A. Pengertian Radd
Allah SWT telah menetapkan bagian ahli waris berupa ½, ¼, 1/8,
2/3, 1/3, dan 1/6 yang terdapat dalam an-Nisa’ ayat 11, 12, 176. Dia juga
menjelaskan bagimana kewarisan ‘aṣābah dari laki-laki maupun
perempuan. Penjelasan ini merupakan pondasi awal dari ilmu kewarisan
Islam. Kemudian terdapat hadis Nabi SAW yang menyebutkan:
الحقوا الفرائض بأهلها فما بقى فألولى رجل ذكر
Hadis ini merupakan penjelasan apa yang telah Allah SWT jelaskan dalam
al-Qur’an tentang tata cara pembagian harta warisan. Dalam pembagian
harta warisan, selama ahli waris terdiri dari aṣḥāb al-furūḍ1 dan ‘aṣābah2,
atau ‘aṣābah saja, maka perhitungannya akan jelas dan mudah. Namun
permasalahan perhitungan akan muncul ketika pewaris mati dan hanya
meninggalkan aṣḥāb al-furūḍ saja, sedangkan total bagian mereka tidak
memenuhi jumlah tirkah pewaris dan tidak ada ahli waris ‘aṣābah yang
bertugas untuk mengambil sisa harta warisan.3
1
Penggunaan istilah aṣḥāb al-furūḍ dalam kewarisan merujuk pada para ahli
waris yang bagiannya sudah ditentukan dalam al-Qur’an surat al-Nisa: 11, 12, 176.
2
‘Aṣābah merupakan setiap ahli waris laki-laki yang mempunyai hubungan
darah dengan pewaris, dan tidak ada perempuan diantara pewaris dan ahli waris. Lihat
Najm al-Huda Abi al-Khattab Mahfuz Ibn Ahmad, at-Tahzīb fi ‘ilm al-Farāiḍ wa al-
waṣāya, (Riyad: Maktabah al-‘Abikan, 1995), hlm. 1.
3
Soleh ibn fauzan ibn Abdullah al-fauzan, al-Tahqīqāt al-Marḍiyah fi al-
Mabāhiṡ al-Farḍiyah, (Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1986), hlm. 248.
27
28
4
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, cet. Ke 8, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004), hlm. 96
5
Ibn manzur, Lisān al-‘Arab, (Beirut: Dar Ihya’ al-Turas al-‘Arabi, 2013), IV:
213.
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, judul asli
Al-Mawāriṡ fi Syari’at al-Islāmiyah ‘ala Dou’ al-Kitāb wa al-Sunnah, alih bahasa A.M.
Basalamah, cet. Ke2, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 105.
29
7
Ahmad Ibn Yusuf Ibn Muhammad al-Ahdal, I’ānah al-Ţālib fi Bidāyah ‘Ilmi
al-Farāiḍ, cet. Ke 4, (Makkah: Daar Touq al-Najah, 2007), hlm 74.
8
Muhammad al-‘Aid al-Khatrawi, al-Rā’id fi ‘Ilmi al- Farāiḍ, cet. Ke 4,
(Madinah: Maktabah Dar al-Turas, tt), hlm. 77.
9
Soleh ibn fauzan ibn Abdullah al-fauzan, al-Tahqīqāt al-Marḍiyah fi al-
Mabāhiṡ al-Farḍiyah, hlm. 249.
10
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Kairo: Daar al-Fath Li al-I’lam al-‘Arabi,
2000), III: 306.
30
waris, dimana total saham menunjukkan angka yang lebih kecil daripada
pokok masalah awal.
11
Ibid., hlm. 306.
12
Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, cet. Ke 1, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm. 59. Sayyid Sabiq mengatakan tiga unsur ini merupakan
rukun yang harus dipenuhi dalam radd, lihat Fiqh al-Sunnah, jilid 3 (Kairo: Daar al-Fath
Li al-I’lam al-‘Arabi, 2000), hlm. 306.
13
Ahmad Ibn Yusuf Ibn Muhammad al-Ahdal, I’ānah al-Ţālib fi Bidāyah
‘Ilmi al-Farāiḍ, cet. Ke 4, hlm. 74.
31
waris setelah pembagian, karena tidak ditemukan ahli waris ‘aṣābah, atau
dengan kata lain ia merupakan suatu kejadian dalam perhitungan
kewarisan dimana jumlah saham ahli waris lebih kecil dibanding jumlah
total pokok masalah/ jumlah tirkah, maka ‘aul adalah kebalikannya.
14
David S. Power, Peralihan Kekayaan dan Politik Kekuasaan: Kritik Historis
Hukum Waris”, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm.
32
pemerintahan khalifah Umar ibn al-Khattab. Yaitu ketika Allah SWT telah
menetapkan jumlah faraḍ serta nilainya, tidak lama setelah itu, muncul
kasus dimana banyaknya ahlu al-furūḍ dan kurangnya jumlah harta
warisan.15
15
Muhamad Ibn Abdullah Ibnu al-Arabi, Aḥkām al-Qur’ān, (Beirut: Dar Ihya
al-Kutub al-‘Arabiyah, 1958), jilid 1, hlm. 353.
16
Al-Hākīm al-Nīsābūri, al-Mustadrak ‘alā ṣaḥīḥain fī al-Hadīṡ, (Beirut: Dar
al-Ma’rifat, tt), jilid 4, hlm. 430.
17
N.J. Coulson, Succession in The Muslim Family, (London: Cambridge
University Press, 1971), hlm. 47.
33
كان على يرد:أخبرنا عبد الرزاق عن الثورى عن محمد بن سالم عن الشعبى وقاله منصور قاال
على كل ذى سهم بقدر سهمه اال الزرج والمرأة وكان عبد هللا ال يرد على أخت ألم مع أم وال على
بنت ابن مع بنت الصلب وال على أخت ألب مع اخت ألب و أم والعلى جدة وال على امرأة وال
18
على زوج
18
Mu’ammar ibn Rasyid al-Uzdy, al-Muṣannaf li al-ḥāfiż al-Kabīr Abu Bakar
Abdu Razaq ibn Hammam al-ṣan’ānī, jilid ke 10, nomor: 19128, cet. Ke 2, (Beirut: al-
Maktab al-Islami, 1983), hlm. 286.
19
Ibid., hlm. 287.
34
20
Abu Hakim Abdullah Ibn Ibrahim, Kitab al-Talkhis fi ‘Ilmi al-Faraid, jilid
1, (Madinah: Maktabah ‘Ulum wa al-Hakam, tt), hlm. 174.
35
21
Hadis yang terkenal adalah فال وصية لوارث, ان هللا اعطى كل ذي حق حقهhadis ini
diriwayatkan oleh abu Daud, tirmidzi, dan ibn Majah. Lihat Wahbah az-zuhaily, al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr al-Muasir, 2007), X: 7825.
22
Fahd ibn Abdur-rahman al-Yahya, The Doctrine of Allocation of Excess
Estate (Ar-Radd0 in the law of Inheritance: Juristic and Arithmetic Analysis, artikel
dalam website scribd.com diunduh pada 26, november 2018.
36
furūḍ
Ahli waris Perolehan
Bagian a.m 1223
Total 270.000.000
Tabel 2.1
23
a.m. merupakan akronim dari asal masalah biasa disebut pokok masalah,
asal masalah didapatkan dari KPK pembilang bagian ahli waris, angka 4,6,3 memiliki
KPK 12.
24
Ibid., hlm. 174.
37
25
Wahbah az-zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr al-
Muasir, 2007), X: 7825.
26
Wahbah az-zuhaily, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu... jilid 10, hlm. 7826.
27
Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,... hlm. 61.
28
QS. Al-Anfal (8): 75.
38
a.m 6 radd 3
Ahli waris Perolehan harta
Bagian
Tabel 2.2
a.m 6
Ahli waris bagian a.m 4 4 Bagian ahli waris
radd 3
2 saudari 3
1/3 2 2 180.000.000
seibu
Tabel 2.3
39
29
Dalam diskursus ilmu kewarisan Islam, terdapat 4 metode matematik yang
digunakan untuk menentukan pokok masalah: tamāṡul, tadākhul, tawāfuq, dan tabāyun.
tamāṡul merupakan kondisi antara angka satu dan lainnya adalah sama misal 2 dan 2 atau
4 dan 4, tadākhul merupakan kondisi suatu angka lebih besar dari satunya namun angka
tersebut dapat dibagi dengan angka satunya misal 3 dan 6 dan 9 dan 12, tawāfuq
merupakan kondisi diantara kedua angka ditemukan kesesuaian misal 4 dan 6 atau 6 dan
9, sedangkan tabāyun adalah kondisi tidak ada kesesuaian antara dua angka misal 2 dan 3
atau 3 dan 4. Lihat Ahmad Ibn Yusuf Ibn Muhammad al-Ahdal, I’ānah al-Ţālib fi
Bidāyah ‘Ilmi al-Farāiḍ, cet. Ke 4... hlm. 82-85.
30
Ibid., hlm. 77.
40
furūḍ
Ahli waris Perolehan
Bagian a.m 12 radd 9
Total 360.000.000
Tabel 2.4
Kemudian jika merujuk pada pendapat Ali Ibn Abi Talib, Umar
Ibn Khattab, Ibn Mas’ud, ulama mazhab Hanafiyah dan Hanabilah serta
33
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, terj. Afif Muhammad,
(Jakarta: Basri Press, 1994) hlm. 357.
42
34
Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia... hlm. 60.
35
Mahfuz ibn Ahmad ibn al-Hasan Abu al-Khattab al-Kaluzani, al-Tahżīb fi
al-Farāiḍ, cet. 1... hlm. 175
43
36
David S. Power, Peralihan Kekayaan dan Politik Kekuasaan: Kritik Historis
Hukum Waris”, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm. 70.
37
Ibid., hlm. 71.
38
Ibid., hlm. 110.
45
39
Selain melakukan studi perbandingan hukum dengan Negara lain, usaha
yang dilakukan oleh tim penyusun KHI adalah: pengkajian kitab fiqh yang meliputi 13
kitab, wawancara dengan ulama, yurisprudensi Pengadilan Agama, dan lokakarya/
seminar materi hukum untuk Peradilan Agama. Lihat Marzuki Wahid, Fiqh Indonesia,
hlm. 119-126.
46
40
Tahir mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, (New Delhi:
Indian Law Institute N.M Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 115-116.
41
Ibid., hlm. 49.
42
Ibid., hlm. 55.
47
seluruh sisa harta warisan dalam keadaan tertentu, Sudan dengan Surat
Edaran Hukum No. 28 Tahun 1925 mensyaratkan hal itu terjadi hanya jika
pewaris tidak hidup dengan kerabat atau sanak family yang diakui.
Meskipun keberadaan sanak family yang diakui merupakan kondisi yang
sangat jarang ditemui. Namun pada dasarnya, hukum hukum diantara dua
negara tersebut tidak banyak perbedaan dalam prakteknya.43
43
Iibid., hlm. 68.
44
law no. 77 of 1959 merupakan peraturan tambahan terhadap pasal 143
hukum keluarga Tunisia Tahun 1956.
45
Tahir mahmood, Family Law Reform in The Muslim World... hlm. 104.
48
Jika dicermati, dalam pasal 193 KHI diatas tidak ada satu klausul
yang menyatakan bahwa janda/ duda dikecualikan dalam pembagian sisa
harta warisan, hal ini menunjukkan sebuah perbedaan mendasar antara
KHI dan fiqh klasik yang membedakan antara aṣḥāb al-furūḍ nasabiyah
dan sababiyah. Dalam memahami konsep radd yang ada, KHI
menegaskan bahwa sisa harta warisan harus diberikan kepada ahli waris
tanpa ada batasan.
46
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Islam di Negara-Negara
Muslim, dalam jurnal Asy-Syir’ah, vol. 48, no. 1, Juni, 2014, hlm.36-37.
47
Suparman Usman dkk., Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, cet. Ke-2,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 198.
49
48
Ibid., hlm 198.
49
Ahmad Ibn Yusuf Ibn Muhammad al-Ahdal, I’ānah al-Ţālib fi Bidāyah
‘Ilmi al-Farāiḍ, cet. Ke 4, hlm. 74.
50
Dalam menafsirkan status suami dan istri ketika terjadi radd, para
hakim Pengadilan Agama memiliki pandangan yang berbeda. Perbedaan
pendapat ini dapat dilihat dari beberapa putusan yang dikeluarkan hakim
dari Pengadilan Agama yang berbeda. Kasus pertama, putusan Pengadilan
Agama Sukabumi Nomor: 0017/Pdt.P/2012/PA.Smi. yang menangani
perkara kewarisan sebagai berikut: seorang suami mati meninggalkan 1
istri dan 1 anak angkat. Penyelesaiannya sebagai berikut:
Tabel 2.5
Putusan hakim PA Sukabumi didasarkan pada pendapat sahabat
Usman ibn Affan yang berpendapat bahwa radd dapat diberikan pada
suami/istri dari pewaris. Selain itu, putusan ini juga disandarkan pada
sistem Undang-Undang kewarisan mesir yang memberikan semua sisa
radd kepada suami/istri pewaris ketika tidak terdapat ahli waris ashab al-
furud, asabah, maupun żawī al-arhām.50
50
putusan.mahkamahagung.go.id, diunduh pada tanggal 29/08/2018.
51
51
Aina Sufya fuaida, Pelaksanaan Putusan Dalam Pembagian Waris di
Pengadilan Agama (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb, (Salatiga:
STAIN Salatiga, 2012), hlm. 78.
52
52
pta-makassarkota.go.id/portalperkara, diunduh pada tanggal 29/08/2018.
53
Agustina Kumala Dewi, Ahli Waris Penerima Radd dalam Perspektif Fiqh
Mawaris (Faraidh) dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), hlm. 195.
53
a.m 12
Ahli waris perolehan
furūḍ Bagian Warisan
Istri 1/4 3/12 360.000.000 90.000.000
Ibu 1/6 2/12 360.000.000 60.000.000
2 saudari seibu 1/3 4/12 360.000.000 120.000.000
Saham 9 3/12 270.000.000
Tabel 2.8
Dari pembagian waris tersebut, terdapat sisa harta yang harus
dibagikan melalui cara radd. Merujuk pada kalimat “sedang sisanya dibagi
secara berimbang diantara mereka, maka 360.000.000 – 270.000.000 =
90.000.000 atau 3/12 dibagi secara rata diantara 3 aṣḥāb al-furūḍ tersebut.
Maka kemudian 90.000.000 : 3 = 30.000.000, dan perolehan masing-
masing adalah sebagai berikut:
jumlah 360.000.000
Tabel 2.9
Pada model perhitungan yang kedua, dia memberikan contoh
pengembalian radd tanpa adanya janda/duda, dengan metode pembagian
yang berbeda dengan sebelumnya. Contoh: seorang laki-laki yang belum
menikah, kemudian mati meninggalkan ahli waris berupa ibu dan 2
saudari seibu dengan total harta warisan 360.000.000,-. Maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
54
a.m 6 radd 3
Ahli waris Perolehan harta
Bagian
Tabel 2.10
54
Ibid., hlm. 196.
55
furūḍ
Ahli waris Perolehan
Bagian a.m 12 radd 9
Istri 1/4 3/9 x 360.000.000 120.000.000
Ibu 1/6 2/9 x 360.000.000 80.000.000
2 saudari seibu 1/3 4/9 x 360.000.000 160.000.000
Jumlah saham 12 radd 9 9 360.000.000
Tabel 2.11
Dari dua metode penyelesaian perhitungan radd yang
dikemukakan oleh Agustina, dapat terlihat inkonsistensi-nya dalam
menginterpretasi kata berimbang yang terdapat pada pasal 193 KHI. Dari
satu sisi, dia melihat bahwa berimbang berarti membagi sisa harta
kewarisan tersebut dengan cara sama rata, di lain contoh, dia melihat
bahwa makna berimbang berarti sesuai bagian masing-masing.
55
Marzuki Wahid, Fiqh Indonesia: Kompilasi Hukum Islam dan Counter
Legal Draft Kompilasi Hukum Islam dalam Bingkai Politik Hukum Indonesia, hlm. 111.