Makalah Seminar
Makalah Seminar
Disusun Oleh :
KELOMPOK VII
TAHUN 2015
BAB I: KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Appendicitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis (Arif Muttaqin, 2011).
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis atau peradangan infeksi
pada usus buntu (apendiks) yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer,
2002).
Jadi appendicitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis atau peradangan yang
disebabkan oleh infeksi pada usus buntu yang terletak di perut kuadran kanan bawah
dan orang awam biasa menyebut penyakit ini sebagai radang usus buntu.
2. ETIOLOGI
Appendicitis merupakan infeksi bakteri. Menurut Sjamsuhidayat (2004), yang
berperan sebagai penyebab appendiksitis adalah:
a. Obstruksi lumen apendiks
b. Kebiasaaan makan-makanan rendah serat
c. Pengaruh konstipasi
d. Erosi mukosa apendiks
3. PATOFISIOLOGI
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan obstruksi lumen
appendiks oleh hyperplasia folikel, limfoid, fekalit ( suatu masa seperti batu yang
berbentuk feses ), struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan sehingga makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan
intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium setempat
sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.Jika aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang diikuti dengan kematian jaringan sehingga terjadi gangren. Stadium
ini disebut dengan appendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu dipecah, akan terjadi appendisitis
perforasi.Jika semua proses diatas berjalan lambat, momentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat appendikularis. Peradangan appendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang.Karena momentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada
orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Arief
Mansjoer, 2002).
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sjamsuhidayat (2004) dan Mansjoer (2002) pasien dengan appendicitis akan
ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai oleh demam ringan
b. Mual, muntah
c. Hilangnya nafsu makan
d. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan
e. Nyeri tekan lepas
f. Konstipasi
5. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsuhidayat (2004) dan Mansjoer (2002) penatalaksanaan pada pasien
appendicitis adalah sebagai berikut:
a. Non bedah
1) Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali perhari)
2) Tinggikan kepala tidur 6-8 inci untuk mencegah refluk nonturnal
3) Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses pasase
makanan
4) Hindari makanan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk mencegah
masalah refluks nonturnal
b. Pembedahan
1) Apendiktomi
2) Apendik dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotic
c. Sebelum operasi
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin
3) Rehidrasi
4) Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer
diberikan setelah rehidrasi tercapai
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi
d. Pasca operasi
1) Observasi TTV pasien
2) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan
3) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
4) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak
5) Pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2×30 menit
6) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
7) Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang
6. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian fokus
1) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status perkawinan, suku
bangsa, nomor register, diagnosa medis tentang penyakit yang diderita
serta alamat klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan: Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
3) Riwayatkesehatansekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan apa yang memperberat dan memperingan
4) Riwayatkesehatandahulu
Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: tampak lemah, kesakitan, tampak sesak
b) Tingkat kesadaran: composmentis, somnolen, spoor
c) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi, RR
d) Head to toe
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaancolokdubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan
letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat
dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan
apendiks yang meradang di daerah pelvis. Pemeriksaan ini
merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.
b) Laboratorium
terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.
c) Radiologi
1. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya
pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir dan untuk mengetahui adanya komplikasi
pasca pembedahan
2. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi
dari apendiks
3. Pemeriksaan CT scan pada abdomenuntuk mendekteksi
apendisitis dan adanya kemungkinan perforasi
2. Pathways keperawatan
(terlampir)
3. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pascaoperasi, status hipermetabolik, inflamasi peritonium
dengan cairan asing
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi,
adanya insisi bedah
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perforasi/ rupture pada
apendiks, peritonitis pembentukan abses, adanya insisi bedah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi
INTERVENSI RASIONAL
a Mengkaji mobilitas fisik pra a. Evaluasi koordinasi dan kekuatan otot
operasi
b Memulai perpindahan dari b. Ambulasi segera mungkin setelah
tempat tidur ke kursi pembedahan
c Mendorong pasien c. Membantu ambulasi sesegera
melakukan pergerakan mungkin
d Mengevaluasi dan d. Faktor-faktor yang membatasi
memperbaiki factor-faktor mobilitas fisik sangat mempengaruhi
yang membatasi mobilitas dalam kesembuhan
fisik
BAB II : RESUME ASKEP
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : An.G
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Status perkawinan : belum menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : pelajar
Tanggal masuk : 4 Februari 2015
No. Regester : 31.30.82
Diagnosa medis : post op laparatomy apendiktomi
2. Penanggung jawab
Nama : Ny.I
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan pasien : ibu
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Mengeluh nyeri di perut bagian kanan bawah
2. Riwayat penyakit sekarang
Sebelum operasi, klien datang ke RSUD kota semarang dengan keluhan nyeri
di perut bagian kanan bawah, keluhan sudah sejak 1 tahun yang lalu tetapi
nyeri semakin bertambah, nyeri di rasa saat beraktivitas klien mengaku
merasa mual dan muntah
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah di rawat dirumah sakit dengan
diagnosa medis DHF saat usia 3,5 tahun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menural atau
menurun.
D. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : tampak menahan sakit
2. Tingkat kesadaran : composmentis E4 V5 M6.
3. Tanda-tanda vital tanggal 5 Februari 2015
Tekanan darah : -
Suhu tubuh : 36,5 C
Nadi : 88 X /kali
RR : 20 X/kali
4. Pengukuran antropometri:
TB : 150 cm
BB : 55 cm
Lingkar lengan: 40 cm
5. Kepala : bentuk mesocepal, tidak ada luka
a. Rambut : warna hitam, volume tebal, sedikit ikal
b. Mata : tidak ada alat bantu, tidak ada secret, sclera ikterik,
kemampuan pengelihatan baik
c. Hidung : bersih, bebas dari secret, tidak menggunakan alat bantu
nafas, tidak ada polip
d. Telinga : pendengaran baik, tidak ada nyeri telinga, tidak ada
pembengkakan
e. Mulut : keadaan selaput mukosa lembab warna merah, gigi
berkerak, bibir agak hitam, bibir lembab
6. Dada dan thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi diding dada
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak
Perkusi : pekak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara jantung S1 lub S2 dub
7. Abdomen
Inspeksi : simetris, ada luka post operasi laparatomi apendiktomi
Auskultasi : bising usus 8 x/ menit
Perkusi : tympani
Palpasi : ada nyeri tekan di abdomen kanan bawah
8. Genital : tidak terpasang DC
9. Ekstermitas :
Atas : kuku bersih, akral hangat, capillary reffil <2 detik, terpasang selang
infus di tangan sebelah kiri
Bawah: kuku bersih, akral hangat, capillary reffil <2 detik
10. Kulit :kulit bersih warna coklat , lembab, tidak ada edema
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboraterium 4 Februari 2015
a. Hematologi
Hemoglobin 12,6 g/ dL
Hematokrit 39,20 %
Leukosit 14,6/ uL
Trombosit 479 ribu/ uL
b. Kimia klinik
Ureum 18,5 mg/ dL
Creatinine 0,7 mg/ dL
SGOT 55 mg/ dL
SGPT 66 mg/ dL
Natrium 140,0 mg/ dL
Kalium 3,90 mg/ dL
Calcium 1,16 mg/ dL
c. Imunologi
HBsAg negative
F. PENGELOMPOKAN DATA
DO:
DO:
G. ANALISA DATA
DATA (DS dan DO) MASALAH ETIOLOGI
DO:
Klien terlihat
lemah
Klien bedres
selama 1x24 jam
karena efek
anastesi
DS: Kurang pengetahuan kurangnya paparan
informasi
Ibu klien
mengatakan tidak
tahu akan penyakit
yang diderita dan
operasi apa yang
telah dijalani
Ibu klien
mengatakan tidak
tahu tentang
perawatan setelah
operasi
DO:
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (insisi bedah)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan denganefek anastesi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
I. PERENCANAAN
NO TANGGAL TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. 5 Februari Tujuan : setelah dilakukan a) Observasi TTV Untuk mengetahui
2015 tindakan keperawatan intervensi
selama 2x24 jam selanjutnya
diharapkan nyeri
berkurang Mengetahui
b) Kaji skala keadaan umum
Kriteria hasil: nyeri
a. Klien dapat klien
mengontrol nyeri
b. Klien mengatakan
nyeri berkurang 4 Memberikan
c) Ciptakan kenyamanan dan
ke 1
suasana ketenangan pada
lingkungan klien
yang nyaman
c) Ajarkan Untuk
mobilisasi mempermudah
bertahap proses
penyembuhan
J. TINDAKAN KEPERAWATAN
K. CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal Evaluasi TTD
Diagnosa
1. 5 Februari S: pasien mengatakan nyeri perut
2015 bagian kanan bawah, luka post op
mulai berkurang
O:
P: luka post op
Q: nyeri cekit-cekit
R: perut bagian kanan bawah
S: skala 4
T: hilang timbul dan timbul saat
bergerak dan tertawa
N:88X/menit,RR:20X/menit, S:36,5
Pasien tampak meluruskan kakinya
untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Ajarkan teknik relaksasi lain dan
lanjutkan intervensi
Pada bab ini akan diuraikan dalam memberikan analisa dan argumentasi mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan sistem pencernaan apendiksitis pada An. G. Di ruang
Prabu Kresna RSUD Kota Semarang mulai tanggal 4-6 Februari 2015, yang akan
dibandingkan dengan teori dalam pembahasa terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Setelah dilakuakan pengkajian hasil pasien tampak menahan sakit, tingkat
kesadaran composmentis, nadi 88 kali/menit, respiratory rate 20kali/menit, suhu
36,5 C, tampak balutan luka operasi di perut bagian kanan bawah, klien
mengeluh nyeri di luka jahitan bekas operasi pada perut bagian kanan bawah,
nyeri yang dirasa cekit-cekit dirasa hilang timbul dan bertambah nyeri saat
bergerak dan tertawa,skala nyeri 4, klien mengeluh kaki tidak bisa digerakkan
setelah dilakukan tindakan operasi dan ibu klien mengatakan aktifitas pasien
sehari-hari masih dibantu, ibu pasien selalu bertanya tentang penyakit yang
diderita anaknya dan menanyakan cara perawatan setelah tindakan operasi yang
dilakukan pada anaknya.
d. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa
pasien sudah dapat berjalan ke kamar mandi, keluar kamartetapi
masih dengan bantuan
3. Kurang pengetahuan
a. Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan ditetapkan karena pada
saat pengkajian didapatkan data fokus:
DS:
1) Ibu klien mengatakan tidak tahu akan penyakit yang diderita
anakanya dan apa yang telah dijalani anaknya
2) Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang perawatan setelah
operasi
DO:
1) Ibu lkien tampak bertanya-tanya kepada perawat tentang
penyakit anaknya
2) Ibu tampak cemas setelah anaknya dioperasi
A. KESIMPULAN
Setelah dilakuakan pengkajian hasil pasien tampak menahan sakit, tingkat
kesadaran composmentis, nadi 87 kali/menit, respiratory rate 20kali/menit,
suhu 36,5 C, tampak balutan luka operasi di perut bagian kanan bawah, klien
mengeluh nyeri di luka jahitan bekas operasi, nyeri yang dirasa cekit-cekit
dirasa hilang timbul dan bertambah nyeri saat bergerak dan tertawa, pada perut
bagian kanan bawah,skala nyeri 4, klien mengeluh kaki tidak bisa digerakkan
setelah dilakukan tindakan operasi dan ibu klien mengatakan aktifitas pasien
sehari-hari masih dibantu, ibu pasien selalu bertanya tentang penyakit yang
diderita anaknya dan menanyakan cara perawatan setelah tindakan operasi
yang dilakukan pada anaknya.
Dari evaluasi yang dilakukan didapatkan hasil klien sudah tampak rileks,
tingkat kesadaran composmentis, nadi 88x /menit respiratori rate 20x/menit,
suhu 36,5 C, nyeri yang dirasa sudah berkurang sekala nyeri 3, klien tampak
sudah bias melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, ibu pasien sudah
memahami tentang penyakit yang diderita anaknya dan mengerti perawatan
setelah tindakan operasi yang dilakukan pada anaknya.
B. SARAN
1) Perawat
Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama perawat
dengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan
kondisi pasien ke arah lebih baik.
2) Mahasiswa
Sebelum ke lahan praktek hendaknya lebih memahami konsep kasus yang
terjadi di lapangan sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi kasus dan
mengelola pasien berdasarkan konsep keperawatan.
3) Rumah Sakit
Rumah sakit sebaiknya memberikan atau menyediakan fasilitas alat-alat
pelaksanaan tindakan keperawatan yang lebih baik dan lebih lengkap.
Selain itu juga Rumah Sakit bisa memberikan pelayanan yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Smeltzer, B. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC.