Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

PADA KLIEN AN. G DENGAN POST OP LAPARATOMI APENDIKTOMI

DI RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

KELOMPOK VII

1. OKDHA SUSANTI ( G2A011038 )


2. PIPIT RUSITA ( G2A011039 )
3. RAHMA GIKA ( G2A011041)
4. RIKA SEPTIANA (G2A011042)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SEMARANG

TAHUN 2015
BAB I: KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
Appendicitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis (Arif Muttaqin, 2011).
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis atau peradangan infeksi
pada usus buntu (apendiks) yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer,
2002).
Jadi appendicitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis atau peradangan yang
disebabkan oleh infeksi pada usus buntu yang terletak di perut kuadran kanan bawah
dan orang awam biasa menyebut penyakit ini sebagai radang usus buntu.

2. ETIOLOGI
Appendicitis merupakan infeksi bakteri. Menurut Sjamsuhidayat (2004), yang
berperan sebagai penyebab appendiksitis adalah:
a. Obstruksi lumen apendiks
b. Kebiasaaan makan-makanan rendah serat
c. Pengaruh konstipasi
d. Erosi mukosa apendiks

3. PATOFISIOLOGI
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan obstruksi lumen
appendiks oleh hyperplasia folikel, limfoid, fekalit ( suatu masa seperti batu yang
berbentuk feses ), struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan sehingga makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan
intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium setempat
sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.Jika aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang diikuti dengan kematian jaringan sehingga terjadi gangren. Stadium
ini disebut dengan appendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu dipecah, akan terjadi appendisitis
perforasi.Jika semua proses diatas berjalan lambat, momentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat appendikularis. Peradangan appendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang.Karena momentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada
orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Arief
Mansjoer, 2002).

4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sjamsuhidayat (2004) dan Mansjoer (2002) pasien dengan appendicitis akan
ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai oleh demam ringan
b. Mual, muntah
c. Hilangnya nafsu makan
d. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan
e. Nyeri tekan lepas
f. Konstipasi

5. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsuhidayat (2004) dan Mansjoer (2002) penatalaksanaan pada pasien
appendicitis adalah sebagai berikut:
a. Non bedah
1) Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali perhari)
2) Tinggikan kepala tidur 6-8 inci untuk mencegah refluk nonturnal
3) Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses pasase
makanan
4) Hindari makanan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk mencegah
masalah refluks nonturnal
b. Pembedahan
1) Apendiktomi
2) Apendik dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotic
c. Sebelum operasi
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin
3) Rehidrasi
4) Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer
diberikan setelah rehidrasi tercapai
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi
d. Pasca operasi
1) Observasi TTV pasien
2) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan
3) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
4) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak
5) Pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2×30 menit
6) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
7) Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang

6. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian fokus
1) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status perkawinan, suku
bangsa, nomor register, diagnosa medis tentang penyakit yang diderita
serta alamat klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan: Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
3) Riwayatkesehatansekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan apa yang memperberat dan memperingan
4) Riwayatkesehatandahulu
Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: tampak lemah, kesakitan, tampak sesak
b) Tingkat kesadaran: composmentis, somnolen, spoor
c) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi, RR
d) Head to toe
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaancolokdubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan
letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat
dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan
apendiks yang meradang di daerah pelvis. Pemeriksaan ini
merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.
b) Laboratorium
terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.
c) Radiologi
1. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya
pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir dan untuk mengetahui adanya komplikasi
pasca pembedahan
2. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi
dari apendiks
3. Pemeriksaan CT scan pada abdomenuntuk mendekteksi
apendisitis dan adanya kemungkinan perforasi
2. Pathways keperawatan
(terlampir)

3. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pascaoperasi, status hipermetabolik, inflamasi peritonium
dengan cairan asing
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi,
adanya insisi bedah
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perforasi/ rupture pada
apendiks, peritonitis pembentukan abses, adanya insisi bedah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi

4. Fokus intervensi dan rasional


1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pascaoperasi, status hipermetabolik, inflamasi peritonium
dengan cairan asing
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit menjadi kuat.
Kriteria Hasil:
a. Kelembaban membran mukosa dan turgor kulit baik
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c. Tanda vital stabil
INTERVENSI RASIONAL

a. Awasi TD dan nadi a. Tanda yang membantu


mengidentifikasi fluktuasi volume
intravaskuler
b. Lihat membran mukosa; kaji turgor b. Indikator keadekuatan sirkulasi
kulit dan pengisian kapiler perifer dan hidrasi seluler.
c. Auskultasi bising usus. Catat c. Indikator kembalinya peristaltik,
kelancaran flatus, gerakan usus kesiapan untuk pemasukkan oral.
d. Berikan sejumlah kecil minuman d. Menurunkan iritasi gaster/ muntah
jernih bila pemasukkan peroral untuk meminimalkan kehilangan
dimulai, dan lanjutkan dengan diet cairan.
sesuai toleransi
e. Berikan perawatan mulut sering e. Dehidrasi mengakibatkan bibir
dengan perhatian khusus pada dan mulut kering dan pecah- pecah
perlindungan bibir
f. Berikan cairan IV dan elektrolit. f. Mencegah terjadinya dehidrasi dan
keseimbangan

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi,


adanya insisi bedah
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
nyeri terkontrol atau hilang
Kriteria Hasil:
a. Nyeri hilang
b. Pasien tampak rileks
c. Pasien dapat tidur/ istirahat
INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji nyeri, cacat lokasi, karakteristik, a. Berguna dalam pengawasan


beratnya (skala 0-10) keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan. Perubahan pada
karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/ peritonitis

b. Pertahankan istirahat dengan posisi b. Menghilangkan tegangan


semi fowler abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang
c. Ajarkan teknik relaksasi c. Meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan
koping
d. Kolaborasi pemberian analgetik d. Menghilangkan dan mengurangi
nyeri

3. Resikotinggi infeksi berhubungan dengan perforasi/ ruptur pada


apendiks, peritonitis pembentukan abses, adanya insisi bedah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
infeksi berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar
b. Bebas tanda infeksi/ inflamasi
c. Drainase purulen
d. Eritema dan demam
INTERVENSI RASIONAL

a. Awasi tanda vital. Perhatikan a. Dugaan adanya infeksi/


demam, menggigil, berkeringat, terjadinya sepsis, abses,
perubahan mental, meningkatnya peritonitis.
nyeri abdomen
b. Lihat insisi dan balutan. Catat b. Memberikan deteksi dini
karakteristik drainase luka/ drein terjadinya proses infeksi, dan/
(bila dimasukkan), adanya eritema atau pengawasan penyembuhan
peritonitis yang telah ada
sebelumnya.
c. Lakukan pencucian tangan yang baik c. Menurunkan resiko penyebaran
dan perawatan luka aseptik. Berikan infeksi
perawatan paripurna

d. Bantu irigasi dan drainase bila d. Dapat diperlukan untuk


diindikasikan mengalirkan isi abses terlokalisir.

e. Berikan antibiotic sesuai indikasi e. Menurunkan jumlah


mikroorganisme (pada infeksi
yang telahada sebelumnya)

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24
diharapkan pengetahuan bertambah
Kriteria hasil:
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan
berpartisipasi dalam program pengobatan
INTERVENSI RASIONAL

a Kaji pengetahuan pasien a Mengetahui tingkat pengetahuan


pasien
b Beri penjelasan dengan b Meningkatkan pengetahuan pasien
bahasayang dimengerti pasien
c Untuk menjelaskan pada pasien c Mempermudah dalam melakukan
pendidikan kesehatan
d Libatkan keluarga dalam d Meningkatkan kemampuan
melakukan penjelasan keluarga dan upaya motivasi pasien

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 pasien
mampu melakukan mobilitas secara mandiri
Kriteria Hasil :
a. Pasien kembali ke mobilitas fisik pra operasi
b. Dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

INTERVENSI RASIONAL
a Mengkaji mobilitas fisik pra a. Evaluasi koordinasi dan kekuatan otot
operasi
b Memulai perpindahan dari b. Ambulasi segera mungkin setelah
tempat tidur ke kursi pembedahan
c Mendorong pasien c. Membantu ambulasi sesegera
melakukan pergerakan mungkin
d Mengevaluasi dan d. Faktor-faktor yang membatasi
memperbaiki factor-faktor mobilitas fisik sangat mempengaruhi
yang membatasi mobilitas dalam kesembuhan
fisik
BAB II : RESUME ASKEP

A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : An.G
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Status perkawinan : belum menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : pelajar
Tanggal masuk : 4 Februari 2015
No. Regester : 31.30.82
Diagnosa medis : post op laparatomy apendiktomi
2. Penanggung jawab
Nama : Ny.I
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan pasien : ibu

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Mengeluh nyeri di perut bagian kanan bawah
2. Riwayat penyakit sekarang
Sebelum operasi, klien datang ke RSUD kota semarang dengan keluhan nyeri
di perut bagian kanan bawah, keluhan sudah sejak 1 tahun yang lalu tetapi
nyeri semakin bertambah, nyeri di rasa saat beraktivitas klien mengaku
merasa mual dan muntah
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah di rawat dirumah sakit dengan
diagnosa medis DHF saat usia 3,5 tahun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menural atau
menurun.

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menurut keluarga, pasien belum pernah memiliki penyakit yang serius dan
dirawat di rumah sakit. Walaupun pasien sakit keluarga akan memeriksakan
ke dokter atau klinik
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Sebelum sakit
makan 3x/hari porsi anak sedang, susah untuk mengkonsumsi
sayuran. Minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing/hari.
b. Saat sakit
makan 2x/hari porsi sedikit, harus dipaksa saat di berikan lauk
sayuran. Minum kurang lebih 3-4 gelas belimbing/hari
3. Pola eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit pola BAB dan BAK
tidak ada gangguan . BAB 2 kali dalam sehari, feses berwarna kuning dan
lunak. BAK 4-6 kali
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Sebelum sakit
saat sakit anak G bermain dan bersekolah bersama teman-teman
sebayanya
b. Saat sakit
saat sakit anak G hanya bisa berbaring di tempat tidur
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit dan saat sakit: pasien mengatakan tidak ada gangguan, ana G
tidur selama7-8 jam
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
P : luka post operasi laparatomi apendiktomi
Q : nyeri dirasakan cekit-cekit
R : perut kanan bagian bawah
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul bertambah jika beraktifitas
7. Pola hubungan dengan orang lain
hubungan dengan orang tua, saudara dan orang lain baik.
8. Pola reproduksi dan seksual
Anak G berjenis kelamin perempuan berusia 10 tahun
9. Persepsi diri dan konsep diri
Anak G koperatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh
perawat dan dokter.
10. Pola mekanisme koping
Klien berpenampilan baik, orang tua pasien memberikan kebebasan tehadap
anaknya untuk bermain bersama teman-temannya.
11. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan
Klien mengatakan beragama islam. Orang tua klien juga tidak ada nilai-nilai
atau kebudayaan yang bertentangan.

D. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : tampak menahan sakit
2. Tingkat kesadaran : composmentis E4 V5 M6.
3. Tanda-tanda vital tanggal 5 Februari 2015
Tekanan darah : -
Suhu tubuh : 36,5 C
Nadi : 88 X /kali
RR : 20 X/kali
4. Pengukuran antropometri:
TB : 150 cm
BB : 55 cm
Lingkar lengan: 40 cm
5. Kepala : bentuk mesocepal, tidak ada luka
a. Rambut : warna hitam, volume tebal, sedikit ikal
b. Mata : tidak ada alat bantu, tidak ada secret, sclera ikterik,
kemampuan pengelihatan baik
c. Hidung : bersih, bebas dari secret, tidak menggunakan alat bantu
nafas, tidak ada polip
d. Telinga : pendengaran baik, tidak ada nyeri telinga, tidak ada
pembengkakan
e. Mulut : keadaan selaput mukosa lembab warna merah, gigi
berkerak, bibir agak hitam, bibir lembab
6. Dada dan thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi diding dada
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak
Perkusi : pekak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara jantung S1 lub S2 dub
7. Abdomen
Inspeksi : simetris, ada luka post operasi laparatomi apendiktomi
Auskultasi : bising usus 8 x/ menit
Perkusi : tympani
Palpasi : ada nyeri tekan di abdomen kanan bawah
8. Genital : tidak terpasang DC
9. Ekstermitas :
Atas : kuku bersih, akral hangat, capillary reffil <2 detik, terpasang selang
infus di tangan sebelah kiri
Bawah: kuku bersih, akral hangat, capillary reffil <2 detik
10. Kulit :kulit bersih warna coklat , lembab, tidak ada edema

E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboraterium 4 Februari 2015
a. Hematologi
Hemoglobin 12,6 g/ dL
Hematokrit 39,20 %
Leukosit 14,6/ uL
Trombosit 479 ribu/ uL
b. Kimia klinik
Ureum 18,5 mg/ dL
Creatinine 0,7 mg/ dL
SGOT 55 mg/ dL
SGPT 66 mg/ dL
Natrium 140,0 mg/ dL
Kalium 3,90 mg/ dL
Calcium 1,16 mg/ dL

c. Imunologi
HBsAg negative

2. Pemeriksaan USG 29 Januari 2015


Tak tampak kelainan di organ intra abdomen diatas secara sonografi

F. PENGELOMPOKAN DATA

No Tanggal DATA (DS dan DO) TTD

1. 5 Februari 2015 DS:

 Klien mengatakan nyeri diluka


jahitan bekas operasi
DO:
 P : luka post op
Q : nyeri cekit-cekit
R: perut bagian kanan bawah
S: skala 5
T: hilang timbul pada saat
bergerak dan tertawa
 N:88x/menit , RR:20x/menit,
S:36,5C
2. 5 Februari 2015 DS:

 Ibu mengatakan aktivitas dibantu


keluarga
 Klien mengatakan kaki tidak bisa
digerakkan dan tidak terasa

DO:

 Klien terlihat lemah


 Klien bedres selama 1x24 jam
karena efek anastesi

3. 5 Februari 2015 DS:

 Ibu klien mengatakan tidak tahu


akan penyakit yang diderita
anaknya dan operasi apa yang
telah dijalani anaknya
 Ibu klien mengatakan tidak tahu
tentang perawatan setelah operasi

DO:

 Ibu klien tampak bertanya-tanya


tentang penyakit anaknya
 Ibu klien tampak cemas setelah
anaknya dioperasi

G. ANALISA DATA
DATA (DS dan DO) MASALAH ETIOLOGI

DS: Nyeri akut Agen cidera fisik(insisi


bedah)
 Klien mengatakan
nyeri diluka
jahitan bekas
operasi
DO:
 P: luka post op
Q:nyeri cekit-cekit
R: perut bagian
kanan bawah
S: skala 5
T: hilang timbul
pada saat bergerak
dan tertawa
 N:88x/menit,
RR:20x/menit,
S:36,5 C
DS: Hambatan mobilitas fisik efek anastesi
 Ibu mengatakan
aktivitas dibantu
keluarga
 Klien mengatakan
kaki tidak bisa
digerakkan dan
tidak terasa

DO:
 Klien terlihat
lemah
 Klien bedres
selama 1x24 jam
karena efek
anastesi
DS: Kurang pengetahuan kurangnya paparan
informasi
 Ibu klien
mengatakan tidak
tahu akan penyakit
yang diderita dan
operasi apa yang
telah dijalani
 Ibu klien
mengatakan tidak
tahu tentang
perawatan setelah
operasi

DO:

 Ibu klien tampak


bertanya-tanya
tentang penyakit
anaknya
 Ibu klien tampak
cemas setelah
anaknya dioperasi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (insisi bedah)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan denganefek anastesi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
I. PERENCANAAN
NO TANGGAL TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. 5 Februari Tujuan : setelah dilakukan a) Observasi TTV Untuk mengetahui
2015 tindakan keperawatan intervensi
selama 2x24 jam selanjutnya
diharapkan nyeri
berkurang Mengetahui
b) Kaji skala keadaan umum
Kriteria hasil: nyeri
a. Klien dapat klien
mengontrol nyeri
b. Klien mengatakan
nyeri berkurang 4 Memberikan
c) Ciptakan kenyamanan dan
ke 1
suasana ketenangan pada
lingkungan klien
yang nyaman

d) Ajarkan teknik Tindakan dapat


relaksasi nafas mengurangi
dalam ketegangan otot dan
membantu
memfokuskan pada
subjek nyeri
e) Kolaborasi Analgetik dapat
pemberian mengurangi nyeri
analgetik
2. 5 Februari Tujuan : setelah dilakukan a) Observasi Mencegah resiko
2015 tindakan keperawatan kemampuan jatuh pada pasien
selama 2x 24 jam pasien dalam
diharapkan hambatan melakukan
mobilitas fisik klien mobilisasi
teratasi
Kriteria hasil: b) Jelaskan Untuk memotivasi
a. Melakukan pentingnya klien untuk mau
aktivitas sehari- mobilisasi melakukan
hari secara mandiri pasien mobilisasi yang
b. Klien mampu akan mempercepat
berpindah tempat proses
secara mandiri penyembuhan

c) Ajarkan Untuk
mobilisasi mempermudah
bertahap proses
penyembuhan

d) Libatkan Peran keluarga


keluarga dalam sangat membantu
membantu tugas perawat
memenuhi sebagai motivator
kebutuhan klien
pasien

3. 5 Februari Tujuan : setelah dilakukan a) Kaji Mengetahui tingkat


2015 tindakan keperawatan pengetahuan pengetahuan pasien
2x24 jam pasien tampak pasien
mengerti tentang penyakit
yang diderita. b) Berikan Mengningkatkan
Kriteria hasil : penjelasan pengetahuan pasien
a. Ibu dapat dengan bahasa dan keluarga
menyebutkan tanda yang mudah mengerti apa yang
dan gejala dan dimengerti telah dijelaskan
penyebab dan apa pasien dan
yang harus keluarga
dilakukan setelah
dilakukan operasi c) Libatkan Meningkatkan
keluarga dalam kemampuan
melakukan keluarga dan untuk
penjelasan memotivasi pasien

J. TINDAKAN KEPERAWATAN

No Tanggal Tindakan Respon pasien TTD


Diagnosa
1. 5 Februari a. Observasi S : pasien mengatakan nyeri
2015 TTV dibagian kanan bawah
O:N:88
kali/menit,RR:20kali/menit,
S:36,5 C
b. Kajiskalanyeri
S:pasien mengatakn nyeri
bagian kanan bawah
O:
P: luka post op
Q: nyeri cekit cekit
R:perut bagian kanan bawah
S:skala 4
T:hilang timbul saat bergerak
c. Ciptakan dan tertawa
suasana
lingkungan S:pasien sudah nyaman dengan
yang nyaman lingkungan sekitar
O:pasien tampak tenang
d. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam S:pasien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
O:pasien tampak tenang dan
e. Kolaborasi rileks,skala nyeri 4
pemberian
analgetik S:pasien mengatkan nyeri
sedikit berkurang
O:pasien tampak tenang
2 5 Februari a. Observasi S:pasien mengatakan sudah
2015 kemampuan bisa dudukwalaupun dibantu
pasien dalam O:pasien tampak duduk
melakukan dikasurdengan bantuan
mobilisasi keluarga

b. Jelaskan S:pasien mengerti yang


pentingnya dijelaskan perawat
mobilisasi O: pasien tampak memiringkan
pasien badannya

c. Ajarkan S:pasien ingin belajar duduk


mobilisasi O:pasien tampak berlatih
bertahap duduk bantuan keluarga

d. Libatkan S:keluarga paham yang


keluarga dalam dijelaskan perawat
membantu O:membantu pasien duduk dan
memenuhi makan
kebutuhan
pasien
3 5 Februari d) Kaji S: Ibu pasien mengatakan
2015 pengetahuan belum tahu tentang penyakit
pasien anaknya dan penanganan
setelah operasi
O: ibu tampak binggung, dan
bertanya kepada perawat

e) Berikan S: ibu pasien mengatakan


penjelasan paham atas penjelasan yang
dengan bahasa diberikan
yang mudah O: ibu pasien tampak tenang
dan dimengerti dan mampu menjelaskan
pasien dan tentang penyakitnya tanda dan
keluarga gejala dan apa yang dilakukan
setelah melakukan operasi

f) Libatkan S: keluarga memahami apa


keluarga dalam yang disampaikan
melakukan O: keluarga mampu
penjelasan menjelaskan penyakit yang
diderita pasien dan perawatan
setelah operasi
1 6 Februari a. Observasi S : pasien mengatakan nyeri
2015 TTV berkurang
O:
N : 87x/menit, RR:20x/menit,
S:36,5

b. Kaji skala S:pasien mengatakan nyeri


nyeri masih terasa saat bergerak.
O:
P: luka post op
Q: nyeri cekit-cekit
R:perut bagian kanan bawah
S: skala 3
T: hilang timbul

c. Ciptakan S: pasien mengatakan sudah


suasanalingkun nyaman dengan lingkungan
gan yang sekitar.
nyaman O:pasien tampak tenang dan
rileks
d. Kolaborasi
S:pasien mengatakan nyeri
pemberian
sedikit berkurang
analgetik
O: pasien tampak rileks dan
tenang

2 6 Februari a. Observasi S: pasien mengatakan sudah


2015 kemampuan dapat untuk berjalan ke kamar
pasien dalam mandi
melakukan O: pasien tampak masih
mobilisasi dibantu

b. Ajarkan S: pasien mengatakan sudah


mobilisasi berani turun dari tempat tidur
bertahap O: pasien tampak melakukan
aktivitas seperti biasa

3 6 Februari a. Kaji S: Ibu pasien mengatakan


2015 pengetahuan sudah mengetahui tentang
pasien penyakit anaknya dan
penanganan setelah operasi
O: ibu pasien tampak tenang
b. Berikan S: ibu pasien mengatakan
penjelasan mengerti atas penjelasan yang
dengan bahasa diberikan
yang mudah O: ibu pasien tampak tenang
dan dimengerti dan mampu menjelaskan
pasien dan tentang penyakitnya tanda dan
keluarga gejala dan apa yang dilakukan
setelah melakukan operasi

c. Libatkan S: keluarga memahami apa


keluarga dalam yang disampaikan
melakukan O: keluarga mampu
penjelasan menjelaskan penyakit yang
diderita pasien dan perawatan
setelah operasi

K. CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal Evaluasi TTD
Diagnosa
1. 5 Februari S: pasien mengatakan nyeri perut
2015 bagian kanan bawah, luka post op
mulai berkurang
O:
P: luka post op
Q: nyeri cekit-cekit
R: perut bagian kanan bawah
S: skala 4
T: hilang timbul dan timbul saat
bergerak dan tertawa
N:88X/menit,RR:20X/menit, S:36,5
Pasien tampak meluruskan kakinya
untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Ajarkan teknik relaksasi lain dan
lanjutkan intervensi

2. 5 Februari S: pasien mengatakan sudah dapat


2015 duduk walaupun dibantu
O: pasien tampak dibantu keluarga
untuk duduk
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjut intervensi

3. 5 Februari S: ibu pasien mengatakan sudah


2015 mengetahui penyakit anaknya tetapi
belum mengerti perawatan setelah
operasi
O: ibu tampak kawatir
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

1 6 Februari S: pasien mengatakan nyeri


2015 berkurang
O:
P : lika post op
Q: nyeri cekit-cekit
R: perut bagian kanan bawah
S: skala 3
T: hilang timbul saat bergerak dan
tertawa
N : 87x/menit, RR:20x/menit, S:36,5
Pasien tampak meluruskan kakinya
dan tampak rileks
A: masalah teratasi sebagian
P : ajarkan relaksasi lain, kolaborasi
pemberian obat

2 6 Februari S : ibu mengatakan pasien sudah


2015 bisa berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan
O : pasien tampak pergi ke kamar
mandi dibantu ibunya
A : masalah teratasi sebagian
P : berikan penjelasan dan motivasi
pasien untuk berjalan

3 6 Februari S: ibu pasien menjelaskan kembali


2015 materi yang sudah dijelaskan
O: ibu pasien tampak tenang
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan dalam memberikan analisa dan argumentasi mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan sistem pencernaan apendiksitis pada An. G. Di ruang
Prabu Kresna RSUD Kota Semarang mulai tanggal 4-6 Februari 2015, yang akan
dibandingkan dengan teori dalam pembahasa terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Setelah dilakuakan pengkajian hasil pasien tampak menahan sakit, tingkat
kesadaran composmentis, nadi 88 kali/menit, respiratory rate 20kali/menit, suhu
36,5 C, tampak balutan luka operasi di perut bagian kanan bawah, klien
mengeluh nyeri di luka jahitan bekas operasi pada perut bagian kanan bawah,
nyeri yang dirasa cekit-cekit dirasa hilang timbul dan bertambah nyeri saat
bergerak dan tertawa,skala nyeri 4, klien mengeluh kaki tidak bisa digerakkan
setelah dilakukan tindakan operasi dan ibu klien mengatakan aktifitas pasien
sehari-hari masih dibantu, ibu pasien selalu bertanya tentang penyakit yang
diderita anaknya dan menanyakan cara perawatan setelah tindakan operasi yang
dilakukan pada anaknya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Nyeri akut
a. Diagnosa nyeri akut ditetapkan karena pada saat pengkajian
didapatkan data fokus:
DS: klien mengatakan nyeri diluka jahitan bekas operasi
DO:
P: luka post operasi laparatomi apendiktomi
Q: nyeri dirasakan cekit-cekit
R: perut kanan bagian bawah
S: skala 5
T: nyeri hilang timbul bertambah jika beraktifitas
Nadi 88 kali/menit, respiratory rate 20 kali/menit, suhu 36,5 C
b. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah memantau tanda-tanda
vital pasien, menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, ajarkan
teknik relaksasi, mengkaji skala nyeri dan kolaborasi pemberian
analgetik, tindakan tersebut bertujuan supaya nyeri yang dirasakan
pasien dapat berkurang.

c. Implementasi yang dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital


pasien, menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, ajarkan
teknik relaksasi, mengkaji skala nyeri dan kolaborasi pemberian
analgetik

d. Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan didapatka hasil pasien


mengatakan nyeri berkurang skala 3, nadi 87kali/menit, respiratory
rate 20kali/ menit, suhu 36,5 C, pasien tampak rileks

2. Hambatan mobilitas fisik


a. Diagnosa hambatan mobilitas fisik ditetapkan karena pada saat
pengkajian didapatkan data fokus:
DS: ibu mengatakan aktivitas anaknya masih dibantu, klien
mengatakan kaki tidak bisa digerakkan dan tidak terasa setelah
tindakan operasi
DO: klien tampak lemah, berbaring ditempat tidur selama 1x24 jam
karena efek anestesi

b. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah mengobservasi


kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi, menjelaskan
penting mobilisasi pasien, mengajarkan mobilisasi bertahap,
melibatkan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien,
tindakan tersebut bertujuan supayahambatan mobilitas fisik klien
teratasi.

c. Implementasi yang dilakukan adalah mengobservasi kemampuan


pasien dalam melakukan mobilisasi, menjelaskan penting mobilisasi
pasien, mengajarkan mobilisasi bertahap, melibatkan keluarga dalam
membantu memenuhi kebutuhan pasien.

d. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa
pasien sudah dapat berjalan ke kamar mandi, keluar kamartetapi
masih dengan bantuan

3. Kurang pengetahuan
a. Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan ditetapkan karena pada
saat pengkajian didapatkan data fokus:
DS:
1) Ibu klien mengatakan tidak tahu akan penyakit yang diderita
anakanya dan apa yang telah dijalani anaknya
2) Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang perawatan setelah
operasi
DO:
1) Ibu lkien tampak bertanya-tanya kepada perawat tentang
penyakit anaknya
2) Ibu tampak cemas setelah anaknya dioperasi

b. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah mengkaji pengetahuan


pasien, memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah
dimengerti pasien dan keluarga, melibatkan keluarga dalam
melakukan penjelasan, tindakan tersebut dilakukan bertujuan supaya
pasien mengerti tentang penyakit yang diderita.

c. Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan pasien,


memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti
pasien dan keluarga, melibatkan keluarga dalam melakukan
penjelasan.
d. Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa
ibu pasien dapat menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan,
ibu pasien tampak tenang.
BAB IV: PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakuakan pengkajian hasil pasien tampak menahan sakit, tingkat
kesadaran composmentis, nadi 87 kali/menit, respiratory rate 20kali/menit,
suhu 36,5 C, tampak balutan luka operasi di perut bagian kanan bawah, klien
mengeluh nyeri di luka jahitan bekas operasi, nyeri yang dirasa cekit-cekit
dirasa hilang timbul dan bertambah nyeri saat bergerak dan tertawa, pada perut
bagian kanan bawah,skala nyeri 4, klien mengeluh kaki tidak bisa digerakkan
setelah dilakukan tindakan operasi dan ibu klien mengatakan aktifitas pasien
sehari-hari masih dibantu, ibu pasien selalu bertanya tentang penyakit yang
diderita anaknya dan menanyakan cara perawatan setelah tindakan operasi
yang dilakukan pada anaknya.
Dari evaluasi yang dilakukan didapatkan hasil klien sudah tampak rileks,
tingkat kesadaran composmentis, nadi 88x /menit respiratori rate 20x/menit,
suhu 36,5 C, nyeri yang dirasa sudah berkurang sekala nyeri 3, klien tampak
sudah bias melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, ibu pasien sudah
memahami tentang penyakit yang diderita anaknya dan mengerti perawatan
setelah tindakan operasi yang dilakukan pada anaknya.

B. SARAN
1) Perawat
Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama perawat
dengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan
kondisi pasien ke arah lebih baik.
2) Mahasiswa
Sebelum ke lahan praktek hendaknya lebih memahami konsep kasus yang
terjadi di lapangan sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi kasus dan
mengelola pasien berdasarkan konsep keperawatan.
3) Rumah Sakit
Rumah sakit sebaiknya memberikan atau menyediakan fasilitas alat-alat
pelaksanaan tindakan keperawatan yang lebih baik dan lebih lengkap.
Selain itu juga Rumah Sakit bisa memberikan pelayanan yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Muttaqin, Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Sjamsuhidayat, R. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, B. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai