Anda di halaman 1dari 8

Jurnal 1

Judul Artikel : Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Studi Program Desa Siaga
Author : Endang Sutisna Sulaeman, Ravik Karsidi, Bhisma Murti, Drajat Tri Kartono,
Waryana, Rifai Hartanto
Jurnal : Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7 No. 4 November 2012
Review :
Indonesia berkali-kali masuk kategori negara yang lamban dalam mencapai MDGs. Sumber
kelambanan ditunjukkan dari masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian balita,
belum teratasinya laju penularan HIV/AIDS, rendahnyapemenuhan air bersih dan sanitasi yang
buruk, belum adanya pengakuan inisiatif masyarakat, ppemerintah RI belum pernah mendorong
rasa kepemilikan bersama MDGs kepada rakyatnya, sangat kuat kesan bahwa pencapaian MDGs
identik dengan program pelaksanaan pemerintah. Sejak tahun 2006, Departemen kesehatan RI
melakukan upaya terobosan yang memiliki daya ungkit bagi peningkatan derajat kesehatan
penduduk Indonesia dan untuk akselerasi pencapaian MDGs yaitu melalui program Desa Siaga.
Desa Siaga adalah suatu kondisi masayarakat desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Model pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
meliputi kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan. Faktor-faktor internal
dan eksternal komunitas pada level anggota masyarakat, institusi masyarakat, kepemimpinan
masyarakat, dan akses informasi kesehatan memiliki peran penting dalam pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan pendekatan metode gabungan (mixed method)
yang bersifat explonatory study. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Desa Siaga, sedangkan
unit pengamatan adalah bidan pos kesehatan desa (Poskesdes) dan forum kesehatan
desa/kelurahan (FKD/FKK). Data penelitian kuantitatif diperoleh melalui kuesioner tertutup dengan
responden bidan poskesdes dan FKD/FKK di 30 Desa Siaga. Hasil Penelitian menunjukkan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan local pada
program Desa Siaga meliputi akses informasi kesehatan, kepemimpinan, modal social, dan survey
mawas diri. Besarnya kontribusi akses informasi kesehatan pada kemampuan mengidentifikasi
masalah kesehatan 29,48%, kepemimpinan 41,86%, survey mawas diri 40,07%, secara simultan
53,2%. Factor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah kesehatan
local pada program Desa Siaga meliputi modal social dan partisipasi masyarakat. Kontribusi modal
social pada kemampuan pemecahan masalah kesehatan sebesar 58,98%, partisipasi masayrakat
51,69%, dan secara simultan 64,2%
Jurnal 2
Judul Artikel : Mengukur tingkat pemberdayaan masyarakat dalam sector kesehatan
Author : Ede Surya Darmawan, Purnawan Junadi, Adang Bachtiar, Mardiati Najib
Jurnal : Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7 No. 2 September 2012
Review :
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi dalam pembangunan kesehatan
masyarakat yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Pemberdayaan masyarakat menjadi salah
satu fungsi puskesmas yang wajib dijalankan oleh seluruh puskesmas di tanah air. Meskipun
strategi ini bersifat wajib, sampai saat ini belum ada instrument yang secara khusus dapat dipakai
untuk mengukur seberapa jauh suatu kelompok masyarakat atau masyarakat di wilayah kerja
sebuah puskesmas telah mencapai tingkat pemberdayaan. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu fungsi puskesmas yang telah lama
diperkenalkan tetapi keadaan yang sebenarnya ditemui di lingkungan masyarakat masih belum
diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui cara melakukan pengukuran upaya
pemberdayaan masyarakat pada tingkat masyarakat serta kebijakan dan pengelolaan
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Depok dan Jakarta Selatan. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional untuk mengukur tingkat
pemberdayaan masyarakat.
Hasil analisis dari pemanfaatan instrumen ini telah menunjukkan bahwa tingkat
pemberdayaan masyarakat pada wilayah kerja puskesmas di Depok umumnya lebih banyak yang
memenuhi kategori baik dan untuk puskesmas di Jakarta Selatan lebih banyak yang termasuk
kategori kurang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya multisektor dengan titik pengarahan pada pemerintah daerah sebagai penanggung jawab
pemerintah dan pembangunan termasuk untuk sektor kesehatan. Hasil uji coba di Provinsi DKI
Jakarta menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat, dan promotif-preventif lebih
mudah dilakukan oleh kantor kelurahan daripada puskesmas.
Jurnal 3
Judul Artikel : Analisis Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Author : Tutui Restuasti, Zahtamal, Fifia Chandra, Ridha Restila
Jurnal : Jurnal Kesehatan Melayu, Vol. 1 No. 1, Hal. 14-19. 2017
Review :
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota, mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di satu wilayah kecamatan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan Kepmenkes No 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Puskesmas dan salah satu fungsi peran
puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat dengan strategi kemitraan dengan
kelompok masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan upaya
pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat agar lebih berkemampuan
menangani persolan kesehatan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan oleh puskesmas di Kota
Pekanbaru Pemberdayaan masyarakat telah diketahui oleh seluruh puskesmas di Indonesia,
namun berdasarkan kenyataan bahwa pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah satu fungsi
puskesmas dan telah cukup lama diperkenalkan tetapi keadaan sebenarnya ditingkat pembuat
kebijakan didaerah dan masyarakat masih belum banyak diketahui.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif menggunakan metode survey yang
dilakukan untuk melihat gambaran pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan di
puskesmas Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran aspek
pemberdayaan masyarakat di Kota Pekanbaru terdiri dari 3 aspek, yaitu keaktifan tokoh
masyarakat, ketersediaan organisasi kemasyrakatan dan UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Manusia), pemanfaatan sarana dan material dari masyarakat sudah terlaksana
seara optimal. Namun pada 4 aspek: ketersediaan dana masyarakat, penggunaan pengetahuan
masyarakat, teknologi dari masyarakat, dan pembuatan keputusan oleh masyarakat belum
terlaksana seluruhnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyak kegiatan
organisasi dan UKBM yang tidak berjalan dengan optimal kecuali posyandu aktif. UKBM Polindes
masih sangat sedikit dilakukan diwilayah kerja puskesmas di Kota Pekanbaru. Keterkaitan
pelaksanaan fungsi pemberdayaan oleh puskesmas dengan sumber daya dan proses manajerial
puskesmas sudah dalam kategori baik. Sedangkan pada ketersediaan jejaring dan organisasi
masih dalam kategori cukup.
Jurnal 4
Judul Artikel : Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Gambaran Peran Kader
Posyandu dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kota
Manado dan Palangkaraya
Author : Setia Pranata, Niniek Lely Pratiwi, Sugeng Rahanto
Jurnal : Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No.2 April 2011: 174-182
Review :
Berdasarkan data tahun 2002/2003, Indonesia masih memiliki AKB sekitar 3–10 kali lebih
tinggi dan AKI lebih tinggi sekitar 3–6 kali dibandingkan kondisi di negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, yang
sekarang menjadi Kementerian Kesehatan juga telah menggunakan pendekatan pemberdayaan
masyarakat sebagai salah satu upaya menurunkan AKB dan AKI sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) bahwa diakhir tahun 2009, Indonesia
mengharapkan terjadinya penurunan AKB menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan AKI menjadi
226/100.000 kelahiran hidup.Telah diakui oleh banyak pihak bahwa mengatasi masalah kematian
ibu dan bayi dari segi medis dan manajemen pelayanan kesehatan bukanlah hal yang sulit. Hal
yang sulit adalah mengatasi masalah non yang sulit adalah mengatasi masalah non medis seperti
aspek sosial dan budaya. Terkait dengan aspek sosial budaya, salah satu cara yang dinilai akan
mempercepat keberhasilan suatu kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan
pemberdayaan masyarakat. studi ini lebih diarahkan untuk melihat peran Posyandu yang sudah
melembaga di masyarakat, khususnya pada pemberdayaan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kematian ibu dan bayi. Jenis penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah
penelitian kualitatif yang melakukan kajian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dalam
rangka penurunan AKI dan AKB.
Hasil studi menunjukkan bahwa tidak ada kader posyandu yang menggunakan ketujuh
prinsip pemberdayaan sebagai upaya untuk melakukan pemberdayaan. Kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan posyandu, lebih berupa upaya untuk meningkatkan pemberdayaan yang dilakukan
posyandu, lebih berupa upaya untuk meningkatkan pengetahuan, bukan untuk cepat mengambil
keputusan dan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan. Terkait dengan sumberdaya
masyarakat, potensi tersebut sudah ada hanya belum bayak dimanfaatkan. Yang perlu dilakukan
kedepan adalah fasilitasi Dinas Kesehatan agar 7 prinsip pemberdayaan dilakukan menyeluruh
secara bertahap. Memberikan tanggung jawab kepada tokoh masyarakat untuk melakukan
pemasaran sosial tentang persalinan yang aman. Khusus kepada kader posyandu, perlu dilakukan
peningkatan ketrampilan advokasi dan negosiasi secara periodik sehingga lebih percaya diri dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan.
Jurnal 5
Judul Artikel : Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan
Permukiman Kumuh di Provinsi Bali
Author : I Ketut Alit
Jurnal : Jurnal Permukiman Natah Vol. 3 No. 1 Februari 2005: 1-61
Review :
Penyediaan rumah baik oleh pemerintah maupun swasta serta peraturan tentang
pembangunan perumahan merupakan contoh upaya penyediaan lingkungan permukiman yang
sehat bagi masyarakat luas. Upaya-upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta,
tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan kelemahan, sehingga mempengaruhi kualitas
lingkungan permukiman. Adanya kerusakan tata lingkungan, pencemaran, kemerosotan kondisi
sosial, ekonomi budaya, terjadinya bencana, dan pola perkembangan lingkungan yang
meninggalkan nilai-nilai tradisinya menandai turunnya kualitas lingkungan permukiman di tingkat
nasional. Di Bali, penurunan kualitas lingkungan perumahan desa maupun kota banyak dijumpai
pada daerah-daerah lingkungan padat, seperti lingkungan permukiman kumuh perkotaan,
lingkungan permukiman nelayan, dan lingkungan permukiman tradisional pada kawasan
pariwisata.
Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah di tetapkannya program
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran maupun
kemampuan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri meliputi (1)
mensosialisasikan dan memfasilitasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman, (2)
melakukan penyusunan data base permukiman kumuh tingkat kabupaten dan kota di Propinsi Bali,
(3) melakukan evaluasi proses pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, serta efektifitas program
peningkatan kualitas lingkungan, (4) serta mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang terkait
dengan peningkatan kualitas lingkungan dan konsultan pendamping.
Pemberdayaan dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh mutlak diperlukan dan
penerapannya dapat melibatkan berbagai komponen masyarakat baik perorangan, kelompok
masyarakat, warga masyarakat desa maupun pemimpin desa dinas maupun adat. Pemberdayaan
yang diharapkan adalah dalam berbagai wujud fisik maupun non fisik yang bersifat konstruktif, dan
mensukseskan setiap program peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Walaupun usaha-
usaha peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh telah banyak dilakukan oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat, masih banyak lingkungan permukiman yang harus
ditingkatkan kualitasnya. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan pembiayaan baik yang
disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Sementara itu, masyarakat yang memiliki adat
istiadat yang kuat dan didukung komitmen bersama akan mampu meningkatkan kualitas
lingkungan permukimannya. Tingkat kemandirian masyarakat ini sangat tergantung kondisi
setempat sebagai latar belakang permasalahannya.
TUGAS MATA KULIAH

ADVOKASI DAN PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT

REVIEW JURNAL PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu:

Dr. dr. Sri Achadi Nugraheni, MKes.

Disusun oleh:

Mat Zudi

(25000117410034)

AKK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai