Anda di halaman 1dari 9

2.1.

MASA NIFAS
1. Definisi
Masa nifas ( Puerpenium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan semula ( sebelum hamil ). Masa ini
berlangsung selama kira – kira 6 minggu ( Sulistyawati, 2009).

Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam bukunya yang berjudul Sinopsis Obsetri Jilid I,
mengatakan bahwa masa nifas ( puerpenium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lamanya masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu.

2. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerpenium dini, puerpenium intermedial, dan
remote puerpenium.

a. Puerpenium Dini
Puerpinium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.

b. Puerpenium Intermedial
Puerpenium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Puerpenium
Remote puerpenium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunya komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
( Sulistyawati, 2009).

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :


a. Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya
untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam membuat
bentuk dan pola baru dengan kelahiran berikutnya.

b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu


Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan
komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat lebih
maksimal.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu


Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang
memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tertentu.

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu


Untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus


Dengan asuhan yang maksimal, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini
angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan


Anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
( Sulistyawati, 2009).

4. Involusi Alat-Alat Kandungan


a. Uterus

Secara berangsur- TFU Berat Uterus


angsur menjadi
kecil ( involusi )
sehingga akhirnya
kembali seperti
sebelum hamil.
Involusi
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
simfisis
2 minggu Tidak teraba 350 gram
diatas simfibis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Bekas implantasi uri


Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5
cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

c. Luka –luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

d. Rasa sakit
Disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

e. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
1) Lochea rubra (cruenta ) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke7-14 pasca
persalinan.
4) Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis : lochea tidak lancer keluar.
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.
Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.

g. Ligamen – ligament
Ligament, fasia, dan diafragma felvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendur.
( Mochtar, 1998 ).

5. Penanganan Masa Nifas

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :

a. Kebersihan Diri
1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan
kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapa digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika memiliki luka episiotomy atau laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan –
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali normal.
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI pada sekitar puting susu setiap kali
selesai menyususi.

f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga


Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk mulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan tentang keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka cara mecegah kehamilan yang tidak diinginkan.

h. Psikologis
1) Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur.
2) Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang
hati – hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
3) Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah
meningkat pada fase ini.
A. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelum inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan

1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat


karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya edema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik

1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva kadang
pucat, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.

Jakarta : EGC

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :

CV Andi Offset.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai