak
Pratama diperiksa
kolesterol, 10
orang tidak
diperiksa gula
darah
Rumah 100 10 10 orang tidak
Sakit diperiksa
Swasta tingkat
kemandirian
Puskesmas B 1500 1300 1000 50 250 50 tidak
dan diperiksa
Jaringannya kolesterol,
gangguan
mental
emosional
Puskesmas C 1200 1100 1000 100 0 100 tidak
dan diperiksa
Jaringannya kolesterol /
gangguan
mental
emosional/
gangguan
kognitif
Jumlah 4.900 4.300 3.570 250 380
(X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
Capaian SPM Pelayanan Usia Lanjut mendapat pelayanan standar di
Kab. G
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _3570_ x 100% = 83,02 %.
4300
91
Capaian SPM kabupaten G untuk indikator pelayanan kesehatan Usia
Lanjut adalah 83,02 %.
Catatan:
1. Masih terdapat gap antara sasaran proyeksi (4900) dengan sasaran
riil (4300) sehingga puskesmas harus lebih aktif menemukan usia
lanjut yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat mendekati sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten G belum mencapai 100% ( 83.02%), sehingga
kabupaten G harus menganalisis lebih lanjut untuk mengetahui
penyebabnya antara lain :
a. Kurangnya Informasi mengenai pelayanan usia lanjut
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. usia lanjut yang mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja
kabupaten/kota
e. kendala biaya
f. Sosial budaya
g. Ketersediaan sumber daya terbatas
h. kematian/mortalitas
i. perpindahan penduduk/migrasi
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan usia lanjut
mencapai 100%.
3. Usia lanjut di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan
dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal usia lanjut tersebut.
Dapat terintegrasi
dengan paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas
93
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
Strip uji Sesuai jumlah
pemeriksaan kadar sasaran warga
gula darah dan negara usia lanjut
kolesterol
1 strip uji
pemeriksaan gula
darah dan
kolesterol x
jumlah sasaran
usia lanjut
94
H. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
1. Pernyataan Standar
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi usia
15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar
meliputi:
1) Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah;
2) Edukasi untuk perubahan gaya hidup sehat(diet seimbang,
istirahat yang cukup, aktifitas fisik, dan kelola stress)
3) Edukasi kepatuhan minum obat
b. Pelayanan kesehatan hipertensi diberikan kepada penderita
hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi di FKTP
3. Langkah-langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran penderita hipertensi dengan estimasi
prevalensi penderita hipertensi berdasarkan data RISKESDAS
terbaru dikalikan dengan jumlah penduduk berdasarkan data
Kementerian kesehatan atau BPS atau Disdukcapil serta
ditetapkan oleh kepala daerah
b. Jenis pelayanan kesehatan Hipertensi meliputi:
1) Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah
2) Edukasi untuk perubahan gaya hidup meliputi:
a) Pengaturan diet seimbang
b) Aktifitas fisik
c) Istiharat cukup
d) Kelola stres
3) Edukasi kepatuhan minum obat sesuai anjuran dokter.
c. Rujukan
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat
antihipertensi yang tersedia, atau karena adanya kontra indikasi
atau kebutuhan untuk menggunakan lebih dari tiga macam obat
atau penderita mengalami komplikasi, maka penderita perlu
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan RujukanTingkat Lanjut (FKRTL)
yang berkompeten.
95
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan hipertensi dilakukan minimal satu kali
sebulan.
b. Pelayanan kesehatan hipertensi diberikan oleh: dokter, dan
tenaga kesehatan yang berkompeten, dan/ atau tenaga
kesehatan lain yang terlatih.
c. Penderita hipertensi yang mendapat tatalaksana sesuai standar
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
3) Pre-hipertensi (TDS 120-139 dan/ atau TDD 80-89)
4) Hipertensitingkat 1 (TDS 140-159dan/ atau TDD 90-99)
Tahapan tatalaksana pada kategori 1) dan 2) adalah:
5. Capaian Kinerja
a. DefinisiOperasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi,
dinilai dari persentase jumlah penderita hipertensi usia 15
tahun keatas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
98
Catatan :
(Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan
prevalensi data Riskesdas terbaru)
Contoh Penghitungan
Prevalensi kasus hipertensi di Kab/Kota “H” adalah 22%
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, dan jumlah Warga Negara
usia 15 tahun keatas di Kab/Kota“H”pada tahun 2018 adalah 2,3
juta orang. Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berumur 15
tahun keatas di Kab/Kota“H”tahun 2018 adalah (22 x2,3 juta)/100=
506.000 penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 345 ribu. Jadi %
penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan standar
adalah:
= (345.000/506.000) x 100 %
= 68,18 %
99
1 Tensimeter Sesuai Mengukur
kebutuhan tekanan darah
2 Pedoman Minimal 2 per Panduan dalam
pengendalian puskesmas melakukan
Hipertensi penatalaksanaan
sesuai standar
3 Media KIE Minimal 2 set per Panduan dalam
puskesmas melakukan
edukasi
4 Formulir pencatatan Sesuai Pencatatan dan
dan Pelaporan kebutuhan pelaporan
Aplikasi Sistem
Informasi PTM
1. Melakukan
pendataan
penderita
Hipertensi
menurut wilayah
kerja Fasilitas
Kesehatan
Tingkat Pertama
Petugas Pendataan Jumlah Petugas
penderita x Transport x
Hipertensi Jumlah kegiatan
pendataan x
Biaya transport
Jumlah
petugas/BBM
Puskesmas
100
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume
Pendataan x
Jumlah
Puskesmas
2. Melakukan
skrining factor
risiko dan
penemuan kasus
Hipertensi untuk
seluruh pasien di
Fasilitas
Kesehatan
Tingkat Pertama
Petugas Pelayanan
Skrining
3. Melakukan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar, berupa
edukasi untuk
101
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume
perubahan gaya
hidup (diet
seimbang, istirahat
yang cukup,
aktifitas fisik, dan
kelola stress) serta
Edukasi
kepatuhan minum
obat
Petugas Pelayanan
Kesehatan dan
KIE pada
penderita
Hipertensi
102
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume
4. Melakukan
rujukan ke FKRTL
sesuai kriteria
Petugas
2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan pada semua penderita DM di FKTP sesuai
standar meliputi edukasi gaya hidup sehat, edukasi aktivitas fisik,
edukasi nutrisi medis, edukasi kepatuhan minum obat.
b. Pelayanan kesehatan penderita DM sesuai standar diberikan di FKTP
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan tenaga kesehatan lain
yang terlatih.
3. Langkah Kegiatan
103
d. Penentuan sasaran penyandang DM dengan estimasi prevalensi
penderita DM berdasarkan data RISKESDAS terbaru dikalikan
dengan jumlah penduduk berdasarkan data Kementerian kesehatan
atau BPS atau Disdukcapil serta ditetapkan oleh kepala daerah.
e. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi :
1) Edukasi gaya hidup sehat
2) Edukasi Aktivitas fisik
3) Edukasi nutrisi medis
4) Edukasi kepatuhan minum obat
f. Rujukan
Rujukan yang dimaksud adalah rujukan medik terhadap kasus DM
yang memerlukan penanganan lebih lanjut meliputi rujukan rutin
berupa konsultasi pasien untuk keperluan diagnostik, pengobatan
dan rencana tindak lanjut lainnya. Untuk rujukan urgensi
dilakukan pada kasus DM yang tidak terkelola dan terkendali di
FKTP, dan rujukan emergensi ditujukan bagi kasus DM dengan
komplikasi akut yang memerlukan penanganan cepat kurang dari
24 jam ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tindak Lanjut (FKRTL) yang
berkompeten
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Penatalaksanaan penderita DM dilakukan minimal 1 (satu) kali
sebulan oleh tenaga medis di FKTP
b. Pemantauan kadar gula darah dilakukan menggunakan Glukometer
di FKTP oleh tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan
dan tenaga kesehatan lainnya yang terlatih.
c. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berjenjang.
d. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Pengukuran Dokter/Tenaga kesehatan 1 orang
Kadar Gula yang berkompeten 1 orang
Darah
2 Edukasi gaya 1 orang
hidup sehat 1 orang
3 Edukasi 1 orang
Aktifitas Fisik 1 orang
4 Edukasi nutrisi 1 orang
medis
5 Edukasi 1 orang
kepatuhan
minum obat
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penyandang DM dinilai
dari persentase penyandang DM yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah penderita DM yang
Persentase
mendapatkan pelayanan
penyandan
kesehatan sesuai standar
g DM yang
dalam kurun waktu satu tahun
mendapatk = X 100%
an Jumlah 104 penderita DM
pelayanan berdasarkan angka prevalensi
kesehatan Kabupaten/kota
sesuai
standar
Catatan:
Nominator. Jumlah penderita DM yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
kesehatan DM sesuai standar terdiri dari edukasi gaya hidup sehat,
edukasi aktivitas fisik, edukasi nutrisi medis, edukasi kepatuhan
minum obat.
Denominator. Jumlah estimasi penderita DM berdasarkan angka
prevaensi kab/kota dikalikan dengan jumlah penduduk berdasarkan
data Kementerian kesehatan atau BPS atau Disdukcapil.
Contoh Perhitungan:
Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Keterangan
Pelayanan estimasi yang yang yang Tidak
Kesehatan penyandang Dilakukan tidak Dilayani
DM Pelayanan dilayani
berdasarka
DM Sesuai Sesuai
n prevalensi
Standar Standar
nasional
6,9% (Data
Riskesdas
2013)
Puskesmas 290 10 290 10 orang
dan dinyatakan
Jaringanny DM namun
a tidak di
periksa
sesuai
standar.
290 org
yang tidak
mendapatk
an layanan
DM
Fasyankes 100 - - Semua
Swasta dilayani
sesuai
standar
JUMLAH 690 390 10 290
Kinerja Kota “I” mempunyai jumlah Warga Negara sebesar 10.000 jiwa.
Berdasarkan prevalensi DM nasional sebesar 6,9% maka estimasi
jumlah penyandang DM di kota tersebut adalah sebesar 690 orang.
Dari laporan yang ada kasus yang sudah ditangani di FKTP sesuai
standar sebesar 290 orang, dari upaya penjaringan skrining kesehatan
sesuai standar ditemukan 300 kasus DM baru. Kasus ini dipantau oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota agar penyandang DM mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar di fasilitas kesehatan yang mampu
menangani.
105
Dari hasil pemantauan di akhir tahun diketahui 290 kasus DM
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, 10 orang
penyandang DM menolak/tidak mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Pelayanan DM di fasyankes swasta semuanya dilayani
sesuai standar, sehingga capaian kinerja pemerintah Kota “I” dalam
pencapaian pelayanan kesehatan penderita DM adalah :
290+100
----------- X 100% = 56,5%
690
Jadi capaian pelayanan DM di Kota tersebut hanya 56,5%, dari estimasi
penyandang DM yang harus dilayani di kota tersebut, sehingga perlu
strategi untuk menjangkau penyandang DM yang belum terlayani sesuai
standar ataupun sama sekali belum mendapatkan pelayanan kesehatan di
kota tersebut.
6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan
No Barang Jumlah Fungsi
1 Glukometer Sesuai kebutuhan Melakukan
Strip tes Gula Sesuai Sasaran pemeriksaan Gula
Darah Darah
Kapas Alkohol Sesuai Sasaran
2 Formulir pencatatan Sesuai kebutuhan Pencatatan dan
dan pelaporan pelaporan
Aplikasi SI PTM
3 Pedoman dan media Minimal 2 Panduan dalam
KIE perpuskesmas melakukan
penatalaksanaan
sesuai standar
7. Teknik PenghitunganPembiayaan
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
1. Melakukan Terintegrasi
pendataan Petugas Pendataan Jumlah
penderita DM penderita DM Petugas x
menurut wilayah Biaya transport Transport x
kerja Fasilitas petugas/BBM Jumlah
Kesehatan kegiatan
Tingkat Pertama pendataan x
Jumlah
Puskesmas
Penderita Data
DM Jumlahpenderita
DM
Formulir Pengadaan 1 Paket x
106
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Formulir Kegiatan
Pendataan x
Jumlah
Puskesmas
2. Melakukan Petugas Pelayanan
skrining Skrining
penderita DM
untuk seluruh Alat Pengadaan Terintegrasi
pasien di Kesehatan Glucometer dengan
Fasilitas pengadaan
Kesehatan sarana dan
Tingkat Pertama prasarana
skrining
PTM
Penderita Data Jumlah
DM Penderita DM
3. Melakukan Petugas Pelayanan
pelayanan Kesehatan dan
kesehatan KIE pada
sesuai standar, penderita DM
berupa edukasi Penderita Data Jumlah
tentang diet DM Penderita DM
makanan dan Bahan Penggandaan 1 Paket x
aktivitas fisik, edukasi bahan edukasi Jumlah
Puskesmas
Obat Pengadaan Obat Terintegrasi
DM yang tidak dengan
termasuk dalam paket
pengadaan obat pengadaan
JKN obat
Puskesmas,
sesuai
dengan
kebijakan
dan
ketentuan
yang berlaku
di daerah
Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan Posbindu PTM dengan
pengadaan
sarana dan
prasarana
skrining
PTM
4. Melakukan Petugas
rujukan ke
FKRTL untuk
pencegahan
107
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
komplikasi
Penderita Data Jumlah
DM Penderita DM
yang dirujuk
5. Penyediaan
peralatan
kesehatan DM
Pemeriksaan Pengadaan Alat
Kesehatan dan Reagen
1 Paket x
DM (Bahan Habis
Jumlah
Pakai)
kasus
Pemeriksaan
Kesehatan DM
6. Penyediaan obat
DM
Obat DM Pengadaan Obat Terintegrasi
DM dengan
paket
pengadaan
obat
Puskesmas
7. Pencatatan dan Terintegrasi
Pelaporan dengan
pencatatan
dan
pelaporan
SPM
8. Monitoring dan Terintegrasi
Evaluasi dengan
monitoring
dan evaluasi
layanan dan
mutu SPM
bidang
kesehatan
lainnya
108
2. Pengertian
a. Orang dengan gangguan jiwa berat adalah orang dengan gangguan
Psikotik akut dan Skizofrenia.
b. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah pelayanan
promotif, preventif yang diberikan oleh pemerintah daerah
Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan derajat kesehatan jiwanya
agar dapat berfungsi dalam aktivitas sehari-hari, mencegah
terjadinya kekambuhan dan penelantaran/pemasungan.
c. Standar pelayanan kesehatan ODGJ berat adalah pelayanan
kesehatan jiwa pada ODGJ berat yang kriteria diagnosis sesuai
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-
III/ICD-X), melakukan kunjungan rumah dan edukasi kepatuhan
minum obat sesuai anjuran dokter.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan Sasaran
Sasaran target perencanaan ODGJ berat di wilayah Kab/Kota
ditetapkan berdasarkan perkiraan/estimasi jumlah ODGJ berat
(Psikotik akut dan Skizofrenia) yang didapatkan melalui data
prevalensi RISKESDAS terbaru ODGJ berat di provinsi dikalikan
dengan jumlah penduduk Kab/Kota.
Untuk perhitungan capaian kinerja dan evaluasi di akhir tahun,
menggunakan data riil yang didapatkan melalui hasil pendataan riil
yang dan diagnosis ODGJ berat yaitu gangguan Psikotik akut dan
Skizofrenia dalam kurun waktu satu tahun.
110
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan setiap semester
dan tahunan serta melaporkan secara berjenjang ke provinsi dan
pusat.
h. Merujuk ODGJ berat ke fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut
(FKTRL) jika diperlukan.
i. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
111
5. Definisi Operasional
a. Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi ODGJ Berat dinilai dengan proporsi
ODGJ berat di wilayah kerjanya yang mendapat pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Proporsi tersebut dihitung berdasarkan dua parameter:
1) Jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar
2) Jumlah ODGJ berat riil yang ditemukan di Kab/Kota
Catatan:
Numerator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Kab/Kota yang
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun
waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan data riil dari hasil
pendataan diwilayah kerja Kabupaten/Kota
112
Sehingga untuk merencanakan kegiatan didapatkan estimasi/perkiraan
di Kab/Kota B, provinsi A terdapat 550 ODGJ berat pada tahun 2018
sebagai target sasaran kinerja dalam kurun waktu satu tahun.
Kesimpulan
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Kab/Kota B di tahun 2018
adalah 440 550 ODGJ berat.
Kesimpulan
Kinerja Kab/Kota B di tahun 2018 adalah 89 % atau tidak tercapai.
Terdapat kesenjangan antara jumlah ODGJ berat yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dengan jumlah ODGJ berat
berdasarkan data riil di wilayah kerja Kabupaten B, provinsi A Tahun
2018.
Tempat alat
fiksasi
114
Buku Kerja x
Jumlah Kader
2 Petugas
Kesehatan
115
(FKTP) dengan standar Kesehatan Tingkat
biaya yang Pertama (FKTP)
berlaku di
daerah
setempat)
2. Pengertian
a. Pelayanan orang terduga TBC adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan kepada orang yang memiliki gejala dan tanda
TBC dengan penegakan diagnosis TBC melalui pemeriksaan
bakteriologis dan klinis, dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya
atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut
serta dilakukan pengobatan sesuai standar jika dinyatakan TBC.
b. Pelayanan kesehatan orang terduga TBC sesuai standar diberikan
pada:
1) Orang yang memiliki gejala dan tanda TBC
2) Orang yang kontak erat dengan pasien TBC.
116
3) Kelompok rentan dan berisiko yaitu orang dengan risiko TBC :
ODHA, pasien diabetes, pasien yang memiliki penyakit paru
selain TBC, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, perokok dan malnutrisi.
4) Populasi khusus yaitu lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan
atau rutan, tempat kerja, pondok pesantren, asrama dan institusi
pendidikan, tempat padat penduduk dan kumuh, serta dan
tempat pengungsian.
5) Orang terduga TBC Resistan Obat (RO) adalah orang dengan
riwayat kontak erat dengan pasien TBC RO, putus pengobatan
TBC, gagal pengobatan TBC dan kambuh.
3. Langkah-langkah Kegiatan
a. Menetapkan sasaran terduga TBC
Sasaran orang terduga TBC adalah orang yang berada dekat dengan
penderita TBC (kontak erat) baik di rumah maupun tempat kerja
serta lokasi-lokasi yang mempunyai risiko besar terhadap
penyebaran TBC seperti lembaga pemasyaratan, rumah tahanan
(rutan), pondok pesantren, asrama, institusi pendidikan, tempat
padat penduduk dan kumuh, serta dan tempat pengungsian.
Sasaran terduga TBC dihitung berdasarkan hasil survei prevalensi TB
dan hasil inventory study yang ditetapkan Kepala Daerah.
b. Jenis pelayanan kesehatan
1) Pelayanan penemuan sasaran (penjangkauan/skrining)
2) Penegakan diagnosis TBC melalui pemeriksaan gejala klinis dan
pemeriksaan dahak menggunakan mikroskop atau dengan test
cepat molekuler.
3) Pelayanan promosi kesehatan yaitu pemberian edukasi kesehatan
terkait TB (gejala, cara pencegahan, memastikan mendapatkan
pelayanan lanjutan di FKTP)
4) Kontak investigasi untuk semua orang berisiko terinfeksi disekitar
pasien TBC
5) Edukasi pemberian profilaksis kepada anak usia kurang dari 5
tahun yang tidak sakit tetapi tinggal serumah dengan pasien TBC
dan atau kontak erat dengan pasien TBC dan pasien gangguan
kekebalan tubuh lainnya
117
c. Rujukan
Kasus TBC Resistan Obat/kasus TBC dengan penyulit ke fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut agar mendapatkan konfirmasi
diagnosis, pengobatan dan pemantauan kemajuan pengobatan
pasien.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mempunyai data
terduga dan kasus TBC di wilayah kerjanya, berdasarkan hasil
pemetaan yang disesuaikan dengan target penemuan. Menggunakan
data tersebut dibuat rencana pelayanan terduga TBC, kebutuhan
logistik, serta monitoring dan evaluasi,
b. Upaya promosi/edukasi terkait cara pencegahan, gejala dan
pengobatan TBC pada kelompok berisiko, tempat berisiko tertular
TBC dan populasi khusus yang berisiko,
c. Deteksi Dini / penemuan terduga TBC dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi dengan layanan TBC HIV, layanan
TBC-DM, TBC-Gizi, pendekatan praktis kesehatan paru, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Manajemen Terpadu Dewasa Sakit
(MTDS);
d. Deteksi dini/penemuan terduga TBC juga dilakukan secara aktif dan
masif oleh petugas kesehatan.
e. Informasi terduga TBC dapat diperoleh dari kader dan atau tokoh
masyarakat, dan atau tokoh agama, dan atau pemanfaatan UKBM
(Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) yang ada di
masyarakat;
f. Penegakan diagnosis TBC dilakukan melalui pemeriksaan
bakteriologis terhadap 2 contoh uji dahak (spesimen) sewaktu dan
dahak pagi atau sewaktu dan sewaktu,dan klinis serta dapat
didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya, dan jika hasil
pemeriksaan dinyatakan TBC akan dilanjutkan pengobatan serta
pemantauannya.
g. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan pelayanan standar minimal
TBC dilaporkan secara berjenjang dengan menggunakan formulir
yang berlaku
118
h. Laporan tertulis pelaksanaan pelayanan standar minimal setiap 3
bulanan.
i. Tim pemantau SPM Kabupaten/Kota melakukan evaluasi terhadap
hasil pelayanan terduga TBC dan melakukan intervensi serta tindak
lanjut sesuai masalah yang dihadapi.
j. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan standar
dilakukan secara berkala atau jika dianggap perlu untuk
menghindari risiko manajemen dan menilai kinerja.
k. Standar jenis dan jumlah sumber daya manusia kesehatan dalam
pemberian layanan kesehatan penyakit TBC dengan rincian dan
penjelasan sebagai berikut:
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Pelayanan dan pemeriksaan 1. Dokter 1 orang
terduga TBC di luar 2. Perawat/Bidan 1 orang
gedung/ Penemuan secara 3. Tenaga Kesehatan 1 orang
aktif melalui skrining Masyarakat/tenaga
terduga (skrining TBC, kesehatan lainnya
kontak investigasi, follow
up)
2 a. Penegakan diagnosis 1. Dokter 1 orang
b. pemeriksaan 2.Perawat/Tenaga 1 orang
laboratorium kesehatan lainnya
(pranata laboratorium)
3 Edukasi/promosi kesehatan Dokter/Perawat/Bidan 1 orang
/Tenaga Kesehatan
Masyarakat/tenaga
kesehatan lainnya
dibantu kader
kesehatan
5 Pencatatan dan Tenaga Kesehatan 1 orang
Pelaporan Masyarakat/tenaga
kesehatan lainnya
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan orang dengan terduga TBC dinilai dari
persentase jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
119
b. Rumus Perhitungan Kinerja
Catatan:
o Orang terduga TBC adalah seseorang yang menunjukkan gejala
batuk > 2 minggu disertai dengan panas badan.
o Numerator : Jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar adalah jumlah orang terduga TBC yang
dilakukan pemeriksaan dahak dengan pemeriksaan mikroskopis
atau test cepat molekuler dan edukasi.
o Denominator : Jumlah orang terduga TBC adalah jumlah seluruh
sasaran yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu serta panas
badan.
o Data mengacu register TBC 06
o Mengingat target pelayanan terduga TBC sesuai standar masih
dibawah target, diperlukan rencana strategis tahun depan untuk
menjangkau orang yang mendapat pelayanan dan ditatalaksana
sesuai standar. Perlu di analisis sebab-sebab masyarakat belum
berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa
sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan terduga TBC.
120
dilakukan pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaaan
dahak.
Perhitungan:
6. Teknik Penghitungan
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
121
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
2. Pelayanan dan
pemeriksaan terduga TBC
dalam gedung dan luar
gedung
a. Pelayanan dan
pemeriksaan terduga Jumlah petugas
122
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
terduga TBC X
jumlah
pemeriksaan
SP/PS ( 5 buah)
unit cost x satuan
harga)
Cartridge
Tes cepat Sesuai kebutuhan
molekuler
Mikroskop 1 buah (dapat
terintegrasi
dengan program
lain)
123
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
(pemakain 2
bulan) x unit cost
124
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko
terinfeksi virus HIV meliputi: pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) tentang HIV termasuk promosi kesehatan penggunaan
alat pencegahan yang efektif (kondom, lubrikan (pelumas), alat
125
suntik steril, dll); pelayanan pemeriksaan laboratorium berupa
skrining (deteksi dini) HIV, dan pelayanan konfirmasi diagnosis
rujukan ke layanan pengobatan Anti Retroviral (ARV).
b. Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV adalah:
1) Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil.
2) Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan
sedang mendapat pelayanan terkait TBC
3) Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang
terbukti terinfeksi IMS selain HIV dan sedang mendapat
pelayanan terkait IMS
4) Penjaja seks, yaitu seseorang yang melakukan hubungan
seksual dengan orang lain sebagai sumber penghidupan utama
maupun tambahan, dengan imbalan tertentu berupa uang,
barang atau jasa
5) Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), yaitu lelaki
yang pernah berhubungan seks dengan lelaki lainnya, sekali,
sesekali atau secara teratur apapun orientasi seksnya
(heteroseksual, homoseksual atau biseksual)
6) Transgender/Waria, yaitu orang yang memiliki identitas gender
atau ekspresi gender yang berbeda dengan jenis kelamin atau
seksnya yang ditunjuk saat lahir, kadang disebut juga
transeksual.
7) Pengguna napza suntik (penasun), yaitu orang yang terbukti
memiliki riwayat menggunakan narkotika dan atau zat adiktif
suntik lainnya.
8) Warga Binaan Pemasyarakatan, yaitu orang yang dalam
pembinaan pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM
dan telah mendapatkan vonis tetap.
9) Kelompok rentan atau khusus berupa pekerja tambang,
perkebunan, konstruksi, buruh migran anak atau remaja
jalanan, komunitas lain.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan sasaran pelayanan kesehatan bagi orang berisiko
terinfeksi HIV berdasarkan estimasi orang yang berisiko terinfeksi
HIV yang ditetapkan oleh kepala daerah. Basis data dasar yang
digunakan:
126
1. Ibu hamil berdasarkan data penduduk sasaran program
pembangunan kesehatan yang berlaku
2. Pasien TBC berdasarkan estimasi penghitungan kasus TBC
3. Pasien IMS berdasarkan estimasi penghitungan kasus IMS
4. Penjaja seks, LSL, transgender dan penasun berdasarkan
estimasi penghitungan populasi berisiko tinggi
5. Warga binaan pemasyarakatan berdasarkan data absensi
Lembaga Pemasyarakatan yang dapat diakses secara online
6. Kelompok rentan atau khusus berupa pekerja tambang,
perkebunan, konstruksi, buruh migran anak atau remaja
jalanan, komunitas lain.
b. Jenis Pelayanan kesehatan yang sesuai standar diberikan meliputi:
1. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang
HIV termasuk promosi kesehatan penggunaan alat pencegahan
yang efektif (kondom, dan/atau lubrikan (pelumas), dan/atau
alat suntik steril, dll);
2. Pelayanan pemeriksaan laboratorium deteksi dini HIV
c. Rujukan
Rujukan dilakukan bagi orang yang hasil deteksi dini HIV nya
reaktif ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan
konfirmasi diagnostik HIV, pengobatan ARV, pemberian informasi
serta konseling kepatuhan dan pemantauan pengobatan. Setiap
dokter di puskesmas memiliki kemampuan mendiagnosis dan
melakukan penatalaksanaan HIV atau AIDS tanpa komplikasi
secara mandiri dan tuntas serta terampil konseling HIV, kompetensi
yang dicapai saat lulus dokter.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Penyiapan media informasi dan edukasi peningkatan pengetahuan
pencegahan risiko IMS termasuk risiko infeksi HIV
1. Penyiapan bahan pencegahan penularan infeksi menular
seksual termasuk risiko infeksi HIV
2. Penemuan sasaran/penjangkauan, dilakukan oleh:
1) Petugas kesehatan terhadap ibu hamil, pasien TBC dan
pasien IMS
127
2) Tenaga penjangkau dan pendampingan (komunitas)
terhadap populasi berperilaku risiko tinggi
b. Pemberian informasi kepada orang yang berisiko terinfeksi HIV,
yang meliputi antara lain
1) definisi HIV dan AIDS,
2) bagaimana penularan, pencegahan dan aktivitas yang tidak
menularkan
3) pentingnya tes HIV pada kondisi sasaran saat ini (ibu hamil,
pasien TBC, pasien IMS),
4) manfaat obat ARV bagi orang yang telah terinfeksi HIV
5) peluang-peluang hidup sehat dan produktif dengan kepatuhan
pengobatan yang teratur.
c. Pemeriksaan deteksi dini HIV dilakukan sesuai standar prosedur
operasional oleh petugas kesehatan yang berkompeten dengan
menggunakan reagen tes HIV pertama untuk deteksi dini sesuai
standar Nasional yang telah ditetapkan.
d. Tindaklanjut hasil pemeriksaan deteksi dini HIV:
1) Orang dengan hasil deteksi dini HIV reaktif ditindaklanjuti
dengan konfirmasi diagnostik sesuai ketentuan dan
selanjutnya akan ditatalaksana sesuai dengan pedoman yang
berlaku.
2) Orang dengan hasil deteksi dini HIV non reaktif akan
ditatalaksana sesuai dengan pedoman yang berlaku
e. Pemeriksaan deteksi dini HIV dengan hasil non reaktif maupun
reaktif dan konfirmasi diagnosis HIV serta hasilnya wajib dicatat
secara valid (berbasis NIK). Catatan hasil pelayanan kesehatan
deteksi dini HIV ini wajib dikirimkan ke dinas kesehatan setempat
setiap bulan pelaporan untuk dimonitor, dianalisa, dievaluasi dan
diumpanbalikkan pada setiap fasyankes pelaksana serta
ditindaklanjuti.
f. Laporan tertulis pelaksanaan pelayanan standar minimal dilaporkan
setiap 3 bulan.
g. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan standar
dilakukan secara berkala setelah pelaksanaan monitoring dan
evaluasi atau jika dianggap perlu untuk menghindari risiko
manajemen dan menilai kinerja.
128
h. Standar jenis dan jumlah SDM kesehatan
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan sesuai standar bagi orang dengan risiko terinfeksi HIV
dinilai dari persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun.
129
Catatan :
Numerator: Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV (ibu hamil,
pasien TBC, pasien IMS, WPS, LSL, Waria, Penasun dan WBP) yang
mendapatkan pelayanan (pemeriksaan rapid test R1) sesuai standar
di fasyankes dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator: Jumlah estimasi orang dengan risiko terinfeksi HIV di
kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Contoh Perhitungan
Contoh kasus penyelesaian pelayanan dasar bagi orang dengan risiko
terinfeksi HIV di Kabupaten “L”, pada tahun 2019. Jumlah penduduk
220.412 jiwa dengan sasaran jumlah ibu hamil 4.939 orang, estimasi
pasien TBC 634, estimasi pasien IMS 5.681 orang. Estimasi populasi
berperilaku risiko tinggi terinfeksi HIV berturut-turut : WPS 146, LSL
451, Transgender 17, Penasun 0, WBP 0 (tidak mempunyai lapas).
Kelompok Diperiksa
Kinerja
berisiko Target/ Pemetaan/ HIV (rapid
No SPM HIV
terinfeksi Estimasi Penemuan tes
%
HIV pertama)
1 Ibu Hamil 4.939 4.954 4.954 100,00
2 Pasien TBC 634 324 320 98,77
3 Pasien IMS 5.681 2.618 2.618 100,00
130
4 Penjaja seks 146 164 160 97,6
5 LSL 451 201 201 100,00
6 Waria 17 29 29 100,00
7 Penasun - 1 1 100,00
8 WBP - - - -
JUMLAH 11.868 8.291 8.283 99,48
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
1 Penetapan Estimasi Ibu hamil Terintegrasi
estimasi Populasi kunci
131
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
sasaran Jumlah Pasien TBC dan
pasien IMS
Akses WBP
2 Pemetaan Petugas Biaya transport Terintegrasi
penemuan petugas (BBM)
kelompok Penemuan Pelayanan pasif
sasaran sasaran /aktif
Data individu KTP/NIK
sasaran
Formulir Pengadaan kartu Paket
penerima pengadaan
pelayanan dasar kartu SPM
SPM Kesehatan
3 Promosi Media KIE Penyiapan, 1 paket x
kesehatan penyusunan dan jumlah
dan Pengadaan media fasyankes
Penyuluhan KIE, termasuk
koneksi internet
132
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Reagen dan Rujukan 1 paket x
bahan medis bahan/spesimen sasaran
habis pakai,
Bahan/Spesi
men
Pelaporan Komunikasi dan Terintegrasi
dan koneksi internet
komunikasi
Honor, transpor,
paket fullday
134
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
7 Pencatatan Petugas Berbasis NIK Terintegrasi
dan pencatatan –
Pelaporan analisis –
pelaporan
135
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
kinerja SPM Petugas harian orang x
(transpor +
uang harian)
x jumlah
kegiatan
Pelaporan Pembuatan
capaian laporan capaian
pelaksanaan
pelayanan
dasar SPM
tiap 3 bulan
136
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
lainnya Job Training
(OJT)
kompetensi,
kewenangan dan
penugasan bila
diperlukan
137
BAB IV
139
C. PELAPORAN PENERAPAN SPM BIDANG KESEHATAN.
Pelaporan penerapan SPM termasuk dalam materi muatan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan disampaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
140
BAB V
141
BAB VI
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
142
DAFTAR ISI
143
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 151
RANCANGAN
TENTANG
145