Disusun oleh:
Kelompok 3
I. Teori Dasar
1.1. Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan
dalam sistem dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi
(emulgator). Fase cairan terdispersi disebut fase dalam, sedangkan fase cairan
pembawanya disebut fase luar (Aulton, 1988).
1.2. Jenis Emulsi
Berdasarkan jenisnya, emulsidibagi dalam 2 golongan, yaitu(Aulton, 1988):
Emulsi jenis m/a
Emulsi yang terbentuk jika fase dalam berupa minyak dan fase luarnya air,
disebut emulsi minyak dalam air (m/a).
Emulsi jenis a/m
Emulsi yang terbentuk jika fase dalamnya air dan fase luar berupa minyak,
disebut emulsi air dalam minyak (a/m)
1.3. Pembuatan Emulsi
Metode Pembuatan Emulsi dapat dibuat dengan metode-metode dibawah ini:
Metode Gom Kering (metode kontinental /metode 4:2:1)
Metode ini khusus untuk emulsidengan zat pengemulsi gom kering.Basis
emulsi (corpus emuls) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian
gom, lalu sisa air dan bahan lain ditambahkan kemudian.Caranya, minyak dan
gom dicampur, dua bagian air kemudian ditambahkan sekaligus dan campuran
tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat serta terus-menerus hingga
terdengar bunyi“lengket”,bahan lainnya ditambahkan kemudian dengan
pengadukan (Anief, 1999).
Metode Gom Basah (metode inggris)
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dengan musilago atau gom
yang dilarutkan sebagai zat pengemulsi. Dalam metode ini digunakan proporsi
minyak, air dan gom yang sama seperti pada metode gom kering. Caranya, dibuat
musilago kental dengan sedikit air, minyak ditambahkan sedikit demi sedikit
dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, air ditambahkan lagi sedikit agar
mudah diaduk dan bilasemua minyak sudah masuk, ditambahkan air sampai
volume yang dikehendaki (Anief, 1999).
Metode Botol
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
menguap yang juga mempunyai viskositas rendah. Caranya, serbuk gom arab
dimasukkan ke dalam suatu botol kering, ditambahkan dua bagian air kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat dalam wadah tertutup. Minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus mengocok campuran tersebut setiap
kali ditambahkan air. Jika semua airtelah ditambahkan, basis emulsi yang
terbentuk bisa diencerkan sampai mencapai volume yang dikehendaki (Anief,
1999).
B. Krim
Parafin Cair (Rowe et al, 2009: 445) (Dirjen POM, 1995: 652)
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna,
hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Bobot per mL : 0,870 gram sampai 0,890 gram.
Khasiat : laksativum. (Depkes RI, 474).
Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat
terjadi perubahan secara fisik. Parafin harus disimpan pada temperatur tidak
melebihi 40°C dalam wadah tertutup baik. (Rowe, 475).
B. Krim
Acidum Stearicum/ Asam Stearat (Dirjen POM, 1997 hal. 57)
BM : 284,47.
Struktur : CH3(CH2)16COOH
Ointment/Krim : 1-20%.
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih
atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Stabilitas : asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan
penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat kering dan sejuk.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-
20%.
Alat Bahan
1. Beaker glass 1. Aquadest
2. Cawan penguap 2. Paraffin cair
3. Gelas ukur 3. PGA
4. Hotplate 4. Setil alcohol
5. Matkan 5. Span 80
6. Mortar dan stamper 6. Tween 80
7. Neraca analitik
8. Penggaris
9. Pipet
10. Stirrer
11. Tabung sedimentasi
12. Ultra Turax
13. Water bath
B. Krim
Alat Bahan
1. Timbanga 1. Parafin
n liquidum
2. Batang 2. Asam
pengaduk stearat
3. Spatel 3. TEA
4. Kertas 4. Aquades
perkamen
5. Gelas ukur
6. Matkan
7. Pipet tetes
8. Beaker
glass
9. Kaca arloji
10. Ultra turak
V. Perhitungan dan Penimbangan
5.1. Emulsi
Perhitungan
- Tween 80 dan Span 80 = 10/100 x 100ml = 10g
(10 x HLB Butuh) = (a x 15) + ((10-a) x 4,3)
(10 x 12) = 15a + 43 - 4,3a
120 – 43 = 10,7a
77 = 10,7a
77
a = 10,7
Penimbangan Bahan
No. Nama zat Konsentrasi V untuk 1 botol (60ml)
7. Aquadest ad 100ml
5.2. Krim
Pehitungan
Krim 1
30
- Paraffin liquidum: 100 𝑥 20 = 6 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 10% = 6,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
7,5
- Emulgid : 100 𝑥20 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 10% = 1,65 𝑔𝑟𝑎𝑚
Penimbangan
No. Nama zat Konsentrasi untuk 20 gram + 10 %
Krim – 1
Krim – 2
VI. Prosedur
A. Emulsi
1. Emulgator PGA (cara basah)
Alat dan bahan disiapkan kemudian timbang semua bahan parafin cair sebanyak
30gram, PGA sebanyak 10gram, aquadest sebanyak 15 ml, lalu 10 gram PGA
ditambahkan air 15ml hingga terbentuk emulgator ditambahkan parafin cair 30
gram sedikit demi sedikit hingga terbentuk corpus emulsi lalu tuangkan
kerdalam matkan kemudian di ad 100ml aquadest didalam matkan, di aduk
hingga homogen dengan stirrer kemudian dimasukan kedalam tabung
sedimentasi.
B. Krim
1. Krim-1
Masing masing bahan di timbang sesuai perhitungan, kemudian lebur
parafin cair dan emulgid dalam 1 cawan hingga suhu mencapai 70 derajat C.
Diuapkan aquadest di caw an terpisah diatas penangas air hingga suhu
mencapai 70 derajat C. Kemudian dua fasa campuran tersebut di campurkan
kedalam matkan dan di aduk menggunakan ultra turaks hingga mencapai suhu
35 C. Kemas dan lakukan evaluasi sediaan.
2. Krim-2
Masing masing bahan di timbang sesuai perhitungan, kemudian lebur
parafin cair dan asam stearat dalam 1 cawan hingga suhu mencapai 70 derajat
C. Diuapkan aquadest dengan TEA di cawan terpisah diatas penangas air
hingga suhu mencapai 70 derajat C. Kemudian dua fasa campuran tersebut di
campurkan kedalam matkan dan di aduk menggunakan ultra turaks hingga
mencapai suhu 35 C. Kemas dan lakukan evaluasi sediaan
Basis krim Warna Bau Homogenitas Stabilitas H-1 Stabilitas H-2 Tipe emulsi
Krim -1 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
Krim -2 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
(Kelompok lain)
Kelompok 4
Basis krim Warna Bau Homogenitas Stabilitas H-1 Stabilitas H-2 Tipe emulsi
Krim -1 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
Krim -2 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
Ket : - krim 1 ( Parafin cair 30%+ emulgid 15%+ aquadest)
-krim 2 (Parafin cair 30% +tween80,span80 10% + setil alcohol 10%)
Kelompok 5
Basis krim Warna Bau Homogenitas Stabilitas H-1 Stabilitas H-2 Tipe emulsi
Krim -1 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
Krim -2 Putih Tidak berbau Homogen Stabil Stabil M/A
Ket : - krim 1 ( Parafin cair 30%+ emulgid 15%+ aquadest)
- krim 2 (Parafin cair 30% + asam stearate 7.5% + TEA 2% + Aquadest )
VIII. Pembahasan
8.1. Emulsi
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan formula emusi dengan
menggunakan zat aktifnya parafin cair. Paraffin liquid digunakan sebagai zat
aktif untuk obat konstipasi yang bertindak sebagai laksatif emolien/lubrikan.
Kelarutan parafin liquid ini praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
Emulgator yang digunakan adalah emulgator alam yaitu PGA dan emulgator
sintetik yaitu Span 80 dan Tween 80. Dalam pembuatan emulsi ini digunakan 2
metode yaitu metode basah dan metode kering.
Pulvis Gummi Acaciae atau gom arab merupakan salah satu emulgator
alam yang digunakan pada pembuatan sediaan emulsi. Pembuatan emulsi minyak
lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom arab, dengan perbandingan untuk
10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang
digunakanadalah separuh jumlah minyak lemak. Dan air yang digunakan adalah
1,5 x berat PGA. (Anief, M., 2005).
8.2. Krim
a. Paraffin cair 30% + emulgid 7,5% + akuadest (stabil)
b. Paraffin cair 30% + emulgid 15% + akuadest (stabil)
c. Paraffin cair 30% + asam stearat 7,5% + TEA 2% + akuadest (stabil)
d. Paraffin cair 30% + asam stearat 15% + TEA 4% + akuadest (stabil)
e. Paraffin cair 30% + tween 80-span80 10% + setil alkohol 10% (stabil)
Pada praktikum kali ini terdapat 5 formula krim yang berbeda. Menurut
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Pada praktikum kali ini kelompok kami mengerjakan basis krim a dan c.
8.2.1.Basis krim a
Basis krim a, digunakan zat aktif berupa paraffin cair yang dapat digunakan
sebagai pelembab untuk kulit dalam penggunaan eksternal. Dalam formulasi basis
krim a, digunakan paraffin cair sebanyak 30%. Paraffin ini masuk ke dalam fasa
minyak karena sifatnya yang larut dalam minyak. Selain zat aktif, pada krim ini
juga ditambahkan emulgid. Emulgid digunakan sebagai emulgator atau
pengemulsi. Emulgator berfungsi untuk mencegah penggabungan kembali globul-
globul terdispersi dengan cara membentuk lapisan pada permukaan globul.
Pemilihan emulgator harus disesuaikan dengan fasa minyak yang digunakan,
dengan cara menghitung HLB butuh fasa minyak=HLB emulgator. Dalam
formulasi basis krim a, digunakan emulgid sebanyak 7,5%. Selain emulgid,
digunakan juga bahan tambahan akuades. Akuades digunakan sebagai fasa air.
Akuades ditambahkan sampai mencapai 20 g.
Dalam pembuatan basis krim a ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah
menimbang semua bahan yang dibutuhkan. Kemudian paraffin dilebur di atas
penangas air bersama dengan emulgid dalam cawan yang sama, karena emulgid
merupakan tipe emulgator yang bersifat lebih lipofilik. Sedangkan akuades
dipanaskan pada cawan terpisah. Pemanasan ini dilakukan hingga mencapai suhu
70°C. Lalu hasil pemanasan tersebut dicampurkan ke dalam matkan dan kemudian
diaduk menggunakan ultra thurax hingga terbentuk massa yang homogen dan
suhu campuran mendekati 35°C. Pengadukan menggunakan ultra thurax
ditujukan agar meminimalisir kegagalan corpus emulsi, karena untuk membentuk
corpus emulsi yang baik diperlukan pengadukan yang cukup kuat dan cepat. Lalu
krim dikemas ke dalam pot salep dan dilakukan evaluasi sediaan.
Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi organoleptis (warna dan
bau), homogenitas, stabilitas (hari ke-1 dan hari ke-3), dan tipe emulsi (uji
pengenceran). Basis krim a ini berwarna putih dan tidak berbau. Berdasarkan uji
homogenitas dengan cara dioles tipis pada kaca arloji, tidak menujukkan adanya
pemisahan antara fasa minyak dan fasa air, sehingga dapat dikatakan homogen.
Pada uji stabilitas hari ke-1 dan hari ke-3 basis krim masih stabil, dibuktikan
dengan tidak adanya pemisahan antara fasa minyak dan fasa air. Pada penentuan
tipe emulsi dilakukan uji pengenceran di dalam air, basis krim dapat larut di
dalam air sehingga dapat ditentukan bahwa basis krim ini merupakan krim tipe
M/A. Dimana paraffin sebagai fasa terdispersi/dalam dan akuades sebagai fasa
pendispersi/luar.
Pada umumnya emulgid digunakan untuk membentuk krim tipe A/M, akan
tetapi pada hasil evaluasi sediaan kali ini terbentuk krim tipe M/A. Hal ini dapat
terjadi karena kandungan fasa air lebih banyak daripada fasa minyak, sehingga
fasa air berperan sebagai fasa pendispersi/luar sedangkan fasa minyak berperan
sebagai fasa terdispersi/dalam.
8.2.2.Basis krim b
Basis krim b memiliki formula hampir sama dengan basis krim a, akan
tetapi konsentrasinya saja yang berbeda. Basis krim b menggunakan paraffin 30%,
emulgid 15%, dan akuades ditambahkan sampai mencapai 20 g. Pada basis krim
ini digunakan emulgator 2 kali lebih banyak daripada basis krim a. Hal ini dapat
mempengaruhi pembentukan lapisan pada globul-globul fase terdispersi/dalam.
Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi organoleptis (warna dan
bau), homogenitas, stabilitas (hari ke-1 dan hari ke-3), dan tipe emulsi (uji
pengenceran). Berdasarkan hasil evaluasi dari kelompok 2, basis krim ini
berwarna putih dan tidak berbau. Berdasarkan uji homogenitas dengan cara dioles
tipis pada kaca arloji, tidak menujukkan adanya pemisahan antara fasa minyak
dan fasa air, sehingga dapat dikatakan homogen. Pada uji stabilitas hari ke-1 dan
hari ke-3 basis krim masih stabil, dibuktikan dengan tidak adanya pemisahan
antara fasa minyak dan fasa air. Pada penentuan tipe emulsi dilakukan uji
pengenceran di dalam air, basis krim tidak dapat larut di dalam air sehingga dapat
ditentukan bahwa basis krim ini merupakan krim tipe A/M. Pada umumnya
emulgid digunakan untuk membentuk krim tipe A/M, sehingga telah sesuai
dengan jenis krim yang dikehendaki. Hal ini dapat terjadi karena kandungan fasa
minyak (paraffin dan emulgid) yang digunakan lebih banyak daripada basis krim
a. Dimana akuades sebagai fasa terdispersi/dalam dan paraffin sebagai fasa
pendispersi/luar.
8.2.3.Basis krim c
Basis krim c, digunakan zat aktif berupa paraffin cair yang dapat digunakan
sebagai pelembab untuk kulit dalam penggunaan eksternal. Dalam formulasi basis
krim c, digunakan paraffin cair sebanyak 30%. Paraffin ini masuk ke dalam fasa
minyak karena sifatnya yang larut dalam minyak. Selain zat aktif, pada krim ini
juga ditambahkan asam stearat dan TEA (trietanolamin). Asam stearat dan TEA
digunakan sebagai kombinasi emulgator atau pengemulsi. Emulgator berfungsi
untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul terdispersi dengan cara
membentuk lapisan pada permukaan globul. Pemilihan emulgator harus
disesuaikan dengan fasa minyak yang digunakan, dengan cara menghitung HLB
butuh fasa minyak=HLB emulgator. Asam stearat dapat digunakan sebagai
emulgator apabila dikombinasikan dengan TEA atau alkali (Rowe, 2009; 697).
Dalam formulasi basis krim c, digunakan asam stearat sebanyak 7,5% dan TEA
2%. Konsentrasi asam stearat sebagai emulgator adalah 1-20% (Rowe, 2009;
697). Konsentrasi TEA sebagai emulgator adalah 2-4% (Rowe, 2009; 754). Dalam
hal ini, konsentrasi asam stearat dan TEA yang digunakan masuk ke dalam
rentang konsentrasi yang ditentukan. Selain asam stearat dan TEA, digunakan
juga bahan tambahan akuades. Akuades digunakan sebagai fasa air. Akuades
ditambahkan sampai mencapai 20 g.
Dalam pembuatan basis krim c ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah
menimbang semua bahan yang dibutuhkan. Kemudian paraffin dilebur di atas
penangas air bersama dengan asam stearat dalam cawan yang sama, karena asam
stearat merupakan tipe emulgator yang bersifat lebih lipofilik. Sedangkan akuades
dipanaskan bersama TEA pada cawan terpisah, karena TEA merupakan tipe
emulgator yang bersifat lebih hidrofilik. Pemanasan ini dilakukan hingga
mencapai suhu 70°C. Lalu hasil pemanasan tersebut dicampurkan ke dalam
matkan dan kemudian diaduk menggunakan ultra thurax hingga terbentuk massa
yang homogen dan suhu campuran mendekati 35°C. Pengadukan menggunakan
ultra thurax ditujukan agar meminimalisir kegagalan corpus emulsi, karena untuk
membentuk corpus emulsi yang baik diperlukan pengadukan yang cukup kuat dan
cepat. Lalu krim dikemas ke dalam pot salep dan dilakukan evaluasi sediaan.
Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi organoleptis (warna dan
bau), homogenitas, stabilitas (hari ke-1 dan hari ke-3), dan tipe emulsi (uji
pengenceran). Basis krim c ini berwarna putih dan tidak berbau. Berdasarkan uji
homogenitas dengan cara dioles tipis pada kaca arloji, tidak menujukkan adanya
pemisahan antara fasa minyak dan fasa air, sehingga dapat dikatakan homogen.
Pada uji stabilitas hari ke-1 dan hari ke-3 basis krim masih stabil tetapi terlalu
encer, dibuktikan dengan tidak adanya pemisahan antara fasa minyak dan fasa air.
Pada penentuan tipe emulsi dilakukan uji pengenceran di dalam air, basis krim
dapat larut di dalam air sehingga dapat ditentukan bahwa basis krim ini
merupakan krim tipe M/A. Pada umumnya kombinasi emulgator asam stearat
dengan TEA digunakan untuk membentuk krim tipe M/A. Dimana paraffin
sebagai fasa terdispersi/dalam dan akuades sebagai fasa pendispersi/luar.
8.2.4.Basis krim d
Basis krim d memiliki formula hampir sama dengan basis krim c, akan
tetapi konsentrasinya saja yang berbeda. Basis krim b menggunakan paraffin 30%,
asam stearat 15%, TEA 4%, dan akuades ditambahkan sampai mencapai 20 g.
Pada basis krim ini digunakan emulgator 2 kali lebih banyak daripada basis krim
c. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan lapisan pada globul-globul fase
terdispersi/dalam.
Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi organoleptis (warna dan
bau), homogenitas, stabilitas (hari ke-1 dan hari ke-3), dan tipe emulsi (uji
pengenceran). Berdasarkan hasil evaluasi dari kelompok 5, basis krim ini
berwarna putih dan tidak berbau. Berdasarkan uji homogenitas dengan cara dioles
tipis pada kaca arloji, tidak menujukkan adanya pemisahan antara fasa minyak
dan fasa air, sehingga dapat dikatakan homogen. Pada uji stabilitas hari ke-1 dan
hari ke-3 basis krim masih stabil, dibuktikan dengan tidak adanya pemisahan
antara fasa minyak dan fasa air. Pada penentuan tipe emulsi dilakukan uji
pengenceran di dalam air, basis krim dapat larut di dalam air sehingga dapat
ditentukan bahwa basis krim ini merupakan krim tipe M/A. Pada umumnya
kombinasi asam stearat dan TEA digunakan untuk membentuk krim tipe M/A,
sehingga telah sesuai dengan jenis krim yang dikehendaki. Hal ini dapat terjadi
karena kandungan fasa air lebih banyak daripada fasa minyak, sehingga fasa air
berperan sebagai fasa pendispersi/luar sedangkan fasa minyak berperan sebagai
fasa terdispersi/dalam.
8.2.5.Basis krim e
Basis krim e memiliki formula paraffin 30%, tween 80-span 80 10%, dan
setil alkohol 10%. Pada basis krim ini digunakan kombinasi 2 emulgator yang
diketahui konsentrasi totalnya, sehingga perlu dilakukan perhitungan HLB butuh
minyak=HLB emulgator. Dengan adanya perhitungan HLB butuh minyak terlebih
dahulu diharapkan emulgator dapat digunakan secara optimal.
Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi organoleptis (warna dan
bau), homogenitas, stabilitas (hari ke-1 dan hari ke-3), dan tipe emulsi (uji
pengenceran). Berdasarkan hasil evaluasi dari kelompok 2, basis krim ini
berwarna putih dan berbau seperti minyak. Bau seperti minyak dapat disebabkan
karena komposisi fase minyak yang digunakan lebih banyak. Berdasarkan uji
homogenitas dengan cara dioles tipis pada kaca arloji, tidak menujukkan adanya
pemisahan antara fasa minyak dan fasa air, sehingga dapat dikatakan homogen.
Pada uji stabilitas hari ke-1 dan hari ke-3 basis krim masih stabil, dibuktikan
dengan tidak adanya pemisahan antara fasa minyak dan fasa air. Pada penentuan
tipe emulsi dilakukan uji pengenceran di dalam air, basis krim dapat larut di
dalam air sehingga dapat ditentukan bahwa basis krim ini merupakan krim tipe
M/A. Pada umumnya kombinasi tween 80-span 80 digunakan untuk membentuk
krim tipe M/A, sehingga telah sesuai dengan jenis krim yang dikehendaki.
Keseluruhan krim dikatakan stabil sehingga dapat dikatakan baik. Karena
pengamatan kestabilan hanya dilakukan 3 hari, ini hanya menjamin produk untuk
3 saja.
9.2. Krim
Basis krim a
R/ Paraffin cair 30%
Emulgid 15%
Asam benzoat 0,2%
BHA 0,02
Aquadest ad 20 g
Penambahan konsentrasi emulgid untuk membentuk krim tipe A/M, sehingga
telah sesuai dengan jenis krim yang dikehendaki.
Penambahan pengawet digunakan sebagai antimikroba karena sediaan krim
tersebut mengandung air sehingga akan dapat dengan mudah ditumbuhi
mikroorganisme.
Penambahan pengawet digunakan sebagai antioksidan karena paraffin cair
dapat teroksidasi oleh cahaya dan udara.
Basis krim c
R/ Paraffin cair 30%
Asam stearat 15%
TEA 4%
Asam benzoat 0,2%
BHA 0,02
Aquadest ad 20 g
Penambahan konsentrasi asam stearat dan TEA diharapkan mampu
meningkatkan konsistensi krim agar tidak terlalu encer.
Penambahan pengawet digunakan sebagai antimikroba karena sediaan krim
tersebut mengandung air sehingga akan dapat dengan mudah ditumbuhi
mikroorganisme.
Penambahan pengawet digunakan sebagai antioksidan karena paraffin cair
dapat teroksidasi oleh cahaya dan udara.
X. Kesimpulan
9.1. Emulsi
1. Sistem emulsi dengan menggunakan emulgator PGA 10% yang dibuat
menggunakan metode pembuatan korpus emulsi basah dapat membentuk
emulsi yang stabil. Veegum konsentrasi 1 % merupakan konsentrasi yang
paling tepat untuk membuat suatu sediaan emulsi yang stabil.
2. Sistem emulsi dengan menggunakan emulgator PGA konsentrasi 10%
yang dibuat dengan menggunakan cara kering tidak dapat menghasilkan
emulsi yang stabil.
3. Sistem emulsi dengan menggunakan emulgator sintesis, yang lebih stabil
adalah pada penambahan Tween 80 dan Span 80 dengan konsentrasi 7,5%
4. Sistem emulsi dengan menggunakan emulgator sintesis, yang lebih stabil
adalah pada penambahan Tween 80 dan Span 80 ditambahkan setil alkohol
dengan konsentrasi 7,5%
9.2. Krim
Keseluruhan krim dikatakan stabil sehingga dapat dikatakan
baik.Karena pengamatan kestabilan hanya dilakukan 3 hari, ini hanya
menjamin produk untuk 3 saja.
XI. Daftar Pustaka
Anief, M. (1999). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi.Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Ansel, H. C.(1989) Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Aulton, M. E. (1988). Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design.
Churchill Livingstone, London.
Depkes RI. (1978). Formularium Nasional edisi kedua. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI.(1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Deprtemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Gennaro, A. R. (1990). Remington’s Pharmaceutical Science volume 2. Mack
Publishing Company, Pennsylvania.
Lahman. L, dkk.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI Press,
Jakarta.
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. (2009). Handbook Of
Parmaceutical exipient sixth edition. Pharmaceutical Press, Washington
DC.
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,
Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation