Anda di halaman 1dari 17

REAKTOR NUKLIR

A. Pengertian
Reaktor nuklir merupakan tempat berlangsungnya reaksi inti (fisi) berantai
terkendali. Reaksi dihasilkan dari interaksi neutron dengan inti yang sangat berat
235
seperti 92U . Proses fisi diawali dari gerakan neutron termal menumbuk inti yang
menyebabkan inti atom membelah menjadi unsur-unsur yang lebih kecil sambil
melepaskan energi dalam bentuk panas dan membebaskan 2-3 neutron baru yang
selanjutnya akan menumbuk inti sehingga akan terjadi reaksi fisi yang berkelanjutan
(rantai). Energi pembelahan dari satu inti atom adalah sekitar 200 MeV (1 eV =
1,6⋅10-19 J). Energi ini sangat besar jika dibandingkan dengan energi pada reaksi
kimia biasa yang hanya menghasilkan sedikit energi.Energi yang dihasilkan dari
reaksi satu inti sangat besar, sehingga untuk keperluan industri yang tidak hanya
mereaksikan satu inti diperlukan alat yang mampu menahan panas yang dihasilkan
dari reaksi radioaktif tersebut.Contoh reaksi fisi nuklir sebagai berikut.
92U
235
+ 0n1 → [92U236]* → 38Sr94 + 54Xe140 + 2 0n1 200 MeV
Pada reaksi fisi berantai adalah neutron yang dihasilkan dari rekasi fisi awal
mengalami proses moderasi di dalam moderator menjadi neutron termal. Neutron
tersebut berdifusi dalam medium bahan bakar sebelum mengalami kemungkinan
bereaksi dengan inti lainnya.Pada setiap reaksi fisi dihasilkan dua inti baru, dua atau
tiga neutron baru dan sejumlah energi panas.Inti-inti baru terbentuk besifat tidak
stabil (radioaktif).Untuk menjadi stabil inti-inti tersebut meluruh dengan
memancarkan sinar-sinar maupun partikel. Inti-inti baru yang muncul sebagai hasil
fisi ini disebut fragmen fisi dan biasanya mempunyai ukuran tidak sama. Pada
235
Gambar 1 disajikan contoh reaksi fisi berantai dari inti 92U . Pada gambar 1
235
ditunjukkan bahwa penembakan inti 92U oleh satu neutron akan menghasilkan dua
91 142
inti baru yaitu inti 36Kr dan 56Ba , serta menghasilkan 3 neutron baru. Masing-
235
masing neutron yang dihasilkan akan menumbuk inti 92U lain di dalam reaktor
91 142
sehingga terbentuk fragmen inti 36Kr dan 56Ba kembali. Energi yang dihasilkan
dari reaksi rantai ini sangat besar karena satu reaksi fisi saja sudah menghasilkan
energi yang besar.
Gambar 1. Reaksi Fisi Berantai

B. Prinsip Kerja
Pada reaktor nuklir, energi yang dihasilkan dari proses fisi nuklir dari atom
uranium yang terbagi menjadi dua atom, yang disebut produk fisi, dengan
pembangkitan panas yang signifikan (Argonne National Laboratory. 2011). Fisi
nuklir terjadi karena absorpsi partikel neutron oleh material fisil (bahan yang
membelah). Neutron dilepaskan oleh fisi nuklir dan jumlah neutron yang dilepaskan
cukup besar, yaitu lebih besar dari satu, yang mengakibatkan reaksi berantai pada fisi
nuklir dapat terjadi. Reaksi pada proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan energi.
Jumlah energi yang diperoleh biasa dikontrol dengan mengontrol jumlah neutron
yang ditembakkan. Semakin tinggi rapatan energi yang ditingkatkan, maka reaktor
semakin baik dari segi efisiensi ekonomis. Energi yang diperoleh biasanya sebagai
panas yang melalui sirkulasi pendingin dalam inti reaktor. Semakin tinggi temperatur
yang dikeluarkan oleh pendingin ditingkatkan, maka semakin baik efisiensi
pengubahan energi pada reaktor. Hal yang harus diperhatikan adalah batas temperatur
bahan dan keterbatasan lainnya yang membuat rapatan energi yang diinginkan. Hal
ini mengartikan bahwa kontrol distribusui neutron harus dilakukan secara hati-hati.
Jika terdapat kecelakaan pada sistem reaktor, maka energi yang dihasilkan tidak
terkontrol (Sekimato. 2007: 3).
Uranium-235 (U-235) adalah salah satu isotop yang digunakan pada reaktor
nuklir karena isotop ini mudah mengalami reaksi fisi. Pada reaksi fisi, atom U-235
menyerap neutron. Hal ini menyebabkan U-235 tidak stabil dan terbelah menjadi dua
atom ringan yang disebut dengan produk fisi. Gabungan massa pada produk fisi lebih
kecil daripada massa atom U-235 asli. Pengurangan massa terjadi karena beberapa
massa atau bahan berubah menjadi energi. Energi yang dilepaskan merupakan panas.
Dua atau tiga neutron dilepaskan bersama dengan pelepasan panas. Neutron-neutron
tersebut dapat mengenai atom-atom lainnya dan menyebabkan banyak reaksi fisi.
Rangkaian reaksi fisi disebut dengan reaksi berantai. Jika uranium yang digunakan
cukup untuk reaksi fisi, maka reaksi berantai dapat terjadi secara terus-menerus. Hal
ini disebut dengan reaksi rantai self-sustaining. Reaksi ini dapat menghasilkan panas
dengan baik. Panas yang dihasilkan dapat membantu untuk membangkitkan listrik.
Pembangkit listrik tenaga nuklir sama seperti pembangkit listrik tenaga uap pada
umumnya. Air dipanaskan dan uap dari pemanasan air menggerakkan turbin dan
membangkitkan listrik. Perbedaan utama pada beberapa jenis pembangkit listrik
adalah sumber panas. Panas dari reaksi rantai self-sustaining dapat memanaskan air
pada pembangkit listrik tenaga nuklir (U. S. Department of Energy).

C. Faktor Pengendali
Untuk melangsungkan reaksi dalam keadaan mantap (terkendali), kondisi
minimum yang harus dipenuhi adalah tiap nuklida yang mengalami fisi harus
menghasilkan satu neutron yang menyebabkan fisi lanjutan terhadap jumlah inti yang
mengalami fisi dinamakan faktor multiplikasi (k). Harga k, yang mungkin terjadi
pada reaktor adalah:
k<1, dinamakan keadaan sub kritik 1
k=1, dinamakan keadaan mantap
k>1, dinamakan keadaan super kritik
Reaktor nuklir harus diupayakan mencapai keadaan mantap (k=1). Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi faktor multiplikasi diuraikan sebagai berikut:
1. Jumlah rata-rata neutron yang dihasilkan tiap fisi (v)
235
Jumlah rata-rata neutron yang dihasilkan tiap fisi U adalah 2,44 dan
dalam uranium alam (0,72% 235U dan 99,24% 238U) rata-rata= 2,5.
2. Faktor neutron cepat (ε)
Fisi 238
U menghasilkan neutron cepat dengan harga ε = 1,03, sehingga
jumlah rata-rata neutron yang dihasilkan fisi uranium alam (235U x 238U) =
v x ε = 2,44 x 1,03 = 2,5. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah rata-
rata neutron 3%.
3. Faktor kehilangan akibat neutron cepat (lf)
Dalam reaktor terdapat faktor kehilangan akibat neutron cepat dengan
harga konstan = 1 - lf. Dengan demikian sumbangan faktor (a,b,c)
terhadap harga faktor multiplikasi adalah vε(1- lf).
4. Faktor resonansi
Energi resonansi neutron adalah (1- lf), jumlah neutron lambat setelah
terjadinya resonansi dinyatakan sebagai vε (1- lf)P.
5. Faktor neutron thermal yang lepas (lt)
Jika faktor neutron thermal yang lepas= lt, mungkin neutron thermal yang
tersisa = (1- lt). Dengan demikian nilai faktor (a,berikut,c,dan e)= vε(1-
lf)P (1- lt).
6. Faktor utilitas (f)
Jumlah neutron thermal yang efektif dalam reaktor dipengaruhi materi-
materi lain yang terdapat dalam reaktor, seperti pengotor, bahan container,
struktur material, fragmen fisi yang mempunyai penampang lintang
penangkapan neutron besar, seperti 135
Xe (σ =3,6Mb), Sm(σ =4,1 kb).
146

Jika faktor kehilangan oleh materi-materi tersebut sebesar (1-f), faktor


235
utilitas thermal f dari neutron thermal yang efektif untuk interaksi U
adalah:
vε(1- lf)P (1- lt)f
7. Faktor penampang lintang reaksi
Interaksi neutron thermal dengan inti 235U menghasilkan dua
kemungkinan:
a. Menghasilkan fisi dengan penampang lintang reaksi σf dan
b. Menghasilkan tangkapan radiatif dengan peluruhan a, dalam hal ini
lintang reaksinya=σf.
Oleh sebab itu mungkin fraksi penampang lintang reaksi fisi relatif
dinyatakan sebagai
𝜎𝑟
𝜎𝑓 + 𝜎𝑟

D. Komponen
Suatu reaktor nuklir memilki perlengkapan / komponen-komponen yaitu :
1. Bahan bakar
Bahan bakar suatu reaktor nuklir adalah komponen reaktor yang
menghasilkan partikel yang dapat menginduksi reaksi dalam reaktor. Bahan bakar
235
reaktor yang ditemukan di alam adalah uranium. Uranium alam terdiri dari U
238
(kelimpahan 0,72%) yang dapat mengalami reaksi fisi dan U (kelimpahan
92,2%) yang memiliki penampang lintang penangkapan neutron yang besar pada
neutron berenergi > 5MeV.
235
Selain bahan bakar alamiah juga terdapat bahan bakar buatan seperti Pu
238 232
yang diperoleh dari peluruhan U dan Th berlangsung melalui penangkapan
neutron yang diikuti dengan peluruhan beta.
Kebanyakan reaktor nuklir sekarang ini menggunakan bahan bakar 235U
dengan kadar yang lebih tinggi dari 0,72 .

2. Moderator
Moderator adalah komponen reaktor yang berfungsi untuk menurunkan
energi neutron cepat yang dihasilkan dari reaksi fisi menjadi neutron termal.
Materi yang digunakan sebagai moderator akan berfungsi dengan baik jika massa
atomnya mendekati massa neutron. Inti atom moderator juga harus memiliki
penampang lintang penangkapan neutron yang kecil. Persyaratan ini membatasi
pemilihan materi yang dapat digunakan sebagai moderator yaitu materi yang
mengandung hidrogen, deutrium, berilium, dan karbon. Berdasarkan persyaratan
inilah air, air berat, dan grafit telah banyak digunakan sebagai moderator.

3. Pendingin
Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi mengakibatkan melelehnya bahan
bakar. Karena itu panas yang dibebaskan harus dialihkan ke materi lain atau
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Pada reaktor-reaktor penelitian energi
panas ini tidak digunakan sebagai energi listrik tetapi dialihkan ke bagian reaktor
yang disebut pendingin.
Materi yang digunakan sebagai pendingin harus memiliki daya hantar panas
yang tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk menghilangkan panas yang
ditimbulkan. Selain itu materi pendingin harus memiliki penampang lintang
penangkapan neutron yang rendah sehingga neutron yang dapat menginduksi
reaksi fisi tidak terserap dan terbuang bersama materi pendingin. Begitu pula
interaksi antar neutron dengan materi pendingin tidak menjadikan inti pendingin
bersifat radioaktif karena adanya reaksi.
CO2 dan He merupakan gas yang digunakan sebagai pendingin. He lebih
ideal digunakan sebagai pendingin tetapi harganya mahal dan sukar diperoleh
dalam jumlah yang banyak. Logam-logam alkali umumnya memenuhi persyaratan
untuk dijadikan pendingin tetapi baru natrium cair yang dapat digunakan.

4. Batang kendali
Supaya reaksi fisi yang berlangsung dalam rekator terkendali, pada reaktor
harus tersedia materi yang dapat menyerap kelebihan neutron sehingga faktor
multiplikasi reaktor sama dengan satu. Materi ini dinamakan batang pengendali.
Berbeda dengan komponen reaktor lain, batang pengendali harus memiliki
penampang lintang penangkapan neutron yang besar.
Boron yang memiliki penampang lintang penangkapan neutron = 765 barn
digunakan sebagai batang kendali dalam bentuk boron karbida atau dalam bentuk
larutan garamnya. Cadmium dan indium yang juga memiliki penampang lintang
penangkapan neutron yang besar digunakan sebagai batang kendali dalam bentuk
alloy karena Cadmium dan Iodium memiliki titik leleh yang rendah.

5. Perangkat detector
Detektor adalah komponen penunjang yang diperlukan di dalam reaktor
nuklir. Semua informasi tentang kejadian fisis di dalam reaktor yang meliputi
kelimpahan neutron, laju pembelahan, suhu dan lain-lain hanya dapat dilihat
melalui detektor .
6. Tangki reaktor
Inti-inti atom hasil pembelahan dapat menghasilkan radiasi. Untuk menahan
radiasi ini (radiasi sinar gamma, neutron, dll) dan untuk keamanan orang yang
bekerja di sekitar reaktor terjamin maka umumnya reaktor dilindungi oleh tangki
reactor berupa perisai beton.
7. Reflektor
Neutron yang keluar dari pembelahan bahan fisil berjalan dengan kecepatan
tinggi ke segala arah. Karena tidak bermuatan listrik maka gerakan neutron
tersebut bebas menembus medium dan tidak berkurang bila tidak menumbuk inti
atom medium. Sebagian neutron dapat lolos keluar teras reaktor atau hilang dari
sistem. Kondisi demikian merugikan maka untuk mengurangi kejadian tersebut
sekeliling teras reaktor dipasang bahan pemantul neutron yang disebut reflektor.
Dengan adanya reflektor neutron-neutron yang lolos akan bertahan dan
dikembalikan ke dalam teras untuk dimanfaatkan lagi pada proses fisi berikutnya.
Bahan reflektor yang baik adalah unsur-unsur yang mempunyai penampang
lintang penangkapan neutron yang besar dan penampang lintang seraapan yg
sekecil mungkin serta tidak korosif. Contohnya Berilium, Grafit, Parafin, H2O,
D2O.
Berikut skema reaktor nuklir secara keseluruhan dalam sebuah Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN):

E. Klasifikasi
Reaktor nuklir dapat diklasifikasikan berdasarkan komponen yang digunakan, energi
reaktor dan kegunaannya.
1. Berdasarkan penggunaan bahan bakar:
a. Reaktor pembakar
b. Reaktor pembiak
2. Berdasarkan energi reaktor
a. Neutron termal
b. Neutron sedang
c. Neutron cepat
3. Berdasarkan bahan bakar
a. Uranium alam
235
b. U yang diperkaya
232
c. Th atau campuran 239Pu umumnya 238U
4. Berdasarkan moderator
a. Air berat
b. Grafit
5. Berdasarkan pendingin
a. Gas (CO2, He, dan udara)
b. Cair (air atau logam cair)
6. Berdasarkan fasa bahan bakar/ moderator
a. Homogen
b. Heterogen
7. Berdasarkan kegunaannya
a. Reaktor daya
b. Reaktor penelitian
c. Reaktor pembuat radionuklida (pembiak)
Untuk menyebutkan tipe reaktor yang lengkap, tidak cukup hanya
menyebutkan salah satu karakter di atas, tetapi dengan jalan menggabungkan
beberapa karakter itu.
Berdasarkan kegunaannya terdapat 3 jenis reaktor, yaitu:
1. Reaktor Pembiak
Reaktor pembiak adalah reaktor yang digunakan untuk memperoleh bahan
bakar baru, yang jumlahnya lebih banyak dari bahan bakar mula-
235 238
mula.Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah U dan U, yang
dapat menghasilkan bahan bakar baru 239Pu umumnya.
2. Reaktor Daya
Reaktor ini didesain untuk mendapatkan daya listrik. Setiap fisi uranium
membebaskan energi sekitar sekitar 200 MeV atau 3,2 x 10-17 MJ, sehingga
3,1 x 1013 fisi perdetik setara dengan daya 1 kW. Total daya suatu reaktor
diketahui jika jumlah fisi per detik diketahui.
3. Reaktor Penelitian
Pada reaktor jenis ini, flux neutron cepat dan neutron termal divariasi untuk
berbagai keperluan studi/penelitian.
Apapun studi-studi yang dapat dilakukan dalam reaktor jenis ini adalah:
a. Studi tentang berbagai karakter neutron
b. Studi irradiasi neutron oada neutron
c. Studi reaksi inti dengan neutron
d. Analisis aktivasi neutron pada materi
e. Produksi radioisotop untuk keperluan penelitian, kesehatan, pertanian dan
industri.
Untuk keperluan praktis, umumnya reaktor penelitian terintegrasi dengan
reaktor produksi isotop.

F. Aplikasi
Sebagai penghasil radioisotop, reaktor atom dapat menghasilkan berbagai
macam radioisotop yang dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan. Selain itu
reaktor atom juga dapat menghasilkan neutron yang dapat digunakan untuk
penelitian. Unsur radioaktif yang tersedia di alam tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan tertentu yang menghendaki sifat-sifat tertentu dari unsur radioaktif
tersebut.
Penggunaan radioisotop, di samping mendatangkan banyak manfaat, juga
dapat mendatangkan masalah. Masalah yang dihadapi sekarang ini di antaranya,
masalah pengontrolan dan pembuangan limbah nuklir. Pembuatan persenjataan
nuklir dari negara-negara maju maupun negara yang berkembang yang tidak
dikontrol akan membahayakan bagi kehidupan.
Di bidang kedokteran, radioisotop digunakan untuk keperluan diagnosis dan
perawatan medis. Mesin sinar X merupakan peralatan diagnosis penting yang selama
bertahun- tahun telah digunakan.Alat ini membutuhkan arus listrik untuk
pengoperasiannya. Kini dengan menggunakan sinar gamma dari sinar radioisotop,
dapat diperoleh hasil yang sama. Karena peralatan yang menggunakan sinar gamma
sangat ringan dan tidak memerlukan arus listrik yang besar, maka alat ini dapat
digunakan di lapangan atau di tempat-tempat yang sekiranya pasien sulit dipindahkan
ke ruang sinar X.

G. Contoh Proses Alam sebagai Reaktor Nuklir


Reaktor nuklir alam Oklo di Negara Gabon Afrika merupakan contoh
fenomena alam yang paling menakjubkan mengenai reaktor nuklir bisa terjadi secara
alami.
Pada tahun 1972 para ilmuwan Perancis dipimpin Francis Perrin secara tidak
sengaja menemukan sesuatu yang aneh pada kandungan uranium di pertambangan

Gambar 1. Tambang Oklo, Gabon

Oklo, Gabon, Afrika Barat. Kandungan isotop uranium-235 di daerah itu setengah
lebih rendah dibandingkan isotop yang sama di seluruh dunia.
Kondisi abnormal ini sangat mirip dengan kandungan uranium-235 yang ada
di dalam bahan bakar nuklir bekas reaktor nuklir.Ternyata, komposisi dan kandungan
isotop-isotop lain juga sangat mirip dengan yang terdapat pada bahan bakar bekas
PLTN.Dengan demikian disimpulkan bahwa pada masa lalu pernah terjadi reaktor
nuklir alam.Diperkirakan di Oklo telah terjadi paling tidak 6 reaktor nuklir yang
beroperasi secara alami tanpa campur tangan manusia.
Pada awalnya banyak pihak yang meragukan kesimpulan ini, namun setelah
dipelajari secara seksama, reaktor nuklir alam di bawah tanah tersebut bisa terjadi

Gambar 2.Situasi Geologi di Gabon yang menunjukan adanya reaktor nuklir alam

1. Zona reaktor nuklir; 2. Batu pasir; 3.Lapisan bijih Uranium; 4. Granit

karena dua hal utama, yaitu adanya peran air dan kandungan uranium-235 yang relatif
tinggi saat reaktor beroperasi.
Air berfungsi menurunkan kecepatan partikel neutron sehingga mampu
bereaksi dengan uranium-235. Diperkirakan 1,7 milyar tahun yang lalu kandungan
uranium-235 adalah 3% (atau 4 kali lebih tinggi dari prosentase saat ini) sehingga
sangat cukup untuk terjadinya reaksi fisi. Reaktor nuklir alam ini beroperasi selama
jutaan tahun dan berhenti dengan sendirinya karena dengan berjalannya waktu jumlah
uranium-235 berkurang sehingga sulit menimbulkan reaksi nuklir berantai dan
dengan keadaan tersebut fenomena reaktor alam tidak akan pernah terjadi lagi di
zaman modern.
Pengolahan Limbah radioaktif dari reaktor alam Oklo
Reaktor alam Oklo menghasilkan limbah radioaktif yang komposisinya sangat
mirip dengan limbah dari reaktor nuklir buatan manusia dan limbah ini tetap berada
di bawah tanah terkungkung batuan granit, sandstone dan tanah liat selama ratusan
juta tahun tanpa berpindah ke tempat lain. Bahkan plutonium sebagai hasil reaksi
nuklir hampir 2 milyar tahun lalu juga hanya bergeser sekitar 4 meter dari posisi
awal.Sampai saat ini tidak ada bukti bahwa limbah radioaktif tersebut terlepas dari
lingkungan aslinya atau bahkan mencapai manusia.
Limbah radioaktif dari reaktor alam Oklo yang terjadi pada 1,7 milyar tahun
yang lalu di Gabon, Afrika tetap ditempatnya terkungkung oleh formasi geologi
sekitarnya.
Para ahli mempelajari secara seksama komposisi batuan Oklo dimana limbah
tersimpan secara alami untuk jangka sangat panjang.Ditambah dengan hasil
eksperimen di laboratorium untuk kondisi lokal masing-masing calon tempat
penyimpanan akhir, maka para ahli limbah radioaktif mampu merancang tempat
penyimpanan akhir limbah radioaktif yang dapat bertahan untuk jangka waktu yang
sangat lama seperti halnya di Oklo tersebut.
Contoh Reaktor Alam Lainya
Fenomena zat radioaktif yang tidak terlepas dari
lingkungannya selama waktu yang lama terjadi pula di lokasi
deposit uranium Kanada, Australia dan banyak daerah lain,
meskipun di lokasi tersebut tidak terjadi reaktor nuklir alam.
Di lokasi Cigar Lake, Kanada pada kedalaman 430
meter di bawah permukaan tanah terdapat deposit uranium
dengan kandungan tinggi (11% dari total cadangan uranium
dunia) yang tidak berpindah dari sejak sekitar 1,3 milyar tahun
lalu. Dan yang mengagumkan adalah sama sekali tidak
ditemukan uranium di permukaan tanah di lokasi tersebut.
Struktur tanah yang melindungi uranium di Cigar Lake sangat
mirip dengan konsep penyimpanan limbah radioaktif modern Gambar 3. Lokasi Gabon

yang dirancang para ahli.Uranium di kedalaman 430 meter ini bertahan selama
ratusan juta tahun meskipun terjadi perubahan alam seperti terbentuknya pegunungan
(Rocky Mountain dan Applachians), zaman es, perubahan bentuk benua dan erosi
yang terjadi.Kanada menggunakan analogi yang terjadi di Cigar Lake
dikombinasikan dengan hasil eksperimen dan simulasi di laboratorium Manitoba
untuk membuat konsep fasilitas penyimpanan akhir limbah radioaktif yang
diperkirakan jauh lebih aman dari pada yang ada di Cigar Lake.
Contoh yang lain adalah Lock-Lomond di Skotlandia yang bisa menjadi
analogi interaksi zat radioaktif dengan tanah liat selama 6000 tahun dan lokasi Morro
de Ferro Brazil serta Alligator River di Australia sebagai contoh perpindahan/migrasi
uranium untuk jangka yang sangat lama. Kesemua contoh tersebut menunjukkan
bahwa zat radioaktif yang terbentuk tidak banyak bergeser dari lokasi awal
terbentuknya di masa lalu.

H. Pengolahan Limbah Radioaktif


Secara keseluruhan, pengelolaan limbah radioaktif yang lazim dilakukan
meliputi tiga pendekatan pokok bergantung besar kecilnya volume limbah, tinggi
rendahnya aktivitas zat radioaktif serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut.
Tiga pendekatan pokok itu meliputi:
1) Limbah radioaktif dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan
di dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam waktu yang cukup
lama. Cara ini efektif untuk pengelolaan limbah radioaktif cair yang
mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi.
2) Limbah radioaktif disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat
penyimpanan khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat ardioaktif
lingkungan. Cara ini efektif jika dipakai untuk pengelolan limbah radioaktif
cair atau padat yang beraktivitas rendah dan berwaktu paroh pendek.
3) Limbah radioaktif diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini
efektif untuk pengelolaan limbah radioaktif cair atau gas beraktivitas rendah.
Dengan ketiga pendekatan itu diharapkan bahwa aktivitas limbah radioaktif
yang lepas ke lingkungan sama dengan aktivitas zat radioaktif yang secara alamiah
sudah ada pada lingkungan. Dengan cara itu factor keselamatan manusia dan
lingkungan tetap merupakan prioritas utama dalam pemanfaatn teknologi nuklir.
Penyimpanan Lestari
Baik bahan bakar bekas yang tidak mengalami proses ulang maupun bahan-
bahan radioaktif sisa hasil proses olah ulang akan tetap diperlakukan sebagai limbah
radioaktif. Oleh karena itu, semua bentuk limbah radioaktif harus disimpan secara
lestari. Penyimpanan lestari limbah radioaktif secara aman merupakan tujuan akhir
dari pengelolaan limbah radioaktif.
Untuk mempermudah dalam proses penyimpanan lestari limbah radioaktif,
maka semua bentuk limbah diubah ke dalam bentuk padat. Limbah radioaktif cair
yang terbentuk diolah dengan proses evaporasi. Sistem ini mampu mengolah limbah
radioaktif cair menjadi konsentrat radioaktif dan destilat yang tidak radioaktif.Alat ini
mampu mereduksi volume limbah cair dengan faktor reduksi 50. Artinya, jika ada 50
m3 limbah cair yang diolah, maka akan dihasilkan 1 m3 konsentrat radioaktif, sisanya
menjadi air destilat yang sudah tidak radioaktif.
Gas-gas yang terbentuk juga terkungkung dalam pengungkung reaktor.Gas ini
kemudian disaring melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis.Setelah
dipakai untuk pengikatan radioaktif, filter tersebut selanjutnya diperlakukan sebagai
limbah padat.

Gambar Skema Pengelolaan Limbah Radioaktif


Pemadatan limbah radioaktif dimaksudkan agar limbah tersebut terikat dengan
kuat alam suatu matriks padat sangat kuat.Matriks dirancang mampu bertahan hingga
zat radioaktif yang diikatnya meluruh mencapai kondisi radioaktifnya setara dengan
radioaktif lingkungan. Dengan pemadatan seperti ini maka zat radioaktif tidak akan
terlepas ke lingkungan dalam kondisi apa pun selama disimpan.
Proses pemadatannya bisa dilakukan dengan semen (sementasi), aspal
(bitumenisasi), polimer (polimerisasi), maupun bahan gelas (vitrikasi). Padatan
limbah radioaktif kemudian dimasukkan ke dalam kontainer yang dibuat dari baja
tahan karat.Reaktor nulir untuk pembangkit yang menghasilkan tenaga berdaya 1.200
MWe setiap tahunnya menghasilkan limbah radioaktif padat berupa bahan bakar
bekas sebanyak 30 tahun.Namun setelah diolah ulang dan dipadatkan, volume limbah
hanya sebanyak 4 m3. Selanjutnya disimpan dalam penyimpanan sementara yang
berukuran 50m x 50 m x 4 m. Tempat penampungan ini mampu menampung limbat
padat yang berasal dari 10 reaktor yang beroperasi selama 50 tahun.
Setelah mengalami penyimpanan selama 50 tahun di penyimpanan sementara,
kemampuan memancarkan radiasi dari limbah tersebut sudah sangat kecil.
Selanjutnya dipindahkan ke tempat penyimpanan akhir (ultimate storage) yang
berada di bawah permukaan tanah. Tahapan penyimpanan akhir ini atau penyimpanan
lestari merupakan merupakan tahap akhir proses pengolahan limbah. Falsafahnya: zat
radioaktif yang semula diambil dari tanah (proses penambangan uranium),
dikembalikan lagi kedalam tanah.

Gambar Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif


REFERENSI
American Nuclear Society (ANS).2012.“Oklo's Natural Fision Reactors”.
http://www.ans.org/pi/np/oklo/.[diakses pada tanggal 17 November 2015]
Argonne National Laboratory. (2011). Nuclear Reactors: How They Work and Types
in Illinois. [pdf]
Dam, Hagen, dan Hoogenboom. (2005). Nuclear Reactor Physics. Netherland: Delft
University of Technology Physics of Nuclear Reactors.
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR).“Alam Mengajarkan Cara Mengelola
Limbah Radioaktif”.http://www.batan.go.id/ptlr/11id/?q=content/alam-
mengajarkan-cara-mengelola-limbah-radioaktif.[diakses pada tanggal 17
November 2015]
Sekimoto, Hiroshi. (2007). Nuclear Rector Theory. Tokyo: COE-INES Tokyo
Institute of Technology.
Setiabudi, A. dan Akhril Agus.(2000). Radiokimia. Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI.
U. S. Departmen of Energy. (---). Nuclear Energy. Washington, D.C. : Office of
Nuclear Energy, Science, and Technology of U.S. Department of Energy.

Anda mungkin juga menyukai