UNTUNGNYA PEMEKARAN
Disusun Oleh :
Agunan P. Samosir1
ABSTRAKSI
LATAR BELAKANG
Uchok 54 tahun, bekerja sebagai PNS di Kabupaten A dengan jabatan kepala
bagian Dinas Pekerjaan Umum atau setara dengan eselon tiga, punya anak dua yang
masih sekolah SMP dan SMA. Ia terus berpikir bagaimana membiayai anaknya yang akan
memasuki bangku kuliah. Padahal dua tahun lagi Ia akan memasuki usia pensiun,
sementara itu istrinya tidak bekerja. Ia merasa masih produktif dan mampu bekerja sampai
lima tahun lagi. Namun, jabatan yang diemban tidak memperkenankan usia pegawai lebih
dari 56 tahun. Hal yang mengkhawatirkan adalah atasannya juga seumuran dengan
Uchok. Jabatan kepala dinas yang setara dengan eselon dua lebih baik dibandingkan
jabatan Kepala Bagian. Usia pensiun atasannya adalah 60 tahun. Rasanya sulit Ia untuk
menggeser jabatan atasannya. Selain itu, jabatan kepala dinas yang lain di kabupatennya
tidak ada yang lowong.
Uchok tidak sendirian, beberapa temannya pada Dinas lain juga mengalami hal
yang sama. Pada suatu hari, saat acara pertemuan informal pegawai seluruh kabupaten,
Uchok dan teman-temannya berbincang-bincang bagaimana supaya mereka bisa pensiun
lebih lama (60 tahun). Menunggu jabatan eselon dua kecil kemungkinannya. Berawal dari
pembahasan beberapa kecamatan yang masih tertinggal secara ekonomi dan sosial. Dari
obrolan kesana-kesini akhirnya berlanjut ke dalam kedai kopi dan disanalah muncul ide
spektakuler “bagaimana mengembangkan kecamatan-kecamatan yang tertinggal di
wilayahnya menjadi daerah yang berkembang?”
1
Penulis adalah Peneliti Madya yang bekerja pada PKAPBN, BKF.
Dalam pembicaraan yang hangat tersebut terdapat beberapa orang pernah yang
gagal terpilih menjadi anggota DPRD dan ikut nimbrung serta menyampaikan “ide
spektakuler” tersebut yang bisa diterima oleh komunitas diskusi. Muncullah gagasan untuk
mengembangkan kecamatan-kecamatan tersebut untuk menjadi kecamatan baru dalam
suatu kabupaten baru. Ide spektakuler tersebut “pengembangan daerah” terus bergulir
dan dibahas di beberapa tempat. Pemrakarsa diskusi pengembangan daerah adalah
Uchok dan teman-temannya yang memiliki motivasi yang sama. Pengembangan daerah
yang digagas ini dikenal pemekaran daerah.
Seharusnya, pemekaran daerah dapat memberikan dampak positif kepada DOB.
Sebelumnya masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan seperti pembuatan KTP,
akses kesehatan, dan pendidikan jauh dari ibukota kabupaten induk. Adanya DOB
pelayanan masyarakat, daya saing daerah, tata kelola pemerintahan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat diharapkan semakin membaik. Namun, beberapa fakta di
lapang menunjukkan bahwa pemenuhan syarat calon daerah pemekaran hanya dilakukan
oleh segelintir kelompok elite politik dan tim kerja yang dibentuk oleh pemerintah. Hal ini
membuat masyarakat tidak bisa mengetahui dan memonitor apakah daerahnya layak dan
memenuhi syarat untuk dimekarkan.
2
PP Nomor 129 tahun 2000 telah diamandemen dengan PP 78 tahun 2007. Namun, data atau indikator
kemiskinan sebagai salah satu syarat pembentukan daerah baru belum menjadi persyaratan yang harus
dipenuhi oleh daerah induk dan DOB.
2
sektor ini terganggu, maka hampir dapat dipastikan berpengaruh terhadap pembentukan
PDRB. Bappenas (2008), sektor pertanian pada kabupaten hasil pemekaran yaitu
Kabupaten Luwu dan Lampung Timur mengalami serangan hama dan banjir. Akibatnya
tanaman padi tidak dapat berproduksi. Dampak lanjutannya adalah pertumbuhan sektor
pertanian kedua kabupaten tersebut menjadi negatif.
Berbeda dengan daerah induk pemekaran yang relatif stabil dengan pertumbuhan
ekonominya. Peranan sektor industri merupakan faktor penting dalam pembentukan
kinerja perekonomian daerah induk. Bappenas (2008), peranan sektor industri terhadap
PDRB di daerah induk mencapai 12 persen, sedangkan di daerah hasil pemekaran
mencapai 6 persen. Brodjonegoro (2006), semakin besar peran industri bagi suatu daerah,
semakin maju perekonomian daerah tersebut.
Kontribusi PDRB daerah induk pemekaran terhadap total PDRB propinsi periode
2001-2005 cukup tinggi yaitu 10 persen, sedangkan daerah hasil pemekaran sekitar 6,5
persen. Hal ini menunjukkan bahwa daerah hasil pemekaran cenderung rendah
peranannya terhadap perekonomian propinsi. Butuh waktu yang lama bagi DOB bisa
sejajar perekonomiannya dengan daerah induk pemekaran.
Penyebab rendahnya kinerja perekonomian di daerah hasil pemekaran antara lain
(i) pembagian sumber daya perekonomian antara daerah hasil pemekaran dengan daerah
induknya cenderung tidak merata. Biasanya daerah induk tidak mau melepas daerah-
daerah yang relatif kaya dengan sumber daya ekonomi ke calon DOB, (ii) Investor asing
dan swasta tidak tertarik untuk berinvestasi di DOB dibandingkan daerah induk
pemekaran. Hal ini telah dibuktikan dari kajian UNDP (2008) bahwa selama lima tahun
berturut-turut tidak banyak investor yang masuk ke DOB, dan (iii) kinerja pemerintah DOB
belum mampu menggairahkan perekonomian daerahnya karena terbatasnya alokasi
anggaran penerimaan dan belanja daerah (APBD) antara lain promosi, insentif dan
kemudahan perijinan.
Masuknya investor swasta akan meningkatkan perekonomian DOB. Penyerapan
tenaga kerja semakin besar, meningkatkan penerimaan pajak daerah dan restribusi daerah
(PDRD), mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemendagri (2011), daerah hasil
pemekaran belum mampu menjemput investor untuk menanamkan modalnya di DOB.
Investor tidak tertarik karena tidak tahu sumber daya di daerah hasil pemekaran. Data dan
informasi yang terkini dari DOB belum terpublikasi dengan baik. Syarat-syarat yang
dibutuhkan bila investor masuk ke DOB, administrasi dan perizinan yang mendukung
pengembangan usaha investor belum tersedia di brosur/leaflet, media cetak dan media
online.
Belanja investasi atau belanja modal yang diberikan pada daerah hasil pemekaran
melalui transfer daerah belum mencukupi kebutuhan DOB. Belanja modal tersebut
digunakan untuk membiayai pembangunan jalan, jembatan, irigasi, gedung sekolah,
rumah sakit, gedung kantor pelayanan publik dan fisik lainnya. Namun, anggaran dan
peran pemerintah daerah hasil pemekaran belum mampu mendorong swasta ikut
menggerakkan perekonomian setempat.
Salah satu syarat pembentukan DOB adalah adanya dana pembantuan dari
propinsi induk dan daerah induk ke daerah hasil pemekaran untuk membiayai
3
pembangunannya. Namun, persyaratan tersebut tidak selalu berlaku saat
diimplementasikan. Bappenas (2008), saat pembentukan DOB Kota Palopo di Sulawesi
Selatan tahun 2003 awalnya adalah ibukota Kabupaten Luwu sebagai daerah induk.
Palopo adalah sentra perekonomian di Kabupaten Luwu. Seharusnya, Kabupaten Luwu
sebagai daerah induk yang menerima dana bantuan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan yang baru karena ibukota Kabupaten Luwu jadi pindah ke Belopa. Kasus
yang dialami Kabupaten Luwu merupakan peristiwa yang langka dan seharusnya tidak
boleh terjadi karena daerah induk menjadi tidak berkembang perekonomiannya. Dimasa
mendatang, ibukota kabupaten tidak diperkenankan masuk dalam kriteria calon daerah
pemekaran.
3
Data diolah dari berbagai terbitan BPS.
4
lebih tinggi dibandingkan daerah induk. Tingkat kemiskinan DOB tahun 2005 sebesar 21,4
persen, sedangkan daerah induk sekitar 16,7 persen.
Penyebab tingginya angka kemiskinan di daerah hasil pemekaran sudah bisa
diperkirakan sejak awal. Daerah-daerah yang miskin dengan sumber daya alam terbatas
akan kesulitan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Sektor pertanian yang
dominan bagi DOB secara umum menjadi penyumbang angka kemiskinan sekitar 60
persen. Infrastruktur masih terbatas di daerah hasil pemekaran. Tingkat kemiskinan yang
tinggi identik dengan rendahnya infrastruktur seperti jalan, prasarana sekolah, dan
prasarana kesehatan. Kualitas pendidikan daerah hasil pemekaran juga menjadi
penyumbang angka kemiskinan. Terbatasnya akses pendidikan merupakan pekerjaan
rumah yang tidak ada habisnya bagi pemerintah daerah hasil pemekaran.
5
Selanjutnya, ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan ukuran penting bagi DOB.
Salah satu dampak positif dari pemekaran daerah adalah pemerataan pelayanan
kesehatan terutama pengadaan sarana kesehatan. Semakin banyak jumlah fasilitas dan
tenaga kesehatan akan semakin meningkat kualitas sumber daya manusia di daerah hasil
pemekaran. Tersebarnya fasilitas kesehatan di wilayah-wilayah daerah hasil pemekaran
akan mempermudah aksesibilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan tersebut.
Minimnya fasilitas kesehatan di daerah induk pemekaran terutama di daerah-daerah yang
tingkat kemiskinannya cukup tinggi. Selain itu daerah terpencil dan infrastrukturnya
rendah menyebabkan fasilitas kesehatan daerah tersebut tidak tersedia.
Adanya pemekaran daerah jelas sangat memberi manfaat bagi kecamatan dan
desa yang belum tersentuh layanan kesehatan. Pemerintah daerah hasil pemekaran akan
lebih mudah memetakan, menentukan dan mengarahkan ketersediaan jumlah fasilitas dan
tenaga kesehatan di DOB. Isu desentralisasi bidang kesehatan akan memainkan peranan
pemerintah daerah hasil pemekaran untuk mencapai tujuan pembangunannya.
Ketersediaan infrastruktur selalu menjadi sorotan utama untuk rencana daerah
pemekaran. Selama ini, pemerintah daerah induk kurang dan belum memperhatikan
layanan infrastruktur pada kecamatan dan desa di wilayahnya. Manfaat dari pemekaran
daerah adalah perbaikan infrastruktur daerah terutama panjang ruas dan kualitas jalan.
Adanya pemekaran daerah akan membawa perbaikan dan pembangunan infrastuktur
daerah. Semakin banyak fasilitas layanan infrastruktur akan meningkatkan perekonomian
daerah hasil pemekaran.
Infrastruktur di daerah hasil pemekaran sangat diperlukan untuk menunjang
kegiatan ekonomi. Selain itu, infrastuktur akan memaksimalkan kegiatan pelayanan publik,
kegiatan administrasi pemerintah DOB dan meningkatkan aksesibilitas dan lalu lintas
informasi di DOB dan antar daerah itu sendiri. Terakhir, manfaat dari pemekaran daerah
yang dapat dirasakan masyarakat adalah untuk meningkat kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan masyarakat. Penyelenggaraan fasilitas publik yang baru
diharapkan dapat meningkatkan kualitas baik efisiensi maupun efektivitas pelayanan
masyarakat. Selanjutnya, peningkatan layanan masyarakat akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah hasil pemekaran.
Tidak optimalnya pelayanan di daerah hasil pemekaran disebabkan kurangnya
jumlah sekolah, jumlah tenaga pendidik, jumlah pusat kesehatan masyarakt (puskesmas)
dan klinik pedesaan, jumlah penilik kesehatan dan kualitas infrastruktur. Oleh karena itu,
peningkatan layanan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan perbaikan-perbaikan di
bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
6
sejahtera akan menciptakan masyarakat yang mandiri dan pada gilirannya akan
menciptakan daerah yang mandiri serta tidak tergantung terhadap daerah induk
pemekaran, propinsi dan negara.
Semakin mandiri daerah hasil pemekaran maka semakin mandiri pula propinsi di
wilayah daerah pemekaran. Semakin mandiri propinsi maka semakin mandiri dan kuat
suatu negara. Antar daerah saling melengkapi kekurangan yang ada seperti ketersediaan
tenaga pendidik dan tenaga penilik kesehatan. Saling melengkapi tersebut dilanjutkan
dengan melakukan transfer knowledge yang akhirnya menciptakan kemandirian daerah.
Dengan demikian, kinerja daerah hasil pemekaran akan semakin baik dibandingkan
sebelum pemekaran.
Pemekaran daerah saat ini banyak dilatarbelakangi oleh kepentingan politik para
elite baik daerah maupun pusat. Adanya pemekaran daerah akan membuka peluang bagi
calon kepala daerah, anggota DPRD dan jajaran unit eselon satu di wilayah baru atau DOB.
Seringkali, usulan pemekaran daerah oleh elite politik diwarnai dengan keutuhan negara.
Sebenarnya, semakin banyak DOB, maka kontrol terhadap daerah-daerah akan semakin
kuat. Kontrol yang kuat tidak berarti kekuasaan pusat semakin berkurang.
Daerah pemekaran yang semakin mandiri akan membuahkan negara yang utuh
dan kuat dalam pengelolaan pemerintahannya. Secara umum, pemekaran daerah memiliki
dampak yang positif terhadap keutuhan daerah tersebut dan pada gilirannya memperkuat
keutuhan daerah yang lebih besar yaitu keutuhan negara. Adanya pemekaran daerah
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan daerah
sekitarnya. Semakin tinggi kualitas kehidupan masyarakat daerah hasil pemekaran
mengakibatkan semakin besar pula kualitas kehidupan negara.
Keutuhan negara dapat diukur dengan ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga
kesehatan, ketersediaan sekolah dasar sampai dengan menengah dan atas, ketersediaan
pengajar, kualitas infrastruktur dan kinerja aparatur pemerintah daerah hasil pemekaran.
Hal ini sejalan dengan visi rencana pembangunan jangka nasional (RPJMN) 2010-2014
bahwa bangsa yang utuh dan mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan
kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Berdasarkan hal-hal yang telah
dikemukakan sebelumnya, secara umum dengan adanya pemekaran daerah akan
memberi manfaat yang seluas-luasnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Indikator kesejahteraan ini terlihat dari peningkatan layanan pendidikan, kesehatan,
pelayanan publik dan infrastruktur.