Anda di halaman 1dari 18

F.R.E.

E
Software: Porn Blocker

Equipping Women to Fight for

LIFE and HOLINESS

Dr.Andik Wijaya,MRepMed
Founder Yada Institute
SEXUAL
HOLINESS
Pertempuran
Bagi Para Wanita

Dr.Andik Wijaya,MRepMed
D
an dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari
manusia itu, dibangun-Nyalah seorang per-
empuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai
perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi
satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan
isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Kejadian 2 :
22-25

Firman Tuhan mengatakan dengan jelas bahwa Allah menciptakan


Wanita dari rusuk Pria, lalu mempersatukan mereka kembali
menjadi satu daging. Perhatikan diagram berikut ini:

Pria Wanita

Suami-Istri

Saya ingin berbagi dengan saudara hal sederhana yang saya


pahami dari Firman Tuhan diatas. Ketika Allah mengambil rusuk
Adam, proses itu meninggalkan sebuah ruang kosong di dalam
diri Adam. Ruang kosong tersebut bentuknya sama persis dengan
bagian yang diambil. Ketika Allah membawa Hawa dan
menyatukan mereka dalam satu daging, maka ruang kosong
tersebut tertutup secara rapat, tidak ada kekosongan lagi.
Saya percaya, secara umum Tuhan menciptakan manusia sebagai
pasangan (memang ada yang dipanggil untuk hidup melajang,
saya akan bahas hal ini dalam buku ke-4 serial ini “Equipping
Youth to Fight for Sexual Holiness”). Dalam kesendiriannya pria
memiliki kekosongan dalam
dirinya; Kekosongan itu akan
terisi, dan hidup pria akan penuh
Pernikahan mengisi ketika pria tersebut bertemu dan
kekosongan dalam dipersatukan dengan teman hidup-
nya yang sepadan. Demikian seba-
diri pria, dan
liknya wanita, posisinya tidak akan
menstabilkan posisi pernah stabil, sampai wanita
wanita. Penyatuan tersebut dikembalikan ‘ketempat
ulang ini, asalnya’. Pada saat wanita dikem-
menjadikan balikan ‘ketempat asalnya’, dia
bukan hanya mengisi kekosongan
keduanya utuh,
tempat itu, tetapi pada saat yang
menjadi satu, tak bersamaan menyebabkan dirinya,
terpisahkan. tidak lagi terombang-ambing, teta-
pi stabil ditempatnya.
Pernikahan mengisi kekosongan dalam diri pria, dan menstabilkan
posisi wanita. Penyatuan ulang ini, menjadikan keduanya utuh,
menjadi satu, tak terpisahkan.
Tetapi gagasan Ilahi ini diragukan, diserang, dicoba untuk
dihancurkan. Seperti yang dilakukan oleh Helen G Brown salah
satu pelopor feminism, woman liberation movement, berikut ini:
I think marriage is insurance for the worst years of your
life. During your best years you don’t need a husband. You
do need a man of course every step of the way, and they are
often cheaper emotionally and a lot more fun by the dozen. .
. . There is an important truth that magazines never deal
with, that single women are too brainwashed to figure out
and, that married women know but won’t admit, that
married men and single men endorse in a body, and that is
that the single woman, far from being a creature to be pitied
and patronized, is emerging as the newest Glamour girl of
our times.
Tulisan diatas ada di buku Brown yang sudah saya katakan dalam
Bab. I, judulnya adalah Sex and the single Girl diterbitkan perta-
ma kali pada tahun 1962. Buku tersebut seperti membuka kan-
dang domba, dan menghalaunya dengan teriakan keras agar
domba-domba tersebut keluar dari kandangnya.
Bukan Cuma itu, dalam posisinya sebagai Editor in Chief majalah
Cosmopolitan, Brown dengan leluasa menuangkan semua ide
liarnya tentang kebebasan seksual wanita, hubungan seksual
wanita diluar pernikahan, membungkusnya dalam konsep
Glamour Girl of Our Times, dan menampilkannya dalam cover-
cover yang provokatif di majalah Cosmopolitan.
‘Domba-domba’ yang merasa terkekang dalam ‘kandang’ terse-
but, segera keluar dan merasa begitu bebas. Tetapi hal itu tidak
berlangsung lama, ‘domba-domba’ tersebut harus membayar
mahal keputusannya untuk keluar kandang. Karena diluar
kandang bukan hanya sulit mencari rumput yang hijau untuk
dimakannya, tetapi juga ada banyak binatang buas yang siap
memangsa mereka.
Sekarang ini, hampir setengah abad setelah buku tersebut
diterbitkan; Kita melihat disekitar kita, jutaan wanita diseluruh
dunia telah mengadopsi perilaku seksual yang amat bebas. Bukan
hanya itu, banyak wanita tersebut bangga dengan gaya hidup yang
mereka pilih tersebut. Gambaran tersebut bisa kita lihat setiap hari
diberbagai media massa. Gambaran yang terus muncul di media
tersebut, membuat perilaku seks bebas tersebut dianggap biasa,
dan tidak ada yang salah atau permasalahkan. Tetapi selalu ada
konsekuensi atas perilaku yang berdosa. Sekarang dunia telah
menuai hasilnya yang amat mengerikan. Sebagian situasi tersebut
saya tunjukan melalui data The Guttmacher Institute dan The
National Center for Health Statistic (NCHC) yang diumumkan
pada tahun 2006, berikut ini:

Woman
liberation
movement telah
mendorong
wanita masuk
dalam jurang
kehancuran
yang amat
mengerikan
Dari dua data diatas, kita melihat bahwa kehamilan remaja putri
berusia 15-19 tahun di Amerika, mencapai puncak pada tahun
1990, lalu makin tahun angka tersebut makin turun. Namun
jangan terkecoh dengan fakta statistic diatas.
Meskipun angka kemahilan remaja turun, ternyata angka hu-
bungan seksual remaja hampir konstan. Sebuah penelitian lain
yang dilakukan oleh Center for Disease Control and Prevention
dengan nama proyek Youth Risk Behavior Surveillance 2007 yang
hasilnya dilaporkan pada tahun 2008. Datanya adalah berikut ini:

Hubungan seksual remaja yang relatif tidak berubah, sementara


kehamilan tampak menurun, menunjukkan adanya:
Dominasi Safe Sex Education di Amerika. Dengan dukungan dana
yang sangat besar kelompok ini terus menerus mencuci otak
remaja putri (dan remaja putra) bahwa hubungan seksual sebelum
menikah tidak akan menjadi masalah asalkan mereka meng-
gunakan kondom atau kontrasepsi yang lain untuk mencegah
kemamilan sebelum menikah.
Sebagai contoh, untuk tahun fiskal 2011 yang dimulai pada tgl 1
oktober 2010, Pemerintahan Presiden Barack Obama, akan
mengucurkan dana sebesar US$133,7 Juta untuk upaya pen-
cegahan kehamilan remaja, dan dana tersebut jelas akan me-
ngucur kepada kelompok yang melakukan program Safe Sex
Education. Untuk setiap US$12 yang dikucurkan kepada
kelompok yang mempromosikan safe sex education, pemerintah
Amerika Serikat hanya mengucurkan US$1 untuk Abastinence
Education. Bagaimana dengan Indonesia. Bagaimana dengan
gereja Tuhan di Indonesia. Berapa besar dana yang gereja
investasikan untuk Abstinence Education, Pendidikan Pantang
Seks Bebas.
Kalau data diatas menunjukan sedikit penurunan angka kehamilan
remaja, tetapi hubungan seks remaja cenderung tidak berubah.
Maka ada dampak lain yang tidak boleh kita abaikan. Dari
lembaga yang sama The Guttmacher Institute, kita dapatkan
laporan berikut ini: Infeksi Chlamydia pada remaja putra
meningkat 43%, pada remaja putri meningkat 17%. Tren yang
sama terjadi pada penyakit infeksi menular seksual lain. Untuk
penanganan kasus seperti dibutuhkan anggaran sekitar US$8 juta
setiap tahun, diluar biaya yang digunakan untuk menangani
penyakit HIV-AIDS.
The Guttmacher Institute juga melaporkan, bahwa pada usia 20
tahun 77 % wanita dinegara maju telah melakukan hubungan
seksual; 83 % wanita di Sub-Sahara Africa telah melakukan
hubungan seksual; dan 56 % wanita di Amerika latin dan ke-
pulaun Karibia telah melakukan hubungan seksual.
Perilaku tersebut mengakibatkan terjadinya: 1,29 juta aborsi pada
tahun 2002; 42 juta kasus aborsi terjadi antara tahun 1973-2002; 2
dari 100 wanita melakukan aborsi setiap tahun; 52% aborsi
dilakukan wanita berusia dibawah 25 tahun; 66 % aborsi
dilakukan oleh remaja putrid yang tidak menikah; 88% aborsi
dilakukan pada 8 minggu pertama usia kehamilan. Di Indonesia
saat ini, kasus aborsi mencapau angka 3 juta setiap tahun.
Data diatas bisa kita lanjutkan, tetapi buku ini akan menjadi
sangat tebal. Saya harus berhenti memaparkan data, dan mengajak
saudara untuk menarik sebuah pelajaran. Bukankah data diatas
menyatakan betapa mahalnya harga yang harus dibayar oleh
wanita yang mengikuti saran Brown untuk menjalani kehidupan
seksual yang bebas.
Kini terbukti, kehidupan wanita jauh lebih baik, jauh lebih indah
dan jauh lebih membahagiakan sebelum terjadinya woman
liberation movement yang mendorong wanita masuk dalam jurang
kehancuran yang mengerikan.
Kehidupan wanita terbaik (pada umumnya, kecuali yang men-
dapat anugerah untuk hidup melajang) adalah ketika mereka da-
lam relasi pernikahan heteroseks monogamy.
Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ada
sebuah ungkapan untuk penerimaan yang total. Wanita akan
perada di tempat, yang membuatnya paling stabil, ketika wanita
bertemu dan dipersatuan, dengan pria yang darinya wanita
tersebut diciptakan.
Ungkapan puitis yang diucapkan Adam mengingatkan saya pada
sebuah prosedur medis Outologus Transplantation. Outologus
transplantation adalah semua operasi pencang-kokan organ tubuh
dengan menggunakan bagian tubuh pasien yang bersangkutan.
Misalnya seorang pasien mengalami luka bakar diwajahnya, maka
pasien tersebut bisa menjalani reconstructive-plastic surgery
dengn meng-gunakan kulit yang diambil dari kulit paha sisi dalam
pasien tersebut. Prosedur semacam ini memberikan hasil yang
amat memuaskan. Salah satu penyebab keberhasilan yang tinggi
dalam prosedur ini adalah tidak adanya rejected reaction. Bila
kulit yang dicangkokan dari kulit donor, maka tubuh pasien akan
cenderung me-reject kulit baru tersebut; dianggap benda asing
yang harus dilawan, sehing-ga kulit tersebut tidak akan tumbuh
dan menyatu dengan baik dengan jaringan tubuh pasien.
Penyatuan Hawa dan Adam seperti outologus transplantation,
semua proses tanpa rejected reaction.
Saudara mungkin berkata, bahwa dalam kenyataan hidup tidak
semudah itu. Hampir semua pernikahan menghadapi berbagai
kesulitan dalam upaya penyatuan. Saya setuju, Outologus
transplantation pun adalah prosedur yang sama rumitnya dengan
prosedur donor transplantation. Tetapi ketika prosesnya selesai,
memberi tingkat keberhasilan yang tinggi. Dalam relasi
pernikahan, saya melihat betapa pen-tingnya memiliki
ketrampilan cara mempersiapkan dan cara menjalani pernikahan
tersebut. Hal-hal yang lebih menda-lam dalam persiapan menuju
pernikahan yang berhasil, saya tulis di Buku ke-4 Serial ini
“Equipping Youths to Fight for Sexual Holiness”. Sementara
cara-cara praktis untuk menjalani pernikahan yang berhasil saya
tulis di Buku ke-3 Serial ini “Equipping Couples to Fight for
Sexual Hominess”
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia
dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Salah satu keputusan besar yang dibuat oleh pria, adalah ketika
pria tersebut rela meninggalkan Ayahnya dan Ibunya, untuk
menjalani sebuah episode baru dalam hidup-nya; yang akan
dijalaninya dengan istrinya. Bukankah ini sebuah ekspresi cinta
yang besar; maka ketika seorang wanita mengambil keputusan
untuk menjalani hidup dengan pria yang rela meninggalkan Ayah
dan Ibunya untuk bersatu dengan dirinya itu, wanita tersebut
sedang membawa dirinya ke sebuah tempat yang dipenuhi dengan
cinta. Ditempat tersebut mereka menikmati kepuasan besar dalam
penyatuan diri mereka.
Sehingga keduanya menjadi satu daging. Kata daging ini berasal
dari kata ‫( ּבׂשר‬bâśâr), basar ini berarti pudenda. Dalam bahasa
medis adalah genetalia, atau organ reproduksi luar. Jadi kalimat
menjadi satu daging jelas berbicara hubungan seksual.
Sebagaimana pria, wanitapun akan mengalami pemenuhan
sebagai ciptaan yang memiliki seksualitas, ketika mereka menjadi
satu daging dengan suaminya. Kepenuhan diri sebagai seorang
wanita, makin ditambahkan ketika wanita menjadi satu daging
dengan suaminya. Ketika mereka menikmati penyatuan seksual
sebagaimana dirancang Allah dalam relasi pernikahan.
Pria Wanita

Hubungan Seks Sebelum-Diluar Pernikahan

Gambar yang baru kita lihat, menunjukan ilustrasi hubungan


seksual sebelum atau diluar pernikahan. Bila seorang wanita
melakukan hubungan seksual dengan pria yang bukan suaminya,
suadara lihat akan ada ‘bagian-bagian’ dari diri wanita tersebut
yang akan terpotong patah, sementara tetap tersisa ruang kosong
didalam diri pria tersebut.
Didalam ‘cetakan’yang tidak pas tersebut wanita tersebut tetap
tidak stabil, dan ‘rusak’ diberbagai bagian dirinya. Data-data yang
saya sajikan diatas sejalan dengan penggambatan grafis sederhana
ini.
Kepuasan seksual wanita terkait erat dengan penerimaan,
penghargaan, perlindungan. Seks dirancang bukan hanya untuk
penyatuan fisik, tetapi juga penyatuan psiko-emosianal, dan juga
penyatuan spiritual, itu sebabnya kesepadanan seperti yang sedikit
saya ulas di Bab.3 buku ini, adalah hal yang amat esensial.
Pada zaman kita, Kinsey menyerang pikiran para pria, dan
mendorong untuk petualangan seks yang buas. Lalu, Brown
menyediakan amunisi bagi para wanita untuk ‘membalas’ perilaku
seks buas para pria, dengan seks liar para wanita binal.
Peperangan selalu menghancurkan dunia pihak yang berperang.
Itulah yang terjadi setelah Abad ini, pria bodoh dan wanita dungu
saling berlomba dalam kebebasan seksual, dan hasil semua kalah.
Seks dirancang, untuk dinikmati dalam institusi pernikahan.
Alkitab katakan:
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu,
tetapi mereka tidak merasa malu.

Kata malu, dari sebuah kata ‫( ּבּוׁש‬bûsh) , ashamed, disappointed,


become dry. Jadi sejak awal penciptaan Tuhan menyatakan , jika
seorang wanita telanjang bersama suaminya, menikmati hubungan
seksual, mereka tidak akan malu, tidak akan kecewa, tidak akan
menjadi kering.

Seks dalam ikatan pernikahan mengindarkan seorang wanita dari


rasa malu akibat kehamilan diluar pernikahan. Rasa malu karena
memiliki anak tanpa suami. Rasa malu karena tertular berbagai
macam penyakit seksual, bahkan rasa malu yang akan di tanggung
oleh anak-anaknya.

Seks dalam ikatan pernikahan mengindarkan wanita dari


kekecewaan. Diluar ikatan pernikahan, wanita akan merasa seperti
barang yang dipakai lalu dibuang. Sangat mengecewakan.

Seks dalam ikatan pernikahan menghindarkan wanita dari


kekeringan. Diluar ikatan pernikahan, seks justru mengakibatkan
kekeringan. Situasi kering tersebut bisa saudara bayangkan,
seperti seseorang yang berada di padang gurun, tidak ada sungai,
tidak ada danau, tidak ada pepohonan. Dahaga, letih lesu, dan
mungkin hilang harapan, adalah situasi orang yang kekeringan.
Seks diluar hubungan pernikahan akan membawa seseorang
mengalami situasi tersebut.
Kejadian 3 : 20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada
isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Sekitar 85 % pasangan suami istri akan memiliki anak-anak
melalui pernikahannya. Dengan kalimat lain, 85 % wanita yang
menikah akan menikmati sebuah pengalaman yang menjadikan
kepenuhan dirinya sebagai wanita sempurna.
Mereka yang tidak memiliki anak secara biologis, dianugerahi
kehidupan yang luar biasa, yang orang ke-banyaan tidak akan
sanggup menerimanya; Saya akan bahas bagian ini lebih dalam
dalam buku ke-3 dari Serial ini “Equipping couples to Fight for
Sexual Holiness” , dan di buku ke-6 dari Serial ini “Equipping
Women to Fight for Sexual Holiness”
Dengan mengingat Firman Tuhan dalam Efesus 5 : 31 – 32. Kita
lihat ada dua gambaran figurative yang perlu kita pahami dari sisi
wanita dan seksualitasnya ini.
Wanita berada pada tempatnya yang paling indah, aman, penuh
sukacita, dan kebahagiaan. Demikian juga gereja Tuhan, yaitu
saudara dan saya yang adalah mempelai Kristus. Didalam pelukan
kasih Kristus-lah kita berada pada tempat yang paling indah,
aman, penuh sukacita, dan kebahagiaan.
Kepenuhan sebagai wanita menjadi sempurna, ketika wanita
karena hubungan seksual dengan suaminya, mengalami
kehamilan, melahirkan, lalu mengasuh dan membesarkan anak-
anaknya. Gereja Tuhan, yaitu saudara dan saya sebagai mempelai
Kristus; jika kita terus menerus mengalami yada denganNya,
maka pada waktunya kita akan mengandung anak-anak rohani,
melahirkan ,dan mengasuhnya menjadi dewasa. Dengan demikian,
akan terjadi multiplikasi yang besar.
Wanita (istri) adalah gambaran figurative Gereja Tuhan. Jika
wanita berada pada pusat rencana Allah atas hidupnya, dunia akan
mudah melihat gambaran gereja yang indah, karena itu dari waktu
ke waktu gambar ini terus menerus dirusak oleh iblis, melalui
wanita-wanita bodoh seperti Helen Gurley Brown.
Peperangan belum selesai, meskipun korban telah berjatuhan
diberbagai pertempuran, dan ada kerugian besar karenanya. Dari
waktu ke waktu Tuhan selalu mem-bangkitkan tentaranya yang
gagah perkasa. Dalam generasi kita, ada seorang wanita, seorang
Ibu yangluar biasa, namanya adalah Denise Glenn. Bersama
dengan suaminya David, mereka adalah President dan Vise
President Kardo International Discipleship Ministries. Pada
Tahun 1981 Denise memulai pelayanan Mother Wise. Saat ini
pelayanan Mother Wise telah menjadi berkat besar bagi para
wanita di Seluruh dunia. Pelayanan serupa, yang juga menjangkau
dan memuridkan para wanita di Indonesia adalah Pelayanan
Wanita Bijak, yang dalam satu pengorganisasian dengan Gerakan
Pria Sejati.
Satu wanita mengambil keputusan yang salah bisa mengancurkan
seluruh dunia, itulah yang kita lihat dalam diri Brown. Tapi satu
wanita hidup benar menjadi sumber berkat yang alirannya tidak
akan pernah kering. Ketika saya menulis bagian ini, kami semua
di Yada Institute sedang berduka, karena Ibu Elsye Rehatta, salah
seorang yang telah bersama saya sejak awal perintisan pelayanan
Yada Institute dan XBTMovement, dipanggil Tuhan pada usianya
yang ke 71 tahun, pada tgl 16 April 2010.
Kadang saya memanggil beliau Oma Els (sebagaimana anak-anak
saya memanggilnya); Beliau adalah wanita yang luar biasa, beliau
adalah Atlet nasional dan sekaligus pemain dan guru piano terbaik
pada zamanya. Kami tidak pernah menduga bahwa Student
XBTMovement pada tgl 20 Pebruari 2010, adalah pertempuran
terakhir yang kami hadapi bersama beliau. Hari itu ada 3220
Pelajar (sekitar 90% dari yang hadir) merespon altar call saya
sampaikan, mereka hancur hati, bertobat, dan mengambil
komitmen untuk hidup kudus bagi Tuhan. Dalam panggilannya
sebagai pendoa, beliau sendiri yang memimpin doa peperangan
atas kuasa-kuasa yang mencengkram orang dalam dosa seksual.
Beberapa hari setelah kemenangan besar tersebut, beliau jatuh
sakit, terjadi penyumbatan pembuluh darah di ginjalnya. (Begitu
saya mendengar beliau masuk rumah sakit, saya segera menulis
sebuah buku untuk beliau judulnya Biblical Perspective on
Sickness, saya bersyukur Ibu Lanny sempat membacakan draft
buku tersebut untuk beliau). Sewaktu di rawat di Rumah sakit,
dengan tubuh yang lemah beliau masih berdoa buat saya dan
pelayanan Yada Institute serta XBTMovement ke depan, beliau
juga mendoakan Keke dan Zaza.
Hari selasa tgl 13 april 2010, saya
Satu wanita hidup mendapat kabar sukacita dari
benar, mengalirkan Natanael, yang menjadi koor
berkat yang tidak dinator Student XBTMovement
pernah kering. 2010, bahwa Ibu Els diijinkan
pulang dari rumah sakit. Maka
saya segera datang ke rumah Ibu
Lanny Pujianto (Ibu Lanny adalah anak rohani Ibu Els, dan juga
teman sepelayanan di Yada Institute). Sekitar 30 menit saya
berbincang-bincang dengan Ibu Els, dan yang kami bicarakan
adalah hal-hal yang berkaitan dengan Yada Institute dan
XBTMovement ke depan. Saya tahu saat itu kondisi beliau
sebenarnya makin menurun, pada akhirnya pada jumat pagi tgl 16
april 2010 beliau sesak nafas, dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Sore hari, pukul 18.00 Ibu Els dipanggil Tuhan.
Ibu Els tidak pernah menikah seumur hidupnya, beliau telah
menjalani kehidupan yang intim dengan mempelai surgawinya.
Beliau telah mengalami yada dalam sepanjang hidupnya. Ibu
Elsye Rehatta, telah mengakhiri pertandingan iman dengan baik,
dan setia sampai akhir. Saat ini beliau telah menikmati sebuah
hubungan yang penuh keintiman, keintiman yang abadi bersama
Kristus di kekekalan. Satu wanita hidup benar, mengalirkan berkat
yang tidak pernah kering.
_____________________________________________________
Equipping Women to Fight for

LIFE and HOLINESS

Anda mungkin juga menyukai