LAPORAN [RAKTIKUM
PEMETAAN TERESTRIS
LANJUT
PENGUKURAN KKH, KKV, DAN
TACHIMETRI
DOSEN PENGAMPU :
KHOMSIN,ST.,MT.
DOSEN RESPONSI:
AKBAR KURNIAWAN
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Irmaatus Sholihah (3512100004)
2. Latifatul Zahroh (3512100027)
3. Iva Nurwauziyah (3512100047)
4. M Wahyu Tri Pamungkas (3512100070)
5. Romario Santoso (3512100097)
Kelomok 13 (Lidar)
6/12/2013
ABSTRAK
Dalam ilmu ukur tanah dikenal istilah pemetaan terestris lanjut .Salah satu pekerjaan
pengukuran land surveying adalah survey terrestrial .Survey terrestrial merupakan
pekerjaan pengukuran yang dilakukan diatas permukaan bumi ,dengan tujuan
mengambil data-data ukuran jarak,sudut,arah,serta ketinggian yang nantinya akan
dijadikan dasar pembuatan peta .Dalam pengukuran daerah BNI dan Kolam tentunya
tidak terlepas dari kebutuhan teknis dan nonteknis lainnya.Pengukuran ini
menggunakan metode pengukuran kerangka control vertical,kerangka control
horizontal dan pengukuran tachimetri,yaitu suatu metode pengukuran titik detil yang
diperoleh dari titik ikat atau polygon tertutup.Data-data yang diperoleh dari
pengukuran detil adalah koordinat X dan Y ,serta ketinggian objek yang didapat dari
perhitungan tachimetri.
2
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mengetahui
Dosen Pengajar
Khomsin,ST.MT
NIP
3
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum pengukuran
Kerangka Kontrol Horizontal dan Kerangka Kontrol Vertikal serta pengukuran detil
Tachymetri pada daerah Bank BNI dan kolam dengan baik.
Kami sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga laporan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua
Tim Penyusun
4
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
ABSTRAK.................................................................................................. xii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR RUMUS..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
5
2.4 Kesalahan Pada Pengukuran.......................................................... 14
2.4.1 Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass................................. 14
2.4.2 Kesalahan dalam Pengukuran dengan Pita Ukur................. 16
2.4.3 Kesalahan dalam pengukuran dengan theodolite................. 17
2.5 Teori dan Metode Pengukuran Beda Tinggi................................. 18
2.5.1 Peralatan yang Digunakan dalam Pengukuran Beda Tinggi.. 20
2.6 Menghitung dan Meratakan Hasil Pengukuran Beda Tinggi......... 21
2.7 Metode dan Jenis Pengukuran Jarak............................................. 21
2.7.1 Metode Pengukuran jarak..................................................... 21
2.7.2 Jenis pengukuran jarak......................................................... 23
2.8 Teori tentang Sudut, Azimuth, dan Bearing................................. 23
2.8.1 Sudut.................................................................................... 23
2.8.2 Azimuth............................................................................... 24
2.8.3 Bearing................................................................................ 24
2.9 Teori dan Metode Pengukuran Poligon........................................ 25
2.10 Menghitung Data Pengukuran Poligon............................ 29
2.11 Teori, Metode Pengukuran dan penggambaran
pada pengukuran Tachimetri............................................ 31
2.12 Presentasi Peta Detail Situasi Pada AutoCAD Land Desktop.... 40
2.12.1 Project setup......................................................... 40
2.12.2 Membuat project baru (new Project)..................... 41
2.12.3 Point...................................................................... 42
2.12.4 Import / Export Point............................................. 44
2.12.5 Membuat Kontur.................................................... 45
2.12.6 Membuat Grid........................................................ 46
5.1 Kesimpulan............................................................................. 62
5.2 Saran....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR RUMUS
Rumus 8 Elevasi............................................................................................... 21
9
Rumus 25 Menghitung koordinat ordinat........................................................ 31
Rumus 41 azimuth.............................................................................................. 58
Rumus 42 Azimuth............................................................................................. 58
Rumus 43 Azimuth.............................................................................................. 58
Rumus 44 Azimuth............................................................................................... 58
10
Rumus 50 Perhitungan koordinat absis................................................................ 59
11
DAFTAR TABEL
12
DAFTAR LAMPIRAN
13
BAB I
PENDAHULUAN
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada abad ke 18 dan 19 M pengukuran tanah maju lebih pesat. Saat itu
Inggris dan Perancis melaksanakan pengukuran yang luas dan memerlukan
triangulasi teliti sehingga pengukuran tanah dilakukan secara geodetik. The U.S
Coast and Geodetic Survey (Sekarang The National Geodetic Survey, bagian dari
Departemen Perdagangan Amerika Serikat) dibentuk dengan UU Kongres di tahun
1807. Dan bertugas untuk melaksanakan pengukuran hidrografik dan menyiapkan
16
peta – peta laut, dan diperluas mencakup penetapan monumen – monumen titik
kontrol di seluruh negara.
2.2.1 Waterpass
Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong, dilengkapi nivo
dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ke arah horizontal. Alat
ini tergolong alat menyipat datar kaki tiga atau tripod level, karena alat ini bila
digunakan harus dipasang di atas kaki tiga atau statif.
1
7 2
3
4
18
5. Kiap 3 sisi :untuk mengatur kedataran alat yang nantinya
memasukkan gelembung nivo pada kotak.
6. Tribach :tempat landasan alat di atas statif
7. Lensa Obyektif :Lensa yang menangkap bayangan benda
2.2.2 Theodolite
Theodolite yaitu salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang
hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca
bisa sampai pada satuan sekon (detik).
19
4. Lensa obyektif ; Lensa yang menangkap bayangan terbalik diperkecil target
(lensa yangvberada jauh dari mata).
5. Sekrup pemutar kasar vertical ; Pengunci theodolite agar tidak bergerak
secara vertical.
6. Sekrup pemutar halus vertical ; Untuk memutar theodolite secara halus
(sedikit) gunanya untuk tepat mengarahkan ke target.
7. Optical plummet (centering optis) ; Untuk memfokuskan alat (centering) pada
patok.
8. Nivo kotak ; Indicator kedataran alat.
9. Tribrach ; Bagian bawah dari theodolite, tempat yang menempel dengan
statif.
10. Tiga sekrup pengatur kedataran alat ; Ini untuk mengatur kedataran alat yang
nantinya memasukkan gelembung pada nivo kotak dan nivo tabung.
11. Sekrup pemutar kasar horizontal ; Pengunci theodolite agar tidak bergerak
secara horizontal.
12. Sekrup pemutar halus horizontal ; Untuk memutar theodolite secara halus
(sedikit) gunanya untuk tepat mengarahkan ke target.
13. Cermin ; Untuk memantulkan cahaya. Gunanya untuk pencahayaan pada
pembacaan skala sudut.
20
Bagian-bagian Theodolite tampak belakang adalah sebagai berikut :
Rambu ukur adalah alat bantu dalam pengukuran jarak optis maupun beda
tinggi yang bentuk fisiknya berupa mistar dengan panjang (pada umumnya) tiga
meter atau enam meter, berskala di dua sisi—sisi kanan dan sisi kiri dan bercat hitam
putih atau merah putih. Rambu terbuat dari bahan yang tahan terhadap kondisi
lapangan.
21
Gambar 2.2.e Statip
2.2.5 Patok
Patok digunakan sebagai titik yang akan dibidik apada saat pengukuran,
Patok terbuat dari kayu yang berbentuk balok dengan ukuran bervariasi (6 x 4 x 50
cm) dan ujung bawahnya berbentuk runcing.
Roll meter atau pita ukur terbuat dari fiberglass dengan panjang bervariasi
mulai dari 30 m, 50 m bahkan 100 m. Pita ukur ini dilengkapi tangkai untuk
mengukur jarak antara patok satu dengan yang lain.
22
2.2.7 Payung
Payung digunakan untuk melindungi alat ukur dari sinar matahari pada
saat pengukuran karena lensa pada alat ukur waterpass dan theodolite
sangat peka terhadap sinar matahari.
2.2.8 Kompas
Form ukur digunakan untuk mencatat data yang diperoleh pada saat pengukuran di
lapangan.
23
Tabel 1 Form Ukur
24
2.3 Macam- macam satuan sudut dan jarak
Satu derajat adalah besarnya sudut yang dihasilkan oleh perputaran 1/360 keliling
lingkaran. Jadi 1°= 1/360 putaran.
Lingkaran = 360°
Contoh :
1' = 60"
Grad atau gon (simbol : g atau gr). 1 g menyatakan bahwa panjang busur
lingkaran sama dengan 1/400 keliling lingkaran. Jadi, besar sudut lingkaran
adalah 400 g.
3. Radian (Radial)
25
1 radian =180°/π = 57°17'44,8"
1. Satuan-satuan metrik.
26
Satuan metrik di dasarkan pada gaya, panjang, dan waktu: yaitu: kilogram,
meter, dan detik.
28
Pembacaan rambu yang salah diakibatkan dari paralaks ,kondisi cuaca
buruk,bidikan panjang,penempatan sasaran dan rambu yang tak baik.Pembacaan
dikoreksi dengan 2BT=BA+BB
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah,
apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau
tidak memenuhi standar lagi. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi dengan pita ukur
standar.
a. Kesalahan Membaca
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan melakukan pembacaan pada masing-
masing ujung dalam kedudukan pita ukur yang berbeda.
b. Kesalahan Mencatat
29
Cara menghindari kesalahan ini sama dengan cara menghindari kesalahan
membaca.
Pengukuran adalah pengamatan dari besaran (jarak, sudut, tinggi, dll). Pengamatan
tidak luput darikesalahan-kesalahan. Ada tiga jenis kesalahan kesalahan yang biasa
terjadi pada saat anda menggunakan theodolit yaitu :
30
Kesalahan ini dapat dibetulkan dengan hitung perataan apabila terdapat data
yang cukup
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang
datum.
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya. Dalam menggunakan
alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
31
b. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
c. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur. Yang
terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti
untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya
pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak,
maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula
dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian
ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang
minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk
persegi.
2BT = BA + BB....... 1
Adapun :
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass).
Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buahrambu yang berdiri
vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan
BT = BTB – BTA.......... 2
Keterangan :
BT = beda tinggi
32
BTA = bacaan benang tengah A
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan
benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = BA + BB / 2 .......3
Keterangan :
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Waterpass
Statif
Rambu ukur
Alat tulis
33
2.6 Menghitung dan Meratakan Hasil Pengukuran Beda Tinggi
∑𝑑𝑛 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + ⋯ + 𝑑𝑛 ......6
3.Koreksi
𝑑
Koreksi = ∑𝑑 × 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 .......7
4.Elevasi
Metode mengukur jarak horisontal diperoleh dengan (a) mengukur dengan langkah
(b) pembacaan Odometer (c) pengukur jarak optis (d) stadia (e)Batang ukur jarak (f)
34
Pengukuran jarak dengan pita (g) pengukuran Jarak Elektronik.Dari metode-metode
berikut,jarak dengan pita ukur dan EDM adalah yang paling umum digunakan oleh
para juru ukur.
Metode dengan menggunakan pita ukur ini menerapkan sistem mengukur suatu jarak
dengan menggunakan alat pengukur jarak berupa pita ukur. Pengukuran jarak
horizontal dengan pita ukur merupakan penerapan panjang yang diketahui pada pita
berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali.
Pengukuran dengan pita dilaksanakan dalam enam langkah: (1) meluruskan (2)
memberi tegangan (3) penguntingan (4) menandai panjang Pita (5) membaca pita (6)
mencatat jarak.
Persamaan:
Ѵ = 𝑓. 𝜆
F = frekuensi
𝜆 = panjang gelombang
35
2.7.2 Jenis pengukuran jarak
Dalam pengukuran tanah, pengukuran linier diperoleh dengan berbagai macam jenis
pengukuran jarak, yaitu:
2.8.1 Sudut
Sudut adalah selisih antara dua arah dari dua buah target di titik pengamatan. Sudut
dibagi menjadi :
a. Sudut Horizontal (mendatar) adalah sudut yang terletak pada bidang horison
pengamat,jenis-jenis sudut horisontal yang bisa diukur dalam pengukuran
tanah adalah (1) sudut dalam,(2) sudut kekanan,(3) sudut belokan.
2.8.2.Azimuth
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan.
Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara.Azimut berkisar
antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan
kuadran.
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah
sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip
horizontal antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari
utara maupun selatan ke arah timur ataupun barat, untuk menghasilkan sudut kurang
dari 90°. Kuadran yang terpakai ditunjukkan dengan huruf U atau S mendahului
sudutnya dan T atau B mengikutinya.
37
Sudut arah sebenarnya diukur dari meridian lokal astronomik atau meridian
sebenarnya,sudut arah magnetik dari meridian lokal ,sudut arah anggapan dari
sembarang meridian yang dipakai,dan sudut arah kisi dari mridian kisi yang sesuai.
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran lapangan.
Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (x,y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti
salah satu metoda penentuan titik diantara beberapa metoda penentuan titik yang
lain. Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu visual dan
geometris:
a.Polygon tertutup
Pada polygon tertutup, garis-garis kembali ke titik awal, sehingga membentuk segi
banyak, koordinat awal sama dengan koordinat akhir dan azimuth awal sama dengan
azimuth akhir. Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak
tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting.
38
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalam maka:
Syarat Sudut
0
(
n2)
180 f
........10
b. Syarat Absis
0
Xfx ...........11
c. Syarat Ordinat
0
Yfy .......12
a. Syarat Sudut
0
(
n2)
180 f
............ 13
b. Syarat Absis
0
Xfx ............. 14
c. Syarat Ordinat
0
Yfy .............. 15
dimana :
X1
i absis
yang
dicari
Y
i1ordinat
yang
dicari
39
i
X absis
yang
diketahui
i
Yordinat
yang
diketahui
d
jarak
antara
titik
yang
diketahui
dan
dicari
i
.
i
1
azimuth
i
.
iantara
1titik
yang
diketahui
dan
dicari
b.Polygon terbuka
Poligon terbuka adalah suatu polygon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan
titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).
c.Polygon bercabang
Polygon bercabang adalah suatu polygon yang dapat mempunyai simpul satu atau
lebih titik simpul, yaitu titik titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini biasanya
terbuka, tetapi dapat juga cabang itu menutp pada cabang yang lain.
40
2. Poligon berdasarkan geometris
Poligon terikat sempurna, yaitu poligon yang diketahui dua buah titik awal
pengukuran dan dua buah titik akhir pengukuran yang telah memiliki koordinat dan
sudut yang didapat dari hasil pengukuran sebelumnya.
4 45
34
12 3 d4 4 d5
0 23
1 2 d3 3 B
d1 d2
A 2
X
0 d 1Sin 0 d 2Sin 12 d 3Sin 23 d 4Sin 34 d 5Sin 45
Poligon terikat sebagian, yaitu poligon yang hanya diketahui salah satu titik, baik itu
koordinat maupun sudut, diawal dan diakhir pengukuran.
Poligon tidak terikat atau poligon bebas, yaitu poligon yang hanya ada titik awal,
azimuth awal, dan jarak. Sedangkan koordinat dan sudutnya tidak diketahui.
41
Y
7
3 5
1 4 6
2
A
X
0
Syarat sudut
Dimana :
Dimana:
Syarat ordinat
Dimana :
Rumus Koordinat
43
𝑋𝑛+1 = 𝑋𝑛 + 𝑑𝑛.𝑛+1 𝑠𝑖𝑛𝛼𝑛.𝑛+1 ........24
Dimana:
Selain pengukuran kerangka dasar vertical yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat
dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga
perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan titik-titik detail
yang tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran
titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran
kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde ketelitian
lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar. Pengukuran titik-titik detail
dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan
44
teknologi lensa optis. Dalam pengukuran titik-titik detail pada prinsipnya adalah
menentukan koordinat dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat.
Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu
offset dan tachymetri.Metode offset menggunakan peralatan sederhana, seperti pita ukur, jalon,
meja ukur, mistar, busur derajat, dan lain sebagainya. Metode tachymetry
menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis. Pengukuran metode tachymetri mempunyai
keunggulan dalam hal ketepatan dan kecepatan dibandingkan metode offset. Pengukuran tiitk-
titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari
lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal
(zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yangdiperoleh dari pengukuran tachymetry
adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z.
Dengan cara tachimetri maka beda tinggi titik-titik yang di ukur dan jarak
datar dilakukan dengan cara tidak langsung karena yang diukur adalah sudut miring
atau sudut zenith dan jarak optis.
Keterangan gambar:
h : sudut helling
ba : benang atas
45
bb : benang bawah
bt : benang tengah
tA : tinggi alat
∆hAB = ta + v – bt..............31
HB = HA + ΔhAB.............32
𝑍𝑎 = 𝑍𝑝 + ΔΗ𝑝𝑎...................35
𝑎=titik detail
46
dengan metode Tachymetri sesuai untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-
detail yang bentuknya tidak beraturan. Untuk dapat memetakan dengan cara ini
diperlukan alat yang dapat mengukur arah dan sekaligus mengukur jarak. Titik detail
dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik-titik penolong yang diikatkan
pada titik kerangka dasar baik horizontal maupun vertikal.
Plotting
Agar penggambaran dapat diwujudkan dalam bentuk peta,setelah semua data
lapangan dihitung ,meliputi perhitungan koordinat (X,Y),titik-titik kerangka
pemetaan (poligon),perhitungan ketinggian titik-titik poligon dari pengukuran
sipat datar (z),sudut arah dan jarak titik –titik detail serta
ketinggiannya(tachimetri),langkah selanjutnya adalah plotting atau
penggambaran .Adapun garis-garis besar langkahny adalah sebagai berikut:
1. Plotting titik –titik kerangka pemetaan(X,Y,Z) dengan skala yang
telah ditentukan
2. Plotting detail (X,Y,Z) atau grafis
3. Penarikan garis-garis kontur
4. Editing
5. Simbolisasi
I. Plotting titik-titik kerangka pemetaan
Dibuat jala-jala grid terlebih dahulu setiap 10 cm pada kertas gambar,apabila
plotting akan dilakukan pada kertas gambar polos .Agar posisi gambar
terletak simetris (ditengah) kertas plot,angka absis dan ordinat maksimum
dan minimumnya harus diketahui dan kemudian daripada nyari panjang
gambar pada arah sumbu X dan Y,kemudian kita bagi dua.Posisi absis dan
ordinat ditengah kertas gambar diberi angka sebesar
Absis = harga absis minimum + ½ panjang gambar sumbu X
Ordinat = harga ordinat minimum + ½ panjang gambar pada arah
sumbu Y
Selanjutnya posisi setiap titik poligon kita plot sesuai dengan absis dan
ordinatnya sesuai dengan skala yang telah ditentukan,dengan menggunakan
skala,diukur dari titik jala grid terdkat.Titik-titik ini(hasil plot) diberi identitas
47
sesuai dengan nomornya dilapangan dan angka ketinggiannya dituliskan
didekatnya,atau apabila angka ketinggian tersebut ada komanya,misalnya
98,60 m,maka titik plotnya sebagai koma dari angka ketinggiannya.
II. Plotting Detil
Plotting detil disesuaikan dengan cara perhitungan posisi detil
tersebut.apabila posisi detil ditentukan secara numeris (X,Y,Z) maka posisi
planimetrisnya ditentukan dengan mengeplot koordinat(X,Y) dan angka
ketinggiannya dituliskan.Apabila posisi detil akan ditentukan dengan cara
grafis ,alat yang digunakan antara lain bujur derajat,mistar skala,jangka tusuk
dan pensil.Detil-detil diplot dari titik kerangka pemetaan (poligon) yang
sesuai pada waktu pengukurannnya dilapangan.Sudut arah detil diukur pada
kertas plot dengan busur derajat dengan ketelitian 15’,jarak detil ditentukan
dengan mistar skala dan jangka tusuk,kemudian ketinggiannya dituliskan
sebagaimana pada plotting kerangka.
Demikianlah hingga semua detil diplot.Untuk detil yang berbentuk bangunan
,detil dihubungan dari titik-titik yang sesuai,demikian pula untuk bentuk-
bentuk detil lainnya .dalam melukis detil sangat diperlukan sket lapangan
agar tidak terjadi salah sambung antara detil-detil yang seharusnya
berhubungan dan tidak.
48
Semakin datar menunjukkan daerah semakin curam
Tidak berhenti didalam peta
Disini ada istilah interval kontur ,yaitu selisih tinggi antara dua garis kontur
yang berurutan .Besar interval kontur biasanya terganung dari kebutuhan peta
tersebut dibuat.namun pada umumnya adalah 1/2000 x skala peta (dalam
meter).......36
Misalnya:
1. Metode langsung
2. Metode tidak langsung
Metode matematis atau interpolasi
Metode semi matematis
Metode grafis
1. Metode langsung
Pada metode langsung titik-titik yang sama tinggi ditentukan di
lapangan secara langsung.Untuk itu diperlukan alat penyipat datar dan
rambu ukur serta mungkin patok-patok yang cukup banyak.
49
kelipatan dari interval kontur.Untuk itu ada beberapa cara atau metode
yang digunakan antara lain:
Metode matematis
Cara ini juga disebut dengan interpolasi linear ,maksudnya
interpolasi yang sebanding dengan jaraknya.
Misal:titik A tingginnya 90,70 m dan titik B tingginya 92,50
m.jarak antara keduanya dalam gambar 20 cm (AB’).Kita akan
mencari posisi titik (K) yang ketinggiannya 92,00 m.Beda
tinggi antara A dan B = 1,80 m,beda tinggi antara A dan K =
1,30 m,sehigga jarak AK’ = 20,0 x 1,3 /1,8=14,44 cm= 14,50
Pada metode ini digunakan sepasang mistar segitiga yan padanya ada angka
pembagian sampai milimeter.
Metode Grafis
Metode ini sebenarnya hnya perkiraan saja,namun karena metode ini memang lebih
cepat,orang biasanya lebih suka menggunakan metode ini.untuk peta –peta skala
menengah dan kecil dimana ketelitian ketinggian tidak banyak dituntut ,cara ini
merupakan pilihan yang dianggap tepat.Namun,untuk peta-peta teknik,pemakaian
metode ini masih perlu dipertimbangkan.
Setelah titik titik tinggi sesuai dengan interval kontur ditentukan posisinya,ditarik
garis melalui titik titik yang mempunyai harga ketinggian yang sama. Sehingga
terbentuklah garis garis kontur dengan ketinggian ketinggian tertentu. Pada setiap
garis kontur diberi angka ketinggian dan setiap 5 buah kontur atau angka kelipatan
tertentu garis kontur dibuat agak tebal.
50
Untuk menghindari adanya kesalahan morfologi dari garis kontur, distribui detail
ketinggian harus diseuaikan dengan kondisi topografi medan skala peta yang akn
dibuat. Apabila medan bergelombang,maka untuk medan yang beda tingginya lebih
besar daripada besarnya kontur interval,harus diukur (didetail),namun pada medan
yang kemiringanya seragam (monoton) cukup diukur pada awal dan akhir
kemiringan tersebut walaupun jaraknya cukup jauh.
IV. Editing
Meskipun detail detail dan garis kontur telah selesai digambarkan,belum berarti
petatersebut telah jadi. Peta masih perlu disempurnakan lagi dengan informasi
informasi lain yang dianggap perlu. Proses ini dinamakan editing. Pekerjaan
editing meliputi :
V. Simbolisasi
C. Simbol Transportasi
= Jalan setapak
D. Unsur bangunan
= Bangunan
E. Unsur hidrografi dan topografi
10,0 = Garis kontur
= Danau atau kolam
= Saluran drainase permanen
Project merupakan induk organisasi data file dalam suatu pekerjaan yang berisi file setup,
data input, data proses, data hasil proses (produk) yang secara automatis diatur oleh
Autodesk Land Destop. File default dalam Autodest Land Destop adalah Drawing (*.dwg)
sama dengan AutoCAD, perbedaannya adalah drawing dalam Autodesk Land Destop
hanyalah merupakan bagian data proyek sedangkan dalam drawing AutoCAD merupakan
produk tunggal. Dalam stu proyek memungkinkan terdiri dari beberapa drawing.
Project Name
Cr : fie Core
53
Er : file Earth works
Langkah awal memulai design adalah mengatur beberapa parameter yang dibutuhkan
dalam design seperti :satuan (jarak, luasan, volume), skala (vertical, horizontal), zone
(datum, system coordinate), orientasi posisi (arah utara), dan text style.
Point adalah visualisasi symbol data survey X, Y, Z yang ada pada umumnya merupakan
data dasar yang paling banyak dipergunakan sebagai dat surfaces. Menu point berisi
fasilitas berbagai hal yang berhubungan dengan point seperti setup point, create point, edit
point, export/import point dan lain – lain.
Point setting
Fasilitas untuk mengatur bentuk tampilan data point dalam screen yang meliputi jenis dan
ukuran text, bentuk symbol point, color, dan urutan penomoran point. Langkah mengatur
point :
Insert to drawing as created : check box aktif, nomor point ditampilkan dalam
gambar point.
Elevation
Manual : elevasi point diisi secara manual pada waktu membuat point
Description
Manual : description point diisi secara manual pada waktu membuat point
55
Clik pada menu insert
Pada insertation elevation, clik pada actual elevation : point akan di-insert
sesuai elevasinya. (fix elevation, point di-insert dengan elevasi 0)
gambar
update point database after move commad : database point di update setelah
melakukan
check drawing point against point database on open : gambar point akan di
check sesuai
Re- units symbol with description during check point : menyesuaikan ukuran
symbol pada
Aktifkan Echo coordinate on the Command Line : pada waktu insert point posisi
coordinate akan
klik pada descending : untuk mengurutkan description keys dari urutan terbesar ke
terkecil.
56
Klik pada Size In Absolute Unit kemudian ketik 1 (ukuran symbol point = 1mm)
Import dan export point adalah instruksi untuk mengimport atau mengeksport point dari
atau ke text file menjadi gambar / simbol. Langkah melakukan :
Format Manager, memilihformat atau susunan import dan exportdata yang sesuai dengan
susunan data file. Langkah melakukan :
Melalui menu point pilih Import atau Export Point kemudian klik Format Manager
Klik pada salah satu format misalnya PENZ Space Delimited kemudian klik View
(untuk menampilkan detail)
Klik Cancel untuk kembali ke menu awal
Jika format data point ada yang sesuai dengan salah satu dari format yang ada
import point dapat diteruskan, tetapi jika belum ada yang sesuai dapat membuat
format baru dengan cara klik Add.
Klik User Point File kemudian klik Ok
Pada format name ketik nama format misalnya D,X,Y,Z (jika urutan data point yang
di import adalah Deskrisi, koordinat X, koordinat Y, dan elevasi)
Klik pada Delimited By(jika format data point adalah spasi atau tab)
Klik pada kolom I (Unused) kemudian pilih Description
Pada kolom II, III, dan IV kemudian pilih Easting, Northing, dan Elevation.
Klik Ok untuk mengakhiri format manager
Import Point, untuk mengimport point dari Text File menjadi gambar atau simbol.
Langkah melakukan :
Melalui menu point pilih Import/Export Point kemudian klik Import Point
Pada format, pilih format yang sesuai dengan data survey, misalnya DXYZ Space
Delimited
Pada Source File klik Open kemudian cari letak data survey, kemudian klik Open
57
Klik Ok untuk memproses
Export Point, untuk mengeksport point dari gambar menjadi text file. Langkah
melakukan :
Melalui menu point pilih Import/Export Point kemudian klik Export Point
Pada format pilih format data point file misalnya ENZD Space Delimited
Pada Destination File klik Open, tentukan folder letak text point file akan disimpan
kemudian klik Ok
Pada pembuatan kontur hal yang pertama kali dilakukan setelah selesai import
point adalah pilih menu Terrain – klik Terrain Model Explorer
Setelah itu pilih folder Terrain lalu klik kanan Create New Surface
Pilih Surface kemudian klik Point Files kemudian klik kanan pilih Add Point File
Kemudian setelah itu pilih format yang akan dimasukan, misalnya PENZD Space
Delimited
Klik ok, lalu masukan data pengukuran satu per satu.
Setelah selesai, klik surface1 klik kanan pilih build
Kemudian setelah selesai build close dialog Terrain dan pilih kembali menu Terrain
pilih Create Contours
Setelah itu akan muncul kotak dialog kemudian pilih interval kontur yang ingin
ditampilkan, ubah kontur minor jangan mengubah kontur major karena kontur
major akan secara otomatis menyesuaikan dengan kelipatan 5 dari kontur minor
Tekan enter kemudian kontur akan tampil pada Cad
2.12.6 Membuat Grid, langkah melakukan :
Pertama kali dalam membuat grid, ketik point pada command lalu setelah
terbentuk titik ketik “pl” pada command lalu enter
Kemudian buat garis pada lembar kerja, tarik garis ke atas kemudian ketik angka
“3” pada command lalu tarik garis ke bawah ketik angka “6” pada command
kemudian tarik garis ke atas lagi dan ketik “3” terbentuklah garis lurus
Setelah terbentuk satu grid ketik array pada command
58
Pilih berapa grid yang mau dibuat pada rows atau columns nya dan sesuaikan jarak
yang diinginkan pada grid misal saja 10 cm
Setelah itu klik ok dan grid pun akan terbentuk
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
60
3.2 Alat dan Bahan
61
Patok
Paku payung
Formulir pengukuran
Alat tulis
Kalkulator
62
3. Setelah sentering selesai, letakkan kompas pada theodolite di tempatnya. Atur
theodolite searah dengan kompas dan mengatur sudutnya 0 0’ 0”. Setelah itu
bidik titik BM 4 dan catat angka yang di dapat, itulah yang di sebut dengan
azimuth BM3BM4 .
4. Azimuth telah didapatkan. Langkah selanjutnya yaitu mencari sudut dalam.
Bidik titik BM 2 diatur sudutnya menjadi 0 0’ 0” pada theodolite, kemudian
arahkan teropong ke titik BM 4, bidik titik BM 4 dan catat angka yang di
dapat, itulah yang kami sebut dengan sudut dalam titik BM 3.
5. Pindahkan alat ke titik selanjutnya, yaitu titik BM 4. Senteringkan alat seperti
pada langkah ke 2. Pada titik selanjutnya ini lakukan bacaan sudut dalam titik
BM 4, yaitu dengan cara bidik titik BM 3 dan mengatur sudutnya 0 0’ 0”,
setelah itu arahkan teropong ke titik BM 5, baca sudut yang di dapat, inilah
yang kami sebut dengan sudut dalam titik BM 4.
6. Lakukan langkah 5 untuk titik selanjutnya yaitu titik BM 5, titik BM 6, titik
BM 1, dan titk BM 2
63
2. Menentukan titik tengah antar 2 BM untuk kemudian akan dijadikan
sebagai tempat berdirinya alat
3. Selanjutnya dilakukan pembacaan rambu back sideke BM1 dan front
sideke BM2
4. Pengukuran dimulai dari titik A yang berada diantara BM1 dan BM2
sampai titik F yang berada diantara BM6 dan BM1 dengan pengukuran
berlawanan arah jarum jam.
5. Setelah itu, dilakukan pengukuran searah jarum jam sama seperti
pengukuran sebelumnya.
6. Dimulai dari titik F yang berada diantara BM1 dan BM6 dengan
pembacaan rambu back side ke titik BM1 dan front side ke BM6.
Metode double stand yaitu, pengukuran dengan cara mendirikan alat 2 kali
di tempat yang sama dengan back side dan front side yang sama namun
dengan tinggi alat yang berbeda. Arah perpindahan tempat berdiri alat
sama seperti metode pengukuran pergi yaitu, searah jarum jam.
Pengukuran double stand dilakukan pada Jumat, 25 Obtober 2013 jam
08.00-15.00 BBWI.Tahap-tahap pengukuran kerangka kontrol vertikal
yang dilakukan dalam metode ini adalah:
1. Mendirikan alat di titik A kemudian dilakukan pembacaan rambu
back side di BM1 dan front side di BM2
2. Setelah itu, ketinggian alat diubah dan dilakukan pembacaan rambu
back side dan front side sama seperti sebelumnya
3. Hal yang sama dilakukan pada titik-titik selanjutnya sampai titik
terakhir yaitu titik F
3.3.2.3 Pengukuran Detil Situasi
Pada pengukuran ini, kami mengukur jarak antara dua patok poligon
sehingga diperoleh jarak antar kedua patok. Langkah ini diulangi pada jarak
antar patok yang lain sampai didapatkan data jarak antar setiap patok (
BM01-BM02, BM02-BM03, BM03-BM04, BM04-BM05, BM05-BM06,
BM06-BM01 )
65
3.3.5 Flowchart Metodologi Praktikum
Start
Orientasi Lapangan
Pemasangan Patok
Pengukuran
- Kerangka Kontrol Horizontal
- Kerangka Kontrol Vertikal
- Detail
Pengecekan
toleransi
Selesai
66
BAB IV
67
4.1.2 Data Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal
a. Pengukuran Pergi
68
c. Pengukuran Double Stand 1
69
Jarak BM04 BM05 = dBM04BM05 = 33,9 m
√(0,035)2 +(0,081))2
= 190,3
= 0,00023
Toleransi Kesalahan Linier
1
Kesalahan Linier ≤ 2500
≤ 0,0004
70
Jadi kesalahan linier memenuhi toleransi karena kesalahan linier lebih kecil
dari 0,0004
c. Perhitungan Koordinat Titik
1. Perhitungan Azimuth
BM 02 BM 01
BM 03 βBM02 βBM06
βBM03 βBM05 BM 06
βBM04 BM 05
BM 04
αBM03BM04 = diukur
71
( Data Perhitungan Terlampir )
3. Perhitungan Koreksi Ordinat
Fy = (Yakhir – Yawal) - ∑d cos α...............47
( Data Perhitungan Terlampir )
4. Pembagiankoreksi absis berdasarkan perbandingan jarak
𝑑BM03BM04
fxBM01 BM02= 𝑥 𝑓𝑥...............48
∑𝑑
Pada pengukuran poligon tertutup, harga kebenaran bisa dinilai dari adanya
kesamaan koordinat yang diperoleh dari pengukuran dan koordinat yang sebenarnya.
Pada pengukuran ini, titik acuan pengukuran (titik BM 03) merupakan titik yang
telah diketahui kooordinatnya (100,100). Titik awal (BM 03) akan di tarik ke titik
BM 04 untuk mengetahui azimuth awal dan selanjutnya akan dapat digunakan untuk
menentukan koordinat BM 03. Titik ini berlaku juga sebagai titik akhir dari
pengukuran poligon itu sendiri sehingga koordinat awal pengukuran sama dengan
koordinat akhir pengukuran.
72
Toleransi = 8√D dengan D merupakan jarak dalam satuan km......52
Toleransi = 8√0.190075
= 3.488 mm
= 0.003488 m
Syarat ∑∆H ≤ 8√D
Jadi kesalahan penutup beda tinggi pada kerangka polygon utama memenuhi
toleransi
2. Perhitungan Koreksi Total Beda Tinggi
fh = (hakhir – hawal) - ∑∆H...............53
fh = 0 – 0.00025
fh = - 0.00025
3. Pembagian Koreksi Total beda tinggi sesuai perbandingan jarak
𝑑BM02BM03
fhBM02BM03 = 𝑥 𝑓ℎ...........54
∑𝑑
Dalam praktikum ini jarak yang digunakan untuk mengoreksi perhitungan beda
tinggi adalah jaraj rata-rata dari 4 jarak optis yang didapat dari 2 metode yang
dilakukan. Rata-rata dari jarak optis tersebut adalah:
BM 01 - BM 02 = 31.0625 m
BM 02 – BM 03 = 30.55 m
BM 03 - BM 04 = 31.5875 m
BM 04 – BM 05 =33.8625 m
BM 05–BM06 =32.5875 m
BM06–BM01 = 30.425 m
73
Pada pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal ini ditentukan ketinggian titik
awal pengukuran adalah BM 01 dengan tinggi 10 meter. Setalah dilakukan
pengolahan data didapatkan tinggi maksimum :10 m dan tinggi minimum
:9.64912743 m (BM04), dengan titik referensinya (BM01) : 10 meter.
74
(Hasil Perhitungan Terlampir)
7. Perhitungan Tinggi titik detil
h1 = hBM + ∆hBM-1...............64
(Hasil Perhitungan Terlampir)
75
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
1. Kelompok kami melakukan pengukuran selama 3 minggu, dengan rincian:
Minggu Pertama : Menggunakan Waterpass Nikon AE-7C/276675
Minggu Kedua : Menggunakan Theodolit Nikon NT-3D/510169
Minggu Ketiga : Menggunakan Roll meter
2. Kerangka Kontrol Horizontal
Berdasarkan pada pembahasan dalam pengolahan dan analisis data, adapun
kesimpulan dari laporan praktikum bagian KKH ini adalah sebagai berikut:
a. Dari hasil pegukuran didapatkan koordinat (x, y, z) titik kontrol :
Koordinat BM 01 = ( 148,3451 ; 137,8467 )
Koordinat BM 02 = ( 122,0500 ; 121,2269 )
Koordinat BM 03 = ( 100 ; 100 )
Koordinat BM 04 = ( 114,9469 ; 72,1574)
Koordinat BM 05= ( 142,1962 ; 92,3108)
Koordinat BM 06= ( 166,8643 ; 113,6123)
Koordinat BM 03 yang dihitung dari koordinat titik 2 mempunyai nilai yang
sama dengan koordinat titik 3 yang ditentukan, yaitu ( 100 ; 100 ). Hal
ini menandakan bahwa pengukuran telah memenuhi persyaratan pengukuran
poligon tertutup, yaitu titik awal pengukuran = titik akhir pengukuran.
b. kesalahan sudut sebesar 5” berdasarkan pengukuran.
b.Dalam pengukuran ini, untuk kedua metode yang kami lakukan yaitu metode
double stand dan pulang pergi, kedua-duanya masuk toleransi karena
kesalahannya lebih kecil dari toleransinya, yaitu:
77
5.2 Saran
Dalam pengukuran poligon, pembidikan titik-titik yang dicari koordinatnya
harus dilakukan setepat dan secermat mungkin agar kesalahan-kesalahan
yang ada tidak akan melebihi toleransi yang diberikan.
Dalam proses centering terkadang menemui kesulitan dalam memposisikan
titik acuan dengan alat. Solusinya adalah menempatkan patok dengan sekrup
pengguna terlebih dahulu.
Pastikan sekrup pengguna teropong terkunci secara rapat agar pembacaan
sudut vertikal dan horizontal lebih akurat.
Titik yang dibidik sebaiknuya menggunakan sasaran yang sekecil mungkin,
namun bisa terlihat dalam bidikan alat sehingga bidikannya memiliki
ketelitian dan keakuratan yang tinggi.
Usahakan dalam pengukuran posisi alat dilakukan di tengah slag untuk
mengurangi terjadinya kesalahan pada pengukuran.
Pelaksanaan pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari
untuk meminimalisir kesalahan pada instrumen.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus benar-benar diam dan tegak.
Pelaksanaan Pengukuran detil dilakukan dengan memperhatikan titik – titik
detil yang layak dipetakan untuk efisiensi waktu
78
Daftar Pustaka
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gajah Mada Yuniversity Press : Yogyakarta
Jaelani, Lalu M. 2004. Sudut, Arah, dan Azimuth. FTSP ITS : Surabaya
79