Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS JAYABAYA

ANALISA REVITALISASI HYDRAULIC BRAKE PADA SHIP


UNLOADER DI PLTU

JURNAL SKRIPSI

ANDRE KENCANA SINUHAJI


2016710150153

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JAKARTA
SEPTEMBER 2018
ANALISA REVITALISASI HYDRAULIC BRAKE PADA SHIP
UNLOADER DI PLTU

Andre Kencana Sinuhaji


Jurusan Teknik Mesin Universitas Jayabaya
Email : andrekencanasinuhaji@gmail.com

ABSTRAK

Ship unloader merupakan peralatan yang di gunakan untuk memindahkan batu bara yang
terdapat dari kapal angkutan menuju ke conveyor. Peralatan ini memiliki kecepatan
pembongkaran maximum 1250-1500 ton/jam. Hydraulic brake sistem pada ship unloader
bertujuan untuk melakukan pengereman atau pemberhentian agar unit dapat berhenti dengan baik
dan tidak bergerak lagi agar proses unloading batu bara dapat di lakukan. Untuk menjaga agar
sistem hydraulic brake berjalan dengan baik, maka harus di lakukan revitalisasi berkala guna
mencegah terganggunya proses coal handling sistem pada PLTU. Revitalisasi yang biasanya
lakukan meliputi test pressure flow line dan system, checking motor dan pompa hydraulic,
melakukan penjernihan / filtrasi oli dari kontaminasi, upgrading pipa dan hose, analisa
kebocoran. Kecepatan aliran awal fluida oli hydraulic adalah 2,322 m/s dan nilai reynold number
353 (aliran laminer). Setelah di ganti diameter pipa menjadi 12 mm untuk mengurangi aliran
laminer maka di dapat nilai reynold number 235,584 dan laju alir untuk flushing 104,05 lpm
serta menggunakan motor 4 kW dan hydro test dengan tekanan 120 bar.

Kata Kunci : ship unloader, hydraulic brake

1. Pendahuluan ship unloader bertujuan untuk melakukan


Dalam industri listrik, keberadaan pengereman atau pemberhentian agar unit
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sudah dapat berhenti dengan baik dan tidak
sangat terkenal di Indonesia. Dimana batu bergerak lagi agar proses unloading batu bara
bara sebagai sumber bahan bakar utama yang dapat di lakukan.Untuk menjaga agar sistem
paling penting dalam fasilitas PLTU. Untuk hydraulic brake berjalan dengan baik, maka
mencukupi kebutuhan bahan bakar batu bara harus di lakukan revitalisasi berkala guna
yang relatif besar jumlahnya diperlukan suatu mencegah terganggunya proses coal
penanganan khusus yang dinamakan coal handling sistem pada PLTU. Revitalisasi
handling system. yang biasanya lakukan meliputi test pressure
Coal handling system atau sistem flow line dan system, checking motor dan
penanganan batu bara di PLTU, terdiri dari pompa hydraulic, melakukan penjernihan /
ship unloader, conveyor, transfer tower, filtrasi oli dari kontaminasi, upgrading pipa
stacker & reclaimer, crusher building, dan hose, analisa kebocoran.
tripper gallery, coal feeder,dll memiliki 2. Sumber Studi
tugas untuk menangani mulai dari Proses unloading batu bara menggunakan
pembongkaran batu bara dari kapal / barge atau kapal, terdapat dua cara pertama,
tongkang (unloading area) sampai ke area port unloading, dengan peralatan
penimbunan / penyimpanan di stock area berupa clamshell bucket
ataupun langsung pengisian ke bunker unloader atau continous bucket ladder
(power plant), yang selanjutnya digunakan unloader. Kedua, Self ship unloading,
untuk pembakaran di Boiler. Alat dimana peralatan unloading berada di atas
transportasi atau penghubung dari satu kapal itu sendiri. Clamshell bucket
tempat ke tempat yang lain, menggunakan unloader,merupakan peralatan berat (heavy
dengan system conveyor. machinery) menggunak-an
Ship unloader merupakan peralatan sebuah bucket yang tergantung pada satu
yang di gunakan untuk memindahkan batu set hoist cable . Umumnya penggunaan
bara yang terdapat dari kapal angkutan peralatan ini biasa digunaakn pada kateogori
menuju ke conveyor. Peralatan ini memiliki muatan rendah hingga menengah, hal itu
kecepatan pembongkaran maximum 1250- dikarenakan peralatan ini memiliki
1500 ton/jam. Hydraulic brake sistem pada nilai maximum unloading rate sebesar 700
ton/jam. Nilai laju unloading ini semakin 9. Boom
lama akan semakin menurun seiring dengan 10. Trolley
berkurangnya muatan yang terdapat di 11. Anti-spill plate
dalam barge. 12. Feeder.
13. Cable reel.
14. Anchor dan Rail Clamping
15. Gantry Brake
2.1 Basic Hydraulic
Hydraulic system adalah
mempergunakan daya minyak untuk
menimbulkan tekanan pada tempat atau
objeck dimana tekanan itu di ciptakan dan
Gambar 2.1 Self Ship Unloader dipergunakan. Kelebihan hydraulic systems
adalah:
Ship unloader merupakan peralatan utama 1. Variabel speed/kecepatan dapat
dalam kegiatan pembongkaran batu bara disesuaikan dengan kebutuhan
yang di kirim melalui tongkang. Berikut 2. Dapat maju-mundur atau
komponen- komponen dalam ship unloader : bi directional/2 arah
3. Overload protection/safety
4. Kapasitas kerja yang tinggi

fluida atau minyak tersebut memiliki sifat-


sifat sebagai berikut :
1. Mudah menyesuaikan bentuk (container)
2. Tidak dapat dimampatkan
3. Meneruskan tekanan kesegala arah
4. Mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah

Dari sifat-sifat fluida tersebut maka


muncullah HUKUM PASCAL, dan hukum
ini banyakdipakai dalam sustu sistem
hidrolik. Bunyi hukum PASCAL adalah :
“Zat cair dalam ruangan tertutup dan diam
( tidak mengalir ) mendapat tekanan, maka
tekanan tersebut akan diteruskan ke segala
arah dengan sama ratadan tegak lurus bidang
permukaannya“.
Hukum Pascal : F = P x A ( Kg )
Dimana F = Gaya ( Force ) ( K g ).
P = Tekanan (Kg/Cm2 ).
A = Luas Penampang

Displacement adalah berapa besar


volume minyak yang dibutuhkan pada satu
Gambar 2.2 Komponen Ship Unloader kali putaran electric motor/1 menit/60 detik.
Penyebab utama kerusakan pada komponen
Keterangan gambar : hydraulic adalah 70% diakibatkan oleh:
1. Cabin operator. 1. Minyak hydraulic yang telah
2. PLC dan Electric room. terkontaminasi oleh air dan kotoran
3. Panel operasi local dan telephone 2. Konbinasi pemakaian part yang tidak
lantai 1 sesuai dengan volume minyak pada
4. Machine room. pompa
5. Hopper. 3. Minyak hydraulic overheat/terlalu panas
6. Grab. yakni diatas 55 drajat celcius
7. Gantry motor. 4. 30% adalah kesalahan faktor
8. Barge ( tongkang) batu bara. manusia/human error seperti over
setting/seteran melebihi kemanpuan 2.3 Presure Test
systems hydraulic yang di design dan Sebuah hydrostatic test adalah cara
operational parts yang tidak diganti ganti yang digunakan pada jaringan pipa,
selama bertahun tahun seperti filter plumbing, silinder gas, boiler dan tanki
tersumbat, filter koyak dan kebocoran2 bahan bakar guna mengetahui
pada systems hydraulic yang dibiarkan ketahaanannya maupun kebocorannya.
terlalu lama sehingga tangki kekurangan Test ini terdiri dari mengisi benda atau
minyak untuk disupply ke systems pipa dengan cairan, biasanya air, yang
akan memperlihatkan kebocoran jika ada,
2.2 Perhitungan Laju Air Fluida dan menekan pipa tersebut dengan tehnik
Jumlah volume fluida yang mengalir yang spesifik guna pengetesan. Dengan
persatuan waktu, atau: adanya hydrostatic test maka terdapat
beberapa manfaat penting, yaitu:
1. Mengetahui kekuatan jaringan
maupun pipa sehingga dapat dicegah
Dimana :
apabila ada kebocoran maupun
Q = debit aliran (m3/s)
tekanan yang berlebih.
A = luas penampang (m2)
2. Mengetahui bagian yang bocor atau
V = laju aliran fluida (m/s)
terlemah dari suatu jaringan
Aliran fluida sering dinyatakan dalam
3. Untuk mengetahui bagian yang bocor,
debit aliran
biasanya dapat dengan mudah
dipantau dari penurunan tekanan yang
mendadak / drastis.
Dimana : 4. Teting yang dilakukan pada tanki
Q = debit aliran (m3/s) penyimpanan gas sangat penting
V = volume (m3) karena jika ada kegagalan bisa
t = selang waktu (s) menyebabkan meledak.
5. Hydrostatic test juga membantu
Persamaan Kontinuitas menjaga maintenance peralatan tanki
Air yang mengalir di dalam pipa air atau jaringan pipa guna masalah
dianggap mempunyai debit yang sama di safety standard.
sembarang titik. Atau jika ditinjau 2
tempat, maka: Debit aliran 1 = Debit 3. Metodologi
aliran 2, atau : Dalam melaksanakan penelitian,
mahasiswa diharapkan mampu melakukan
studi kasus, yaitu mengangkat suatu kasus
yang dijumpai ditempat penelitian menjadi
suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian
yang ada, atau melakukan pengamatan
Hukum Bernoulli terhadap kerja suatu proses untuk dikaji
Hukum Bernoulli adalah hukum yang sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
berlandaskan pada hukum kekekalan Untuk mendukung penelitian dan kajian yang
energi yang dialami oleh aliran fluida. akan dilakukan, maka dapat dilakukan
Hukum ini menyatakan bahwa jumlah beberapa metode pelaksanaan, antara lain :
tekanan (p), energi kinetik per satuan
3.1. Orientasi Lapangan
volume, dan energi potensial per satuan
Dimana data yang di peroleh dari
volume memiliki nilai yang sama pada
penelitian secara langsung tentang
setiap titik sepanjang suatu garis arus.
kegiatan dan pengamatan di tempat
Jika dinyatakan dalam persamaan
penelitian. Berdasarkan penelitian
menjadi :
itulah penulis mendapatkan data-data
yang akan menjadi sumber data dalam
Dimana : pembuatan laporan.
p = tekanan air (Pa) 3.2 Study Literature
v = kecepatan air (m/s) Merupakan data yang diperoleh
g = percepatan gravitasi dari buku–buku atau hand book
h = ketinggian air sebagai bahan tambahan dalam
penyusunan laporan yang berkaitan
dengan topik yang di bahas. Selain
itu data yang didapat juga diperoleh v = Q/A = (0,0001167)/0,00005= 2,322 m/s
dari website atau internet. Perhitungan Kecepatan SU :
3.3 Pengambilan Data s = 500 meter (panjang lintasan)
Data-data yang di dapat dari t = 35 menit
konsultasi langsung dengan v = s/t
pembimbing kantor, lapangan, = (500 meter)/(35 menit )
operator dan engineer. = 14,3 m/menit = 0,238 m/s
3.4 Flow Chart Perhitungan Perlambatan SU pada
keadaan normal:
vt = 0
vo = 0,238 m/s
t = 2 detik
a = (0-0,238)/2 = - 0,119 m/s2
Perhitungan Perlambatan SU pada
keadaan existing :
t = 3.6 detik
a = (0-0,238)/3.6 = - 0,0661 m/s2

Terjadi pengurangan tenaga pengereman.

4.2.2 Perhitungan Reynold Number


Re = (ρ.v.d)/μ
Re = (875 x 2,322 x 8 x 10-3)/0,046
Re = 353 (Aliran Laminer)
4. Hasil dan Pembahasan
Untuk mendapatkan data apakah Perhitungan Head Loss di pipa
hydraulic brake bekerja dengan baik, maka ɛ = 0,046/0.008 = 5,75 x 10-3
kami melakukan identifikasi dengan cara f = 0,03 ( dari diagram moody)
mengoperasikan secara normal hydraulic hf = fx L/D x v2/2g
brake sistem dan melakukan pengecekan per = 0.03 x 20/0,008 x ((2,322)2)/(2
part atau per bagian apakah bekerja dengan x9,81)
normal seperti pengecekan motor, pompa, = 20,61 m
laju alir, pegecekan operating pressure, Dari hasil pengumpulan data dan
volume tangki, kontaminasi oli, pressure pengecekan visual dapat di indentifikasi
press cylinder, pengecekan visual (apakah permasalahannya, yaitu :
ada terjadi kebocoran di seal atau piping, dan  Seal banyak terjadi rembesan atau
lain-lainnya). kebocoran
Tabel 4.1 Data Hydraulic Sistem  Diameter pipa kekecilan, harus di
besarkan untuk mengurangi aliran
turbulen
 Pipa sudah banyak yang bocor
karena faktor usia pemakaian yang
sudah lama
 Terjadi loss pressure, dari awal
operating pressure nya 80 bar
menjadi 50 bar (karena faktor
adanya seal dan pipa yang bocor)
Setelah dapat mengevaluasi kendala
dalam sistem hydraulic brake maka
4.1 Evaluasi Permasalahan Hydraulic yang harus di lakukan adalah mengganti
Brake Sistem diameter pipa menjadi 12 mm dan
Perhitungan Kecepatan Aliran menurunkan reynold number nya.
Q = (7 )/60 = 0,1167 lpm berikut perhitungan reynold number
= 0,117 x 10-3 m3/s jika menggunakan pipa 12 mm, :
d = 8 mm = 8 x 10-3 A = π/4 x (12 x10-3)2 = 0,113 x 10-3 m3
A = π/4 x (8 x10-3)2 = 0,5 x 10-4 m3
v = Q/A kebocoran di pipa, sambungan pipa, seal,
= (0,0001167)/0,000113= 1,032 m/s hasil las, dan lain-lain nya.
Re = (ρ.v.d)/μ
Re = (875 x 1,032 x 0,012)/0,046 5. Kesimpulan
Re = 235,584 (Aliran Laminer) Berdasarkan hasil penelitian diatas,
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
Perhitungan Head Loss di pipa 1. Cara mengidentifikasi permasalahan
ɛ = 0,046/12 = 3,83 x 10-3 pada sistem hydraulic brake adalah
f = 0,027 (dari diagram moody) dengan me-running sistem tersebut
hf = fx L/D x v2/2g dan di lihat parameter seperti
= 0.027 x 20/0.012 x ((1,032)2)/(2 pengecekan spec motor dan pompa,
x9,81) laju alir, working pressure, volume
= 2,44 m tangki, kontaminasi oli, pengecekan
visual
Tabel 4.2 Perbandingan Penggunaan 2. Flushing membutuhkan aliran
Pipa 8mm dan 12 mm turbulen, sehingga di butuhkan Re =
4000. Di dapat flow rate pompa
104.05 lpm dan power motor 4 kW
3. Karena di dapat working pressure 80
bar, maka Pressure leak test di
butuhkan 1,5 kali dari working
pressure atau 120 bar.
4. Head Loss di pipa 8 mm 20,61 m dan
4.3 Perhitungan Flushing pipa 12 mm 2,44 m
Flushing adalah aliran turbulen
yang di gunakan untuk menghilangkan
kotoran atau benda asing atau kontaminasi
6. Daftar Pustaka
particle di dalam pipa saat pengelasan dan Drexler,P,dkk.2012. Planning and Design on
lain-lainnya, agar line pipa bersih dan nilai Hydraulic Power System.
reynold yang di inginkan Re 4000, Maka Wurzburg, German: Ksis
aliran yang di perlukan adalah: Media dan Rexroth Bosch
Q = (Re.ID.u)/21220 Exner,H,dkk.2003. Hydraulic, Basic
Q = (4000 x 12 mm x 46 cSt)/21220 Principles and
Q = 104,05 lpm Components. Wurzburg,
( berarti membutuhkan pompa yang bisa German: Ksis Media dan
memberikan flow rate 104,05 lpm) Power Rexroth Bosch
motor yang di butuhkan adalah : Klaas, Dua K.S.Y.2009. Design Jaringan
P = 25 bar Pipa. Kupang
Q = 104.05 lpm Management Traniee PT PJB Service
Eff pompa = 90 % Tekno Fluida Indonesia File
P = (p .Q)/(600 . eff pompa) http://smithship.blogspot.co.id/2015/10/hydr
= (25 x 104,05)/(600 x 0,9) ostatic-pressure-test.html
P = 3,9 kW (8 Mei 2018)
( Karena merujuk catalog motor maka di http://smithship.blogspot.co.id/2015/10/hydr-
pilih motor 4 kW) ostatic-pressure-test.html
Maka untuk Flushing di butuhkan pompa (7 Mei 2018)
dengan flow 104.5 lpm dan motor 4 kW

4.4 Perhitungan Hydro Test Pipa


atau Leak Test Pipa
P = Operating Pressure x 1,5
P = 80 bar x 1,5
P = 120 bar
Pressure yang di butuhkan untuk leak test
pipa adalah 120 bar dan di tahan pressure
nya sampai 1 jam. Selama pressure test
harus di lihat dengan cermat apakah ada

Anda mungkin juga menyukai