Anda di halaman 1dari 146

RANCANGAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR TEKNIS PENERAPAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (6)


Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Standar Teknis Penerapan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang
Sistem Informasi Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6041)
1
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
13. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (KLB);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 503);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013
tentang KLB Keracunan Pangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 127);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2016
Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 1502);
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 1423);
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1775);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
2
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
45/Menkes/SK/VII/2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
TEKNIS PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN.

Pasal 1
(1) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib melaksanakan Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan
(2) Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.

Pasal 2
(1) SPM Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah
Provinsi dan SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Kesehatan Daerah
Provinsi terdiri atas :
a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana provinsi; dan
b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi
kejadian luar biasa provinsi.
(3) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah
3
Kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
d. Pelayanan kesehatan balita;
e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa
berat;
k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis;
dan
l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia
(Human Immunodeficiency Virus).
yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/
preventif.
(4) Pelayanan yang bersifat peningkatan/promotif dan
pencegahan/preventif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) mencakup:
a. peningkatan kesehatan;
b. perlindungan spesifik;
c. diagnosis dini dan pengobatan tepat;
d. pencegahan kecacatan; dan
e. rehabilitasi .
(5) Pelayanan Dasar pada SPM Kesehatan dilaksanakan
pada fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah
maupun swasta dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan.
(6) Pelayanan Dasar Sebagaimana di maksud pada ayat (5)
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan.
(7) Selain tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) untuk jenis pelayanan dasar tertentu dapat
dilakukan oleh kader kesehatan terlatih dan dapat
4
dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan dibawah
pengawasan tenaga kesehatan.

Pasal 3
(1) Pemenuhan mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar
pada SPM Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, mengacu pada standar teknis yang terdiri atas:
a. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
b. standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya
manusia kesehatan; dan
c. petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
(2) Pemerintah Daerah harus memenuhi standar jumlah dan
kualitas barang dan/atau jasa dan standar jumlah dan
kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan
mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada SPM
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
100% (seratus persen).

Pasal 4
Perhitungan pembiayaan pelayanan dasar pada SPM
Kesehatan memperhatikan berbagai sumber pembiayaan agar
tidak terjadi duplikasi anggaran.

Pasal 5
Pelaksanaan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (5) dicatat dan dilaporkan kepada Pemerintah
daerah Kabupaten/kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Menteri Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan
5
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
Menteri Kesehatan, Pemerintah daerah Provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan monitoring
dan evaluasi serta pembinaan dan pengawasan secara
berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pasal 7
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan

6
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR ….

7
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI
NOMOR…………………………
TENTANG
STANDAR TEKNIS PENERAPAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN

PETUNJUK TEKNIS ATAU TATA CARA PENERAPAN STANDAR


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan
merupakan modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam
mencapai tujuan untuk kemakmurannya. Seseorang tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam
kondisitidaksehat. Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu
untukmeneruskan kehidupannya secara layak.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap


warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga pada dasarnya
pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan adalah
tanggung jawab setiap warganegara.

Meskipun upaya untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan


melekat pada setiap warga negara, namun mengingat karakteristik
barang/jasa kesehatan tidak dapat diusahakan/diproduksi sendiri
secara langsung oleh masing-masing warga negara, melainkan harus ada
pihak lain yang secara khusus memproduksi dan menyediakan, maka
8
penyediaan barang/jasa bidang kesehatan mutlak memerlukan
keterlibatan pemerintah untuk:

1. Menjamin ketersediaan barang/jasa kesehatan yang dapat diperoleh


warga negara yang memerlukan sesuai dengan kebutuhan;
2. Menyediakan barang/jasa kesehatan bagi warga negara yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan di bidang kesehatan.
Mengingat kebutuhan warga negara terhadap barang/jasa
kesehatan sangat vital dan dengan karakteristik barang/jasa kesehatan
yang unik dan kompleks, maka peranan pemerintah di bidang kesehatan
harus distandarisasi, agar warga negara dapat memenuhi kebutuhan di
bidang kesehatan.
Sejak era reformasi urusan pemerintahan secara bertahap
diserahkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan hal ini
sesuai dengan pasal 18 ayat (6) amandemen UUD 1945 yang
menyatakan bahwa pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya. Peraturan terakhir yang mengatur tentang pembagian urusan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah UU Nomor 23
Tahun 2014 yang merupakan pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004. Pada
UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah
satu dari enam urusan concurrent (bersama) yang bersifat wajib dan
terkait dengan pelayanan dasar. Enam urusan tersebut adalah:
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4. PerumahanRakyat dan Kawasan Pemukiman
5. Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
6. Sosial
Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemerintah Daerah di
seluruh Indonesia tidak sama dalam melaksanakan ke enam urusan
tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut diatur dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan layanan
tersebut bagi seluruh warga negara. SPM sekurang-kurangnya
mempunyai dua fungsi yaitu (i) memfasilitasi Pemerintah Daerah untuk
melakukan pelayanan publik yang tepat bagi masyarakat dan (ii) sebagai

9
instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja
pemerintah dalam pelayanan publik bidang kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan urusan pemerintahan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
Kebijakan mengenai SPM mengalami perubahan dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal, sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan kebijakan ini SPM Bidang Kesehatan mengalami perubahan yang
cukup mendasar dari SPM sebelumnya sebagaimana ditetapkan dengan
Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Pada SPM yang lalu pencapaian target-target SPM lebih merupakan
kinerja program kesehatan, maka pada SPM yang sekarang pencapaian
target-target tersebut lebih diarahkan kepada kinerja Pemerintah Daerah,
menjadi penilaian kinerja daerah dalam memberikan pelayanan dasar
kepada Warga Negara. Selanjutnya sebagai bahan Pemerintah Pusat
dalam perumusan kebijakan nasional, pemberian insentif, disinsentif dan
sanksi administrasi Kepala Daerah.
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan disusun Standar
Teknis Penerapan SPM yang menjelaskan langkah operasional pencapaian
SPM Bidang Kesehatan di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan
bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan
daerah. SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat
pelaksanaan Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga
mengamanatkan pada Pemerintah Daerah untuk benar-benar
memprioritaskan belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan
wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal
298). Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah akan berdasar
pada kebutuhan daerah untuk pencapaian target-target SPM. Daerah
dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan menjadi prioritas
dalam pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu
berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM,
termasuk di dalamnya adalah pemenuhan sumber daya manusia
kesehatan terutama di level Puskesmas sesuai Permenkes Nomor
10
75Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan menjadi unit terdepan
dalam upaya pencapaian target-target SPM.
Implementasi SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya
dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Implementasi
SPM akan memperkuat sisi promotif–preventif sehingga diharapkan akan
ber-impact pada penurunan jumlah kasus kuratif yang harus ditanggung
oleh JKN.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja
Pemerintah Daerah berisi arah kebijakan pembangunan daerah yaitu
untuk menjamin sinergisitas program pembangunan nasional dan daerah,
di mana penyusunan RKPD berdasarkan arah kebijakan pembangunan
daerah dengan memperhatikan prioritas dan sasaran pembangunan
nasional. Arah kebijakan pembangunan daerah tersebut berpedoman
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah bahwa terdapat 6
(enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar.
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan diperlukan Standar
Teknis SPM yang menjelaskan langkah operasional pencapaian SPM
Bidang Kesehatan di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan bagi
pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan
daerah.
Penerapan SPM bidang kesehatan tidak dapat terpisah dengan
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena sifat
saling melengkapi dan sinergisme. Penekanan SPM bidang kesehatan
berfokus pada pelayanan promotif dan preventif, sementara program JKN
berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Sehingga pada
penerapan SPM bidang kesehatan khususnya di kabupaten/kota ada
kontribusi pembiayaan dan pelayanan program JKN. Untuk hal tersebut,
pada penerapannya tidak perlu mengalokasikan anggaran pada
pelayanan-pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif yang dibiayai
oleh JKN.

11
Pada perhitungan pembiayaan, pemerintah daerah melakukan
pemetaan pembiayaan, karena terdapat sumber pembiayaan yang dapat
digunakan dalam penerapan SPM, tetapi dalam pola perhitungan SPM
perlu diperhatikan untuk tidak dobel counting pembiayaan, seperti yang
telah dialokasikan JKN maka tidak perlu ada di kebutuhan SPM, contoh :
biaya obat program, obat TB, vaksin yang dibiayai oleh pusat tidak perlu
diperhitungkan, selain itu untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan
yang sama pada kegiatan SPM seperti pendataan, ATK, dll dalam satu
penghitungan pembiayaan sehingga alokasi dapat efisien dan efektif.

Untuk mempermudah penghitungan pembiayaan daerah tersebut


telah disiapkan tools costing SPM dalam bentuk sistem informasi yang
tersedia. Sistem informasi ini digunakan untuk mempermudah daerah
dalam perencanaan pelaksanaan SPM.

B. TUJUAN DAN SASARAN


Standar Teknis ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada
pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan untuk pelaksanaan
SPM Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota.

Sasaran dari Standar Teknis ini adalah untuk memberikan pedoman


kepada pemerintah daerah terkait penerapan SPM Bidang Kesehatan dan
kebijakan pelaksanaan urusan pemerintahan bidang kesehatan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah serta peraturan pelaksanaannya.

C. PENGERTIAN
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah
merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar
minimal bidang kesehatan yang merupakan urusan pemerintahan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
2. Standar Teknis SPM bidang kesehatan adalah ketentuan standar
jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa, personal/sumber daya
manusia kesehatan dan petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan
standar dari masing-masing jenis dan mutu pelayanan dasar SPM
Bidang Kesehatan.

12
3. Pelayanan Dasar Minimal Bidang Kesehatan adalah pelayanan publik
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan warga Negara.
4. Jenis Pelayanan dasar SPM Bidang Kesehatan adalah jenis pelayanan
dalam rangka penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan dasar
minimal kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga Negara.
5. Mutu Pelayanan dasar minimal Bidang Kesehatan adalah ukuran
kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa kebutuhan dasar
kesehatan serta pemenuhan sesuai standar teknis agar hidup secara
layak.
6. Urusan pemerintahan wajib bidang kesehatan adalah urusan
pemerintahan bidang kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota.
7. Pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
10. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
11. Warga Negara Indonesia, yang selanjutnya disebut Warga Negara
adalah orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang
disahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13
BAB II
PETUNJUK TEKNIS ATAU TATA CARA PEMENUHAN STANDAR MUTU
PELAYANAN DASAR DAERAH PROVINSI

A. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat


Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi
1. Pernyataan Standar
Setiap penduduk yang terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat Provinsi wajib memberikan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan adalah layanan minimal
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan/sub klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota
baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah yang meliputi :
a) pelayanan kesehatan saat pra krisis kesehatan;
b) pelayanan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan;
c) pelayanan kesehatan saat pasca krisis kesehatan.
b. Krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman
kesehatan masyarakat;
c. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
d. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (RHA = Rapid Health Assessment) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan

14
menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang
memerlukan respon segera.
e. Tim Darurat Medis (Emergency Medical Team) yang selanjutnya disebut
EMT adalah kelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan
pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena
dampak bencana atau kegawatdaruratansebagai tenaga kesehatan
bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat,
merupakan bagian dari sub klaster pelayanan kesehatan;
f. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response
Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga
kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan
masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat, terdiri dari
sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, sub klaster
gizi, sub klaster kesehatan reproduksi, dan sub klaster kesehatan jiwa;
g. Tanggap darurat krisis kesehatan adalah suatu keadaan yang mengancam
nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan
ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin
guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan;
h. Siaga darurat krisis kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi sumber
daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
i. Klaster Kesehatan adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang
terkoordinasi, terkolaborasi, dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berasal dari pemerintah, lembaga non
pemerintah, sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat,
meliputi:
d) sub klaster pelayanan kesehatan, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan terutama pelayanan pertolongan
darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan;
e) sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, yang
bertugas melakukan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan
lingkungan;
f) sub klaster kesehatan reproduksi, yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi;

15
g) sub klaster kesehatan jiwa, yang bertugas menyelenggarakan upaya
penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara
optimal;
h) sub klaster pelayanan gizi, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan gizi; dan
i) sub klaster identifikasi korban mati akibat bencana (Disaster Victim
Identification/DVI), yang bertugas menyelenggarakan identifikasi
korban meninggal dan penatalaksanaannya.
j. Rencana kontinjensi, yaitu rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu(single hazard).

3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan dapat berdasarkan:
1) Pendataan riil jumlah penduduk wilayah berpotensi bencana;
2) Data sekunder jumlah penduduk pada wilayah berpotensi bencana
tahun sebelumnya (BPS).
3) Kabupaten/Kota rawan bencana di Provinsi dapat mengacu pada
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan oleh BNPB
b. Jenis Pelayanan Kesehatan:
Kegiatan pelayanan kesehatan meliputi:
1) Pelayanan saat pra krisis kesehatan, antara lain:
a) Membentuk tim klaster kesehatan yang terdiri dari pemerintah
dan non pemerintah dan disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi. SK klaster kesehatan dipastikan merupakan data
terbaru;
b) Sosialisasi/promosi/preventif upaya pengurangan risiko krisis
kesehatan bagi penduduk di wilayah berpotensi krisis kesehatan
akibat bencana yang dapat terintegrasi dengan program rutin
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi;
c) penyediaan logistik dan perlengkapan kesehatan.
2) Pelayanan saat tanggap darurat krisis kesehatan ditujukan untuk
merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat dan tepat, guna
menyelematkan nyawa, mencegah kecacatan lebih lanjut dan
mengurangi angka kesakitan. Kgiatan dimulai dari penetapan status
darurat krisis kesehatan yang meliputi:
a) status siaga darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:
d) melakukan RHA;

16
e) aktivasi Klaster kesehatan dan mobilisasi sub klaster
kesehatan jika dibutuhkan; dan
f) menyusun dan melaksanakan rencana operasi krisis
kesehatan berdasarkan hasil RHA dan rencana kontinjensi.
b) status tanggap darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:
- melakukan RHA;
- aktivasi klaster kesehatan dengan mendirikan pos klaster
kesehatan;
- mobilisasi sub klaster kesehatan;
- menyusun dan melaksanakan rencana operasi Krisis
Kesehatan berdasarkan hasil RHA dan rencana kontigensi (jika
ada);
Beberapa contoh kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
klaster kesehatan:
Sub Klaster Kegiatan Minimal
Pelayanan - mobilisasi EMT
Kesehatan - pertolongan korban
- pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
- melaksanakan sistem rujukan
- dukungan logistik pelayanan kesehatan

Pencegahan - menyelenggarakan pelayanan imunisasi;


Penyakit dan - menyelenggarakan kegiatan penemuan penderita
Kesehatan penyakit menular;
Lingkungan - menyelenggarakan surveilans epidemiologi
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan penyehatan
lingkungan dan pengendalian vektor.
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan

Gizi - surveilans gizi darurat


- pendampingan penatalaksanaan gizi pada
kelompok rentan
- intervensi gizi darurat
- pendampingan dapur umum
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan

Kesehatan - pendataan kelompok rentan


Reproduksi - melaksanakan Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan

Kesehatan Jiwa - Melakukan upaya penanggulangan masalah


kesehatan jiwa dan psikososial berbasis
masyarakat
17
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan

Disaster Victim Melakukan identifikasi korban meninggal sesuai


Indentification (DVI) dengan fase yang telah ditetapkan
Tim logistic pengelolaan logistik (penerimaan, pencatatan,
penyimpanan, pendistribusian, penyerahan dan
pelaporan)

Tim Data dan - membuka pos informasi


Informasi - melakukan pelaporan melalui sistem informasi
penanggulangan krisis kesehatan (SIPPK)

- memobilisasi logistik dan perlengkapan kesehatan;


- melaksanakan pelayanan kesehatan pada penduduk
terdampak sesuai standar dengan memperhatikan
kepentingan kelompok rentan;
- melaporkan perkembangan kejadian krisis kesehatan melalui
sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan.
c) status transisi darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:
- memastikan program kesehatan perorangan dapat berfungsi
kembali;
- memastikan program kesehatan masyarakat kembali pada
program rutin.
3) Pelayanan saat pasca krisis kesehatan ditujukan untuk
mengembalikan kondisi sistem kesehatan seperti kondisi sebelum
terjadi bencana.

4. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana pada saat tanggap darurat berdasarkan hasil
kajian cepat kesehatan (RHA) dan atau laporan kejadian krisis kesehatan
akibat bencana. Berdasarkan hasil kajian cepat kesehatan (RHA) maka
dilakukan:
a. Rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam rangka
persiapan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana;
b. Pengiriman tim;
c. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana sesuai dengan rencana operasional yang
telah disusun.

18
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
a) Dokter umum;
b) Perawat;
c) bidan;
d) Pengemudi.
2) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Tenaga medis;
b) Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan
di bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
c) Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
d) Tenaga kefarmasian;
e) Tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dalam identifikasi
korban meninggal (DVI);
f) Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.

Sarana prasarana dan alat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan bagi
penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana, antara lain:
a. Alat pelindung diri (APD) sesuai dengan jenis bencana;
b. Logistik kesehatan (obat dan bahan habis pakai);
c. Formulir pelaporan;
d. Lembar KIE.
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Provinsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana adalah 100%.

b. Rumus Perhitungan Kinerja

= X 100 %
Persentase Pelayanan Jumlah penduduk wilayah rawan bencana yang
Kesehatan Tahap Pra mendapatkan layanan sosialisasi pengurangan
19
Krisis Kesehatan risiko krisis kesehatan dalam kurun waktu satu
tahun

Jumlah target penduduk wilayah rawan bencana


yang akan dilakukan pelayanan sosialisasi
pengurangan risiko krisis kesehatan akibat bencana
dalam satu tahun yang sama

Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan


Persentase Pelayanan akibat bencana yang mendapatkan pelayanan
Kesehatan Tahap Tanggap = kesehatan dalam kurun waktu satu tahun X 100 %
Darurat Krisis Kesehatan
Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan
akibat bencana dalam satu tahun yang sama

Catatan:
1. Bila Provinsi tidak mengalami kejadian bencana, maka capaian kinerja
dihitung dari capaian kinerja pada tahap pra krisis kesehatan.
2. Bila Provinsi mengalami kejadian bencana maka capaian kinerja
dihitung dari capaian kinerja pada tahap pra krisis kesehatan dan
pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan.

Contoh perhitungan
Pada tahun 2018, di Provinsi X telah terjadi 2 kali kejadian krisis kesehatan
yang membutuhkan dukungan Provinsi dalam penanganannya.
a. Telah dilakukan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan dengan
melakukan sosialisasi terhadap 150 penduduk wilayah rawan bencana
dengan target sebanyak 165 penduduk;
b. Bulan September, di Kabupaten A terjadi banjir yang menimpa 5.108
jiwa. Dinkes Provinsi telah memobilisasi klaster kesehatan dan
melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak dengan
jumlah yang dilayani mencapai 5.105 jiwa.
c. Bulan Desember, Kabupaten M terjadi bencana longsor dengan
penduduk terdampak berjumlah 5.440 jiwa, Dinkes provinsi
memobilisasi sub klaster kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak dengan jumlah yang dilayani sebanyak 5.450
jiwa.
Tahap pra krisis kesehatan = 150 penduduk x 100% = 90,9%
165 penduduk
Tahap Tanggap Darurat Krisis Kesehatan= (5105 + 5440) x 100%
(5108 + 5450)
= 99,9%
Capaian target tahun 2018 = 90,9% + 99,9% = 95,4%

20
2

6. Kebutuhan Logistik untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk


Terdampak Krisis Kesehatan akibat Bencana dan/atau berpotensi Bencana
Tabel 2.3 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Logistik
NO JENIS JUMLAH FUNGSI

1. Alat Pelindung Diri (APD) Disesuaikan dengan Sebagai alat pelindung


jumlah tim diri petugas di
lapangan

2. Logistik dan perlengkapan Sesuai dengan Perlindungan


kesehatan: kebutuhan jumlah kesehatan bagi
penduduk terdampak penduduk terdampak
- Masker (jika wilayah
terdampak membutuhkan)
- Kantong jenazah
- Obat-obatan dan
perbekalan kesehatan
- Alat pemeriksaan fisik
(Stetoskop, termometer
badan, tensimeter, senter,
test diagnosis cepat, dll)
bila dibutuhkan

3. Media Komunikasi, Disesuaikan dengan Sebagai media promosi


Informasi dan Edukasi (KIE) kebutuhan kesehatan untuk
penduduk terdampak

7. Teknik Penghitungan Biaya


Tabel 2.4 Teknik Penghitungan Biaya
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN

1. Penyiapan Pengadaan - Masker (jika wilayah - Jumlah barang


logistik peralatan dan terdampak disesuaikan
kesehatan bahan habis pakai membutuhkan) dengan estimasi
untuk - Kantung Jenazah kebutuhan;
mendukung - Media KIE
upaya - Obat-obatan - Satuan harga
penanggulan (didukung dari obat disesuaikan
gan krisis rutin dan buffer dengan Standar
kesehatan stock) Biaya yang
berlaku

21
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN

2. Pelayanan 1. Mobilisasi tim - transport - Jumlah tim


Kesehatan RHA, kabupaten (PP) disesuaikan
bagi 2. mobilisasi sub - uang harian dengan perkiraan
penduduk klaster - penginapan kejadian krisis
terdampak kesehatan kesehatan akibat
bencana/ bencana/berpoten
berpotensi si bencana;
bencana
- Satuan biaya
disesuaikan
dengan Standar
Biaya yang
berlaku

Keterangan :

a. Unit cost mengacu pada standar biaya yang berlaku di daerah setempat dan
memperhitungkan biaya kemahalan di daerah tertentu;
b. Lama pelaksanaan dan jumlah pengiriman tim bergantung pada jenis
bencana, lokasi, dan luas dampak bencana.
c. Pengadaan Peralatan Kesehatan dan Bahan Habis Pakai dilaksanakan
sesuai kebutuhan.
Mohon pertimbangan bapak untuk krisis yg dibawah ini konsepnya sama dengan
indikator KLB, jika krisis yang diatas merupakan tahap pra krisis dan
krisis,,maka harus disamakan kembali dengan KLB yang tidak ada pra KLB
5. Pernyataan Standar
Setiap penduduk yang terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat Provinsi wajib memberikan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

6. Pengertian
k. Pelayanan kesehatan dalam krisis kesehatan sesuai standar adalah
layanan minimal untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana
yang dilakukan pada saat tanggap darurat krisis kesehatan, oleh tenaga
kesehatan/sub klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota baik dari
unsur pemerintah maupun non pemerintah.
l. Krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban

22
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman
kesehatan masyarakat;
m. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
n. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (RHA = Rapid Health Assessment) adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan
menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang
memerlukan respon segera.
o. Tim Darurat Medis (Emergency Medical Team) yang selanjutnya disebut
EMT adalah kelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan
pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena
dampak bencana atau kegawatdaruratansebagai tenaga kesehatan
bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat,
merupakan bagian dari sub klaster pelayanan kesehatan;
p. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response
Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga
kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan
masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat, terdiri dari
sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, sub klaster
gizi, sub klaster kesehatan reproduksi, dan sub klaster kesehatan jiwa;
q. Tanggap darurat krisis kesehatan adalah suatu keadaan yang mengancam
nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan
ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin
guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan;
r. Siaga darurat krisis kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi sumber
daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
s. Klaster Kesehatan adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang
terkoordinasi, terkolaborasi, dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berasal dari pemerintah, lembaga non
pemerintah, sektor swasta/lembaga usaha dan kelompok masyarakat,
meliputi:

23
a) sub klaster pelayanan kesehatan, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan terutama pelayanan pertolongan
darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan;
b) sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, yang
bertugas melakukan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan
lingkungan;
c) sub klaster kesehatan reproduksi, yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi;
d) sub klaster kesehatan jiwa, yang bertugas menyelenggarakan upaya
penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara
optimal;
e) sub klaster pelayanan gizi, yang bertugas menyelenggarakan
pelayanan gizi; dan
f) sub klaster identifikasi korban mati akibat bencana (Disaster Victim
Identification/DVI), yang bertugas menyelenggarakan identifikasi
korban meninggal dan penatalaksanaannya.
t. Rencana kontinjensi, yaitu rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu(single hazard).

7. Langkah Kegiatan
c. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan dapat berdasarkan:
4) Pendataan riil jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana;
5) Data sekunder jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana tahun sebelumnya (BPS).
d. Jenis Pelayanan Kesehatan:
Pelayanan saat tanggap darurat krisis kesehatan ditujukan untuk
merespon seluruh kondisi kedaruratan secara cepat dan tepat, guna
menyelematkan nyawa, mencegah kecacatan lebih lanjut dan
mengurangi angka kesakitan. Kgiatan dimulai dari penetapan status
darurat krisis kesehatan yang meliputi:
- melakukan RHA;
- aktivasi klaster kesehatan dengan mendirikan pos klaster kesehatan;
- mobilisasi sub klaster kesehatan;

Beberapa contoh kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh


klaster kesehatan:
Sub Klaster Kegiatan Minimal

24
Pelayanan - mobilisasi EMT
Kesehatan - pertolongan korban
- pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
- melaksanakan sistem rujukan
Pencegahan - menyelenggarakan pelayanan imunisasi;
Penyakit dan - menyelenggarakan kegiatan penemuan penderita
Kesehatan penyakit menular;
Lingkungan - menyelenggarakan surveilans epidemiologi
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan KLB;
- menyelenggarakan kegiatan penyehatan
lingkungan dan pengendalian vektor.
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Gizi - surveilans gizi darurat
- pendampingan penatalaksanaan gizi pada
kelompok rentan
- intervensi gizi darurat
- pendampingan dapur umum
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Kesehatan - pendataan kelompok rentan
Reproduksi - melaksanakan Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Kesehatan Jiwa - Melakukan upaya penanggulangan masalah
kesehatan jiwa dan psikososial berbasis
masyarakat
- Penyuluhan/promosi kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
Disaster Victim Melakukan identifikasi korban meninggal sesuai
Indentification (DVI) dengan fase yang telah ditetapkan
Tim logistik pengelolaan logistik (penerimaan, pencatatan,
penyimpanan, pendistribusian, penyerahan dan
pelaporan)
Tim Data dan - membuka pos informasi
Informasi - melakukan pelaporan melalui sistem informasi
penanggulangan krisis kesehatan (SIPPK)

- melaksanakan pelayanan kesehatan pada penduduk


terdampak sesuai standar dengan memperhatikan
kepentingan kelompok rentan;
- melaporkan perkembangan kejadian krisis kesehatan melalui
sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan.

8. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana pada saat tanggap darurat berdasarkan hasil
kajian cepat kesehatan (RHA) dan atau laporan kejadian krisis kesehatan

25
akibat bencana. Berdasarkan hasil kajian cepat kesehatan (RHA) maka
dilakukan:
d. Rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam rangka
persiapan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana;
e. Pengiriman tim penanggulangan krisis kesehatan;
f. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dengan mengutamakan kelompok
rentan.
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan SDM kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan 24
jam di Pos Kesehatan bagi penduduk terdampak yang dapat terbagi
dalam beberapa shift yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
terdiri dari:
a) Dokter umum;
b) Perawat;
c) bidan;
d) Pengemudi.
2) Kebutuhan SDM kesehatan untuk pengiriman tim penanggulangan
krisis kesehatan adalah sebagai berikut:
g) Tenaga medis;
h) Tenaga kesehatan masyarakat terlatih yang memiliki kemampuan
di bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan,
kesehatan reproduksi, dan lain-lain;
i) Tenaga kesehatan terlatih yang memiliki kemampuan dalam
penanganan kesehatan jiwa;
j) Tenaga kefarmasian;
k) Tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dalam identifikasi
korban meninggal (DVI);
l) Tenaga penyuluh/promosi kesehatan.

Sarana prasarana dan alat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan


bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana, antara lain:
e. Alat pelindung diri (APD) sesuai dengan jenis bencana;
f. Logistik kesehatan (obat dan bahan habis pakai);
g. Formulir pelaporan;
h. Lembar KIE.

26
8. Capaian Kinerja
c. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Provinsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
adalah 100%.

d. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan


Persentase Pelayanan akibat bencana yang mendapatkan pelayanan
Kesehatan Saat Tanggap = kesehatan dalam kurun waktu satu tahun X 100 %
Darurat Krisis Kesehatan
Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan
akibat bencana dalam satu tahun yang sama

Contoh perhitungan
Pada tahun 2018, di Provinsi X telah terjadi 2 kali kejadian krisis kesehatan
yang membutuhkan dukungan Provinsi dalam penanganannya.
d. Bulan September, di Kabupaten A terjadi banjir yang menimpa 5.108
jiwa. Dinkes Provinsi telah memobilisasi klaster kesehatan dan
melakukan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak dengan
jumlah yang dilayani mencapai 5.105 jiwa.
e. Bulan Desember, Kabupaten M terjadi bencana longsor dengan
penduduk terdampak berjumlah 5.440 jiwa, Dinkes provinsi
memobilisasi sub klaster kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan
bagi penduduk terdampak dengan jumlah yang dilayani sebanyak 5.450
jiwa.
Capaian target tahun 2018 = (5105 + 5440) x 100% = 99,9%
(5108 + 5450)

9. Kebutuhan Logistik untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan bagi


Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan akibat Bencana dan/atau
berpotensi Bencana
Tabel 2.3 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Logistik
NO JENIS JUMLAH FUNGSI

1. Alat Pelindung Diri (APD) Disesuaikan dengan Sebagai alat pelindung


jumlah tim diri petugas di
lapangan

2. Media Komunikasi, Disesuaikan dengan Sebagai media promosi

27
NO JENIS JUMLAH FUNGSI

Informasi dan Edukasi (KIE) kebutuhan kesehatan untuk


penduduk terdampak

10. Teknik Penghitungan Biaya


Tabel 2.4 Teknik Penghitungan Biaya
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN

3. Pelayanan 3. Mobilisasi tim - transport - Jumlah tim


Kesehatan RHA, kabupaten (PP) disesuaikan dengan
bagi 4. mobilisasi sub - uang harian perkiraan kejadian
penduduk klaster - penginapan krisis kesehatan akibat
terdampak kesehatan bencana/berpotensi
bencana/ 5. Media KIE - pengadaan KIE bencana;
berpotensi
bencana - Satuan biaya
disesuaikan dengan
Standar Biaya yang
berlaku

Keterangan :

d. Unit cost mengacu pada standar biaya yang berlaku di daerah setempat dan
memperhitungkan biaya kemahalan di daerah tertentu;
e. Lama pelaksanaan dan jumlah pengiriman tim bergantung pada jenis
bencana, lokasi, dan luas dampak bencana.
f. Pengadaan media KIE dilaksanakan sesuai kebutuhan.

B. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar Biasa


Provinsi

1. Pernyataan Standar
Setiap orang pada kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun.
2. Pengertian
a. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi Kejadian Luar
Biasa Provinsi adalah pelayanan kesehatan bagi setiap orang yang
terdampak dan berisiko pada situasi KLB sesuai dengan jenis
penyakit dan/atau keracunan pangan yang menyebabkan KLB.

28
b. Suatu KLB dinyatakan sebagai KLB Provinsi jika memenuhi salah
satu kriteria kondisi KLB sebagai berikut;
1) KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu
provinsi yang meluas ke Kabupaten/kota lainnya dan memiliki
hubungan epidemiologi pada provinsi yang sama berdasarkan
kajian epidemiologi oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
2) KLB yang terjadi pada suatu wilayah Kabupaten/Kota di satu
provinsi berpotensi meluas ke Kabupaten/Kota lainnya
berdasarkan hasil analisis dan evaluasi penanggulangan KLB
oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
3) Pemerintah daerah Kabupaten/kota terdampak KLB
tidak/kurang mampu dan mengajukan permintaan bantuan
dalam penanggulangan KLB kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Pengajuan permintaan bantuan dengan menggunakan formulir
yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1501/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan
dan ditandatangani oleh kepada daerah Kabupaten/kota
terdampak.

3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan pada Kondisi KLB
Sasaran pada Kondisi KLB adalah penduduk terinfeksi penyakit dan
penduduk yang berisiko terdampak penyakit penyebab KLB/
keracunan pangan.
Jumlah sasaran dihitung berdasarkan beberapa cara, antara lain :
1) Pendataan riil pada saat kejadian
2) Prevalensi KLB pada 3 tahun terakhir (sesuai pelaporan STP KLB)
atau
3) Jumlah penduduk pada wilayah kondisi KLB tahun sebelumnya
(data kependudukan)
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan standar pada penduduk kondisi KLB
yang dilakukan sesuai dengan jenis penyakit dan/atau keracunan
pangan yang terjadi, meliputi:

29
1) Penemuan kasus dan identifikasi faktor risiko melalui
penyelidikan epidemiologis
2) Penatalaksanaan penderita pada kasus konfirmasi, probable dan
suspek yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina
sesuai standar yang telah ditetapkan
3) Penyuluhan
4) Pencegahan dan pengebalan sesuai dengan jenis penyakit
5) Penanganan jenazah, jika diperlukan
6) Pemusnahan penyebab penyakit, jika diperlukan
7) Upaya penanggulangan kesehatan masyarakat lainnya, jika
diperlukan antara lain meliburkan sekolah dan/atau menutup
fasilitas umum untuk sementara waktu
c. Rujukan
Pelayanan kesehatan pada penduduk yang diduga dan atau terkena
infeksi penyakit berpotensi KLB dirujuk ke fasyankes rujukan yang
telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku

4. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan hasil analisa data rutin
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan/atau
laporan/tentang adanya KLB lintas Kabupaten/Kota atau berpotensi
meluas dari satu Kabupaten/Kota ke Kabupaten/Kota lainnya oleh
Dinas Kesehatan Provinsi, ataupun karena permintaan bantuan dari
salah satu Kabupaten/Kota.
Berdasarkan hasil analisa data/laporan maka dilakukan;
a. Kajian epidemiologi terhadap data/informasi tentang kemungkinan
KLB lintas kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi (Tim
Gerak Cepat Provinsi).
b. Rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
pada penduduk sesuai KLB yang terjadi
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
penanggulangan KLB

30
Sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan pada Kejadian Luar Biasa provinsi terdiri dari:

a. Petugas kesehatan yang bergabung dalam Tim Gerak Cepat


Provinsi (sesuai SK Dinkes Provinsi) yang terdiri dari:
1) Tenaga medis
2) Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di
bidang epidemiologi
3) Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di
bidang kesehatan lingkungan
4) Tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kemampuan di
bidang entomologi
5) Tenaga Laboratorium
6) Tenaga penyuluh/promosi kesehatan
Petugas yang terlibat dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
disesuaikan dengan jenis KLB yang terjadi.

b. Petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari:


Dokter, perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, dan lain-
lain sesuai dengan Permenkes yang berlaku mengatur tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat dan Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit.

Sarana, prasarana dan alat yang dibutuhkan dalam pelayanan Kejadian


Luar Biasa provinsi terdiri dari:
a. Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai dengan jenis penyakit
b. Profilaksis/Vitamin/Obat
c. Alat pemeriksaan fisik (Stetoskop, termometer badan, tensimeter,
senter, test diagnosis cepat, dll)
d. Alat dan bahan pengambilan spesimen (tabung, pot, media amies,
dll) untuk spesimen yang berasal dari manusia dan lingkungan
sesuai jenis penyakit
e. Wadah pengiriman spesimen (Specimen carrier)
f. Formulir :Form penyelidikan epidemiologi Form/lembar KIE, Alat
tulis yang diperlukan

31
Pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan kesehatan penduduk
kondisi KLB menggambarkan jenis penyakit/keracunan makanan,
penduduk yang terdampak serta kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan KLB tersebut dengan menggunakan format berikut:

NO JENIS KLB Kab/ Periode Pelayanan Pddk kondisi KLB


Kota KLB kesehatan
Sasaran Yang Ket.
dilayani

Jenis KLB Dari Penemuan


yang tanggal kasus dan
terjadi mulai identifikasi
KLB faktor risiko
sampai (Penyelidikan
KLB epidemiologi)
berakhir
Tata laksana
Kasus

Pencegahan
dan pengebalan

Pemusnahan
penyebab
penyakit

Penanganan
jenazah

Penyuluhan

Upaya
penanggulanga
n lain

Keterangan

32
1) Kolom Nomer ; sudah jelas
2) Kolom Jenis KLB : diisi dengan jenis KLB yang
terjadi/mengancam
3) Kolom Kabupaten/Kota : diisi dengan Nama Kabupaten/Kota
yang mengalami/terancam KLB
4) Kolom Periode KLB : diisi dengan tanggal/bulan/tahun awal
KLB mulai dicurigai sampai KLB berakhir.
5) Kolom Pelayanan Kesehatan : diisi dengan pelayanan
kesehatan yang dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan.
6) Kolom Penduduk kondisi KLB :
- Sasaran : diisi dengan jumlah penduduk Kondisi KLB
- Yang dilayani : diisi dengan jumlah penduduk kondisi KLB
yang mendapat pelayanan kesehatan
7) Kolom Keterangan : diisi dengan hal-hal yang akan
disampaikan terkait jenis KLB contoh hasil laboratorium

Penghitungan capaian pelayanan dapat dilakukan pada saat akhir periode


ancaman/KLB suatu penyakit sebagai contoh :
- KLB/ancaman yang terjadi dan berakhir pada bulan yang sama dapat
langsung dihitung capaiannya pada bulan tersebut, sedangkan
- KLB/ancaman yang terjadi dan berakhir pada bulan yang tidak sama
maka capaiannya dihitung pada bulan KLB/ancaman tersebut berakhir

Pemantauan terhadap KLB di Provinsi dapat dilihat melalui kinerja


Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) yang dilakukan di
masing-masing Provinsi

Jika kinerja dalam SKDR baik maka kemungkinan munculnya KLB


Provinsi lebih kecil, namun sebaliknya bila kinerja SKDR tidak baik,
maka risiko munculnya KLB Provinsi besar

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah daerah Provinsi dalam melakukan
pelayanan kepada sasaran kondisi KLB ( di provinsi, dinilai dari
persentase Jumlah penduduk kondisi KLB yang mendapat
33
pelayanan kesehatan sesuai standar dibandingkan jumlah
penduduk kondisi KLB dalam kurun waktu satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja

Persentase Jumlah orang yang terdampak

Pelayanan dan berisiko pada situasi KLB

Kesehatan bagi yang mendapat pelayanan

orang yang kesehatan sesuai standar dalam


kurun waktu satu tahun
terdampak dan =
berisiko pada Jumlah orang yang terdampak X 100 %
situasi KLB dan berisiko pada situasi KLB
Provinsi
dalam kurun waktu satu tahun
yang sama

Catatan ;
Nominator adalah jumlah orang yang terinfeksi dan yang berisiko
terdampak penyakit/keracunan pangan penyebab KLB yang
mendapat layanan kesehatan sesuai standar.
Pelayanan standar yang dimaksud adalah tatalaksana kasus
(konfirmasi, probable dan suspek), pencegahan dan pengebalan
sesuai dengan jenis penyakit, Penyuluhan, serta penanganan
jenazah jika diperlukan)
Denominator adalah jumlah seluruh orang yeng terinfeksi dan
yang berisiko terdampak penyakit/keracunan pangan penyebab
KLB)

Contoh Perhitungan Kegiatan

Provinsi X pada tahun 2017 mengalami 2 kali kondisi KLB provinsi


sebagai berikut;

KLB 1: Pada bulan Januari terjadi KLB Campak di Kabupaten A


dan Kota B dan memiliki hubungan epidemiologi, kedua

34
Kabupaten/Kota tersebut telah menetapkan KLB di wilayahnya
masing-masing.

Jumlah kasus dan populasi berisiko di kedua Kabupaten/Kota


tersebut adalah;

Kabupaten A; jumlah penduduk terinfeksi penyakit penyebab KLB


15 orang dan populasi berisiko terdampak 137 orang,

Kota B; jumlah penduduk terinfeksi penyakit penyebab KLB 25


orang dan populasi berisiko terdampak 273 orang,

Dengan demikian jumlah populasi kasus terinfeksi dan populasi


berisiko terdampak yang seharusnya mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 40 + 410 = 450 orang.

Provinsi memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten A dan


Kota B, yang meliputi pelayanan kasus campak langsung (tata
laksana kasus) sebanyak : 40 orang (dari total 40 kasus), dan,
pencegahan dan pengebalan (pemberian vitamin A pada
kontak/populasi berisiko, ORI), serta Penyuluhan, sebanyak 375
orang. Sehingga jumlah jumlah penduduk kondisi KLB yang
mendapat layanan kesehatan di kabupaten A dan Kota B sebanyak
415 orang.

KLB 2: Pada bulan September terjadi KLB DBD di Kabupaten A


dan Kabupaten E. Berdasarkan hasil kajian surveilans Provinsi
kedua KLB tersebut memiliki hubungan epidemiologis. Kabupaten
A sudah menetapkan KLB di wilayahnya, tetapi Kabupaten E
belum menyatakan KLB dengan berbagai pertimbangan walaupun
sudah memenuhi kriteria KLB. Jumlah penduduk terinfeksi
penyakit penyebab KLB dan populasi berisiko terdampak di kedua
Kabupaten/Kota tersebut adalah;

Kabupaten A; jumlah penduduk terinfeksi penyakit penyebab KLB


153 orang dan populasi berisiko terdampak 1350 orang,

Kota E; jumlah penduduk terinfeksi penyakit penyebab KLB 277


orang dan populasi berisiko terdampak 3650 orang.

35
Dengan demikian jumlah populasi kasus terinfeksi dan populasi
berisiko terdampak yang seharusnya mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 5430

Provinsi memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten A dan


Kabupaten E, yang meliputi tata laksana kasus di pelayanan
kesehatan sebanyak 430 orang (dari total 430 kasus), dan
pencegahan (PSN, Fogging) dan penyuluhan di lokasi KLB (dengan
menggunakan berbagai media TV dan Radio Lokal, penyuluhan di
tingkat desa) dengan jumlah sasaran sebanyak 5000 orang.
Sehingga jumlah jumlah penduduk kondisi KLB yang mendapat
layanan kesehatan di kabupaten A dan Kabupaten E sebanyak
5.430 orang.

Maka rekapitulasi pada tahun 2017;

Penduduk yang mendapat pelayanan kesehatan kondisi KLB di


Provinsi X tahun 2017 sebanyak KLB I + KLB II (415 + 5430) =
5.845 orang.

Sedangkan Penduduk pada kondisi KLB I + KLB II; 450 + 5430 =


5.880 orang

Sehingga Capaian Kinerja Provinsi X dalam memberikan pelayanan


kesehatan bagi penduduk pada kodisi KLB adalah; 5.845/5.880 x
100% = 99,4 %

Catatan; mengingat jumlah penduduk yang mendapat layanan


kesehatan pada kondisi kejadian luar biasa masih belum
seluruhnya, maka diperlukan rencana strategis tahun depan
untuk menjangkau seluruh penduduk pada kondisi KLB. Perlu
dianalisis sebab-sebab mereka tidak mendapat pelayanan
kesehatan pada kondisi KLB.

6. Kebutuhan Logistik untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi

1 Alat Perlindungan Diri (APD) Sesuai Melindungi


sesuai dengan jenis penyakit dengan petugas dari
jumlah penularan

36
No Barang Jumlah Fungsi

petugas penyakit
yang turun
kelapangan

2 Profilaksis/Vitamin/Obat/vaksin Sesuai Diberikan kepada


dengan kontak
jumlah kasus/populasi
kontak berisiko
kasus dan
Untuk pencegahan
populasi
dan memutus
berisiko
rantai penularan
penyakit

3 Alat pemeriksaan fisik Sesuai Untuk membantu


(Stetoskop, termometer badan, jumlah tim penegakan
tensimeter, senter, test diagnosis yang turun diagnosis
cepat, dll) ke
lapangan

4 Alat dan bahan pengambilan Sesuai Untuk membantu


spesimen (tabung, pot, media jumlah penegakan
amies, dll) untuk specimen yang kontak diagnosis
berasal dari manusia dan dekat berdasarkan
lingkungan sesuai jenis kasus labaoratorium
penyakit

5 Wadah pengiriman spesimen sesuai Untuk membawa


(Specimen carrier) dengan spesimen dari
jumlah lokasi ke
spesimen laboratorium

6 Tempat sampah biologis Sesuai Sebagai tempat


kebutuhan wadah limbah
infeksius untuk
mencegah
penularan

37
No Barang Jumlah Fungsi

7 Formulir : 1 set Untuk membantu


melakukan
Form penyelidikan epidemiologi
investigasi kasus,
Form/lembar KIE
kontak dan
Alat tulis yang diperlukan populasi berisiko
serta faktor risiko

7. Teknik Penghitungan Biaya


LANGKAH VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN

1. Kajian Unit Surveilans Kajian/penilaian Kajian epidemiologi


Epidemiologi Provinsi KLB dilakukan sebelum PE
berdasarkan untuk penentuan
Tim Gerak
data awal untuk status hubungan
Cepat Provinsi
persiapan turun epidemiologis/potensi
Unit Lintas ke lapangan meluas dan sesudah
program/sektor PE untuk
, dan tenaga menentukan kegiatan
ahli terkait pencegahan dan
penghentian
penularan penyakit

38
2. Penemuan kasus Petugas a. Transport  Penyelidikan
dan identifikasi kesehatan petugas Epidemiologi
LANGKAH VARIABEL KOMPONEN VOLUME
faktor risiko (Transport dilakukan
KEGIATAN
melalui daerah sulit/ sekurang-
penyelidikan Kasus a.Bahan/alat
sewa - 5 hari.
kurangnya
Epidemiologi : (probable, pengambilan
kendaraan)dan  Pelaksanaan
- suspek, pemeriksaan
b. Uang harian Penyelidikan
konfirm) c.spesimen
Akomodasi Epidemiologi
d. formulir dilakukan segera
b.biaya
penyelidikan setelah diketahui
pengiriman dan
yang KLB dan selama
pemeriksaan
diperlukan KLB berlangsung
laboratorium
e. Biaya untuk melakukan
c. Biaya rujukan
komunikasi evaluasi.
ke cepat
RS  Perkiraan anggaran
f. Logistik bagi merujuk pada
petugas (APD) jumlah penduduk
minmal 2 kab/kota
yang berisiko
berdasarkan data
SKDR3 tahun
terakhir

39
Kontak Kasus a.Bahan/alat
pengambilan dan
pemeriksaan
spesimen

b.Biaya
pengiriman dan
pemeriksaan
spesimen di
laboratorium

Penduduk a. Formulir data


berisiko populasi berisiko

b. media KIE

Faktor risiko a. Bahan/alat Sesuai dengan jenis


lingkungan pengambilan dan sampel yang
(penyebab/sum pemeriksaan dibutuhkan terkait
ber penyakit) sampel penyakit
lingkungan

b. biaya
pengiriman dan
pemeriksaan
laboratorium

3. Penatalaksanaa Petugas a. Formulir Sesuai dengan biaya


n penderita kesehatan pemeriksaan yang berlaku (sesuai
terlatih (medis, (rekam medis) standar)
lab, radiologis,
b.sarana/
ahli gizi, dll)
prasarana,
pemeriksaan,
perawatan dan
pengobatan
pasien

40
Penderita/pasie a. Biaya
n penyakit KLB pemeriksaan,
(konfirmasi, perawatan dan
probable dan pengobatan
suspek) selama di RS

4. pencegahan a. Petugas a. Transport


dan pengebalan kesehatan petugas
(Transport
daerah sulit/
sewa
kendaraan)
b. Uang harian
c. Akomodasi
d. formulir
penyelidikan
yang
diperlukan
e. Biaya
komunikasi
cepat
f. Logistik bagi
petugas (Alat
Perlindungan
Diri/ APD
termasuk
pengebalan)

41
5. pencegahan a. Petugas g. Transport
dan pengebalan kesehatan petugas
(Transport
daerah sulit/
sewa
kendaraan)
h.Uang harian
i. Akomodasi
j. formulir
penyelidikan
yang
diperlukan
k. Biaya
komunikasi
cepat
l. Logistik bagi
petugas (Alat
Perlindungan
Diri/ APD
termasuk
pengebalan)
b. Kontak kasus a. profilaksis

b. APD

c. Respon
imunisasi

c. Penduduk a. profilaksis
berisiko
b. APD

c. Respon
imunisasi

42
6. pemusnahan Petugas a. Transport
penyebab kesehatan petugas
penyakit (Transport
daerah sulit/
sewa
kendaraan)
b. Uang
harian
c.Akomodasi
d. formulir
penyelidikan
yang
diperlukan
e. Biaya
komunikasi
cepat
f. Logistik bagi
petugas (APD)
Vektor dan - Alat/bahan
binatang pemusnah
pembawa vektor dan
penyakit binatang
pembawa
penyakit (untuk
hewan/binatang
berkoordinasi
dengan lintas
sektor terkait)

lingkungan Alat dan bahan


pelaksanaan
kebersihan
lingkungan

43
K7. penanganan Petugas a. Bahan
e jenazah Pemulasaran pemulasaran

t terlatih jenazah sesuai


pedoman yang
e
berlaku
r
a b. APD petugas
n
g
a Petugas a. APD petugas

n Pemakaman

8. Komunikasi Petugas a. Transport


: Risiko kesehatan petugas
terlatih (Transport
1. L daerah sulit/
a sewa
m kendaraan)
a b. Uang harian
c. Akomodasi

p d. Logistik bagi

e petugas (APD)
Populasi Media KIE
l
berisiko termasuk
a
k Komunikasi
s massa melalui

a iklan layanan

n masyarakat

9. a
Upaya Petugas - Media KIE
a
penanggulangan Kesehatan - Logistik,
n
lainnya sarana/
prasarana

p yang terkait

e dengan
kegiatan
n
karantina
y
elidikan epidemiologi tergantung pada jenis penyakit, luas dan lokasi
kejadian KLB

44
2. Jenis bahan dan alat pengambilan serta tempat penyimpanan
spesimen/sampel kasus, kontak dan lingkungan tergantung dari
jenis KLB
Pengiriman spesimen/sampel KLB ke laboratorium rujukan.

BAB III
PETUNJUK TEKNIS ATAU TATA CARA PENERAPAN STANDARMUTU
PELAYANAN DASAR DAERAH KABUPATEN/KOTA

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


1. Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar kepada semua ibu hamil
di wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
2. Pengertian
Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan antenatal yang
memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Standar kuantitas adalah
K4 dengan formula kunjungan satu kali pada trimester pertama, satu
kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Standar
kualitas adalah pelayanan antenatal harus memenuhi minimal 10 T.
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran
Penentuan sasaran ibu hamil di wilayah kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun menggunakan data proyeksi BPS
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. Untuk perhitungan capaian
kinerja dan evaluasi di akhir tahun, jumlah sasaran ibu hamil
menggunakan data riil (data riil didapatkan melalui proses
pendataan ibu hamil).
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
2) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
3) Pengisian kartu ibu dan kohort
c. Rujukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya atau lanjutan yang
mampu menangani (sesuai dengan kompetensi).

45
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan swasta dan pemerintah, UKBM, dan rumah (kunjungan
rumah)
b. Pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi
kriteria minimal 10 T yaitu :
1) Penimbangan berat badan yang dilakukan secara teratur pada
kunjungan 1, 2, 3 dan 4 serta pengukuran tinggi badan
dilakukan pada kunjungan 1.
2) Pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara teratur pada
kunjungan 1, 2, 3 dan 4
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan pada
kunjungan 1.
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) dilakukan secara
teratur mulai pada kunjungan ke 2, 3 dan 4
5) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
dilakukan secara teratur mulai pada kunjungan ke 2, 3 dan 4
6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (Td) bila diperlukan (1 atau 2 kali selama
kehamilan, minimal memperoleh status ) yang dilakukan secara
teratur pada kunjungan ke1, 2, 3 dan 4
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan (disesuaikan dengan kondisi ibu dan dapat diberikan
pada kunjungan 1, 2, 3 dan 4)
8) Tes Laboratorium, mencakup: Tes kehamilan, Pemeriksaan Hb,
Pemeriksaan Golongan Darah dan Gluko-Protein urin dilakukan
atas indikasi yang diperlukan.
9) Tatalaksana/penanganan kasus dilakukan sesuai dengan
kewenangan pada kunjungan ke 1, 2, 3 dan 4 (rujukan
penanganan kasus komplikasi dalam kehamilan).
10) Temu wicara (konseling) dilakukan mengacu pada buku
pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu pada kunjungan ke 1, 2,
3 dan 4.
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan oleh tenaga kebidanan,
keperawatan dan/atau tenaga medis (dokter dan/atau dokter
spesialis kebidanan dan kandungan) yang memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan Kinerja

46
Jumlah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal
Persentase ibu
sesuai standar di wilayah kerja
hamil
kabupaten/kota tersebut dalam
mendapatkan
kurun waktu satu tahun
pelayanan = x 100 %
Jumlah semua sasaran ibu hamil
kesehatan ibu
di wilayah kerja kabupaten/kota
hamil
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

Catatan:
1. Numerator dan Denominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang
telah selesai menjalani masa kehamilannya (bersalin) di akhir tahun
berjalan
2. Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada
akhir tahun berjalan tidak di hitung sebagai Numerator dan
Denominator akan tetapi dihitung sebagai Numerator dan
Denominator pada tahun berikutnya.

Contoh Perhitungan

Lokasi Jumlah Jumlah Mendapat Mendapat Ibu Hamil Keterangan


Pelayanan Ibu hamil Ibu pelayanan pelayanan Tidak
di Kab hamil di Sesuai Tidak Mendapat
(proyeksi) Kab (riil) standar sesuai Pelayanan
standar
100 ibu
bersalin tidak
1. Puskesmas B,
mendapatkan
(data laporan
pelayanan
termasuk dari
sesuai
poskesdes,polind
350 280 150 100 30 standar
es, Pustu dan
misalnya ibu
fasyankes
hamil tidak
swasta)
mendapatkan
tablet tambah
darah.
2.Puskesmas C, 500 350 200 100 50 Fasyankes
(data laporan swasta
termasuk dari termasuk
poskesdes,polind rumah sakit
es, Pustu dan harus
fasyankes melapor ke
swasta) puskesmas C

3.Puskesmas D, 150 110 100 0 10 Tidak ada


(data laporan fasyankes
termasuk dari swasta di
poskesdes,polind wilayah
es, Pustu) Puskesmas D

47
Total Kabupaten 1000 740 450 200 90
A (X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
(Total
Puskesmas
B+C+D)

Kabupaten “A” terdapat 3 Puskesmas B,C,dan D. Terdapat estimasi 1000 ibu


hamil dan dari hasil pendataan terdapat 740 ibu hamil. Adapun rincian yang
berkunjung ke Puskesmas dan fasyankes swasta

Capaian indikator ibu hamil yang mendapat pelayanan standar di Kab. A


= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _450_ x 100% = 60,8%
740
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil
adalah 60,8%.

Catatan:
1) Terdapat gap yang besar antara sasaran proyeksi (1000) dengan
sasaran riil (740) sehingga puskesmas harus aktif menemukan ibu
hamil yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat tidak terlalu jauh dengan sasaran
proyeksi.
2) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 60,8%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. kurangnya informasi mengenai pelayanan antenatal
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. ibu hamil mendapatkan pelayanan di fasyankes luar wilayah
kerja kabupaten/kota
e. kendala biaya
f. sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan
ibu hamil mencapai 100%.

3) Ibu hamil di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan


dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal ibu hamil tersebut.

3. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Buku Pedoman Sesuai jumlah - Panduan tenaga
Pelayanan Antenatal puskesmas jaringan kesehatan dalam
terpadu dan jejaringnya melakukan

48
No Barang Jumlah Fungsi
pelayanan
antenatal
2 Timbangan badan Sesuai jumlah - Timbangan untuk
dan alat ukur tinggi puskesmas jaringan mengukur berat
badan; dan jejaringnya badan
- Alat ukur tinggi
badan untuk
mengukur tinggi
badan ibu
3 Sphygmomanometer; Sesuai jumlah - Mengukur tekanan
puskesmas jaringan darah
dan jejaringnya
4 Pita LILA dan pita Sesuai jumlah - Pita LILA untuk
ukur; puskesmas jaringan Mengukur linkar
dan jejaringnya lengan atas untuk
mendeteksi ibu
hamil menderita
Kurang Energi
Kronis (KEK)
- Pita ukur untuk
mengukur tinggi
fundus uteri
5 Vaksin Td; 1 ampul x Sejumlah - Pencegahan
sasaran ibu Tetanus pada ibu
hamil/10 dan tetanus pada
(tergantung status bayi saat
imunisasi ibu) persalinan
6 Tablet tambah darah 90 tablet x jumlah - Pencegahan anemia
ibu hamil defisiensi besi dan
defisiensi asam
folat

7 Alat deteksi risiko ibu hamil


a. tes kehamilan Sejumlah ibu hamil - Mengetahui hamil
atau tidak
b. pemeriksaan Hb Sejumlah ibu hamil - Mengetahui anemia
atau tidak
c. pemeriksaan Sejumlah ibu hamil - Mengetahui
golongan darah golongan darah ibu
hamil sebagai
persiapan mencari
pendonor darah
bila terjadi
komplikasi
d. Pemeriksaan Sejumlah ibu hamil - Mengetahui
glukoprotein x 15% diabetes dan risiko
urin pre eklamsi dan
eklamsi
8 Kartu ibu/rekam Sejumlah ibu hamil - Form rekam medis
medis ibu bagi ibu

9 Kohort ibu Sejumlah desa - Form pencatatan

49
No Barang Jumlah Fungsi
berfungsi sebagai
rekapitulasi
10 Buku KIA Sesuai Kebutuhan - Pencatatan
kesehatan ibu dan
anak sampai umur
6 tahun
- Media KIE bagi ibu
dan keluarganya

4. Teknik Penghitungan Biaya


LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Pendataan Ibu Petugas Pendataan Ibu Jumlah Petugas x
Hamil Hamil Jumlah Desa x
Biaya transport Biaya Transport x
petugas/BBM frekuensi
pendataan
(Terintegrasi
dengan PIS PK)
Formulir Pengadaan 1 Form x Kegiatan
paket Pendataan x
Pendataan Jumlah
Puskesmas
2. Pemeriksaan Petugas Pelayanan
Antenatal Antenatal
a. Pelayanan Alat kesehatan Pengadaan Set 1 Paket x Jumlah
dalam gedung Pemeriksaan Puskesmas,
Kehamilan jaringan dan
jejaringnya
Pemeriksaan Pengadaan Set (1 Paket x Jumlah
Laboratorium Pemeriksaan Sasaran) / 100
Laboratorium
Ibu Hamil
Obat Pengadaan 90 tablet Fe x
Tablet Fe (90 Jumlah sasaran
tablet) Bumil
Vaksin Pengadaan 1 Paket x Jumlah
Paket sasaran ibu
Imunisasi Td hamil/10
b. Pelayanan Petugas Pelayanan Jumlah Petugas x
luar gedung Antenatal Biaya Transport x
Biaya transport Jumlah
petugas/BBM Kunjungan (rutin
dan sweeping)
Alat kesehatan Pengadaan Set 1 Paket x Jumlah
Pemeriksaan Puskesmas,
Kehamilan jaringan dan
(Antenatal) jejaringnya
Obat Pengadaan Terintegrasi
Tablet Fe (90 dengan paket
tablet) pengadaan Tablet

50
Fe pelayanan
dalam gedung

3. Pengisian dan Petugas Pengisian dan Terintegrasi


pemanfaatan pemanfaatan dengan pelayanan
Buku KIA Buku KIA Antenatal
Buku KIA Sesuai 1 buku x Jumlah
Kebutuhan Sasaran ibu hamil
4. Pengisian Kartu Register ibu Pengadaan 1 Paket x Jumlah
Ibu dan Kohort Register Kohort Desa (integrasi
ibu (Antenatal, untuk kebutuhan
bersalin, nifas) ibu bersalin dan
ibu nifas)
Kartu Ibu Pengadaan 1 paket x jumlah
Kartu Ibu ibu hamil

Formulir dan Pengadaan 1 Paket x Jumlah


ATK formulir kartu Puskesmas
ibu, form
pelaporan, dan
ATK
5. Rujukan Petugas Pelayanan Jumlah Petugas x
Kegawat- Biaya Transport x
daruratan Jumlah Rujukan
maternal
Biaya
transport
petugas/BBM

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


1. Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar kepada semua ibu
bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu
satu tahun.
2. Pengertian
Pelayanan persalinan sesuai standar, adalah pertolongan persalinan baik
normal maupun komplikasi di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah
maupun Swasta.

a. Persalinan normal mengikuti acuan asuhan persalinan normal yang


tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku
mengatur tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual; serta

b. Persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku


Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.

3. Langkah Kegiatan
51
a. Penentuan Sasaran
Untuk keperluan perencanaan dan anggaran di awal tahun, jumlah
sasaran ibu bersalin menggunakan data proyeksi BPS dan ditetapkan
Kepala Daerah. Untuk perhitungan capaian kinerja dan evaluasi di
akhir tahun, jumlah sasaran ibu bersalin menggunakan data riil.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
3) Pengisian kartu ibu dan kohort
c. Rujukan pertolongan persalinan jika diperlukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani (sesuai
dengan kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu bersalin dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang meliputi
Puskesmas dan jaringannya (Pustu), Praktik Mandiri Bidan (PMB ),
Klinik Pratama, Klinik Utama, Klinik Bersalin, Balai Kesehatan Ibu
dan Anak, Rumah Sakit milik Pemerintah maupun Swasta.
b. Pelayanan ibu bersalin sesuai dengan standar
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan ibu bersalin dilakukan oleh tenaga kebidanan
dan/atau tenaga medis (dokter dan/atau dokter spesialis kebidanan
dan kandungan) yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah ibu bersalin yang


mendapatkan pelayanan persalinan
sesuai standar di fasilitas pelayanan
Persentase ibu kesehatandi wilayah kerja
bersalin kabupaten/kota tersebut dalam
mendapatkan kurun waktu satu tahun.
pelayanan = x 100 %
persalinan Jumlah semua sasaran ibu bersalin
di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

52
Contoh Perhitungan
Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat 2.780
sasaran ibu bersalin (riil) dan 3.500 sasaran ibu bersalin (proyeksi) .
Rincian ibu yang mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas
dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
sebagai berikut:

53
Jumlah Dilayani
Jumlah Dilayani Tidak
Lokasi ibu Tidak
ibu Sesuai di Keterangan
Pelayanan bersalin sesuai
bersalin standar layani
(riil) standar
(proyeksi)
Puskesmas A 800 500 500 0
Bersalin oleh 20 0 20 Tidak
tenaga dihitung,
kesehatan di karena tidak
Rumah bersalin di
fasyankes.
Tetapi dipakai
sebagai
bahan
evaluasi dan
perencanaan
Puskesmas
selanjutnya
Bersalin oleh 30 0 30 Tidak
dukun dihitung,
tetapi sebagai
bahan
evaluasi dan
perencanaan
berikutnya
Bersalin di 30 0 30 Tidak
Polindes dan dihitung,
poskesdes kecuali
pemerintah
daerah
menjaminpoli
ndes dan
poskesdes
telah
dilengkapi
SDM, sarana
dan
prasarana
sesuai
standar
pelayanan
persalinan
Bersalin di 200 200 0 Fasyankes
Fasilitas primer dan
pelayanan rujukan
kesehatan melaporkan
swasta pelayanan
persalinan ke
Puskesmas
sesuai
dengan
wilayah
kerjanya
Total 800 780 700 50 30
Puskesmas A
Total 1300 1000 900 100 0
Puskesmas B
Total 1400 1000 1000 0 0
Puskesmas C
Kabupaten D 3.500 2.780 2.600 150 30
(Total (X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
Puskesmas
A+B+C)

54
*data bersalin dirumah, Polindes, poskesdes, oleh dukun dilaporkan
ke Puskesmas walaupun tidak dihitung dalam cakupan.
Capaian indikator Ibu bersalin mendapat pelayanan standar di Kab. D
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _2600_ x 100% = 93.5%
2780
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan kesehatan ibu
bersalin adalah 93.5%

Catatan:
1. Terdapat gap yang besar antara sasaran proyeksi (3500) dengan
sasaran riil (2780) sehingga puskesmas harus aktif menemukan ibu
hamil yang akan bersalin yang akan menjadi sasaran pelayanan
melalui kunjungan rumah agar sasaran yang didapat tidak terlalu
jauh dengan sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 93.5%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. Kurangnya informasi mengenai pelayanan persalinan
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. ibu bersalin mendapatkan pelayanan bukan oleh nakes dan atau
tidak difasyankes
e. ibu bersalin mendapatkan pelayanan diluar wilayah kerja
kab/kota
f. kendala biaya
g. Sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan
ibu bersalin mencapai 100%.
3. Ibu bersalin di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan
dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal ibu bersalin tersebut.

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Set persalinan Sesuai jumlah Alat kesehatan dalam
puskesmas menolong persalinan
jaringan dan
jejaringnya
2 Formulir partograf Sejumlah sasaran - Instrumen
ibu bersalin pemantauan
persalinan
3 Kartu ibu (rekam Terintegrasi - Form rekam medis
medis) dengan ibu hamil bagi ibu

55
4 Kohort ibu Terintegrasi - Form pencatatan
dengan ibu hamil berfungsi sebagai
rekapitulasi
5 Buku KIA Terintegrasi - Pencatatan
dengan ibu hamil kesehatan ibu dan
anak sampai umur
6 tahun
- Media KIE bagi ibu
dan keluarganya

7. Teknik Penghitungan Pembiayaan:


LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Pendataan Ibu Petugas Pendataan Ibu Jumlah Petugas x
Bersalin Bersalin Jumlah Desa x
Biaya transport Biaya Transport x
petugas/BBM frekuensi
pendataan
(Terintegrasi
dengan PIS PK)
Formulir Pengadaan 1 Form x Kegiatan
paket Pendataan x
Pendataan Jumlah
Puskesmas
2. Pelayanan Alat kesehatan Pengadaan Set 1 Paket x Jumlah
Persalinan sesuai Persalinan Fasilitas pelayanan
Permenkes kesehatan yang
yang berlaku mampu menolong
mengatur persalinan
tentang Pengadaan Set 1 Paket x Jumlah
Puskesmas Resusitasi Bayi Fasilitas pelayanan
*Pengadaan kesehatan yang
alkes tidak mampu menolong
harus setiap persalinan
tahun Pengadaan Set 1 Paket x Jumlah
Perawatan Fasilitas pelayanan
Pasca kesehatan yang
Persalinan mampu menolong
persalinan
Obat Pengadaan
paket obat dan 1 Paket x Jumlah
BHP untuk Ibu Bersalin
persalinan
Formulir Pengadaan 1 Formulir x
Partograf formulir Jumlah Ibu
partograf Bersalin
3. Pengisian dan Buku KIA Sesuai Terintegrasi
pemanfaatan kebutuhan dengan pengadaan
Buku KIA paket buku KIA
pada Pelayanan
56
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
Kesehatan Ibu
Hamil
3. Pengisian Register Pengadaan 1 Paket x jumlah
Kartu Ibu dan Kohort ibu Register Kohort desa
Kohort Ibu Ibu (terintegrasi
dengan pengadaan
kohort ibu hamil)
Kartu Ibu 1 paket x jumlah
ibu hamil
(terintegrasi
dengan pengadaan
kohort ibu hamil)
ATK Pengadaan ATK Sudah terintegrasi
dengan pengadaan
ATK ibu hamil)
4. Rujukan Petugas Pelayanan Jumlah Petugas x
pertolongan Kegawatdarurat Biaya Transport x
persalinan an maternal Jumlah Rujukan
(jika Biaya transport
diperlukan) petugas/BBM
Alat kesehatan Set 1 paket x Jumlah
Kegawatdarurat Fasilitas
an maternal pelayanan
kesehatan yang
mampu menolong
persalinan
Pendamping Biaya transport Jumlah
Ibu Bersalin petugas/BBM Pendamping Ibu
Bersalin (maksimal
2 orang) x Biaya
Transport per
Rujukan
Rumah Biaya Paket operasional
Tunggu sewa/operasion rumah tunggu
al (jika
diperlukan)

C. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


1. Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal
esensial sesuai standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota
wajib memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar
kepada semua bayi usia 0-28 hari di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun.
2. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan
yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu pada Pelayanan
Neonatal Esensial yang terdiri dari:

57
a. Perawatan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam) dan;
b. Perawatan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari). Dilakukan
minimal 3 kali sesuai dengan periode Kunjungan Neonatal (KN) yaitu:
KN1 (6 - 48 jam), KN2 (3 - 7 hari) dan KN3 (8 - 28 hari).
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran
Untuk keperluan perencanaan dan anggaran di awal tahun, jumlah
sasaran bayi baru lahir menggunakan data proyeksi BPS dan
ditetapkan Kepala Daerah. Untuk perhitungan capaian kinerja dan
evaluasi di akhir tahun, jumlah sasaran bayi baru lahir
menggunakan data riil.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
2) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
3) Pengisian Kohort
c. Rujukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani
(sesuai dengan kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelayanan
Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, UKBM, dan rumah
(kunjungan rumah)
b. Perawatan neonatal esensial saat lahir dibuktikan dengan terisinya
formulir bayi baru lahir sesuai dengan waktu pelayanan, minimal
meliputi:
1) Pemotongan dan perawatan tali pusat
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3) Pencegahan perdarahan (injeksi vitamin K1)
4) Pencegahan infeksi mata (salep/tetes mata antibiotik)
5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0)
Perawatan neonatal esensial setelah lahir dibuktikan dengan
terisinya formulir MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda) di
fasyankes primer atau rekam medis bayi di fasyankes rujukan
sebanyak 3 kali sesuai dengan periode Kunjungan Neonatal (KN),
meliputi:
1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
di fasyankes primer dan Panduan Praktik Klinis (PPK) di RS
3) Pemberian vitamin K1 dan imunisasi Hepatitis B injeksi untuk
bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan
4) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dilaksanakan oleh tenaga
kebidanan dan/atau tenaga keperawatan dan/atau tenaga medis
(dokter dan/atau dokter spesialis anak) yang memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).
58
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dinilai dari
cakupan jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah bayi baru lahir usia lebih
dari 28 hari yang mendapatkan
Presentase bayi pelayanan kesehatan bayi baru
baru lahir lahir sesuai dengan standar dalam
mendapatkan kurun waktu satu tahun
pelayanan = Jumlah semua bayi lahir hidup
kesehatan bayi usia lebih dari 28 hari di wilayah x 100 %
baru lahir kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun
yang sama

Contoh
Di Kabupaten A, terdapat puskesmas A dan B. Jumlah sasaran bayi
baru lahir yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang
sama sebanyak 310 orang dan jumlah bayi baru lahir sesuai pendataaan
(riil) sebanyak 260 orang. Jumlah bayi baru lahir yang mendapat
pelayanan kesehatan sesuai dengan rincian sebagai berikut :

Jumlah Menda Tidak


bayi Jumlah pat mendap Tidak
baru bayi pelaya at menda
Lokasi lahir baru nan pelayan pat Keterangan
Pelayanan (proyeks lahir sesuai an pelaya
i) (riil) standa sesuai nan
r standar
1. Puskesmas 180 90 70 10 10 Pelayanan
A dan tidak sesuai
Jaringanny standar
a misalnya
bayi baru
lahir tidak
Fasilitas 50 30 10 10 diberi
pelayanan vitamin K.
kesehatan Fasyankes
swasta di swasta
wilayah melaporkan
Puskesmas A datanya ke
Puskesmas

59
2. Puskesmas 130 120 120 0 Tidak ada
B dan 0 fasyankes
C
Jaringanny swasta di
aa wilayah
Puskesmas
p
B
a Jumlah 310 260 220 20 20
(X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
i
an SPM bayi baru lahir mendapat pelayanan standar di Kab. A
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _220_ x 100% = 84.6%
260
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan bayi baru lahir
adalah 84.6%

Catatan:
1. Masih terdapat gap antara sasaran proyeksi (310) dengan sasaran riil
(260) sehingga puskesmas harus lebih aktif menemukan bayi baru
lahir yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat mendekati sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 84.6%), sehingga
kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :
a. Kurangnya Informasi mengenai pelayanan bayi baru lahir
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. bayi baru lahir mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja
kab/kota
e. kendala biaya
f. Sosial budaya
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan bayi baru
lahir mencapai 100%.
3. Bayi baru lahir di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani
dan dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di
Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan
alamat tinggal bayi baru lahir tersebut.

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Set Pelayanan Bayi Sejumlah Alat kesehatan dalam
Baru Lahir termasuk puskesmas dan menolong Bayi Baru
Bahan Medis Habis jaringannya Lahir
Pakai (BMHP)
2 Set Pelayanan Sejumlah Alat kesehatan kasus
Kegawat Daruratan Puskesmas dan kegawatdaruratan
60
Neonatal termasuk jaringannya Bayi Baru Lahir
BMHP yang melayani
persalinan
3 Vaksin Hepatitis B0 Sejumlah Pencegahan infeksi
sasaran Bayi Hepatitis B
Baru Lahir,
4 Vitamin K1 Injeksi Sejumlah Pencegahan perdarahan
sasaran Bayi
Baru Lahir
5 Salep/tetes mata Sejumlah Pencegahan infeksi
antibiotik sasaran Bayi mata
Baru Lahir
6 Pedoman Pelayanan Sejumlah Sebagai acuan bagi
Kesehatan neonatal Puskesmas dan tenaga kesehatan untuk
esensial jaringannya melakukan pelayanan
yang melayani kesehatan neonatal
persalinan esensial
7 Formulir Bayi Baru Sejumlah - Pencatatan hasil
Lahir sasaran Bayi pemeriksaan fisik
Baru Lahir - Bayi Baru Lahir
8 Formulir MTBM Sejumlah 3 x - Pencatatan hasil
sasaran Bayi pemeriksaan Bayi
Baru Lahir Baru Lahir dengan
menggunakan
Pendekatan MTBM
untuk bayi sehat dan
sakit
9 Kohort Bayi Terintegrasi - Pencatatan Bayi Baru
dengan Kohort Lahir sesuai dengan
Balita pertumbuhan dan
perkembangannya

10 Buku KIA Terintegrasi - Pencatatan kesehatan


dengan ibu ibu dan anak sampai
hamil umur 6 tahun
- Media KIE bagi ibu
dan keluarganya

7. Teknik Penghitungan Pembiayaan:


LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
1. Pendataan bayi Petugas Pendataan Jumlah
baru lahir bayi baru lahir Petugas x
Biaya transport Jumlah Desa
petugas/BBM x Biaya
Transport x
frekuensi
pendataan
(Terintegrasi
dengan PIS
PK)
Formulir Pengadaan paket 1 Form x
61
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
Pendataan Kegiatan
Pendataan x
Jumlah
Puskesmas
2. Pelayanan Formulir bayi Pengadaan 1 Paket x
kesehatan bayi Baru lahir formulir bayi jumlah Bayi
baru lahir baru lahir baru lahir
a. Pelayanan dalam Pengadaan 1 Paket x
gedung Formulir
formulir MTBM jumlah
MTBM
neonatal
Alat Set pelayanan 1 Paket x
kesehatan bayi baru lahir jumlah
(0-6 Jam) Puskesmas,
jaringan dan
jejaringnya
Set 1 Paket x
kegawatdaruratan jumlah
neonatal Puskesmas
dan
jejaringnya
Vitamin K1 Pengadaan Vit K1 1 ampul x
injeksi injeksi jumlah Bayi
baru lahir
Salep/Tetes Pengadaan salep / 1 tube x
mata tetes mata jumlah Bayi
antibiotik antibiotik baru lahir/5
Pedoman Pengadaan 1 Paket x
Pelayanan pedoman jumlah
Kesehatan pelayanan Puskesmas
neonatal kesehatan dan
esensial neonatal esensial jejaringnya

62
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
b. Pelayanan luar Petugas Pelayanan Jumlah
gedung kesehatan petugas x
neonatal biaya
biaya transport transport x
petugas/BBM jumlah
kunjungan
Formulir Pengadaan Terintegrasi
MTBM formulir MTBM dengan
pengadaan
formulir
MTBM pada
pelayanan
dalam gedung
Alat Set pelayanan Terintegrasi
Kesehatan bayi baru lahir dengan
(0-6 Jam) Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
Vitamin K1 Pengadaan vit K1 Terintegrasi
injeksi injeksi dengan
Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
Salep/Tetes Pengadaan salep / Terintegrasi
mata tetes mata dengan
antibiotik antibiotik Pengadaan set
pelayanan
bayi lahir (0-6
jam) pada
pelayanan
dalam gedung
3. Pengisian dan Buku KIA Pengadaan Terintegrasi
pemanfaatan Buku buku KIA dengan
KIA Sesuai Kebutuhan pengadaan
paket buku
KIA pada
Pelayanan
kesehatan
ibu hamil

63
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME
4. Pencatatan dan Register Pengadaan 1 Paket x
Pelaporan Kohort Bayi register jumlah
Kohort bayi Puskesmas
Formulir Pengadaan 1 paket x
pelaporan SIP formulir SIP jumlah
Puskesmas,
terintegrasi
dengan
pengadaan
formulir SIP
pelaporan
lainnya
Formulir dan Pengadaan 1 Paket x
ATK formulir dan ATK jumlah
Puskesmas

5. Rujukan Petugas Pelayanan Jumlah


pertolongan kasus kegawatdaruratan Petugas x
komplikasi pada neonatal Biaya
bayi baru lahir (jika Biaya transport Transport x
diperlukan) petugas/BBM Jumlah
Rujukan
Alat Set Terintegrasi
kesehatan kegawatdaruratan dengan paket
neonatal pengadaan
Set
kegawatdarur
atan neonatal
pada
pelayanan
kesehatan
bayi baru
lahir dalam
gedung
Pendamping Biaya transport Jumlah
Bayi Baru petugas/BBM pendamping
Lahir bayi baru
lahir
(maksimal 2
orang) x biaya
transport per
rujukan

D. Pelayanan Kesehatan Balita


1. Pernyataan Standar
Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada semua balita di wilayah
kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun
2. Pengertian
64
Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan.
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran
Penentuan sasaran, untuk keperluan perencanaan dan anggaran (di
awal tahun), menggunakan data proyeksi BPS dan ditetapkan
pemerintah daerah. Sedangkan untuk perhitungan capaian kinerja
dan evaluasi menggunakan data riil yang didapatkan dari pendataan
balita.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan bayi usia 0 -11 bulan
2) Pelayanan kesehatan anak balita usia 12-59 bulan
c. Rujukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani (sesuai dengan
kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelaksanaan
Pelayanan kesehatan balita sesuai standar dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan maupun di luar fasilitas pelayanan
kesehatan, yaitu: Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Taman
Pengasuhan Anak (TPA) dan Sarana Pendidikan (PAUD dan TK/RA),
dan/atau melalui jejaring UKBM (posyandu, poskesdes dan polindes),
dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan,
dan/atau berbagai tempat lainnya yang terkait dan ditetapkan
pemerintah daerah.
b. Pelayanan kesehatan Balita meliputi:
1) Pelayanan kesehatan bayi berumur 0 -11 bulan:
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam
kurun waktu 6 bulan)
b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun
c) Pemantauan perkembangan bayi minimal 2 kali/tahun.
d) Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali
setahun
e) Pemberian imunisasi dasar lengkap

2) Pelayanan kesehatan anak balita berumur 12-59 bulan:


a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam
kurun waktu 6 bulan)
b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
c) Pemantauan perkembangan anak balita minimal 2 kali/ tahun
d) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun

3) Pemantauan perkembangan balita meliputi pemantauan gerak


kasar, gerak halus, bicara-bahasa, sosialisasi dan kemandirian
dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP) atau instrumen standar lain yang berlaku.
4) Pemberian kapsul vitamin A meliputi :
65
a) Vitamin A Kapsul Biru (100.000 UI) pada anak usia 6-11 bulan
1 kali pertahun (bulan februari dan/atau Agustus)
b) Vitamin A kapsul merah (200.000 UI) pada anak umur 12-59
bulan 2 kali pertahun (bulan februari dan agustus)
5) Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi mencakup
pemberian pada usia 0-11 bulan. Imunisasi dasar yang di berikan
meliputi pemberian HB0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali , IPV 1
kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Campak Rubella 1 kali. Imunisasi dasar
disebut lengkap bila diberikan sebelum usia 1 tahun.
6) Penimbangan berat badan, pengukuran panjang/tinggi badan,
pemantauan perkembangan, pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
dan vitamin A dicatat di dalam kohort bayi, kohort balita dan anak
prasekolah, Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), Formulir
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) serta pencatatan lainnya.

c. Pelaksana Layanan
a) Pelayanankesehatan balita dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter spesialis anak/dokter umum/bidan/perawat
yang telah memiliki STR dan/atau tenaga gizi)dan atautenaga non
kesehatan terlatih/terorientasi dan/atau kader kesehatan
terlatih/terorientasi(Guru TK/RA dan/atau pendidik PAUD/TPA
dan/atau Kader kesehatan) dalam supervisi dari tenaga
kesehatan.
b) Khusus untuk pelaksanaan imunisasi dasar lengkap harus
diberikan oleh dokter spesialis anak/dokter
umum/bidan/perawat yang telah memiliki STR.
5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari
cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan balita sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun (dalam
persen).
b. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang
mendapat Pelayanan Kesehatan sesuai
Cakupan Standar + Balita usia 24-59 bulan
Pelayanan mendapakan pelayanan sesuai standar
=
Kesehatan Balita ___________________________________ X100%
sesuai Standar Jumlah Balita usia 12-59 bulan di wilayah
kerja Kabupaten/kota tersebut pada kurun
waktu satu tahun yang sama

66
Catatan :

1. Untuk menghitung cakupan SPM, petugas mengambil data


berdasarkan perhitungan cakupan dari kohort bayi, kohort balita
dan anak prasekolah.

2. Untuk memudahkan perhitungan cakupan, setelah pendataan,


semua sasaran balita usia 0-59 bulan diwilayah kerja dicatat
kedalam kohort bayi dan atau kohort balita, dan Prasekolah. Di
akhir tahun berjalan akan di dapatkan jumlah balita yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar, balita yang mendapatkan
pelayanan tidak sesuai standar dan balita yang tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan .

3. Balita di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan


dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal bayi dan anak balita tersebut.

Contoh Perhitungan

Bayi yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak
di hitung sebagai cakupan.

Contoh 1.

Bayi A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan (Desember 2018)
berusia 6 bulan sudah mendapatkan penimbangan4 kali, pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A
1 kali, imunisasi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali
dan IVP 1kali. Bayi A di akhir tahun belum di hitung sebagai cakupan,
karena belum mencapai usia 1 tahun dan belum mendapatkan
pelayanan sesuai standar;

Contoh 2.

Anak balita B lahir pada 1 Oktober 2017, di akhir tahun berjalan


(bulan Desember 2018) anak balita B berusia 14 bulan. Dari bulan
Oktober 2017 sampai Maret 2018, sudah mendapat penimbangan 4 kali
dan dari bulan April 2018 sampai September 2018 sudah mendapatkan
penimbangan 4 kali. Dari Bulan Oktober 2017 sampai September 2018
sudah mendapat pengukuran panjang badan sebanyak 2 kali,
pemantauan perkembangan 2 kali dan pemberian vitamin A 2 kali.
Anak Balita B di hitung sebagai cakupan anak Balita pada tahun 2018
karena sudah mendapatkan pelayanan sesuai standar;

Contoh 3.

67
Bayi C lahir pada 1 Desember 2017, di akhir tahun berjalan (bulan
Desember 2018) berusia 12 bulan. Dari bulan Desember 2017 sampai
bulan Mei 2018 sudah mendapatkan penimbangan 4 kali dan dari
bulan Juni sampai November 2018 sudah mendapatkan penimbangan 4
kali. Dalam satu tahun terakhir sudah mendapatkan pengukuran
panjang badan 2 kali, pemantauan perkembangan 2 kali, vitamin A 1
kali , Imunisasi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali,
IVP 1 kali dan campak 1 kali. Bayi C di hitung sebagai cakupan karena
sudah mencapai usia tahun berjalan dan mendapatkan pelayanan
sesuai standar;

Cara Menghitung Cakupan Pelayanan

Di Kabupaten D terdapat 3000 Balita usia 0-59 bulan terdiri dari 1000
orang bayi dan 2000 orang anak balita. Balita usia 0-59 bulan tersebut
berada di 3 wilayah kerja Puskesmas yaitu wilayah Puskesmas A, B
dan C.

Jumlah Sasaran Balita


Fasilitas Pelayanan Sasaran
Sasaran Total Sasaran
Kesehatan Anak
Bayi Balita
Balita
Puskesmas A 250 500 750
Puskesmas B 250 500 750
Puskesmas C 500 1000 1500
Jumlah 1000 2000 3000

Pelayanan Bayi:
Di Puskesmas A dari 250 bayi yang ada, sebanyak 100 bayi mendapat
pelayanan sesuai standar, 90 bayi mendapatkan pelayanan tidak sesuai
standar dan 90 bayi tidak mendapatkan pelayanan kesehatan .
Di Puskesmas B dari sasaran 250 bayi yang ada, sebanyak 100 bayi
mendapat pelayanan sesuai standar, 80 bayi mendapatkan pelayanan
tidak sesuai standar dan 70 bayi tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan
Di Puskesmas C dari 500 bayi sebanyak 300 bayi mendapatkan
pelayanan sesuai standar, 90 bayi mendapatkan pelayanan tidak
sesuai standar dan 110 bayi tidak mendapatkan pelayanan

68
Pelayanan anak Balita :
Puskesmas A dari sasaran 500 anak Balita sebanyak 400 orang anak
balita yang mendapatkan pelayanan sesuai standar, 20 anak balita
mendapatkan pelayanan tidak sesuai standar dan 80 anak balita tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan
Puskesmas B dari 500 anak Balita sebanyak 450 anak balita
mendapatkan pelayanan sesuai standar, 20 anak balita mendapatkan
pelayanan tidak sesuai standar dan 30 anak balita tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan

Puskesmas C dari 1000 anak balita sebanyak 650 anak balita


mendapat pelayanan sesuai standar, 200 anak balita mendapatkan
pelayanan tidak sesuai standar dan 150 anak balita tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan

Jumlah Bayi Jumlah Jumlah Jumlah


yang Bayi yang Jumlah anak Balita anak Balita
Jumlah Bayi
mendapatka tidak Jumlah Anak Balita yang yang tidak
Jumlah mendapat
Fasilitas pelayanan n pelayanan mendapat Sasaran mendapat mendapatka mendapatka
Sasaran Pelayanan
kesehatan tidak sesuai kan anak pelayanan n pelayanan n pelayanan
Bayi sesuai
standard pelayanan Balita sesuai tidak sesuai
standar
standar standar
Puskesmas A 250 100 90 60 500 400 20 80
Puskesmas B 250 100 80 70 500 450 20 30
Puskesmas C 500 300 90 110 1000 650 200 150
Jumlah 1000 500 260 240 2000 1500 240 260

Hasil rekapitulasi pelayanan kesehatan Balita di Kabupaten D pada


tahun tersebut untuk pelayanan kesehatan bayi sesuai standar sejumlah
500 orang bayi dan pelayanan anak balita sesuai standar sebanyak 1500
orang balita.

Cakupan Jumlah bayi yang mendapat Pelayanan


Pelayanan Kesehatan sesuai standar
= ___________________________________ X100%
Kesehatan Bayi
Jumlah sasaran bayi pada kurun waktu
sesuai Standar
yang sama

Cakupan 500
Pelayanan = _________________ X100%
Kesehatan Bayi 1000
69
sesuai Standar

Cakupan
Pelayanan = 50 %
Kesehatan Bayi
sesuai Standar

Jumlah anak Balita yang mendapatkan


Cakupan Pelayanan kesehatan sesuai standard
Pelayanan ___________________________________ X100%
Kesehatan Anak = jumlah sasaran anak balita pada kurun
Balita sesuai waktu yang sama
Standar

Cakupan 1500
Pelayanan _________________ X100%
Kesehatan Anak = 2000
Balita sesuai
Standar

Cakupan
Pelayanan
Kesehatan = 75 %
anak Balita
sesuai Standar

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “D” dalam memberikan


pelayanan kesehatan bayi sesuai standar adalah 50% dan pelayanan
anak balita sesuai standar = 75 %.

Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten D belum mencapai
100% , masih terdapat 500 balita ( 260 bayi + 240 anak balita)
mendapatkan pelayanan kesehatan balita tidak sesuai standar dan 500
balita ( 240 bayi + 260 anak Balita) tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan, sehingga pemerintah daerah harus melakukan analisis
penyebab tidak tercovernya seluruh balita dan membuat strategi untuk
menjangkau seluruh balita.

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan

No Barang Jumlah Fungsi


1 Timbangan 2 buah per Menimbang Berat
Dacin/baby Puskesmas badan
70
scale/beam
balance/timbangan
digital
2 Length Board dan 2 buah per Pengukuran
atau Microtoise Puskesmas panjang/tinggi badan
3 Kuisioner Pra Sesuai Pemeriksaan
Skrining jumlah perkembangan balita
Perkembangan (KPSP) balita
atau instrumen
standar lain yang
berlaku
1.. 4 Stimulasi Deteksi dan 2 paket per Pemeriksaan
Intervensi Dini Puskesmas perkembangan balita
Tumbuh Kembang
(SDIDTK) KIT
5 Jarum suntik dan Sesuai Pemberian imunisasi
BHP jumlah pada balita
Balita
6 Formulir DDTK Sejumlah Pencatatan hasil
Balita Pelayanan
7 Kohort bayi, Kohort 1 paket Pencatatan hasil
Balita dan anak perdesa Pelayanan kesehatan
Prasekolah (terintegrasi balita
dengan
pelayanan
kesehatan
bayi baru
lahir dan
anak pra
sekolah)
8 Buku KIA Sesuai Media informasi dan
kebutuhan Pencatatan Kesehatan
Ibu dan Anak sampai
dengan umur 6 tahun

7. Teknik Penghitungan Biaya

LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Pendataan Petugas Pendataan Balita Jumlah Petugas
Balita 0-59 Biaya transport x Biaya
Bulan petugas/BBM Transport x
Jumlah
kunjungan
pendataan
(terintegrasi
dengan PIS-PK)
Formulir Pengadaan Formulir Jumlah Paket x
biaya perpaket x
Jumlah
Puskesmas
2. Pelayanan Alat Pengadaan Set Pemeriksaan 1 Paket x
Kesehatan Kesehatan Kesehatan Anak Jumlah
71
Balita puskesmas,
a. Pelayanan jaringan, dan
dalam jejaringnya
gedung Pengadaan Set Imunisasi 1 Paket x
Jumlah
puskesmas,
jaringan, dan
jejaringnya
Pengadaaan SDIDTK KIT 2 Paket x
Jumlah
puskesmas,
jaringan, dan
jejaringnya
Formulir Pengadaan formulir DDTK 1 Form x jumlah
DDTK balita
Formulir Pengadaan Formulir
Kuisioner Kuesioner Pra Skrining
1 paket x jumlah
Pra Skrining Perkembangan
balita
Perkembang
an
b. Pelayanan Petugas Pelayanan Kesehatan Balita Jumlah Petugas
luar Biaya transport x Transport x
gedung petugas/BBM(1) Jumlah
Kunjungan
Alat Pengadaan Kit Posyandu 1 Paket x
Kesehatan Jumlah
Puskesmas
Pengadaan Kit Imunisasi Terintegrasi
dengan
Pengadaan Set
Imunisasi pada
pelayanan dalam
gedung

Pengadaan SDIDTK KIT Terintegrasi


dengan
Pengadaan
SDIDTK KIT
pada pelayanan
dalam gedung
Formulir Pengadaan Formulir DDTK Terintegrasi
DDTK dengan
pengadaan
dalam gedung
Formulir Pengadaan Formulir Terintegrasi
Kuesioner Kuesioner Pra Skrining dengan
Pra Skrining Perkembangan pengadaan
Perkembang dalam gedung
an

72
3. Pengisian Buku KIA Pengadaan Buku KIA Terintegrasi
dan dengan
pemanfaatan pengadaan paket
Buku KIA buku KIA pada
Pelayanan
Kesehatan Ibu
Hamil
4. Pencatatan Balita Data Jumlah Balita
dan Register Pengadaan Register Kohort
pelaporan Kohort bayi, Balita
1 Paket x
Kohort
Jumlah Desa
Balita dan
Apras
Formulir Pengadaan formulir dan 1 Paket x
dan ATK ATK Jumlah
Puskesmas
5. Pelayanan Petugas Melakukan rujukan secara Jumlah Petugas x
Rujukan kesehatan tepat sesuai dengan Biaya Transport x
kebutuhan atau Jumlah Rujukan
permasalahan kesehatan
balita yang ditemukan, ke
fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan yang mampu
menangani

E. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar


1. Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota
wajib melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar pada anak usia
pendidikan dasar kelas 1 sampai kelas 9 di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun ajaran.

2. Pengertian
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar adalah
skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
berkala) yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar kelas 1
sampai dengan kelas 9 sebanyak 1 kali per tahun ajaran:
a. pemeriksaan status gizi
b. pemeriksaan tanda-tanda vital
c. pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
d. pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran
e. penilaian kesehatan reproduksi

3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran
Penentuan sasaran berdasarkan jumlah peserta didik kelas 1
sampai dengan kelas 9 yang terdapat di satuan pendidikan dasar
(SD/MI dan SMP/MTs) dan ditetapkan oleh kepala daerah.

73
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
Jenis pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar,
meliputi:
1) Skrining Kesehatan Usia Pendidikan Dasar (Penjaringan
Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala)
2) Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Skrining Kesehatan

c. Rujukan
Rujukan dilakukan bila berdasarkan hasil skrining kesehatan
didapatkan masalah kesehatan yang memerlukan upaya tindak
lanjut di fasilitas pelayanan kesehatan pertama dan rujukan.

4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat pelayanan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar
dilaksanakan di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS)

b. Pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar:


1) Skrining Kesehatan anak usia pendidikan dasar:
a) Puskesmas berkoordinasi dengan Pemerintah Kab/Kota untuk
penyediaan sarana dan prasarana skrining kesehatan yaitu
UKS Kit, lembar kuesioner skrining kesehatan (penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala), Buku Rapor
Kesehatanku/formulir penjaringan kesehatan, dan formulir
rekapitulasi hasil pelayanan usia pendidikan dasar di sekolah
dan puskesmas (Rekapitulasi penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala).
b) Puskesmas berkoordinasi dengan sekolah/madrasah untuk
pelaksanaan skrining kesehatan meliputi pendataan sasaran,
penentuan jadwal pelaksanaan, penentuan lokasi
pelaksanaan dan pembagian tugas Puskesmas dan
Sekolah/Madrasah dalam melaksanakan skrining kesehatan.
c) Puskesmas dan Sekolah/Madrasah menginformasikan
skrining kesehatan pada orang tua/wali peserta didik pada
saat Masa Orientasi Sekolah atau sebelum pelaksanaan
skrining kesehatan.
d) Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar dilaksanakan
minimal melalui:
(1) Penilaian status gizi
Pengukuran tinggi badan dan berat badan, perhitungan
status gizi dan pemeriksaan tanda klinis anemia
(2) Penilaian tanda vital
Pemeriksaan tekanan darah, pengukuran frekuensi nadi,
frekuensi napas, dan pemeriksaan suhu badan.
(3) Penilaian kesehatan gigi dan mulut
Pemeriksaan masalah gigi dan rongga mulut
(4) Penilaian ketajaman indera penglihatan dan pendengaran

74
Pemeriksaan ketajaman indera penglihatan menggunakan
kartu snellen dan pemeriksaan ketajaman indera
pendengaran dengan garpu tala.
(5) Penilaian kesehatan reproduksi
Pemeriksaan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
masalah terkait pubertas, risiko IMS, kekerasan seksual
dan lainnya.
e) Hasil skrining kesehatan dicatatkan pada buku rapor
kesehatanku / formulir pemeriksaan, dan kemudian direkap
pada formulir rekapitulasi hasil pelayanan usia pendidikan
dasar di sekolah dan Puskesmas (rekapitulasi penjaringan
kesehatan/ Pemeriksaan Berkala per Siswa, per Sekolah)
f) Puskesmas memberikan KIE kesehatan kepada peserta didik
sesuai masalah kesehatan yang didapatkan dari hasil skrining
kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku.

2) Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Skrining Kesehatan


a) Puskesmas memberikan umpan balik hasil skrining kesehatan
(Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala)
kepada sekolah / madrasah. Dilanjutkan Sekolah/Madrasah
memberikan informasi hasil skrining kesehatan (Penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala) menggunakan
Buku Rapor Kesehatanku kepada orang tua/wali siswa.
b) Tenaga kesehatan / Puskesmas melakukan rujukan apabila
berdasarkan hasil skrining kesehatan didapatkan masalah
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, tatalaksana atau
pengobatan lebih lanjut.
c) Puskesmas menyampaikan rekapan hasil skrining kesehatan
usia pendidikan dasar kepada Pemerintah Kabupaten / Kota,
untuk direkap di tingkat Kabupaten / Kota.
d) Puskesmas dan Sekolah / Madrasah melaksanakan
penyuluhan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat di sekolah/madrasah sesuai dengan masalah
prioritas/terbanyak yang didapat dari skrining kesehatan.

c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan Puskesmas (dokter/dokter gigi/Bidan/perawat/
perawat gigi) dibantu oleh kader kesehatan terlatih di sekolah/
madrasah (guru & kader kesehatan sekolah), tenaga non kesehatan,
dan sektor lainnya yang kompeten, telah terlatih/terorientasi
skrining kesehatan (Praktik Mandiri, Klinik, atau Institusi
pendidikan kesehatan di wilayah Puskesmas/sekitarnya).

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar
75
dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
dasar sesuai standar di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun ajaran.

b. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah anak usia pendidikan
dasar kelas 1 sampai dengan
kelas 9 di satuan pendidikan
Persentase dasar yang mendapat pelayanan
anak usia kesehatan sesuai standar yang
pendidikan ada di wilayah kerja
dasar yang kabupaten/kota dalam kurun x 100 %
mendapatkan = waktu satu tahun ajaran
pelayanan Jumlah semua anak usia
kesehatan pendidikan dasar kelas 1 sampai
sesuai standar dengan kelas 9 di satuan
pendidikan dasar yang ada di
wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun ajaran yang sama.

Contoh perhitungan
Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar.
Rincian anak yang mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan
pendidikan dasar sebagai berikut:
Jumlah Tidak Tidak
Anak Usia mendapat mendapat
mendapat
Pendidikan pelayanan pelayanan
Fasilitas pelayanan
Dasar kesehatan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Kelas 1 sesuai
Kesehatan sesuai
sampai standar
standar
dengan
kelas 9
Puskesmas 7.500 7.459 40 1
A
Puskesmas 6.000 5.790 200 10
B
Puskesmas 3.500 2.676 700 124
C
Jumlah 17.000 15.925 940 135

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, anak usia pendidikan dasar


didalam satu tahun ajaran sebanyak 17.000 anak, yang
mendapatkan pelayanan skrining kesehatan sesuai standar
sebanyak 15.925 orang.

76
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “E” dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar
sesuai standar :
15926_ x 100% = 93,67 %.
17.000

Catatan:
Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum mencapai
100%, karena masih terdapat 1.075 anak yang belum mendapat
skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala) sesuai dengan standar. Sehingga perlu untuk dilakukan
analisis penyebab (faktor sarana prasarana, keterbatasan tenaga
kesehatan puskesmas dan/atau kurangnya koordinasi lintas sektor,
dsb).

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Buku Rapor Sesuai jumlah peserta - Pencatatan hasil
Kesehatanku didik pemeriksaan
kesehatan usia
pendidikan dasar dan
- Media KIE

2 UKS Kit 2 buah per Puskesmas - Pemeriksaan


dengan rincian peralatan kesehatan anak usia
UKS Kit sesuai pendidikan dasar
Permenkes yang berlaku
mengatur tentang
Puskesmas

3 Kuesioner Sesuai jumlah peserta - pemeriksaan


Skrining didik kesehatan usia
kesehatan pendidikan dasar
4 Formulir Sesuai kebutuhan - Umpan balik hasil
Rekapitulasi dengan skrining/penjaringan
Hasil Pelayanan mempertimbangkan kesehatan ke
kesehatan usia jumlah peserta didik per sekolah/madrasah
pendidikan sekolah pencatatan dan
dasar di pelaporan
sekolah

5 Formulir Sesuai kebutuhan - Pencatatan dan


Rekapitulasi dengan mempertim pelaporan
Hasil Pelayanan bangkan jumlah sekolah
kesehatan usia per puskesmas
pendidikan
dasar di
Puskesmas

77
7. Teknik Penghitungan Biaya
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Koordinasi Petugas Biaya Jumlah Petugas
dan puskesmas transport puskesmas x jumlah
Pendataan sekolah/madrasah X
sasaran Biaya transport
2. Pelaksanaan Petugas Biaya Jumlah Petugas
Skrining transport puskemas x Biaya
Kesehatan petugas/ transportasi x jumlah
BBM sekolah/madrasah
Alat Kesehatan UKS Kit Jumlah UKS kit x
Jumlah puskesmas

Instrumen Pengadaan
Pencatatan buku Instrumen pencatatan
(buku rapor
pencatatan
kesehatanku dan
kuesioner skrining) x
jumlah anak usia
pendidikan dasar
(kelas 1 sampai 9)
Formulir Pengadaan  Formulir
Rekapitulasi formulir rekapitulasi di
Hasil skrining rekapitulasi sekolah x jumlah
kesehatan di sekolah sekolah
(Penjaringan dan di
Kesehatan dan Puskesmas  Formulir
Pemeriksaan rekapitulasi di
Berkala) puskesmas x
jumlah puskesmas

3. Pelaksanaan Formulir Pengadaan formulir rujukan x


tindak Rujukan Jumlah kasus yang
lanjut hasil dirujuk
skrining
kesehatan Formulir Pengadaan formulir laporan /
laporan / formulir rekapitulasi x jumlah
rekapitulasi laporan / puskesmas
skrining rekapitulasi
kesehatan Kabupaten
(Penjaringan / Kota
kesehatan dan
pemeriksaan
berkala)

Petugas Biaya Jumlah petugas


puskesmas transport puskesmas x jumlah
sekolah X Biaya

78
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
transport

79
F. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
1. Pernyataan Standar
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining
kesehatan sesuai standar kepada setiap warga negara usia 15-59
tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
2. Pengertian
a. Pelayanan deteksi dini PTM usia 15–59 tahun meliputi :
1) Skrining faktor risiko PTM (obesitas, hipertensi dan diabetes)
2) Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim
3) Edukasi tentang faktor risiko PTM
4) Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
b. Pelayanan kesehatan usia produktif diberikan di UKBM, FKTP dan
tempat lainnya.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan sasaran usia produktif adalah orang berusia 15-59 tahun
di kab/kota berdasarkan data Kementerian kesehatan atau BPS
atau Disdukcapil serta ditetapkan oleh kepala daerah
b. Jenis pelayanan kesehatan pada usia produktif meliputi:
1) Deteksi kemungkinan Obesitas.
2) Deteksi Tekanan Darah.
3) Deteksi Gula darah.
4) Deteksi Dini kanker payudara dan kanker leher rahim (untuk
wanita)
5) Pencatatan buku monitoring faktor risiko PTM
c. Jika di UKBM ditemukan faktor risiko dan ketidaknormalan lainnya
dirujuk ke FKTP dan apabila di FKTP masih belum mampu
menangani, dirujuk ke FKRTL yang berkompeten
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Skrining kesehatan dilakukan minimal 1 kali setahun di FKTP dan
UKBM.
b. Pemantauan terhadap hasil skrining yang berisiko PTM dilakukan
minimal 1 bulan sekali di FKTP
c. Pemeriksaan/skrining gula darah wajib untuk semua orang dengan
usia ≥40 tahun dan usia ≥15 tahun dengan obesitas.
d. Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan metode SADANIS
(Pemeriksaan Payudara Secara Klinis) dan kanker leher rahim
dengan metode IVA, pada perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang
sudah aktif secara seksual atau sudah menikah atau sudah pernah
berhubungan seksual.
e. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai
kewenanganya oleh Dokter dan atau Perawat terlatih skrining;
Bidan terlatih untuk skrining IVA dan SADANIS dan atau Tenaga
kesehatan lain yang sudah terlatih skrining faktor risiko PTM dan
atau Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih untuk faktor risiko
PTM dibawah pengawasan petugas kesehatan dan atau
Nutrisionis/Tenaga Gizi terlatih untuk konseling gizi.
f. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Registrasi dan Petugas 1 orang
80
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
Pencatatan Data Pelaksana
Individu Posbindu terlatih
2 Wawancara skrining Perawat/Petugas 1 orang
kesehatan usia Pelaksana
produktif Posbindu terlatih
3 Pengukuran TB, BB, Perawat/Petugas 1 orang
Lingkar perut Tekanan Pelaksana
Darah Posbindu terlatih
4 Pemeriksaan Kadar gula Dokter/Perawat/ 1 orang
darah, kolesterol total, Bidan/Petugas
Pelaksana
Posbindu terlatih
5 Pengukuran ketajaman Perawat/Petugas 1 orang
pendengaran dan Pelaksana
ketajaman penglihatan Posbindu terlatih

6 Pemeriksaan SADANIS Dokter/Bidan 1 orang


dan IVA (bagi sasaran
wanita usia 30-50
tahun)
7 Melakukan edukasi Nutrisionist/tena 1 orang
hasil skrining (point ga gizi/Petugas
3,4,5 dan 6) Pelaksana
Posbindu terlatih

5. Capaian Kinerja
a. Definisi operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan usia produktif dinilai dari
persentase orang usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di Kab/kota (wilayah kerjanya)
dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan
Jumlah orang usia 15–59 tahun di
Persentase
kab/kota yang mendapat pelayanan
orang usia 15–
skrining kesehatan sesuai standar
59 tahun
dalam kurun waktu satu tahun
mendapatkan = X 100%
skrining Jumlah orang usia 15–59 tahun di
kesehatan kab/kota dalam kurun waktu satu
sesuai standar tahun yang sama.

Catatan:
Numerator: Jumlah orang usia 15-59 tahun mendapatkan
pelayanan skrining kesehatan sesuai standar. Orang yang
diskrining adalah warganegara usia 15-59 tahun yang bertempat
tinggal di kab/kota. Pelayanan skrining usia 15-59 tahun mencakup
deteksi PTM (obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, kanker

81
payudara dan serviks pada wanita usia 30-50 tahun dengan seksual
aktif)
Denominator: Jumlah orang yaitu warga negara usia 15–59 tahun
yang bertempat tinggal di kab/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama. Caranya menghitung Riil atau BPS atau Disdukcapil

Contoh Perhitungan
Di Kabupaten “F” terdapat 6000 Warga Negara berusia 15–59 tahun.
Rincian yang berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Keterangan
Pelayanan Warga Warga Warga yang
Kesehatan Negara Negara Negara Tidak
Usia 15- Usia 15-59 Usia 15-59 Dilayani
59 yang yang
(Proyeksi) Dilakukan Dilakukan
Skrining Skrining
Sesuai Tidak
Standar Sesuai
Standar
Puskesmas 3450 650 900 650 Tidak
dan ada
Jaringannya skrining
obesitas
Fasyankes 800 100 100 100 tidak
Swasta dilakukan
deteksi
dini
kanker
payudara
dan
kanker
leher
rahim
JUMLAH 6000 4250 750 1000

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, warga negara berusia 15–59 yang
berkunjung adalah sebanyak 5000 orang. Sebanyak 4250 orang
mendapat pemeriksaan obesitas, hipertensi dan diabetes melitus,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran sesuai
standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “F” dalam
memberikan pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 15–59
tahun adalah 4250/6000 x 100 % = 70,83 %.
Catatan:
Mengingat Jumlah kunjungan masih 5000 orang diperlukan
rencana strategis tahun depan untuk menjangkau 1000 orang yang
belum berkunjung. Perlu di analisis sebab-sebab mereka belum
berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa
sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining.Pemerintah
82
Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk
menjangkau seluruh warga negara usia 15-59 tahun agar
seluruhnya dapat memperoleh pelayanan skrining sesuai standar
setahun sekali.
6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan
No Barang Jumlah Fungsi
1 - alat ukur berat badan, Sesuai jumlah Melakukan
- alat ukur tinggi badan, sasaran Skrining
- alat ukur lingkarperut, kesehatan
- tensimeter,
- glukometer,
- tes strip gula darah,
- kapas alkohol,
- KIT opthalmologi
komunitas
- KIT IVA tes

2 Formulir pencatatan dan Sesuai Pencatatan dan


pelaporan kebutuhan pelaporan

Aplikasi SI PTM
3 Pedoman dan media KIE Minimal 2 Panduan dalam
perpuskesmas melakukan
skrining
kesehatan
sesuai standar

7. Teknik Penghitungan Pembiayaan


Langkah Variabel Komponen Volume
Kegiatan
1. Skrining faktor risiko PTM

a. Usia 15–59 Petugas Pelayanan Skrining


tahun Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan Skrining PTM dengan
paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas
Suspek Semua orang sesuai
Penderita sasaran usia 15-59
tahun
b. Usia 30–59 Petugas Pelayanan Skrining
tahun Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan Pemeriksaan IVA dengan
paket
pengadaan
peralatan

83
Langkah Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Puskesmas
Suspek Data Jumlah sasaran
Penderita usia 30-59 tahun
(perempuan)
2. Konseling Petugas Pelayanan Konseling
tentang faktor
risiko PTM Media Pengadaan Media 1 Paket/
konseling konseling PTM kegiatan x
PTM Jumlah
Puskesmas
Penderita Data Jumlah
dengan faktor penderita dengan
risiko faktor risiko
3. Pelayanan Petugas Pelayanan kesehatan
rujukan kasus kasus faktor risiko PTM
ke Fasilitas
Kesehatan Penderita Data Jumlah
Tingkat denganfaktor Penderita faktor risiko
Pertama risiko PTM PTM
Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan peralatan PTM dengan
paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas

Laboratorium Pengadaan paket Terintegrasi


pemeriksaan dengan
Laboratorium paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas
4. Pencatatan Petugas Pencatatan dan
dan pelaporan pelaporan
faktor risiko
PTM Suspek Data jumlah orang
dengan Faktor dengan Faktor Risiko
Risiko
Formulir dan Pengadaan formulir 1 Paket x
ATK dan ATK Jumlah
Puskesmas
5. Monitoring Petugas Transport + uang Jumlah
dan evaluasi harian Petugas x
84
Langkah Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Transport
dan uang
harian x
Jumlah
kegiatan
monev
Instrumen Pengadaan instrument 1 Paket
monev monev terintegrasi Intrumen
dengan monev Monev
indikator lainnya. integrasi
Laporan ATK dan penggandaan 1 Paket ATK
monev x Jumlah
kegiatan
monev

G. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut


1. Pernyataan Standar
Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan
kesehatan usia lanjut sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat
Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan usia lanjut
sesuai standar pada Warga Negara usia 60 tahun ke atas di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
2. Pengertian
Pelayanan kesehatan pada usia lanjut yang sesuai standar adalah
skrining kesehatan yang dilakukan minimal 1 kali dalam kurun waktu
satu tahun, terdiri dari:
1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah,
2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah,
3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah,
4) Deteksi gangguan mental emosional,
5) Deteksi gangguan kognitif,
6) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut.
3. Langkah Kegiatan
a. Penentuan Sasaran dan Pendataan Usia Lanjut
Penentuan sasaran, untuk keperluan perencanaan dan anggaran (di
awal tahun), menggunakan data proyeksi BPS dan ditetapkan
pemerintah daerah. Sedangkan untuk perhitungan capaian kinerja
dan evaluasi menggunakan data riil yang didapatkan dari pendataan
usia lanjut.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan
Skrinning kesehatan sesuai standar pada usia lanjut.
c. Rujukan
Petugas kesehatan melakukan rujukan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan kesehatan yang ditemukan ke
85
fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan yang mampu menangani
(sesuai dengan kompetensi).
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Tempat Pelaksanaan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada usia lanjut (≥ 60 tahun)
dilaksanakan pada:
1) Fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta,
meliputi : puskesmas, Klinik Pratama, Klinik Utama dan fasilitas
pelayanan kesehatan lanjutan (Rumah Sakit)
2) Di luar fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi : UKBM (termasuk
kegiatan di Posyandu Lansia/Posbindu) dan/atau kunjungan
Panti Lansia/Panti wredha/Panti Jompo serta kunjungan rumah
(home care), dan tempat lainnya yang dilakukan oleh petugas
kesehatan.

b. Skrining kesehatan yang dilakukan pada usia lanjut:


1) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter
(manual atau digital) oleh petugas kesehatan.
2) Pengukuran kadar gula darah dan kolesterol dalam darah
menggunakan alat monitor/pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dilakukan oleh petugas kesehatan
3) Pemeriksaan gangguan mental emosional usia lanjut
menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)* yang
dilakukan oleh petugas kesehatan,
4) Pemeriksaan gangguan kognitif usia lanjut menggunakan
instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)* yang dilakukan oleh
petugas kesehatan,
5) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut menggunakan
penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument Indeks
Barthel Modifikasi* yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau
kader kesehatan yang terlatih
6) Hasil pelayanan skrining kesehatan usia lanjut dicatat baik di form
pencatatan yang ada maupun di Buku Kesehatan Lansia.
7) Berikut form Instrumen skrining kesehatan usia lanjut yang
digunakan :
a. Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)

INSTRUMEN GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)


Tanggal : ………………………..
Nama : ………………………… Umur/Jenis Kelamin : ........ tahun / ..........
Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda selama
dua minggu terakhir.

NO PERTANYAAN SKOR
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan YA TIDAK
kehidupan anda?
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak YA TIDAK
kegiatan dan minat /kesenangan anda?

86
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap YA TIDAK
saat?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan YA TIDAK
terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian YA TIDAK
besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA TIDAK
daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak YA TIDAK
masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini YA TIDAK
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA TIDAK
perasaan anda saat kini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda YA TIDAK
tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik YA TIDAK
keadaannya dari anda?
TOTAL SKOR

Panduan pengisian instrumen GDS :


a. Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan menanyakan keadaan
perasaannya dalam dua minggu terakhir, tidak ada jawaban benar salah,
jawablah ya atau tidak sesuai dengan perasaan yang paling tepat akhir-akhir
ini.
b. Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan kalimat yang tertulis,
tunggu jawaban pasien. Jika jawaban kurang jelas, tegaskan lagi apakah
pasien ingin menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari) jawaban pasien
tersebut.
c. Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah jawaban yang bercetak
tebal. Setiap jawaban (ya/tidak) yang bercetak tebal diberi nilai satu (1).
d. Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar ada gangguan
depresi.
e. Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi

b. Instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)

INSTRUMEN ABBREVIATED MENTAL TEST (AMT)


Tanggal : ………………………….
Nama : ……………………………. Umur/Jenis Kelamin : ........tahun / .................

87
Salah = 0 Benar = 1
A Berapakah umur Anda?
B Jam berapa sekarang?
C Di mana alamat rumah Anda?
D Tahun berapa sekarang?
E Saat ini kita sedang berada di mana?
F Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat?
G Tahun berapa Indonesia merdeka?
H Siapa nama presiden RI sekarang?
I Tahun berapa Anda lahir?
j Menghitung mundur dari 20 sampai 1
Jumlah skor:
K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien
1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas

Cara Pelaksanaan:
1. Minta pasien untuk menjawab pertanyaan tersebut, beri tanda centang (V)
pada nilai nol (0) jika salah dan satu (1) jika benar
2. Jumlahkan skor total A sampai J, item K tidak dijumlahkan, hanya sebagai
keterangan.
3. Interpretasi :
- Skor 8-10 menunjukkan normal,
- skor 4-7 gangguan ingatan sedang dan
- skor 0-3 gangguan ingatan berat

c. Form penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument


Indeks Barthel Modifikasi :

PENILAIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN INSTRUMEN INDEKS


BARTHEL MODIFIKASI
Tanggal : ………………………
Nama : ……………………… Umur/Jenis Kelamin : .........tahun / .......

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL


1 Mengendalikan 0 Tidak terkendali/tak teratur
rangsang Buang Air (perlu pencahar)
Besar (BAB) 1 Kadang-kadang tak terkendali (1
x / minggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai
rangsang Buang Air kateter
Kecil (BAK) 1 Kadang-kadang tak terkendali
88
(hanya 1 x / 24 jam)
Mandiri
2
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(mencuci wajah, 1 Mandiri
menyikat rambut,
mencukur kumis, sikat
gigi)
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang
masuk WC, lain
melepas/memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, cebok, beberapa kegiatan tetapi dapat
menyiram) mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain
2 Mandiri
5 Makan minum (jika 0 Tidak mampu
makan harus berupa 1 Perlu ditolong memotong
potongan, dianggap makanan
dibantu) 2 Mandiri
6 Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu
roda ke tempat tidur 1 Perlu banyak bantuan untuk
dan sebaliknya bias duduk (2 orang)
(termasuk duduk di 2 Bantuan minimal 1 orang
tempat tidur) 3 Mandiri
7 Berjalan di tempat rata 0 Tidak mampu
(atau jika tidak bisa 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
berjalan, menjalankan Berjalan dengan bantuan 1
kursi roda) 2 orang
Mandiri
3
8 Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain
memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu (mis:
mengencangkan sabuk) mengancing baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Skor Total

Skor Penilaian ADL dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi:


20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan sedang (B)
5–8 : Ketergantungan berat (C)
0-4 : Ketergantungan total (C)

c. Pelaksana Layanan
Pelayanan kesehatan pada usia lanjut (≥ 60 tahun) dilakukan
olehdokter dan/atau perawat dan/atau bidan dan/atau tenaga gizi
dan/atau tenaga kesehatan masyarakat yang telah mendapat
pelatihan/orientasi/ sosialisasi pelayanan kesehatan lansia sesuai
dengan kewenangannya. Pelayanan skrining di Posyandu Lansia/

89
Posbindu, dilakukan oleh petugas kesehatan yang dibantu oleh kader
kesehatan.

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada warga negara
usia 60 tahun keatas dinilai dari cakupan warga negara berusia 60
tahun ke atas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
minimal 1 kali di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah warga negara berusia 60
tahun ke atas yang mendapat
Persentase skrining kesehatan sesuai
warga negara standar minimal 1 kali yang ada
usia 60 tahun di suatu wilayah kerja
ke atas kabupaten/kota dalam kurun x 100 %
mendapatkan = waktu satu tahun
skrining Jumlah semua warga negara
kesehatan berusia 60 tahun ke atas yang
sesuai standar ada di suatu wilayah kerja
kabupaten/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama

Contoh perhitungan
Di Kabupaten G, terdapat puskesmas A, B dan C. Jumlah usia lanjut
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang sama
sebanyak 4900 orang dan jumlah usia lanjut sesuai pendataaan (riil)
sebanyak 4300 orang. Jumlah usia lanjut yang mendapat pelayanan
kesehatan sesuai dengan rincian sebagai berikut :

90
Jumlah
Jumlah
orang usia Jumlah
Jumlah orang usia
Jumlah lanjut orang usia
Fasilitas orang usia lanjut
orang usia yang lanjut yang
Pelayanan lanjut di yang Keterangan
lanjut di dilayani tidak
Kesehatan Kab/Kota dilayani
Kab/Kota tidak mendapat
(Proyeksi) Sesuai
(Riil) Sesuai pelayanan
Standar
Standar
Puskesmas A 2200 1900 1570 100 130
dan
jaringannya
meliputi :
 Pelayanan 490 0
di
Puskesmas
A
 Posyandu 250 40 40 tidak
Lansia/Pos diperiksa
bindu kolesterol
 Rumah 490 30 30 orang tidak
Sakit diperiksa
Umum gangguan
Daerah mental
emosional /
kognitif
 Klinik 240 20 10 orang tidak
Pratama diperiksa
kolesterol, 10
orang tidak
diperiksa gula
darah
 Rumah 100 10 10 orang tidak
Sakit diperiksa
Swasta tingkat
kemandirian
Puskesmas B 1500 1300 1000 50 250 50 tidak
dan diperiksa
Jaringannya kolesterol,
gangguan
mental
emosional
Puskesmas C 1200 1100 1000 100 0 100 tidak
dan diperiksa
Jaringannya kolesterol /
gangguan
mental
emosional/
gangguan
kognitif
Jumlah 4.900 4.300 3.570 250 380
(X) (Y+Z+V) (Y) (Z) (V)
Capaian SPM Pelayanan Usia Lanjut mendapat pelayanan standar di
Kab. G
= ___Y__ x 100%
(Y+Z+V)
= _3570_ x 100% = 83,02 %.
4300

91
Capaian SPM kabupaten G untuk indikator pelayanan kesehatan Usia
Lanjut adalah 83,02 %.
Catatan:
1. Masih terdapat gap antara sasaran proyeksi (4900) dengan sasaran
riil (4300) sehingga puskesmas harus lebih aktif menemukan usia
lanjut yang akan menjadi sasaran pelayanan melalui kunjungan
rumah agar sasaran yang didapat mendekati sasaran proyeksi.
2. Capaian SPM kabupaten G belum mencapai 100% ( 83.02%), sehingga
kabupaten G harus menganalisis lebih lanjut untuk mengetahui
penyebabnya antara lain :
a. Kurangnya Informasi mengenai pelayanan usia lanjut
b. akses ke fasyankes sulit
c. pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes
swasta ke puskemas
d. usia lanjut yang mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja
kabupaten/kota
e. kendala biaya
f. Sosial budaya
g. Ketersediaan sumber daya terbatas
h. kematian/mortalitas
i. perpindahan penduduk/migrasi
Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada
tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator pelayanan usia lanjut
mencapai 100%.
3. Usia lanjut di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan
dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota
tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai dengan alamat
tinggal usia lanjut tersebut.

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Lansia Kit Minimal 3 kit per - Pemeriksaan
Puskesmas, jaringannya, kesehatan usia
serta jejaring dengan lanjut (≥ 60
rincian peralatan Lansia tahun) di luar
Kit sesuai Permenkes No gedung
67 tahun 2015 tentang (Posyandu
Penyelenggaraan Lansia, home
Pelayanan Kesehatan care, dll)
Lanjut Usia di Puskesmas
2 Strip uji Sesuai jumlah sasaran - Pemeriksaan
pemeriksaan : warga Negara usia lanjut kadar gula
- Gula darah (≥ 60 tahun) darah dan
- Kolesterol kolesterol
dalam darah

3 Instrumen Geriatric Sesuai jumlah sasaran - Pemeriksaan


Depression Scale warga negara usia lanjut kesehatan usia
(GDS), Instrumen (≥ 60 tahun) lanjut (≥ 60
Abbreviated Mental tahun)
Test (AMT), dan
Instrumen Activity
92
Daily Living (ADL)
dalam paket
Pengkajian
Paripurna Pasien
Geriatri (P3G)

3 Buku Kesehatan Sesuai jumlah sasaran - Pencatatan


Lansia warga negara usia lanjut hasil
(≥ 60 tahun) pemeriksaan
kesehatan usia
lanjut (≥ 60
Tahun)
- Media KIE
4 Formulir Sesuai kebutuhan dengan - Pencatatan dan
Pencatatan dan mempertimbangkan pelaporan
Pelaporan Hasil jumlah warga negara usia
Pelayanan lanjut (≥ 60 tahun)
kesehatan usia
lanjut di
Puskesmas dan
Posyandu Lansia
5 Pedoman terkait Minimal 2 per Puskesmas, - Panduan dalam
kesehatan Lansia dan jaringannya, serta melakukan
jejaring pelayanan
kesehatan usia
lanjut

7. Teknik Penghitungan Biaya


LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
1. Pendataan 1)Petugas Biaya transport Jumlah Petugas x
Sasaran petugas/BBM Biaya Transport x
Lansia untuk Pendataan Jumlah kegiatan
sasaran usia lanjut pendataan

2)Formulir Pengadaan 1 formulir x


Formulir Kegiatan
Pendataan

2. Skrining 1) Alat Pengadaan Lansia 3 paket (per


Kesehatan Kesehatan Kit puskesmas,
Lansia jaringannya, serta
jejaring)

Dapat terintegrasi
dengan paket
pengadaan
peralatan
Puskesmas

93
LANGKAH
VARIABEL KOMPONEN VOLUME
KEGIATAN
Strip uji Sesuai jumlah
pemeriksaan kadar sasaran warga
gula darah dan negara usia lanjut
kolesterol
1 strip uji
pemeriksaan gula
darah dan
kolesterol x
jumlah sasaran
usia lanjut

2) Form Instrumen Geriatric Sesuai jumlah


Instrumen Depression Scale sasaran usia
pemeriksaan (GDS), Instrumen lanjut
Abbreviated Mental
1 instrumen
Test (AMT), dan
pemeriksaan x
InstrumenActivity
jumlah sasaran
Daily Living (ADL)
usia lanjut
dalam paket
instrumen P3G

3) Petugas Biaya transport Jumlah Petugas x


petugas/BBM ke Biaya Transport x
Posyandu Jumlah
lansia/Posbindu/Pa kunjungan
nti Wredha/
kunjungan rumah

3. Pencatatan dan 1) Buku Pengadaan Buku 1 Buku x Jumlah


Pelaporan Kesehatan Kesehatan Lansia sasaran usia
termasuk Lansia lanjut
pemberian Buku 2) Formulir
Kesehatan pencatatan Pengadaan formulir 1 Paket x Jumlah
Lansia dan dan ATK Posyandu
pelaporan Lansia/Posbindu
3) ATK
4. Pelayanan Petugas Biaya transport Jumlah Petugas x
rujukan petugas/BBM Biaya Transport x
Jumlah rujukan

94
H. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
1. Pernyataan Standar
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi usia
15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar
meliputi:
1) Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah;
2) Edukasi untuk perubahan gaya hidup sehat(diet seimbang,
istirahat yang cukup, aktifitas fisik, dan kelola stress)
3) Edukasi kepatuhan minum obat
b. Pelayanan kesehatan hipertensi diberikan kepada penderita
hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi di FKTP
3. Langkah-langkah Kegiatan
a. Penentuan sasaran penderita hipertensi dengan estimasi
prevalensi penderita hipertensi berdasarkan data RISKESDAS
terbaru dikalikan dengan jumlah penduduk berdasarkan data
Kementerian kesehatan atau BPS atau Disdukcapil serta
ditetapkan oleh kepala daerah
b. Jenis pelayanan kesehatan Hipertensi meliputi:
1) Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah
2) Edukasi untuk perubahan gaya hidup meliputi:
a) Pengaturan diet seimbang
b) Aktifitas fisik
c) Istiharat cukup
d) Kelola stres
3) Edukasi kepatuhan minum obat sesuai anjuran dokter.
c. Rujukan
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat
antihipertensi yang tersedia, atau karena adanya kontra indikasi
atau kebutuhan untuk menggunakan lebih dari tiga macam obat
atau penderita mengalami komplikasi, maka penderita perlu
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan RujukanTingkat Lanjut (FKRTL)
yang berkompeten.
95
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan hipertensi dilakukan minimal satu kali
sebulan.
b. Pelayanan kesehatan hipertensi diberikan oleh: dokter, dan
tenaga kesehatan yang berkompeten, dan/ atau tenaga
kesehatan lain yang terlatih.
c. Penderita hipertensi yang mendapat tatalaksana sesuai standar
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
3) Pre-hipertensi (TDS 120-139 dan/ atau TDD 80-89)
4) Hipertensitingkat 1 (TDS 140-159dan/ atau TDD 90-99)
Tahapan tatalaksana pada kategori 1) dan 2) adalah:

- Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah


- Edukasi
- Perubahan gaya hidup
Bila selama satu (1) bulan tidak tercapai tekanan darah
normal, maka tatalaksana farmakologis diberikan.
5) Hipertensi tingkat 2 (TDS ≥160 dan/ atau TDD ≥100)
Tahapan tatalaksana pada kategori 3) adalah:

- Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah


- Edukasi
- Perubahan gaya hidup
- Memastikan mendapatkan pengobatan sesuai standar.
d. Pendataan penderita hipertensi menurut wilayah kerja FKTP
meliputi:
1) Pendataan penderita hipertensi dilakukan melalui beberapa
pendekatan, antara lain: program Indonesia sehat dengan
pendekatan keluarga (PIS-PK), Posbindu PTM, UKS dan
UKBM lainnya, peserta program PROLANIS BPJS Kesehatan
serta data yang berasal dari Rumah Sakit.
2) Untuk perhitungan, pencatatan dan pelaporan terkait
capaian target hanya bagi penduduk usia 15 tahun ke atas
yang berdomisili di wilayah kerja FKTP/Puskesmas setempat.
Karena pada penderita hipertensi harus dilakukan
pemantauan faktor risiko, tekanan darah serta kepatuhan
terhadap pengobatan secara rutin.
96
3) Penderita kunjungan baru dan kunjungan ulang dicatat dan
direkapitulasi oleh Puskesmas dan merupakan capaian hasil
kegiatan.
4) Untuk warganegara yang berdomisili diluar wilayah kerja
FKTP, yang memeriksakan diri dan didiagnosis sebagai
hipertensi maka di berikan tatalaksana sesuai standar, tetapi
yang bersangkutan tidak dicatat dan tidak dilaporkan
sebagai hasil capaian FKTP tersebut. Penderita hipertensi
tersebut harus melanjutkan pengobatan di FKTP tempat
domisili dengan membawa buku kohort.
e. Tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah:
1) Menetapkan sasaran layanan hipertensi, yaitu penduduk
usia 15 tahun ke atas yang bersumber dari BPS.
2) Melakukan perhitungan estimasi target capaian layanan SPM
(penderita hipertensi yang harus mendapatkan
penatalaksanaan sesuai standar) dengan menggunakan
prevalensi hipertensi per kab/kota dari data Riskesdas
terbaru yang berlaku selama 5 tahun atau sampai tersedia
data Riskesdas terbaru.
3) Melakukan identifikasi jumlah penduduk usia 15 tahun ke
atas per kecamatan selanjutnya menghitung proporsi
sasaran per kecamatan.
4) Melakukan estimasi target per kecamatan berdasarkan
proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas.
5) Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada
Puskesmas/FKTP terkait sasaran, target dan
penatalaksanaan penderita hipertensi sesuai standar
termasuk pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan analisis data cakupan dari masing-masing
puskesmas/FKTP serta mengidentifikasi permasalahan yang
ditemukan.
7) Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada Rumah Sakit
yang terdapat di wilayah kerjanya untuk bekerjasama dan
mendukung pencapaian target layanan SPM, khususnya
dalam penemuan kasus, penatalaksanaan kasus dan sharing
data/laporan.
97
f. Standar jenis dan jumlah minimal SDM kesehatan:

No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah


1 Pengukuran Dokter atau Tenaga 1 orang
Tekanan Darah Kesehatan yang
berkompeten atau tenaga
kesehatan lain yang
terlatih
2 Edukasi Dokter dan/ atau Tenaga 1 orang
Kesehatan yang
berkompeten dan/ atau
tenaga kesehatan terlatih
3. Pencatatan dan Tenaga Kesehatan yang 1 orang
Pelaporan berkompeten dan/ atau
tenaga kesehatan terlatih

5. Capaian Kinerja
a. DefinisiOperasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi,
dinilai dari persentase jumlah penderita hipertensi usia 15
tahun keatas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja


Jumlah penderita hipertensi usia
≥15 tahun yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar
Persentase
dalam kurun waktu satu tahun
penderita
hipertensi = _______________________________ x 100%
mendapat
pelayanan Jumlah estimasi penderita

kesehatan hipertensi usia ≥15 tahun

sesuai standar berdasarkan angka prevalensi


kab/kota

98
Catatan :
(Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan
prevalensi data Riskesdas terbaru)

Nominator: Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang


mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun
waktu satu tahun. Pelayanan hipertensi sesuai standar terdiri dari:
pengukuran dan monitoring tekanan darah dan edukasi.
Denominator: Jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun
berdasarkan angka prevalensi kab/kota.

Contoh Penghitungan
Prevalensi kasus hipertensi di Kab/Kota “H” adalah 22%
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, dan jumlah Warga Negara
usia 15 tahun keatas di Kab/Kota“H”pada tahun 2018 adalah 2,3
juta orang. Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berumur 15
tahun keatas di Kab/Kota“H”tahun 2018 adalah (22 x2,3 juta)/100=
506.000 penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 345 ribu. Jadi %
penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan standar
adalah:
= (345.000/506.000) x 100 %
= 68,18 %

Fasilitas Penderita Penderita HT Penderita HT Penderita HT


pelayanan Hipertensi yang dilayani yang dilayani yang tidak
kesehatan (proyeksi) sesuai standar tidak sesuai dilayani
standar
Puskesmas 245.000 60.000 45.000
dan
jaringannya
Fasilitas 100.000 40.000 16.000
kesehatan
swasta
506.000 345.000 100.000 61.000

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan


Hipertensi
No Barang Jumlah Fungsi

99
1 Tensimeter Sesuai Mengukur
kebutuhan tekanan darah
2 Pedoman Minimal 2 per Panduan dalam
pengendalian puskesmas melakukan
Hipertensi penatalaksanaan
sesuai standar
3 Media KIE Minimal 2 set per Panduan dalam
puskesmas melakukan
edukasi
4 Formulir pencatatan Sesuai Pencatatan dan
dan Pelaporan kebutuhan pelaporan
Aplikasi Sistem
Informasi PTM

7. Teknik Penghitungan Pembiayaan


Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume

1. Melakukan
pendataan
penderita
Hipertensi
menurut wilayah
kerja Fasilitas
Kesehatan
Tingkat Pertama
Petugas Pendataan Jumlah Petugas
penderita x Transport x
Hipertensi Jumlah kegiatan
pendataan x
Biaya transport
Jumlah
petugas/BBM
Puskesmas

Penderita Data Jumlah


Hipertensi penderita
Hipertensi

Formulir Pengadaan 1 Paket x


Formulir Kegiatan

100
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume

Pendataan x
Jumlah
Puskesmas

2. Melakukan
skrining factor
risiko dan
penemuan kasus
Hipertensi untuk
seluruh pasien di
Fasilitas
Kesehatan
Tingkat Pertama
Petugas Pelayanan
Skrining

Alat Pengadaan Terintegrasi


Kesehatan Tensimeter dengan
digital pengadaan
sarana dan
prasarana
skrining PTM
dan alkes di
Puskesmas/FKT
P

Penderita Data Jumlah


Hipertensi Penderita
dan atau Hipertensi dan
individu atau individu
dengan dengan factor
faktor risiko risiko

3. Melakukan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar, berupa
edukasi untuk

101
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume

perubahan gaya
hidup (diet
seimbang, istirahat
yang cukup,
aktifitas fisik, dan
kelola stress) serta
Edukasi
kepatuhan minum
obat

Petugas Pelayanan
Kesehatan dan
KIE pada
penderita
Hipertensi

Penderita Data Jumlah


Hipertensi Penderita
Hipertensi

Media KIE Penggandaan 1 Paket x


bahan/media Jumlah
KIE Puskesmas

Obat Pengadaan Terintegrasi


Obat dengan paket
Hipertensi pengadaan obat
yang tidak Puskesmas,
termasuk sesuai dengan
dalam kebijakan dan
pengadaan ketentuan yang
obat JKN berlaku di
daerah

Alat Pengadaan Kit Terintegrasi


Kesehatan Posbindu PTM dengan
sesuai pengadaan
Permenkes sarana dan
prasarana

102
Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume

yang berlaku skrining PTM

4. Melakukan
rujukan ke FKRTL
sesuai kriteria
Petugas

Penderita Data Jumlah


Hipertensi Penderita
Hipertensi
yang dirujuk

5. Pencatatan dan Terintegrasi


Pelaporan dengan
pencatatan dan
pelaporan SPM

6. Monitoring dan Terintegrasi


Evaluasi dengan
monitoring dan
evaluasi layanan
dan mutu SPM
bidang
kesehatan
lainnya

I. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus;


1. Pernyataan Standar
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita Diabetes
Melitus (DM) sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan pada semua penderita DM di FKTP sesuai
standar meliputi edukasi gaya hidup sehat, edukasi aktivitas fisik,
edukasi nutrisi medis, edukasi kepatuhan minum obat.
b. Pelayanan kesehatan penderita DM sesuai standar diberikan di FKTP
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan tenaga kesehatan lain
yang terlatih.

3. Langkah Kegiatan

103
d. Penentuan sasaran penyandang DM dengan estimasi prevalensi
penderita DM berdasarkan data RISKESDAS terbaru dikalikan
dengan jumlah penduduk berdasarkan data Kementerian kesehatan
atau BPS atau Disdukcapil serta ditetapkan oleh kepala daerah.
e. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi :
1) Edukasi gaya hidup sehat
2) Edukasi Aktivitas fisik
3) Edukasi nutrisi medis
4) Edukasi kepatuhan minum obat
f. Rujukan
Rujukan yang dimaksud adalah rujukan medik terhadap kasus DM
yang memerlukan penanganan lebih lanjut meliputi rujukan rutin
berupa konsultasi pasien untuk keperluan diagnostik, pengobatan
dan rencana tindak lanjut lainnya. Untuk rujukan urgensi
dilakukan pada kasus DM yang tidak terkelola dan terkendali di
FKTP, dan rujukan emergensi ditujukan bagi kasus DM dengan
komplikasi akut yang memerlukan penanganan cepat kurang dari
24 jam ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tindak Lanjut (FKRTL) yang
berkompeten
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Penatalaksanaan penderita DM dilakukan minimal 1 (satu) kali
sebulan oleh tenaga medis di FKTP
b. Pemantauan kadar gula darah dilakukan menggunakan Glukometer
di FKTP oleh tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan
dan tenaga kesehatan lainnya yang terlatih.
c. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berjenjang.
d. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Pengukuran Dokter/Tenaga kesehatan 1 orang
Kadar Gula yang berkompeten 1 orang
Darah
2 Edukasi gaya 1 orang
hidup sehat 1 orang
3 Edukasi 1 orang
Aktifitas Fisik 1 orang
4 Edukasi nutrisi 1 orang
medis
5 Edukasi 1 orang
kepatuhan
minum obat

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penyandang DM dinilai
dari persentase penyandang DM yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
b. Rumus Perhitungan Kinerja
Jumlah penderita DM yang
Persentase
mendapatkan pelayanan
penyandan
kesehatan sesuai standar
g DM yang
dalam kurun waktu satu tahun
mendapatk = X 100%
an Jumlah 104 penderita DM
pelayanan berdasarkan angka prevalensi
kesehatan Kabupaten/kota
sesuai
standar
Catatan:
Nominator. Jumlah penderita DM yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
kesehatan DM sesuai standar terdiri dari edukasi gaya hidup sehat,
edukasi aktivitas fisik, edukasi nutrisi medis, edukasi kepatuhan
minum obat.
Denominator. Jumlah estimasi penderita DM berdasarkan angka
prevaensi kab/kota dikalikan dengan jumlah penduduk berdasarkan
data Kementerian kesehatan atau BPS atau Disdukcapil.

Contoh Perhitungan:
Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Keterangan
Pelayanan estimasi yang yang yang Tidak
Kesehatan penyandang Dilakukan tidak Dilayani
DM Pelayanan dilayani
berdasarka
DM Sesuai Sesuai
n prevalensi
Standar Standar
nasional
6,9% (Data
Riskesdas
2013)
Puskesmas 290 10 290 10 orang
dan dinyatakan
Jaringanny DM namun
a tidak di
periksa
sesuai
standar.
290 org
yang tidak
mendapatk
an layanan
DM
Fasyankes 100 - - Semua
Swasta dilayani
sesuai
standar
JUMLAH 690 390 10 290

Kinerja Kota “I” mempunyai jumlah Warga Negara sebesar 10.000 jiwa.
Berdasarkan prevalensi DM nasional sebesar 6,9% maka estimasi
jumlah penyandang DM di kota tersebut adalah sebesar 690 orang.
Dari laporan yang ada kasus yang sudah ditangani di FKTP sesuai
standar sebesar 290 orang, dari upaya penjaringan skrining kesehatan
sesuai standar ditemukan 300 kasus DM baru. Kasus ini dipantau oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota agar penyandang DM mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar di fasilitas kesehatan yang mampu
menangani.

105
Dari hasil pemantauan di akhir tahun diketahui 290 kasus DM
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, 10 orang
penyandang DM menolak/tidak mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Pelayanan DM di fasyankes swasta semuanya dilayani
sesuai standar, sehingga capaian kinerja pemerintah Kota “I” dalam
pencapaian pelayanan kesehatan penderita DM adalah :

290+100
----------- X 100% = 56,5%
690
Jadi capaian pelayanan DM di Kota tersebut hanya 56,5%, dari estimasi
penyandang DM yang harus dilayani di kota tersebut, sehingga perlu
strategi untuk menjangkau penyandang DM yang belum terlayani sesuai
standar ataupun sama sekali belum mendapatkan pelayanan kesehatan di
kota tersebut.
6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan
No Barang Jumlah Fungsi
1  Glukometer Sesuai kebutuhan Melakukan
 Strip tes Gula Sesuai Sasaran pemeriksaan Gula
Darah Darah
 Kapas Alkohol Sesuai Sasaran
2 Formulir pencatatan Sesuai kebutuhan Pencatatan dan
dan pelaporan pelaporan
Aplikasi SI PTM
3 Pedoman dan media Minimal 2 Panduan dalam
KIE perpuskesmas melakukan
penatalaksanaan
sesuai standar

7. Teknik PenghitunganPembiayaan
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
1. Melakukan Terintegrasi
pendataan Petugas Pendataan Jumlah
penderita DM penderita DM Petugas x
menurut wilayah Biaya transport Transport x
kerja Fasilitas petugas/BBM Jumlah
Kesehatan kegiatan
Tingkat Pertama pendataan x
Jumlah
Puskesmas
Penderita Data
DM Jumlahpenderita
DM
Formulir Pengadaan 1 Paket x

106
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Formulir Kegiatan
Pendataan x
Jumlah
Puskesmas
2. Melakukan Petugas Pelayanan
skrining Skrining
penderita DM
untuk seluruh Alat Pengadaan Terintegrasi
pasien di Kesehatan Glucometer dengan
Fasilitas pengadaan
Kesehatan sarana dan
Tingkat Pertama prasarana
skrining
PTM
Penderita Data Jumlah
DM Penderita DM
3. Melakukan Petugas Pelayanan
pelayanan Kesehatan dan
kesehatan KIE pada
sesuai standar, penderita DM
berupa edukasi Penderita Data Jumlah
tentang diet DM Penderita DM
makanan dan Bahan Penggandaan 1 Paket x
aktivitas fisik, edukasi bahan edukasi Jumlah
Puskesmas
Obat Pengadaan Obat Terintegrasi
DM yang tidak dengan
termasuk dalam paket
pengadaan obat pengadaan
JKN obat
Puskesmas,
sesuai
dengan
kebijakan
dan
ketentuan
yang berlaku
di daerah
Alat Pengadaan Kit Terintegrasi
Kesehatan Posbindu PTM dengan
pengadaan
sarana dan
prasarana
skrining
PTM

4. Melakukan Petugas
rujukan ke
FKRTL untuk
pencegahan

107
Langkah
Variabel Komponen Volume
Kegiatan
komplikasi
Penderita Data Jumlah
DM Penderita DM
yang dirujuk

5. Penyediaan
peralatan
kesehatan DM
Pemeriksaan Pengadaan Alat
Kesehatan dan Reagen
1 Paket x
DM (Bahan Habis
Jumlah
Pakai)
kasus
Pemeriksaan
Kesehatan DM
6. Penyediaan obat
DM
Obat DM Pengadaan Obat Terintegrasi
DM dengan
paket
pengadaan
obat
Puskesmas
7. Pencatatan dan Terintegrasi
Pelaporan dengan
pencatatan
dan
pelaporan
SPM
8. Monitoring dan Terintegrasi
Evaluasi dengan
monitoring
dan evaluasi
layanan dan
mutu SPM
bidang
kesehatan
lainnya

1. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)Berat


1. Pernyataan Standar
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) berat sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

108
2. Pengertian
a. Orang dengan gangguan jiwa berat adalah orang dengan gangguan
Psikotik akut dan Skizofrenia.
b. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah pelayanan
promotif, preventif yang diberikan oleh pemerintah daerah
Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan derajat kesehatan jiwanya
agar dapat berfungsi dalam aktivitas sehari-hari, mencegah
terjadinya kekambuhan dan penelantaran/pemasungan.
c. Standar pelayanan kesehatan ODGJ berat adalah pelayanan
kesehatan jiwa pada ODGJ berat yang kriteria diagnosis sesuai
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-
III/ICD-X), melakukan kunjungan rumah dan edukasi kepatuhan
minum obat sesuai anjuran dokter.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan Sasaran
Sasaran target perencanaan ODGJ berat di wilayah Kab/Kota
ditetapkan berdasarkan perkiraan/estimasi jumlah ODGJ berat
(Psikotik akut dan Skizofrenia) yang didapatkan melalui data
prevalensi RISKESDAS terbaru ODGJ berat di provinsi dikalikan
dengan jumlah penduduk Kab/Kota.
Untuk perhitungan capaian kinerja dan evaluasi di akhir tahun,
menggunakan data riil yang didapatkan melalui hasil pendataan riil
yang dan diagnosis ODGJ berat yaitu gangguan Psikotik akut dan
Skizofrenia dalam kurun waktu satu tahun.

b. Jenis Pelayanan Standar


1) Penegakkan diagnosis orang dengan gangguan jiwa berat oleh
dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sesuai dengan
kriteria diagnosis Psikotik akut dan Skizofrenia menggunakan
buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa terkini
(PPDGJ-III/ICD-10)
2) Memastikan bahwa ODGJ berat dan keluarganya mendapatkan
edukasi untuk kepatuhan minum obat pengobatan sesuai
anjuran dokter dan berkesinambungan
3) Pelayanan promosi dan preventif kesehatan jiwa pada ODGJ
berat (Psikotik akut dan Skizofrenia) dan keluarga yaitu dengan
109
melakukan kunjungan rumah untuk memberikan informasi
dan edukasi masalah kesehatan jiwa agar meningkatkan
pengetahuan dan memahami gangguan jiwa berat, seperti : (a)
gejala kekambuhan, (b) perawatan diri, dan (c) kepatuhan
minum obat (mencegah kekambuhan).
c. Rujukan
Rujukan ODGJ berat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut
(FKTRL) yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa atau RS Jiwa
dilaksanakan bagi kondisi yang tidak dapat ditangani di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Pada kasus ODGJ berat yang tidak memiliki keluarga dan status
kependudukan yang jelas dapat bekerja sama dengan lintas sektor
terkait dalam melakukan rujukan.
4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Melakukan pendataan riil ODGJ berat (Psikotik akut dan
Skizofrenia) di wilayah kerjanya sesuai data kependudukan.
Kegiatan pendataan riil dapat terintegrasi dengan kegiatan
pengumpulan data Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS- PK);
b. Mencatat dan mengelola data riil hasil kegiatan pelayanan dalam
dan luar gedung terhadap ODGJ berat (Psikotik Akut dan
Skizofrenia) nama dan alamat lengkap di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama;
c. Penegakkan diagnosis ODGJ berat (Psikotik akut dan Skizofrenia)
sesuai dengan kriteria gejala klinis yang ada pada pedoman
penggolongan diagnosis gangguan jiwa terkini (PPDGJ-III/ICD-10).
d. Menentukan intervensi yang akan dilakukan;
e. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif dan
preventif menggunakan materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE);
f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan
sesuai standar, dan hasil intervensi baik di dalam gedung maupun
luar gedung (kunjungan rumah) serta tindak lanjut yang akan
dilaksanakan;

110
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan setiap semester
dan tahunan serta melaporkan secara berjenjang ke provinsi dan
pusat.
h. Merujuk ODGJ berat ke fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut
(FKTRL) jika diperlukan.
i. Standar jenis dan jumlah SDM Kesehatan
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah

1 Menentukan Programer Keswa di 1 Orang


sasaran Dinkes Kab/Kota
kegiatan

2 Penemuan Perawat/perawat terlatih 1 orang


sasaran keswa
(penjangkauan
melalui deteksi
dini) dan
penegakan
diagnosis
keperawatan
ODGJ Berat
(Psikotik Akut
dan
Skizofrenia) di
wilayah
kerjanya

3 Penegakan Dokter 1 orang


diagnosis medis
bagi ODGJ
berat

4 Pelayanan Perawat terlatih dan Masing –


kunjungan atau/ tenaga kesehatan masing
rumah sebagai terlatih lainnya minimal 1
upaya promosi orang
dan preventif
pada ODGJ
berat dan
keluarga

5 Rujukan Dokter umum 1 orang

111
5. Definisi Operasional
a. Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi ODGJ Berat dinilai dengan proporsi
ODGJ berat di wilayah kerjanya yang mendapat pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Proporsi tersebut dihitung berdasarkan dua parameter:
1) Jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar
2) Jumlah ODGJ berat riil yang ditemukan di Kab/Kota

b. Rumus Perhitungan Kinerja

Persentase Jumlah ODGJ berat di wilayah


ODGJ berat kerja Kab/Kota yang
yang mendapatkan pelayanan
mendapatkan kesehatan jiwa sesuai standar
=
pelayanan dalam kurun waktu satu tahun X 100 %
kesehatan Jumlah ODGJ berat
jiwa sesuai berdasarkan pendataan riil di
standar wilayah kerja Kab/Kota dalam
kurun waktu satu tahun

Catatan:
Numerator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Kab/Kota yang
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dalam kurun
waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan data riil dari hasil
pendataan diwilayah kerja Kabupaten/Kota

Contoh penentuan estimasi di awal tahun.

Pada tahun 2018, prevalensi ODGJ berat pada Provinsi A berdasarkan


Riskesdas terkini adalah 1,1/1000 penduduk. Jumlah penduduk
Kab/Kota B di provinsi A tahun 2018 adalah 500.000 orang. Target
sasaran jumlah ODGJ berat yang menjadi sasaran kinerja di Kab/Kota B
sebanyak = 0,0011x 500.000 = 550 ODGJ berat.

112
Sehingga untuk merencanakan kegiatan didapatkan estimasi/perkiraan
di Kab/Kota B, provinsi A terdapat 550 ODGJ berat pada tahun 2018
sebagai target sasaran kinerja dalam kurun waktu satu tahun.

Kesimpulan
Estimasi/perkiraan target sasaran kinerja di Kab/Kota B di tahun 2018
adalah 440 550 ODGJ berat.

Contoh perhitungan kinerja.


Untuk perhitungan kinerja dilakukan pendataan riil dan diagnosis ODGJ
berat di wilayah kerjanya, dari data tersebut sepanjang tahun 2018
didapatkan sebesar 450 kasus ODGJ berat di Kabupaten B di Provinsi A.
Namun hanya 400 dari 450 kasus yang mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar. Sehingga capaian kinerja pemerintah
Kabupaten B dalam kurun waktu satu tahun adalah :

Kesimpulan
Kinerja Kab/Kota B di tahun 2018 adalah 89 % atau tidak tercapai.
Terdapat kesenjangan antara jumlah ODGJ berat yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar dengan jumlah ODGJ berat
berdasarkan data riil di wilayah kerja Kabupaten B, provinsi A Tahun
2018.

NO SASARAN HASIL JUMLAH ODGJ JUMLAH ODGJ CAPAIAN


TARGET YANG YANG
PENDATAAN KINERJA
ESTIMASI MENDAPATKAN MENDAPATKAN
RIIL PELAYANAN PELAYANAN
SESUAI TIDAK SESUAI
STANDAR STANDAR

1. 550 ODGJ 450 ODGJ 400 ODGJ 50 ODGJ 89 %

6. Kebutuhan Barang dan Jasa untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


NO BARANG JUMLAH FUNGSI
1. Penyediaan Formulir 1 paket pengadaan Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan formulir x Jumlah
Pelaporan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
(FKTP)
2. Bahan-bahan KIE 1 buku kerja Panduan Pelayanan
113
NO BARANG JUMLAH FUNGSI
Keswa sederhana x Jumlah Kesehatan Jiwa
1. Buku Kerja Fasilitas Kesehatan
Sederhana Tingkat Pertama
(FKTP)
2. Media KIE Sesuai kebutuhan Media Komunikasi,
Informasi dan edukasi
sebagai alat penyuluhan
3. Buku Pemberian 1 buku x jumlah Mencatat
Layananan ODGJ Kegiatan/aktivitas ODGJ
Kunjungan Rumah di keluarga dan komunitas
Dibuktikan Dengan
Tanda Tangan
ODGJ/Keluarga
3. Kit berisi 2 Alat Jumlah Fasilitas Alat fiksasi sementara
Fiksasi Pelayanan digunakan saat ODGJ
Kesehatan Primer dalam kondisi akut/gaduh
(FKTP) gelisah
4. Buku Pedoman Jumlah Fasilitas Pedoman gejala klinis
Diagnosis Kesehatan Tingkat ODGJ (Psikotik akut dan
Penggolongan Pertama (FKTP) Skizofrenia) untuk
Gangguan Jiwa
menentukan diagnosis
(PPDGJ III)

7. Teknik Penghitungan Biaya

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Volume

1. Melakukan Petugas Pendataan Jumlah petugas x


pendataan riil ODGJ berat transport x jumlah
penderita ODGJ kegiatan
berat menurut Biaya transport pendataan x
wilayah kerja petugas/BBM Jumlah Fasilitas
Fasilitas Kesehatan Tingkat
Kesehatan Pertama (FKTP)
Tingkat Pertama
(FKTP)

Kit berisi 2 Alat Fiksasi 2 Alat Fiksasi x


Alat Fiksasi tangan dan puskesmas
atau kaki

Tempat alat
fiksasi

Materi KIE Penggandaan 1 Paket


materi penggandaan
materi KIE x
jumlah ODGJ

Buku Kerja Penggandaan Buku Kerja x


(ODGJ, buku kerja Jumlah ODGJ
Perawat,
Kader) Buku Kerja x
Jumlah Perawat

114
Buku Kerja x
Jumlah Kader

Paket Penggandaan 1 Paket


Formulir Formulir penggandaan
Pencatatan Formulir x
dan kegiatan
Pelaporan pendataan x
jumlah Fasilitas
Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP)

2. Melakukan Dokter PPDGJ–III (ICD- 1 Dokter x 1


diagnosis 10) PPDGJ-III (ICD-10)
terduga ODGJ x jumlah Fasilitas
berat dan Kesehatan
melakukan Pelayanan Primer
penatalaksanaan (FKTP)
medis
Kit Berisi 2 Alat Fiksasi
Alat Fiksasi tangan dan
Petugas kaki
kesehatan
Tempat alat
fiksasi

2 Petugas
Kesehatan

Data riil hasil ODGJ berat Jumlah ODGJ


Diagnosis berat
jumlah ODGJ
berat
3. Pelaksanaan SDM Biaya transpor Jumlah Petugas x
kunjungan Fasilitas petugas/BBM Standar Biaya
rumah (KIE Kesehatan per kunjungan Transpor x Jumlah
Keswa, melatih Tingkat rumah (unit Kunjungan rumah
perawatan diri, Pertama, cost
minum obat Dokter dan disesuaikan
sesuai anjuran atau perawat dengan standar
dokter dan dan kader biaya yang
berkesinambung kesehatan berlaku di
an, kegiatan jiwa daerah
rumah tangga setempat)
dan aktivitas
bekerja
sederhana)
4. Melakukan Petugas Biaya transpor Jumlah Petugas x
rujukan ke Fasilitas petugas/BBM Standar Biaya
FKRTL atau Kesehatan per Rujukan Transpor x 30%
Rumah Sakit Tingkat (unit cost Jumlah ODGJ x
Jiwa (RSJ) Pertama disesuaikan Jumlah Fasilitas

115
(FKTP) dengan standar Kesehatan Tingkat
biaya yang Pertama (FKTP)
berlaku di
daerah
setempat)

5. Pencatatan dan Terintegrasi


Pelaporan dengan pencatatan
dan pelaporan SPM

6. Monitoring dan SDM Jumlah Petugas x


Evaluasi Fasilitas standar biaya
Kesehatan (transport dan
Tingkat uang harian) x
Pertama jumlah kegiatan
(FKTP) monitoring dan
evaluasi
triwulanan

Laporan Data monitoring Terintegrasi


dan evaluasi dengan Laporan
SPM di FKTP

K. Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis


1. Pernyataan Standar
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada orang terduga tuberkulosis
(TBC) diwilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu
tahun.

2. Pengertian
a. Pelayanan orang terduga TBC adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan kepada orang yang memiliki gejala dan tanda
TBC dengan penegakan diagnosis TBC melalui pemeriksaan
bakteriologis dan klinis, dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya
atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut
serta dilakukan pengobatan sesuai standar jika dinyatakan TBC.
b. Pelayanan kesehatan orang terduga TBC sesuai standar diberikan
pada:
1) Orang yang memiliki gejala dan tanda TBC
2) Orang yang kontak erat dengan pasien TBC.

116
3) Kelompok rentan dan berisiko yaitu orang dengan risiko TBC :
ODHA, pasien diabetes, pasien yang memiliki penyakit paru
selain TBC, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, perokok dan malnutrisi.
4) Populasi khusus yaitu lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan
atau rutan, tempat kerja, pondok pesantren, asrama dan institusi
pendidikan, tempat padat penduduk dan kumuh, serta dan
tempat pengungsian.
5) Orang terduga TBC Resistan Obat (RO) adalah orang dengan
riwayat kontak erat dengan pasien TBC RO, putus pengobatan
TBC, gagal pengobatan TBC dan kambuh.

3. Langkah-langkah Kegiatan
a. Menetapkan sasaran terduga TBC
Sasaran orang terduga TBC adalah orang yang berada dekat dengan
penderita TBC (kontak erat) baik di rumah maupun tempat kerja
serta lokasi-lokasi yang mempunyai risiko besar terhadap
penyebaran TBC seperti lembaga pemasyaratan, rumah tahanan
(rutan), pondok pesantren, asrama, institusi pendidikan, tempat
padat penduduk dan kumuh, serta dan tempat pengungsian.
Sasaran terduga TBC dihitung berdasarkan hasil survei prevalensi TB
dan hasil inventory study yang ditetapkan Kepala Daerah.
b. Jenis pelayanan kesehatan
1) Pelayanan penemuan sasaran (penjangkauan/skrining)
2) Penegakan diagnosis TBC melalui pemeriksaan gejala klinis dan
pemeriksaan dahak menggunakan mikroskop atau dengan test
cepat molekuler.
3) Pelayanan promosi kesehatan yaitu pemberian edukasi kesehatan
terkait TB (gejala, cara pencegahan, memastikan mendapatkan
pelayanan lanjutan di FKTP)
4) Kontak investigasi untuk semua orang berisiko terinfeksi disekitar
pasien TBC
5) Edukasi pemberian profilaksis kepada anak usia kurang dari 5
tahun yang tidak sakit tetapi tinggal serumah dengan pasien TBC
dan atau kontak erat dengan pasien TBC dan pasien gangguan
kekebalan tubuh lainnya
117
c. Rujukan
Kasus TBC Resistan Obat/kasus TBC dengan penyulit ke fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut agar mendapatkan konfirmasi
diagnosis, pengobatan dan pemantauan kemajuan pengobatan
pasien.

4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mempunyai data
terduga dan kasus TBC di wilayah kerjanya, berdasarkan hasil
pemetaan yang disesuaikan dengan target penemuan. Menggunakan
data tersebut dibuat rencana pelayanan terduga TBC, kebutuhan
logistik, serta monitoring dan evaluasi,
b. Upaya promosi/edukasi terkait cara pencegahan, gejala dan
pengobatan TBC pada kelompok berisiko, tempat berisiko tertular
TBC dan populasi khusus yang berisiko,
c. Deteksi Dini / penemuan terduga TBC dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi dengan layanan TBC HIV, layanan
TBC-DM, TBC-Gizi, pendekatan praktis kesehatan paru, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Manajemen Terpadu Dewasa Sakit
(MTDS);
d. Deteksi dini/penemuan terduga TBC juga dilakukan secara aktif dan
masif oleh petugas kesehatan.
e. Informasi terduga TBC dapat diperoleh dari kader dan atau tokoh
masyarakat, dan atau tokoh agama, dan atau pemanfaatan UKBM
(Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) yang ada di
masyarakat;
f. Penegakan diagnosis TBC dilakukan melalui pemeriksaan
bakteriologis terhadap 2 contoh uji dahak (spesimen) sewaktu dan
dahak pagi atau sewaktu dan sewaktu,dan klinis serta dapat
didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya, dan jika hasil
pemeriksaan dinyatakan TBC akan dilanjutkan pengobatan serta
pemantauannya.
g. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan pelayanan standar minimal
TBC dilaporkan secara berjenjang dengan menggunakan formulir
yang berlaku

118
h. Laporan tertulis pelaksanaan pelayanan standar minimal setiap 3
bulanan.
i. Tim pemantau SPM Kabupaten/Kota melakukan evaluasi terhadap
hasil pelayanan terduga TBC dan melakukan intervensi serta tindak
lanjut sesuai masalah yang dihadapi.
j. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan standar
dilakukan secara berkala atau jika dianggap perlu untuk
menghindari risiko manajemen dan menilai kinerja.
k. Standar jenis dan jumlah sumber daya manusia kesehatan dalam
pemberian layanan kesehatan penyakit TBC dengan rincian dan
penjelasan sebagai berikut:
No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah
1 Pelayanan dan pemeriksaan 1. Dokter 1 orang
terduga TBC di luar 2. Perawat/Bidan 1 orang
gedung/ Penemuan secara 3. Tenaga Kesehatan 1 orang
aktif melalui skrining Masyarakat/tenaga
terduga (skrining TBC, kesehatan lainnya
kontak investigasi, follow
up)
2 a. Penegakan diagnosis 1. Dokter 1 orang
b. pemeriksaan 2.Perawat/Tenaga 1 orang
laboratorium kesehatan lainnya
(pranata laboratorium)
3 Edukasi/promosi kesehatan Dokter/Perawat/Bidan 1 orang
/Tenaga Kesehatan
Masyarakat/tenaga
kesehatan lainnya
dibantu kader
kesehatan
5 Pencatatan dan Tenaga Kesehatan 1 orang
Pelaporan Masyarakat/tenaga
kesehatan lainnya

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan orang dengan terduga TBC dinilai dari
persentase jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

119
b. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah orang terduga TBC


yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar di
Persentase
fasyankes dalam kurun
Orang waktu satu tahun x 100 %
terduga TBC
=
mendapatkan Jumlah orang terduga TBC
pelayanan yang ada di wilayah kerja
TBC sesuai pada kurun waktu satu
tahun yang sama

Catatan:
o Orang terduga TBC adalah seseorang yang menunjukkan gejala
batuk > 2 minggu disertai dengan panas badan.
o Numerator : Jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar adalah jumlah orang terduga TBC yang
dilakukan pemeriksaan dahak dengan pemeriksaan mikroskopis
atau test cepat molekuler dan edukasi.
o Denominator : Jumlah orang terduga TBC adalah jumlah seluruh
sasaran yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu serta panas
badan.
o Data mengacu register TBC 06
o Mengingat target pelayanan terduga TBC sesuai standar masih
dibawah target, diperlukan rencana strategis tahun depan untuk
menjangkau orang yang mendapat pelayanan dan ditatalaksana
sesuai standar. Perlu di analisis sebab-sebab masyarakat belum
berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa
sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan terduga TBC.

Contoh cara perhitungan:


Jumlah penduduk Kabupaten “K” adalah 1.500.000 jiwa. Pada tahun 2018
dilakukan skrining pada kelompok risiko terkena TB (Rumah tahanan,
pondok pesantren, keluarga penderita TBC, penderita HIV dll). Dari
200.000 yang diperiksa, 20.000 menunjukkan gejala batuk > 2 minggu
dan panas badan. Untuk memastikan adanya penyakit TBC 15.000 orang

120
dilakukan pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan untuk pemeriksaaan
dahak.
Perhitungan:

o Jumlah orang terduga TBC : 20.000


o Jumlah terduga TBC yang dilayani sesuai standar : 15.000
o Capaian kinerja : (15.000 / 20.000) x 100 %
= 75 %.

Kesimpulan : Capaian kinerja Pemerintah Daerah (SPM) belum tercapai.

6. Kebutuhan logistik Pemenuhan Standar


No Barang Jumlah Fungsi
1 Media KIE (leaflet, Sesuai kebutuhan Menyampaikan
lembar balik, poster, informasi tentang
banner) TBC
2 Reagen Zn TB Sesuai jumlah Bahan Pemeriksaan
sasaran terduga TBC Terduga TBC
3 Masker jenis rumah Sesuai kebutuhan Pencegahan
tangga (Masker N95) sasaran terduga TBC penularan TBC
4 Pot dahak, kaca slide, Sesuai kebutuhan Bahan Pemeriksaan
bahan habis pakai (Oil Terduga TBC
Emersi, Ether Alkohol
Lampu
spirtus/bunsen,
ose/lidi), rak pengering
5 Catridge Tes cepat Sesuai kebutuhan Bahan Pemeriksaan
Molekuler Terduga TBC
6 Alat Test Cepat 1 buah Alat pemeriksaan
Molekuler (TCM) terduga TBC
7 Formulir pencatatan Sesuai kebutuhan Pencatatan dan
dan pelaporan pelaporan

8 Pedoman/ standar Sesuai kebutuhan Panduan dalam


operasional prosedur melakukan
penatalaksanaan
sesuai standar

6. Teknik Penghitungan
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME

121
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME

1. Pemetaan kelompok Petugas Transport Terintegrasi


sasaran terduga TBC dan dengan kegiatan
formulir PIS PK

2. Pelayanan dan
pemeriksaan terduga TBC
dalam gedung dan luar
gedung
a. Pelayanan dan
pemeriksaan terduga Jumlah petugas

TBC di luar gedung/ x jml KK yang

Penemuan secara aktif Petugas Transport diskrining/kontak

melalui skrining terduga investigasi /follow

(skrining TBC, Kontak up x jumlah

Investigasi, penemuan kunjungan

akif, follow up)


Alat bahan Pot dahak Jumlah pot
dahak x
perkiraan terduga
TBC (kegiatan
terintegrasi
dengan
pengadaan dalam
gedung)

Pendataan Formulir Jumlah lembar


formulir skrining
x perkiraan
terduga TBC

Paket alat Pot dahak Perkiraan jumlah


dan bahan terduga TBC X
pemeriksaa jumlah
n TBC pemeriksaan dan
pemantauan
SP/PS (5 Buah) x
satuan harga

Kaca Slide Perkiraan jumlah

122
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME

terduga TBC X
jumlah
pemeriksaan
SP/PS ( 5 buah)
unit cost x satuan
harga)

Reagen Perkiraan jumlah


TBC x jumlah
pemeriksaan
SP/PS (1 paket
reagen/10) X
satuan harga)

Cartridge
Tes cepat Sesuai kebutuhan

molekuler
Mikroskop 1 buah (dapat
terintegrasi
dengan program
lain)

Bahan Lab. Jumlah bahan


Lainnya Lab (paket) X
(Oase, oil terduga TBC
imersi, dll)
Masker Jumlah sasaran
rumah terduga TBC x
tangga jumlah masker
(pemakain 2
bulan= 60) x unit
cost

Masker Jumlah sasaran


N95 terduga TBC
resistan Obat x
jumlah
kebutuhan
masker

123
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME

(pemakain 2
bulan) x unit cost

3. Promosi/penyuluhan dan Petugas Transport Jumlah petugas x


penyediaan Transport x
jumlah
penyuluhan x
jumlah
puskesmas (dapat
terintegrasi
dengan program
lain)

Media KIE Cetak 1 Paket X Jumlah


Media KIE Puskesmas

peserta Konsumsi Snack


(disesuaika
n
kebutuhan
/kondisi)
4. Pencatatan dan pelaporan petugas Transport + Jumlah petugas X
TBC uang transport dan
harian uang harian X
jumlah kegiatan
monev TBC

Alat dan Pengadaan 1 paket formulir


bahan formulir X jumlah
dan ATK puskesmas
1 paket
formulir
Biaya Jumlah bulan X
operaional sambungan
untuk internet
pencatatan (terintegrasi
pelaporan dengan program
lain)

124
LANGKAH KEGIATAN VARIABEL KOMPONEN VOLUME

5. Monitoring dan evaluasi petugas Transport+ Jumlah petugas X


uang transport dan
harian uang harian X
jumlah kegiatan
monev TBC
(dapat terintegrasi
dengan program
lain)

Daftar tilik Pengadaan 1 paket


instrumen instrumen daftar
monev tilik(dapat
TBC/Daftar terintegrasi
tilik dengan program
lain)

Laporan ATK dan 1 paket ATK X


monev TBC pengganda jumlah kegiatan
an monev TBC

L. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinfeksi Virus yang


Melemahkan Daya Tahan Tubuh Manusia (Human Immunodeficiency Virus
= HIV)
1. Pernyataan Standar
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada setiap orang dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human
Immunodeficiency Virus = HIV) sebagai upaya pencegahan sekunder di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun

2. Pengertian
a. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko
terinfeksi virus HIV meliputi: pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) tentang HIV termasuk promosi kesehatan penggunaan
alat pencegahan yang efektif (kondom, lubrikan (pelumas), alat
125
suntik steril, dll); pelayanan pemeriksaan laboratorium berupa
skrining (deteksi dini) HIV, dan pelayanan konfirmasi diagnosis
rujukan ke layanan pengobatan Anti Retroviral (ARV).
b. Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV adalah:
1) Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil.
2) Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan
sedang mendapat pelayanan terkait TBC
3) Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang
terbukti terinfeksi IMS selain HIV dan sedang mendapat
pelayanan terkait IMS
4) Penjaja seks, yaitu seseorang yang melakukan hubungan
seksual dengan orang lain sebagai sumber penghidupan utama
maupun tambahan, dengan imbalan tertentu berupa uang,
barang atau jasa
5) Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), yaitu lelaki
yang pernah berhubungan seks dengan lelaki lainnya, sekali,
sesekali atau secara teratur apapun orientasi seksnya
(heteroseksual, homoseksual atau biseksual)
6) Transgender/Waria, yaitu orang yang memiliki identitas gender
atau ekspresi gender yang berbeda dengan jenis kelamin atau
seksnya yang ditunjuk saat lahir, kadang disebut juga
transeksual.
7) Pengguna napza suntik (penasun), yaitu orang yang terbukti
memiliki riwayat menggunakan narkotika dan atau zat adiktif
suntik lainnya.
8) Warga Binaan Pemasyarakatan, yaitu orang yang dalam
pembinaan pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM
dan telah mendapatkan vonis tetap.
9) Kelompok rentan atau khusus berupa pekerja tambang,
perkebunan, konstruksi, buruh migran anak atau remaja
jalanan, komunitas lain.
3. Langkah Kegiatan
a. Penetapan sasaran pelayanan kesehatan bagi orang berisiko
terinfeksi HIV berdasarkan estimasi orang yang berisiko terinfeksi
HIV yang ditetapkan oleh kepala daerah. Basis data dasar yang
digunakan:
126
1. Ibu hamil berdasarkan data penduduk sasaran program
pembangunan kesehatan yang berlaku
2. Pasien TBC berdasarkan estimasi penghitungan kasus TBC
3. Pasien IMS berdasarkan estimasi penghitungan kasus IMS
4. Penjaja seks, LSL, transgender dan penasun berdasarkan
estimasi penghitungan populasi berisiko tinggi
5. Warga binaan pemasyarakatan berdasarkan data absensi
Lembaga Pemasyarakatan yang dapat diakses secara online
6. Kelompok rentan atau khusus berupa pekerja tambang,
perkebunan, konstruksi, buruh migran anak atau remaja
jalanan, komunitas lain.
b. Jenis Pelayanan kesehatan yang sesuai standar diberikan meliputi:
1. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang
HIV termasuk promosi kesehatan penggunaan alat pencegahan
yang efektif (kondom, dan/atau lubrikan (pelumas), dan/atau
alat suntik steril, dll);
2. Pelayanan pemeriksaan laboratorium deteksi dini HIV
c. Rujukan
Rujukan dilakukan bagi orang yang hasil deteksi dini HIV nya
reaktif ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan
konfirmasi diagnostik HIV, pengobatan ARV, pemberian informasi
serta konseling kepatuhan dan pemantauan pengobatan. Setiap
dokter di puskesmas memiliki kemampuan mendiagnosis dan
melakukan penatalaksanaan HIV atau AIDS tanpa komplikasi
secara mandiri dan tuntas serta terampil konseling HIV, kompetensi
yang dicapai saat lulus dokter.

4. Mekanisme Pelaksanaan
a. Penyiapan media informasi dan edukasi peningkatan pengetahuan
pencegahan risiko IMS termasuk risiko infeksi HIV
1. Penyiapan bahan pencegahan penularan infeksi menular
seksual termasuk risiko infeksi HIV
2. Penemuan sasaran/penjangkauan, dilakukan oleh:
1) Petugas kesehatan terhadap ibu hamil, pasien TBC dan
pasien IMS

127
2) Tenaga penjangkau dan pendampingan (komunitas)
terhadap populasi berperilaku risiko tinggi
b. Pemberian informasi kepada orang yang berisiko terinfeksi HIV,
yang meliputi antara lain
1) definisi HIV dan AIDS,
2) bagaimana penularan, pencegahan dan aktivitas yang tidak
menularkan
3) pentingnya tes HIV pada kondisi sasaran saat ini (ibu hamil,
pasien TBC, pasien IMS),
4) manfaat obat ARV bagi orang yang telah terinfeksi HIV
5) peluang-peluang hidup sehat dan produktif dengan kepatuhan
pengobatan yang teratur.
c. Pemeriksaan deteksi dini HIV dilakukan sesuai standar prosedur
operasional oleh petugas kesehatan yang berkompeten dengan
menggunakan reagen tes HIV pertama untuk deteksi dini sesuai
standar Nasional yang telah ditetapkan.
d. Tindaklanjut hasil pemeriksaan deteksi dini HIV:
1) Orang dengan hasil deteksi dini HIV reaktif ditindaklanjuti
dengan konfirmasi diagnostik sesuai ketentuan dan
selanjutnya akan ditatalaksana sesuai dengan pedoman yang
berlaku.
2) Orang dengan hasil deteksi dini HIV non reaktif akan
ditatalaksana sesuai dengan pedoman yang berlaku
e. Pemeriksaan deteksi dini HIV dengan hasil non reaktif maupun
reaktif dan konfirmasi diagnosis HIV serta hasilnya wajib dicatat
secara valid (berbasis NIK). Catatan hasil pelayanan kesehatan
deteksi dini HIV ini wajib dikirimkan ke dinas kesehatan setempat
setiap bulan pelaporan untuk dimonitor, dianalisa, dievaluasi dan
diumpanbalikkan pada setiap fasyankes pelaksana serta
ditindaklanjuti.
f. Laporan tertulis pelaksanaan pelayanan standar minimal dilaporkan
setiap 3 bulan.
g. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan standar
dilakukan secara berkala setelah pelaksanaan monitoring dan
evaluasi atau jika dianggap perlu untuk menghindari risiko
manajemen dan menilai kinerja.
128
h. Standar jenis dan jumlah SDM kesehatan

No Kegiatan SDM Kesehatan Jumlah


1 Penemuan Dokter/Perawat/Bidan/ 1 orang
sasaran/penjangkauan Tenaga Kesehatan
Masyarakat/tenaga
kesehatan lainnya
2 Komunikasi, Informasi Dokter/Perawat/Bidan/ 1 orang
dan Edukasi/Promosi Tenaga Kesehatan
Kesehatan dan Masyarakat/tenaga
Pencegahan kesehatan lainnya
3 Pemeriksaan deteksi Petugas Laboratorium 1 orang
dini HIV (ATLM)
4. Pencatatan dan Tenaga Kesehatan 1 orang
Pelaporan Masyarakat/tenaga
kesehatan
lainnya/Adminkes/RM

5. Capaian Kinerja
a. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan sesuai standar bagi orang dengan risiko terinfeksi HIV
dinilai dari persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun.

b. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah orang dengan risiko


Persentase
terinfeksi HIV yang
orang dengan
mendapatkan pelayanan sesuai
risiko terinfeksi
standar di fasyankes dalam
HIV
kurun waktu satu tahun
mendapatkan
= x 100 %
Jumlah estimasi orang
pelayanan
dengan risiko terinfeksi HIV
deteksi dini HIV
dikab/kota dalam kurun waktu
sesuai standar
satu tahun yang sama

129
Catatan :
Numerator: Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV (ibu hamil,
pasien TBC, pasien IMS, WPS, LSL, Waria, Penasun dan WBP) yang
mendapatkan pelayanan (pemeriksaan rapid test R1) sesuai standar
di fasyankes dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator: Jumlah estimasi orang dengan risiko terinfeksi HIV di
kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Contoh Perhitungan
Contoh kasus penyelesaian pelayanan dasar bagi orang dengan risiko
terinfeksi HIV di Kabupaten “L”, pada tahun 2019. Jumlah penduduk
220.412 jiwa dengan sasaran jumlah ibu hamil 4.939 orang, estimasi
pasien TBC 634, estimasi pasien IMS 5.681 orang. Estimasi populasi
berperilaku risiko tinggi terinfeksi HIV berturut-turut : WPS 146, LSL
451, Transgender 17, Penasun 0, WBP 0 (tidak mempunyai lapas).

Catatan dan laporan orang yang datang ke pelayanan kesehatan dan


penjangkauan dalam satu tahun dari seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan dan ditelusur berdasarkan kelompok target orang dengan
risiko terinfeksi HIV : ibu hamil 4.954, pasien TBC 324, pasien IMS
2.618, WPS 164, LSL 201, Transgender 29 dan penasun terlaporkan
1 orang.

Dari sejumlah orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan


atau yang secara aktif dikunjungi, yang dilakukan pelayanan
kesehatan sesuai standar, berturut-turut : perempuan hamil 4.954,
pasien TBC 320, pasien IMS 2.618, WPS 160, LSL 201, seluruh
transgender sudah diperiksa yaitu sebanyak 29 orang dan seorang
mantan penasun.

Penilaian Kinerja Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal bagi


orang dengan risiko terinfeksi HIV adalah seperti tabel berikut :

Kelompok Diperiksa
Kinerja
berisiko Target/ Pemetaan/ HIV (rapid
No SPM HIV
terinfeksi Estimasi Penemuan tes
%
HIV pertama)
1 Ibu Hamil 4.939 4.954 4.954 100,00
2 Pasien TBC 634 324 320 98,77
3 Pasien IMS 5.681 2.618 2.618 100,00

130
4 Penjaja seks 146 164 160 97,6
5 LSL 451 201 201 100,00
6 Waria 17 29 29 100,00
7 Penasun - 1 1 100,00
8 WBP - - - -
JUMLAH 11.868 8.291 8.283 99,48

6. Kebutuhan Logistik untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan


No Barang Jumlah Fungsi
1 Media KIE berupa lembar Sesuai Menyampaikan
balik, leaflet, poster, kebutuhan informasi
banner tentang HIV
AIDS
2 Kondom dan pelumas Sesuai Alat pencegahan
(lubrikan) kebutuhan penularan HIV
3 Rapid tes HIV (RDT HIV Sesuai yang Deteksi dini HIV
pertama) kebutuhan

4 Bahan medis habis pakai Sesuai Pengambilan


- Handschoen kebutuhan darah perifer dan
- Alkohol swab vena
- Plester
- Lancet/jarum steril
- Jarum+spuit yang
sesuai/vacutainer dan
jarum sesuai.
5 - Alat tulis Sesuai Pencatatan dan
- Komputer dan printer Kebutuhan Pelaporan
- Nomor fasilitas
pelayanan kesehatan
pelaksana
- NIK/nomor KTP
- Nomor rekam medis
6 Pedoman dan standar 1 paket per Panduan dalam
prosedur operasional fasyankes melakukan
penatalaksanaan
sesuai standar.

7. Tehnik Perhitungan Pembiayaan

Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
1 Penetapan Estimasi Ibu hamil Terintegrasi
estimasi Populasi kunci

131
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
sasaran Jumlah Pasien TBC dan
pasien IMS
Akses WBP
2 Pemetaan Petugas Biaya transport Terintegrasi
penemuan petugas (BBM)
kelompok Penemuan Pelayanan pasif
sasaran sasaran /aktif
Data individu KTP/NIK
sasaran
Formulir Pengadaan kartu Paket
penerima pengadaan
pelayanan dasar kartu SPM
SPM Kesehatan
3 Promosi Media KIE Penyiapan, 1 paket x
kesehatan penyusunan dan jumlah
dan Pengadaan media fasyankes
Penyuluhan KIE, termasuk
koneksi internet

Petugas Biaya transport Jumlah


petugas (BBM) petugas x
dan honor transpor x
jumlah
penyuluhan
x jumlah
fasyankes

4 Jejaring Tim / Penyiapan Terintegrasi


Kerja dan kelompok jejaring kerja,
Kemitraan kerja jaringan kerja
dan mitra kerja

Petugas pada Peningkatan Jumlah


Jejaring kerja kapasitas petugas petugas pd
dan mitra pada Jejaring jejaring kerja
kerja dan mitra dan mitra x
transpor x
jumlah
kegiatan

Petugas Biaya transpor Jumlah


petugas (BBM) petugas x
transpor x
jumlah
kegiatan

132
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
Reagen dan Rujukan 1 paket x
bahan medis bahan/spesimen sasaran
habis pakai,
Bahan/Spesi
men
Pelaporan Komunikasi dan Terintegrasi
dan koneksi internet
komunikasi

5 Sosialisasi Petugas Transpor + uang Jumlah


Pencegahan Program HIV harian petugas x
Dinkes (transpor +
Kesehatan uang harian)
x jumlah
kegiatan
Materi Penyiapan, 1 paket
sosialisasi penyusunan dan
penggandaan
materi sosialisasi
pencegahan
Materi Alat dan bahan 1 paket
pencegahan habis pakai
pencegahan
Narasumber Honor + transpor Jumlah
orang x
(honor +
transpor) x
jumlah
kegiatan
6 Pemeriksaa Ibu hamil, Data penerima Terintegrasi
n deteksi pasien TBC, layanan berupa
dini HIV pasien IMS, Nomor KTP/NIK,
penjaja seks, komputer,
LSL, formulir penerima
transgender, layanan
penasun dan
WBP
1) Pelayanan Kunjungan Data jumlah ibu Terintegrasi
dalam ibu hamil, hamil, pasien
gedung pasien TBC, TBC, pasien IMS,
pasien IMS penjaja seks, LSL,
penjaja seks, transgender,
LSL, penasun dan
transgender, WBP
penasun dan
133
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
WBP di
fasyankes
dilayani
sesuai
tupoksi,
kompetensi,
kewenangan
dan
penugasan.
Petugas Petugas medis, Terintegrasi
paramedis
petugas
laboratorium,
petugas
pendukung

Alat Pengadaan paket Jumlah


kesehatan deteksi dini HIV sasaran
(RDT HIV 1)
sesuai kebutuhan

2) Pelayanan Lokasi Lokasi sasaran Terintegrasi


luar sasaran populasi kunci
gedung populasi dan lapas/rutan
penjaja seks, dalam wilayah
LSL,
transgender,
penasun dan
WBP

Petugas Petugas medis,


paramedis
petugas
laboratorium,
petugas
pendukung

Honor, transpor,
paket fullday

Alat Pengadaan paket


Kesehatan deteksi dini HIV
(RDT HIV 1)
sesuai kebutuhan
seperti di atas

134
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
7 Pencatatan Petugas Berbasis NIK Terintegrasi
dan pencatatan –
Pelaporan analisis –
pelaporan

Formulir Pengadaan ATK


pencatatan dan Fotokopi/
dan komputer
pelaporan
deteksi dini
HIV, kartu
penerima
layanan
dasar

Sistem Paket perangkat


Informasi lunak dan
perangkat keras,
jaringan internet

8 Monitoring - Petugas Transpor + uang Terintegrasi


dan Puskesmas harian
Evaluasi ke
desa/lokasi
sasaran,
jejaring
kerja dan
jaringan
kerja.
- Petugas
Dinas
Kesehatan
ke
Puskesmas

Daftar Tilik Penggandaan


Monev HIV & Daftar Tilik
IMS Monev HIV & IMS

Umpan balik Laporan dalam


hasil monev bentuk elektronik
dan laporan
tertulis

9 Peniaian Tim / Transpor + uang Jumlah

135
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
kinerja SPM Petugas harian orang x
(transpor +
uang harian)
x jumlah
kegiatan

Kompilasi Biaya rapat Terintegrasi


beban
internal dan
beban
eksternal
tingkat
kabupaten/
kota

Pelaporan Pembuatan
capaian laporan capaian
pelaksanaan
pelayanan
dasar SPM
tiap 3 bulan

Petugas Petugas medis,


paramedis,
petugas
laboratorium,
petugas
pendukung

10 Penanganan Ibu hamil - Pengadaan 1 paket x


/ Rujukan / dengan HIV, pemeriksaan sasaran
Kunjungan pasien TBC lain yang
Rumah bila dengan HIV, diperlukan
perlu pasien IMS - Pengadaan
dengan HIV, buku saku bagi
populasi odha
kunci
(penjaja seks,
LSL,
transgender,
penasun)
dengan HIV

Petugas Refreshing/ 1 paket x


medis/ sosialisasi/ jumlah
paramedis/ orientasi/On the petugas

136
Langkah
No Variabel Komponen Volume
Kegiatan
lainnya Job Training
(OJT)
kompetensi,
kewenangan dan
penugasan bila
diperlukan

Kunjungan Biaya transpor Jumlah


petugas petugas (BBM) petugas x
memantau transpor x
kepatuhan jumlah
pengobatan kunjungan

Monitoring Pemeriksaan lain Terintegrasi


dan Evaluasi yang diperlukan

137
BAB IV

TAHAPAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN


PELAKSANAAN SPM

A. MONITORING DAN EVALUASI.


Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan minimal bidang
kesehatan dilakukan secara berkala setiap tiga bulan secara berjenjang
menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku pada
setiap jenis layanan dasar. Berjenjang dengan menggunakan tataran
wilayah kerja sebagai berikut :

1. Puskesmas bertanggung jawab terhadap pelaksanaan monitoring dan


evaluasi pelayanan minimal bidang kesehatan dalam wilayah kerjanya
dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik milik
pemerintah maupun milik swasta. Puskesmas melaporkan hasil
monitoring dan evaluasi kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kabupaten Kota.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan minimal bidang
kesehatan dalam wilayah Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelayanan minimal bidang kesehatan kepada Dinas
Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Propinsi.
3. Dinas Kesehatan Provinsi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan minimal bidang
kesehatan daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan
Provinsi melaporkan hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi
pelayanan minimal bidang kesehatan daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota kepada Menteri Kesehatan.

B. TAHAPAN PENERAPAN SPM BIDANG KESEHATAN.


Beberapa 6q langkah yang perlu dilakukandalam
pelaksanaan SPM bidang Kesehatan oleh Pemerintah Daerah adalah;
a. Pengumpulan data, yang mencakup jumlah dan identitas lengkap
warga Negara yang berhak memperoleh barang dan/atau jasa
kebutuhan dasar kesehatan secara minimal dan jumlah barang
138
dan/atau jasa yang tersedia, termasuk jumlah sarana dan prasarana
kesehatan yang tersedia;
b. Penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar SPM Bidang
Kesehatan, dilakukan dengan cara menghitung selisih antara jumlah
barang dan/atau jasa yang dibutuhkan untuk pemenuhan pelayanan
dasar kesehatan dengan jumlah barang dan/atau jasa kesehatan
yang tersedia, termasuk menghitung selisih antara sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk pemenuhan Pelayanan Dasar
kesehatan dengan jumlah sarana dan prasaran kesehatan yang
tersedia. Untuk penghitungan kebutuhan biaya pemenuhan
Pelayanan Dasar kesehatan menggunakan standar biaya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan Dasar SPM Bidang
Kesehatan, dilakukan oleh pemerintah daerah agar Pelayanan Dasar
Kesehatan tersedia secara cukup dan berkesinambungan yang
ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
pembangunan Daerah sebagai prioritas belanja Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. Pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar SPM Bidang Kesehatan,
dilakukan sesuai dengan rencana pemenuhan Pelayanan Dasar.
Pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar SPM Bidang Kesehatan
dilakukan oleh Pemerintah Daerah berupa menyediakan barang
dan/atau jasa yang dibutuhkan dan/atau melakukan kerjasama
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar SPM bidang
kesehatan Pemerintah Daerah dapat membebaskan biaya untuk
memenuhi kebutuhan dasar bagi Warga Negara yang berhak
memperoleh Pelayanan Dasar secara minimal, dengan
memprioritaskan bagi masyarakat miskin atau tidak mampu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan/atau
memberikan bantuan pemenuhan barang dan/jasa kebutuhan dasar
minimal dengan memprioritaskan bagi masyarakat miskin atau tidak
mampu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

139
C. PELAPORAN PENERAPAN SPM BIDANG KESEHATAN.
Pelaporan penerapan SPM termasuk dalam materi muatan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan disampaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Materi muatan laporan penerapan SPM Bidang Kesehatan memuat


sebagai berikut :

a. Hasil penerapan SPM;


b. Kendala penerapan SPM; dan
c. Ketersediaan anggaran dalam penerapan SPM.

Gubernur menyampaikan laporan SPM Bidang Kesehatan kepada


Menteri Kesehatan atas laporan SPM Provinsi dan SPM Kabupaten/Kota.
Bupati/Walikota menyampaikan laporan SPM Bidang Kesehatan kepada
Menteri Kesehatan melalui Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.

140
BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Salah satu tugas Pemerintah Pusat sebagaimana telah diamanahkan


dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 adalah melakukan pembinaan
dan pengawasan pada Pemerintah Daerah. Pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sebagai
berikut:

a. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri


melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Daerah
provinsi secara umum;
b. Menteri kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan
SPM bidang kesehatan Daerah Provinsi secara teknis;
c. Gubernur melaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan
SPM bidang kesehatan Provinsi oleh Organisasi Perangkat Daerah provinsi;
d. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melaksanakan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota secara
umum dan teknis;
e. Bupati melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Bidang
Kesehatan Daerah Kabupaten oleh Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten dan Walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penerapan SPM Bidang Kesehatan Daerah Kota oleh Organisasi Perangkat
Daerah Kota;
f. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
g. Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah yang tidak melaksanakan
SPM dijatuhi sanksi administrative yang diatur dengan Peraturan Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

141
BAB VI

PENUTUP

Penyusunan Standar Teknis Pelaksanaan SPM bidang kesehatan ini adalah


langkah awal dalam melakukan implementasi SPM bidang kesehatan secara
nasional. Pemerintah Daerah menerapkan SPM bidang kesehatan untuk
pemenuhan Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan dasar Bidang
Kesehatan yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan diprioritaskan bagi Warga Negara yang
berhak memperoleh Pelayanan Dasar kesehatan secara minimal sesuai dengan
jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasarnya.

Pencapaian target-target SPM tidak bias terlepas dari framework perencanaan


nasional sesuai Undang-Undang tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Hal ini berarti pencapaian target-target SPM harus terintegrasi dalam
dokumen-dokumen perencanaan seperti RPJMN/RPJMD dan dokumen-
dokumen perencanaan turunannya. SPM dan Program Prioritas Nasional
lainnya sebagaimana tertuang dalam RPJMN dan Renstra Kemenkes, harus
dituangkan dalam RPJMD dan Renstra SKPD Kesehatan sehingga
mendapatkan kerangka pendanaan yang kuat untuk memperkuat
implementasinya.

Strategi pencapaian target-target SPM akan disinkronkan dengan strategi


penguatan perencanaan melalui harmonisasi RPJMN-RPJMD dan penguatan
kapasitas perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hal ini
dilakukan untuk memastikan agenda-agenda pembangunan kesehatan dapat
disinkronkan dalam dokumen perencanaan daerah.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK

142
DAFTAR ISI

RANCANGAN PERMENKES HAL

BAB I STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN 7


A. Latar Belakang 7
B. Tujuan dan Sasaran 11
C. Pengertian 11

BAB II JENIS PELAYANAN DASAR PADA STANDAR PELAYANAN 13


MINIMAL BIDANG KESEHATAN PROVINSI
A. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis 13
Kesehatan Akibat Bencana Dan/Atau Berpotensi Bencana
Provinsi.
B. Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Pada Kondisi 22
Kejadian Luar Biasa Provinsi

BAB III JENIS PELAYANAN DASAR PADA SPM KESEHATAN DAERAH 38


KABUPATEN/KOTA
A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil; 38
B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin; 47
C. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir; 54
D. Pelayanan Kesehatan Balita; 62
E. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar; 71
F. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif; 78
G. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut; 85
H. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi; 95
I. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus; 104
J. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa 110
Berat; 121
K. Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis; 134
L. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinfeksi
Virus Yang Melemahkan Daya Tahan Tubuh Manusia
(Human Immunodeficiency Virus).

BAB IV TAHAPAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 148


PELAKSANAAN SPM

143
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 151

BAB VI PENUTUP 152

RANCANGAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

STANDAR TEKNIS PENERAPAN


STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN

BAHAN RAPAT KOORDINASI


TANGGAL 11 JULI 2018

Pukul 08.00-13.30 Wib


Bertempat di Ruang Rapat Biro Keuangan dan BMN
Lantai 12 Gedung Prof. Sujudi

Biro Perencanaan dan Anggaran


144
Sekretariat Jenderal Kemenkes

145

Anda mungkin juga menyukai