Anda di halaman 1dari 66

MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA

PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT


MATARAM

BAB 4 ANALISIS DATA


MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
MATARAM

4-1
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

BAB 4 ANALISA DATA

4.1 Analisis Topografi

4.1.1 Sistem Referensi


Sistem referensi yang digunakan dalam pelaksanaan pengukuran, perhitungan dan penggambaran
situasi serta trase saluran adalah titik Benchmark , yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Referensi Koordinat Planimetris (X, Y)


Sebagai referensi koordinat planimetris digunakan sistem koordinat UTM, dan sesuai dengan
kesepakatan bersama, agar tidak diperoleh harga koordinat negatif, maka harga koordinat titik
referensi planimetris ditetapkan dulu.

4.1.2 Kondisi Topografi Lahan


Hasil pengukuran situasi topografi menunjukkan bahwa kondisi Jalan tidak memiliki bentangan
yang sama,.

4.1.3 Volume Pekerjaan


Berdasarkan daftar volume pekerjaan yang disajikan pada bab sebelumnya, terlihat bahwa jumlah
volume pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat memenuhi lingkup pekerjaan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Untuk Drainase Jalan lingkup kegiatan pengukuran situasi dan trase Jalan yang telah dilakukan,
mencapai volume sebagai berikut :
1. Pemasangan BM Baru
Pemasangan Benchmark Baru sebanyak 10 buah tepatnya dipasang disetiap perempatan jalan
2. Pemasangan CP Baru
Pemasangan CenterPoint Baru sebanyak 109 buah tepatnya di dekat BM dengan jarak kurang
lebih 50 m
3. Pembuatan Kerangka Pemetaan
Kerangka pemetaan yang digunakan sebagai jalur pengukuran poligon dan waterpas, untuk
pekerjaan pengukuran situasi dan updating map, dibuat dalam 2 (dua) sistem pengukuran
utama, dengan kerangka yang dibatasi oleh titik kontrol geodesi.
4. Pengukuran
1. Pengukuran poligon untuk dilakukan pada areal sepanjang ± 51 km

4-2
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.1.4 Titik Kontrol Geodesi


Tabel koordinat planimetris dan ketinggian dari semua titik kontrol geodesi ada pada tabel di
bawah ini.

Tabel 4-1 Daftar Koordinat Planimetris dan Ketinggian Lokasi Pekerjaan


KOORDINAT ELEVASI
NO. BM/CP
X (m) Y (m) Z (m)

1 BM.01 398.042.000 9.054.552.000 + 7.000


2 BM.02 398.562.361 9.047.062.057 + 6.646
3 BM.03 400.687.787 9.047.155.712 + 14.426
4 BM.04 402.803.620 9.047.414.120 + 22.910
5 BM.05 403.959.300 9.047.394.188 + 28.495
6 BM.06 399.369.198 9.049.251.666 + 13.157
7 BM.07 402.512.462 9.052.993.905 + 43.816
8 BM.08 401.798.632 9.049.369.563 + 12.269
9 BM.09 401.368.891 9.053.232.413 + 19.332
10 BM.10 399.507.328 9.051.055.830 + 10.263
11 CP.01 398.081.951 9.054.509.952 + 7.135
12 CP.02 398.602.264 9.047.060.410 + 6.457
13 CP.03 400.709.718 9.047.177.623 + 15.221
14 CP.04 402.848.299 9.047.426.735 +22.943
15 CP.05 403.963.995 9.047.424.021 + 28.220
16 CP.06 399.370.107 9.049.216.678 + 12.958
17 CP.07 404.545.086 9.052.989.359 + 44.001
18 CP.08 401.804.945 9.049.408.457 + 12.840
19 CP.09 401.366.156 9.053.204.824 + 19.242
Sumber : Pengukuran Topografi 2016

4.1.5 Produk Akhir Pekerjaan


Sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka dalam pelaksanaan
penggambaran kartografis, sebagai hasil akhir pelaksanaan kegiatan pengukuran Drainase Jalan,
dihasilkan :
1. Peta Situasi Detail sekala 1:2000
2. Gambar Profil Melintang Drainase Jalan dengan sekala horisontal 1: 100 dan vertikal
1:100
3. Gambar Profil Memanjang Sungai Ciujung, dengan skala horisontal 1:2000 dan
vertikal 1:100

4-3
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Gambar 4-1 Hasil Pengukuran Topografi

4-4
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.2 Analisis Mekanika Tanah


Pekerjaan pengujian tanah merupakan satu bagian tahapan awal dalam pekerjaan detail desain
bangunan sipil. Maksud dari pengujian tanah adalah sebagai alat pengujian terhadap kondisi
tanah dasar atau batuan dasar disekitar lokasi pekerjaan dengan tujuan memberikan informasi
secara menyeluruh mengenai:
1. Stratigrafi secara vertikal dari keadaan geologi yang berkembang melalui data – data hasil
sondir dan pemboran tangan atau hasil dari pemboran inti pada titik pondasi yang direncanakan.
2. Pengelompokan dan analisis sifat fisik maupun mekanik dari tanah/batuan, hubungannya
dengan analisis jenis pondasi yang akan digunakan serta bangunan pelengkap jembatan lainnya.

4.2.1 Uji Lapangan Dengan Pemboran Dangkal


Maksud dan tujuan adalah untuk mencari data - data mengenai tanah bawah permukaan atau
batuan dasar. Khusus untuk pekerjaan perencanaan pemboran ini dilakukan sampai pada
kedalaman mencapai tanah keras atau batuan dasar, sedangkan untuk penetuan titik lokasi
pemboran inti disesuaikan dengan kondisi konstruksi yang akan dibangun.
Untuk setiap core atau tanah hasil pemboran sebaiknya didiskripsi secara jelas dan singkat, yaitu
untuk setiap core sepanjang per satu meter panjang, kemudian setiap per satu meter panjang
dimasukkan dalam box atau yang biasa disebut core box dengan ukuran sesuai dengan standar
ASTM maupun standar lainnya .
Dalam pekerjaan pemboran ini akan selalu diikuti sampling. Pengambilan sampel tanah untuk
kepentingan laboratorium dapat diambil baik berupa sample terganggu (disturbed sample) untuk
menentukan uji batas-batas konsistensi, kadar air dan lain sebagainya. Sedangkan untuk mencari
sudut geser, kohesi, tekanan air pori, permeabilitas dalam tanah dan konsolidasi butiran maka
diperlukan sample tanah yang tidak terganggu (undisturbed sample), contoh ini diambil dengan
menggunakan tabung besi.
Peralatan yang digunakan :
• Post hole tipe auger
• Extension rod dengan panjang masing-masing 1.00 meter
• Mata bor type Iwan
• Handle
• Kunci-kunci pipa (gastong)
• Prosedur : ASTM Method D 1452-65

Pengambilan sampel :

4-5
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

 Tabung baja tipis (single/double core barrel) diameter luar 2” dan diameter dalam 63 mm
tebal 1,2 - 1,65 mm.
 Label, data sheet, parafin dll.
 Prosedur : ASTM Method D 1452 – 65

4.2.2 Uji Sondir atau Dutch Cone Penetrometer


Dutch Cone Penetrometer atau uji sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras serta sifat daya dukung maupun daya lekat setiap segmen kedalaman. Kegunaannya antara
lain adalah dapat dengan cepat menentukan lapisan keras, dapat memperkirakan perbedaan
lapisan, secara empiris hasilnya dapat dapat digunakan untuk menghitung daya dukung tiang
pondasi dan cukup baik digunakan pada lapisan yang berbutir halus. Dalam pelaksanaan
pekerjaan, peralatan yang diperlukan adalah :
 Mesin sondir (2.5 ton atau 10 ton, tergantung kebutuhannya)
 Satu set stang sondir (30 batang, per 1 meter)
 Manometer kapasitas 0 - 60 kg/cm² dan 0 - 250 kg/cm²
 Satu buah konus/bikonus
 Satu set anggker
 Perlengkapan : kunci pipa, kunci plunyer, palu, kunci manometer, minyak hidrolik (kastrol
oli, SAE 10), waterpass dll
 Standar ASTM D344-79
a. Pengujian dilakukan apabila seperangkat alat sondir ini telah terpasang tegak lurus diatas
permukaan tanah yang datar, kemudian dilakukan penekanan stang luar sampai setiap
kedalaman tambahan sepanjang 20 cm. Pekerjaan sondir akan dihentikan pada
kedalaman sebagai berikut :
b. Jika bacaan pada manometer tiga kali berturut – turut menunjukkan nilai > dari 150
kg/cm². Jika alat sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan manometer belum
menunjukkan angka maksimum, maka alat sondir harus diberi pemberat.

Berdasarkan kerangka acuan kerja dilakukan penyelidikan tanah pada rencana saluran primer
yang akan dilakukan konstruksi jumlah penyelidikan tanah sebagai berikut :
- 20 titik sondir
- 20 titik bor
- 10 titik testpit
Berikut lokasi pengambil sample untuk penyelidikan tanah :

4-6
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Gambar 4-2 Peta Sebaran Rencana Survey Mekanika Tanah

Tabel 4-2 Lokasi Penyelidikan Tanah untuk Handbor


Name Bujur Lintang
BT-1 116░ 6' 31.973" E 8░ 33' 49.796" S
BT-2 116░ 6' 9.452" E 8░ 34' 27.671" S
BT-3 116░ 4' 35.141" E 8░ 34' 22.092" S
BT-4 116░ 6' 34.072" E 8░ 34' 47.796" S
BT-5 116░ 5' 59.744" E 8░ 35' 18.957" S
BT-6 116░ 5' 6.218" E 8░ 35' 19.666" S
BT-7 116░ 4' 38.039" E 8░ 35' 23.540" S
BT-8 116░ 6' 2.903" E 8░ 35' 41.543" S
BT-9 116░ 6' 46.607" E 8░ 35' 39.549" S
BT-10 116░ 7' 44.610" E 8░ 35' 48.388" S
BT-11 116░ 7' 47.248" E 8░ 34' 58.387" S
BT-12 116░ 7' 50.999" E 8░ 34' 18.640" S
BT-13 116░ 8' 42.261" E 8░ 34' 22.967" S
BT-14 116░ 8' 49.285" E 8░ 35' 27.894" S
BT-15 116░ 8' 57.369" E 8░ 36' 4.690" S
BT-16 116░ 8' 57.536" E 8░ 36' 44.016" S
BT-17 116░ 7' 38.588" E 8░ 36' 47.790" S
BT-18 116░ 6' 59.377" E 8░ 37' 0.220" S
BT-19 116░ 5' 51.383" E 8░ 37' 9.425" S

4-7
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Name Bujur Lintang


BT-20 116░ 4' 32.264" E 8░ 36' 34.162" S

Tabel 4-3 Lokasi Penyelidikan Tanah untuk Sondir


Titik Sample BT Lintang
S1 116░ 4' 39.138" E 8░ 37' 11.932" S
S2 116░ 8' 49.340" E 8░ 35' 28.655" S
S3 116░ 7' 40.539" E 8░ 36' 47.388" S
S4 116░ 4' 39.325" E 8░ 35' 22.627" S
S5 116░ 6' 9.398" E 8░ 34' 28.671" S
S6 116░ 7' 47.882" E 8░ 34' 58.073" S
S7 116░ 6' 46.712" E 8░ 35' 39.377" S
S8 116░ 6' 2.185" E 8░ 35' 18.631" S
S9 116░ 4' 35.295" E 8░ 34' 22.087" S

Gambar 4-3 Pemasangan Angkur

Gambar 4-4 Lokasi Sondir 1

4-8
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Gambar 4-5 Lokasi Titik Sondir 2

Gambar 4-6 Lokasi Pengambilan Handbor

4.2.3 Pengujian Laboratorium


Pengujian/pengujian laboratorium dilaksanakan terhadap contoh tanah ”disturbed sample” untuk
mengetahui parameter – parameter :
a. Batas-batas Atterberg, ASTM D 426-56
b. Berat Volume, ASTM D2937-83
c. KadarAir, ASTM D2216-71
d. Berat Jenis, ASTM D854–58
e. Permeabilitas ASTM
f. Distribusi Ukuran Butiran/Hidrometer, ASTM D422 – 63
g. Uji Geser Langsung, ASTM D3800-70
h. Konsolidasi, ASTM D2435-90

4.2.4 Kriteria Pemilihan Pondasi


Dalam penentuan jenis pondasi terdapat beberapa kriteria utama yang harus dipertimbangkan,
antara lain:

4-9
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

1. Pondasi harus disesuaikan dengan sifat daya dukung tanah. Lapisan tanah yang direncanakan
sebagai lapisan pendukung harus mampu memikul beban struktur diatasnya dengan aman
tanpa mengalami kegagalan daya dukung (Shear Failure) maupun penurunan yang berlebihan.
Jika lapisan tanah permukaan mempunyai sifat daya dukung yang baik dan mampu memikul
beban struktur dengan aman, maka dapat digunakan pondasi dangkal karena secara teknis
maupun ekonomis pondasi dangkal sangat efektif.
Jika lapisan tanah permukaan tidak mampu memikul beban struktur maka beban tersebut
harus ditransfer kedalam lapisan tanah yang mempunyai daya dukung yang lebih memadai.
Dengan sendirinya dibutuhkan pondasi dalam yang berfungsi sebagai penyalur beban
melewati lapisan lunak hingga mencapai lapisan tanah keras dibawahnya
2. Tinjauan terhadap kekuatan material
Selain daya dukung tanah, daya dukung bahan dari pondasi juga merupakan unsur penting
yang harus dipertimbangkan. Pondasi harus terbuat dari bahan yang bermutu baik, sehingga
mampu memikul beban dengan aman tanpa menyebabkan kegagalan pondasi yang
disebabkan oleh pemilihan pondasi dan mutu bahan yang yang kurang sesuai
3. Kemampuan konstruksi (flexibility) untuk mengalami deformasi serta derajat kepekaan
(sensitivity) dari konstruksi terhadap penurunan.
Bagi konstruksi penting yang sensitif terhadap penurunan, harus menggunakan pondasi yang
bertumpu pada lapisan tanah yang stabil dan mempunyai daya dukung memadai sehingga
dapat dicegah seminim mungkin penurunan maupun pergerakan-pergerakan yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan keamanan konstruksi

4.2.4.1 Jenis Pondasi Yang Sesuai


Sesuai dengan kriteria penetuan pondasi dan berdasarkan kondisi tanah setempat secara umum
dapat ditentukan beberapa jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi setempat sebagai berikut:
 Untuk struktur ringan, bangunan-bangunan pelengkap, maupun fasilitas penunjang
lainnya dapat mempergunakan pondasi dangkal. Tipe yang sesuai yaitu pondasi tapak
(Spread Footing) maupun pondasi rakit (Mat Foundation) yang diperkuat dengan tiang-
tiang cerucuk kayu.
 Struktur berat maupun utama lainnya tidak direkomendasikan penggunaan pondasi
dangkal. Pondasi yang sesuai untuk konstruksi berat adalah pondasi dalam dengan tipe
end bearing.

4.2.5 Hasil Laboratorium Tanah

4-10
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-4 Titik Handbor 1 s/d 4

REKAPITULASI PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

Proyek : Masterplan dan Detail Desain Pengendali Banjir Kota Mataram Tanggal : 28 November 2016
Lokasi : Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Diperiksa : L. Junaidi

Bore hole/No. Sampel HB - 1 HB - 2 BH - 3 BH - 4


Jenis Sampel Disturbed sample
Kedalaman 1.60 - 2.00 1.60 - 2.00 1.60 - 2.0 1.60 - 2.00
Kadar air w (%) 24.940 19.390 25.020 47.900
Berat jenis Gs 2.630 2.550 2.650 2.610
Berat volume kering γd (g/cm3) 1.250 1.160 1.310 0.910
Properties

Berat volume basah 3 1.634 1.530 1.650 1.340


γb (g/cm )
Angka Pori e 1.104 1.200 1.023 1.870
Porositas n 0.525 0.550 0.506 0.650
Berat volume jenuh 3 1.775 1.710 1.816 1.560
γsat (g/cm )
Derajat kejenuhan Sr (%) 59.413 66.980 64.819 66.710
Kerikil % - - - -
Proporsi

Pasir % 70.540 60.360 46.000 28.960


Grain Size Analysis

Lanau % 28.320 30.831 50.240 54.926


Lempung % 1.140 8.809 3.760 16.114
Diameter maks (mm) - - - -
60% diameter (mm) 0.055 0.130 0.045 0.032
10% diameter (mm) 0.000 0.003 0.020 0.000
Klasifikasi Silty Sand Silty Sand Sandy silt Sandy silt
Lolos ayakan 200 29.460 39.640 54.000 71.040
Batas cair LL (%) 36.39 32.09 30.34 31.31
Konsistensi

Batas plastis PL (%) 18.93 19.57 20.34 19.55


Index plastis PI (%) 17.45 12.52 10.00 11.76
Batas susut SL
Klasifikasi Unified SM SM ML ML
Sudut geser φ (deg) 25.670 24.470 23.670 21.410
Geser langsung
Kohesi c (g/cm3) 0.030 0.050 0.040 0.060

4-11
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-5 Titik Handor 5-8

REKAPITULASI PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

Proyek : Masterplan dan Detail Desain Pengendali Banjir Kota Mataram Tanggal : 28 November 2016
Lokasi : Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Diperiksa : L. Junaidi

Bore hole/No. Sampel HB - 5 HB - 6 BH - 7 BH - 8


Jenis Sampel Disturbed sample
Kedalaman 1.60 - 2.00 1.60 - 2.00 1.60 - 2.0 1.60 - 2.00
Kadar air w (%) 56.060 42.610 28.400 30.340
Berat jenis Gs 2.630 2.640 2.650 2.630
Berat volume kering γd (g/cm3) 1.000 1.200 1.300 1.240
Properties

Berat volume basah 3 1.570 1.720 1.620 2.570


γb (g/cm )
Angka Pori e 1.620 1.190 1.038 1.121
Porositas n 0.620 0.540 0.509 0.529
Berat volume jenuh 3 1.620 1.750 1.809 1.769
γsat (g/cm )
Derajat kejenuhan Sr (%) 90.980 94.610 72.473 71.183
Kerikil % - - - -
Proporsi

Pasir % 26.420 74.160 62.350 76.480


Grain Size Analysis

Lanau % 28.979 25.840 34.240 23.520


Lempung % 44.601 0.000 3.410 0.000
Diameter maks (mm) - - - -
60% diameter (mm) 0.030 0.550 0.450 0.630
10% diameter (mm) 0.000 0.016 0.010 0.014
Klasifikasi CL SM SM SM
Lolos ayakan 200 73.580 25.840 37.650 23.520
Batas cair LL (%) 32.41 32.09 31.71 29.45
Konsistensi

Batas plastis PL (%) 20.19 19.57 20.28 23.45


Index plastis PI (%) 12.22 12.52 11.43 6.00
Batas susut SL
Klasifikasi Unified SP SP SP SP
Sudut geser φ (deg) 21.410 24.470 23.480 26.540
Geser langsung
Kohesi c (g/cm3) 0.100 0.070 0.060 0.050

4-12
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-6 Titik Handbor 9-12

REKAPITULASI PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

Proyek : Masterplan dan Detail Desain Pengendali Banjir Kota Mataram Tanggal : 28 November 2016
Lokasi : Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Diperiksa : L. Junaidi

Bore hole/No. Sampel HB - 9 HB - 10 BH - 11 BH - 12


Jenis Sampel Disturbed sample
Kedalaman 1.60 - 2.00 1.60 - 2.00 1.60 - 2.0 1.60 - 2.00
Kadar air w (%) 27.870 39.130 40.400 26.380
Berat jenis Gs 2.650 2.600 2.650 2.660
Berat volume kering γd (g/cm3) 1.280 0.970 1.010 1.540
Properties

Berat volume basah 3 1.640 1.350 1.420 1.950


γb (g/cm )
Angka Pori e 1.070 1.680 1.610 0.720
Porositas n 0.517 0.630 0.620 0.420
Berat volume jenuh 3 1.797 1.600 1.630 1.960
γsat (g/cm )
Derajat kejenuhan Sr (%) 69.004 60.640 66.420 96.990
Kerikil % - - - -
Proporsi

Pasir % 78.260 76.200 51.060 64.267


Grain Size Analysis

Lanau % 21.740 18.073 36.638 24.332


Lempung % 0.000 5.727 12.302 11.401
Diameter maks (mm) - - - -
60% diameter (mm) 0.130 0.300 0.260 0.300
10% diameter (mm) 0.045 0.008 0.002 0.002
Klasifikasi Silty Sand Silty Sand Silty Sand Silty Sand
Lolos ayakan 200 21.740 23.800 48.940 35.733
Batas cair LL (%) 27.45 30.34 32.09 32.09
Konsistensi

Batas plastis PL (%) 18.34 21.43 19.57 19.57


Index plastis PI (%) 9.11 8.91 12.52 12.52
Batas susut SL
Klasifikasi Unified SM SM SM SM
Sudut geser φ (deg) 25.360 32.873 32.805 31.126
Geser langsung
Kohesi c (g/cm3) 0.040 19.601 26.745 15.612

4-13
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-7 Titik Handbor 13 - 16

REKAPITULASI PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

Proyek : Masterplan dan Detail Desain Pengendali Banjir Kota Mataram Tanggal : 28 November 2016
Lokasi : Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Diperiksa : L. Junaidi

Bore hole/No. Sampel HB - 13 HB - 14 BH - 15 BH - 16


Jenis Sampel Disturbed sample
Kedalaman 1.60 - 2.00 1.60 - 2.00 1.60 - 2.0 1.60 - 2.00
Kadar air w (%) 34.830 41.120 35.530 31.450
Berat jenis Gs 2.620 2.700 2.570 2.610
Berat volume kering γd (g/cm3) 1.120 1.130 1.310 1.400
Properties

Berat volume basah 3 1.520 1.670 1.770 1.850


γb (g/cm )
Angka Pori e 1.330 1.400 0.970 0.860
Porositas n 0.570 0.580 0.490 0.460
Berat volume jenuh 3 1.700 1.710 1.800 1.870
γsat (g/cm )
Derajat kejenuhan Sr (%) 68.640 92.830 94.410 95.780
Kerikil % - - - -
Proporsi

Pasir % 61.000 80.200 59.017 53.980


Grain Size Analysis

Lanau % 26.368 12.870 30.271 37.252


Lempung % 12.632 6.930 10.712 8.768
Diameter maks (mm) - - - -
60% diameter (mm) 0.360 0.500 0.250 0.120
10% diameter (mm) 0.002 0.008 0.002 0.004
Klasifikasi Silty Sand Silty Sand Silty Sand Silty Sand
Lolos ayakan 200 39.000 19.800 40.983 46.020
Batas cair LL (%) 32.47 30.99 28.81 30.74
Konsistensi

Batas plastis PL (%) 20.00 25.79 17.66 18.33


Index plastis PI (%) 12.47 5.20 11.15 12.40
Batas susut SL
Klasifikasi Unified SM SM SM SM
Sudut geser φ (deg) 24.670 23.120 21.410 21.410
Geser langsung
Kohesi c (g/cm3) 0.060 0.050 0.060 0.090

4-14
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-8 Titik Handbor 17-20

REKAPITULASI PENGUJIAN TANAH DI LABORATORIUM

Proyek : Masterplan dan Detail Desain Pengendali Banjir Kota Mataram Tanggal : 28 November 2016
Lokasi : Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Diperiksa : L. Junaidi

Bore hole/No. Sampel HB - 17 HB - 18 BH - 19 BH - 20


Jenis Sampel Disturbed sample
Kedalaman 1.60 - 2.00 1.60 - 2.00 1.60 - 2.0 1.60 - 2.00
Kadar air w (%) 37.830 27.230 25.400 22.720
Berat jenis Gs 2.630 2.600 2.640 2.680
Berat volume kering 3 1.260 1.450 1.250 1.540
γd (g/cm )
Properties

Berat volume basah 3 1.730 1.840 1.640 1.880


γb (g/cm )
Angka Pori e 1.090 0.790 1.112 0.750
Porositas n 0.520 0.440 0.527 0.430
Berat volume jenuh γsat (g/cm3 ) 1.780 1.890 1.777 1.960
Derajat kejenuhan Sr (%) 91.180 89.120 60.302 81.570
Kerikil % - - - -
Proporsi

Pasir % 58.700 68.920 65.760 76.520


Grain Size Analysis

Lanau % 31.389 19.662 28.120 15.528


Lempung % 9.911 11.418 6.120 7.952
Diameter maks (mm) - - - -
60% diameter (mm) 0.340 0.350 0.340 0.360
10% diameter (mm) 0.002 0.000 0.002 0.009
Klasifikasi Silty Sand Silty Sand Silty Sand Silty Sand
Lolos ayakan 200 41.300 31.080 34.240 23.480
Batas cair LL (%) 37.32 38.12 29.45 37.39
Konsistensi

Batas plastis PL (%) 21.80 24.07 17.89 24.27


Index plastis PI (%) 15.52 14.05 11.56 13.12
Batas susut SL
Klasifikasi Unified SM SM SM SM
Sudut geser φ (deg) 23.120 24.470 23.860 21.410
Geser langsung
Kohesi c (g/cm3) 0.100 0.080 0.060 0.040

4.3 Analisis Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi lapangan yang dilaksanakan dengan berkoordinasi
pemerintah daerah setempat (Kota, kecamatan dan desa) berikut informasi genangan yang
diperoleh berdasarkan kecamatan di Kota Mataram :

4-15
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN SANDUBAYA

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

1. Berdasarkan Kordinasi dengan aparat Kecamatan Sanubaya daerah


Genangan Banjir untuk kecamatan tersebut yaitu : kelurahan mandalika
dan kelurahan abian tubuh.
2. Daerah kelurahan mandalika daerah genagan banjir terdapat di samping
kelurahan mandalika, dikarenakan saluran masih saluran tanah dan
sedimentasi yang cukup tebal (Gambar 1).
3. Daerah genagan di jalan Sanubaya mandalika (gambar 3) di samping
pasar mandalika, tinggi genagan mencapai 50 cm. air berasal dari
kabupaten Lombok barat. Akibat terjadi genagan saluran kecil dan
sedimentaasi yang tebal. (Gambar 2)
4. Daerah Genagan selanjutnya yaitu di pertemuan jalan Brawijaya dan jalan
teguh Faisal. Berdasarkan data dari kelurahan mandalika sebelumnya
lebar Saluran 2 meter, kini tersisa tingal 70 cm dan tertutup. (Gambar 4).
5. Menurut informasi dari warga dan aparat desa Abian Tubuh, Pintu air di
sekitar Jln, Sanubaya sering ditutup oleh pedagang untuk mencuci
sayuran, sehingga air melimpas ke jalan, dan pada saluran drainase
Gambar 4 tersebut, terdapat pipa PDAM yang melintang menghalangi saluran
Gambar 5 gorong-gorong, sehingga aliran air menjadi tersumbat

4-16
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN MATARAM
1. Kordinasi dengan Sekcam Mataram dan Kepala Lingkungan
2. Berdasarkan kordinasi dengan Sekcam mataram, bahwa daerah genagan
terjadi di daerah kel pagesangan
 umumnya di karenakan daerah tersebut memiliki sedimentasi
yang tinggi, lebar saluran kurang memadai
 Penyempitan saluran, dan tutup lobang gorong-gorong terlalu
kecil dan jaraknya berjauhan, sehingga warga kesulitan dalam
pembersihan sedimentasi pada gorong-gorong
 Beralih tata guna lahan, saluran masih saluran irigasi.
 Muara Saluran di sungai Ancar
3. Daerah banjir dengan tinggi genangan +- 50 cm, di perempat jalan
Sriwijaya, dan terdapat sidimentasi di pintu pembagi ke arah sungai Unus

Gambar 1

Gambar 2

Aliran Air Hujan Masuk Kedalam Sungai Unus

Gambar 3
4-17
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN SEKARBELA
Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

1. Kordinasi dengan aparat kecamatan Sekarbela


2. Genagan di daerah kekalik jaya, umumnya karena tersumbat sampah,
saluran masih berbentuk saluran irigasi
3. Saluran di daerah tanjung karang permai, di akibatkan sedimentasi
tinggi
4. Di kelurahan sekarbela Bangunan Berdiridi atas bibir saluran,
sedimentasi akibat sampah tinggi
5. Penyempitan di pertemuan sungai unus, sering terjadi luapan apabila
Gambar 5 musim hujan.

4-18
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN SELAPARANG
Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

1. Kerdinasi dengan kepala Lingkungan rembiga


2. Tinggi banjir bisa mencapai 50 cm, di akibatkan oleh tinggi jalan wahidin
rembiga lebih tinggi dari pemukiman, sedangkan saluran tertutup,dan
lebar kurang dari 50 cm.
3. Sungai menintin perbatasn dengan kabu paten Lombok barat

4-19
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN AMPENAN
Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

1. Daerah ampenan sering terjadi banjirdi akibatkan luapan air laut, karena
daerah ampenan terdapat di pesisir pantai.
2. Sering terjadi genagan akibat saluran drainase yang tersumbat oleh
sampah, di karenakan saluran drainase kecil dan tertutup/tidak ada
tutup lobang drainase, sehingga menyulitkan dalam pembersihan
sampah
3. Saluran drainase tertutup, banyak terdapat sedimentasi.
4. Kordinasi dengan aparat kecamatan ampenan.

Gambar 4

4-20
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

KECAMATAN CAKRANEGARA

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

1. Kordinasi dengan aparat kecamatan Cakra Negara.


2. Saluran kecil, genagan di akibatkan terjadi karena sumbatan akibat sampah.
3. Di daerah kel. abian tubuh belum ada saluran pembuangan (drainase), sehingga air berada di badan jalan,
padahal daerah ini dekat dengan sungai Unus.
4. Sungai unus.

4-21
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.4 Analisis Lingkungan

4.4.1 Proyeksi Penduduk


Masalah persampahan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan perkembangan penduduk Kota
Mataram. Untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk di Kota Mataram dalam jangka
pendek, dilakukan proyeksi penduduk di Kota Mataram sampai dengan perkiraan 20 tahun
mendatang. Prediksi jumlah penduduk dilakukan berdasarkan pola kecenderungan pertumbuhan
penduduk yang terjadi pada kurun waktu 2011 - 2015. Berdasarkan pola kecenderungan
pertumbuhan penduduk untuk kurun waktu tersebut, maka proyeksi penduduk Kota Mataram
tahun 2016 – 2021 menggunakan proyeksi bunga berganda dengan rumus sebagai berikut :
Pn = Po ( 1 + r )n
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode tersebut, diperoleh proyeksi penduduk Kota
Mataram tahun 2016 mencapai 450,777 jiwa sedangkan proyeksi jumlah penduduk sampai
dengan dua Puluh tahun kedepan yaitu tahun 2035 diperkirakan mencapai 485.350 jiwa.
Data dan proyeksi jumlah penduduk Kota Mataram Tahun 2016 – 2035 dapat dilihat pada Tabel
berikut:

Tabel 4-9 Jumlah Penduduk Kota Mataram


Tahun
Kecamatan
No 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ampenan 74,592 78,779 79,367 80,281 81,278 86,052
2 Cakranegara 60,333 64,087 64,771 65,792 66,834 66,516
3 Mataram 68,198 73,107 73,921 75,218 79,429 81,450
4 Sandubaya 57,434 61,093 61,683 62,534 63,466 70,025
5 Sekarbela 46,648 53,112 53,946 55,237 56,491 62,508
6 Selaparang 68,301 72,665 73,222 74,148 74,181 74,513
Jumlah 375,506 402,843 406,910 413,210 421,679 441,064
Sumber : Mataram Dalam Angka, 2016

4-22
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-10 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2012 - 2017

No Tahun Ampenan Cakranegara Mataram Sandubaya Sekarbela Selaparang Jumlah

1 2016 87,947 67,981 83,244 71,567 63,885 76,154 450,777


2 2017 89,075 68,853 84,311 72,485 64,704 77,131 456,558
3 2018 89,884 69,478 85,077 73,143 65,292 77,831 460,705
4 2019 90,516 69,967 85,676 73,658 65,751 78,379 463,947
5 2020 91,037 70,369 86,168 74,081 66,129 78,829 466,613
6 2021 91,479 70,711 86,586 74,441 66,450 79,212 468,879
7 2022 91,863 71,008 86,951 74,754 66,729 79,545 470,851
8 2023 92,204 71,271 87,273 75,031 66,977 79,840 472,597
9 2024 92,510 71,508 87,563 75,280 67,199 80,105 474,164
10 2025 92,787 71,722 87,825 75,506 67,401 80,345 475,587
11 2026 93,041 71,919 88,066 75,713 67,585 80,565 476,889
12 2027 93,276 72,100 88,287 75,903 67,755 80,768 478,090
13 2028 93,493 72,268 88,493 76,080 67,913 80,956 479,205
14 2029 93,696 72,425 88,685 76,246 68,061 81,132 480,245
15 2030 93,886 72,572 88,866 76,400 68,199 81,297 481,220
16 2031 94,066 72,710 89,035 76,546 68,329 81,452 482,138
17 2032 94,235 72,841 89,195 76,684 68,452 81,598 483,005
18 2033 94,395 72,965 89,347 76,814 68,568 81,737 483,826
19 2034 94,547 73,083 89,491 76,938 68,679 81,869 484,607
20 2035 94,692 73,195 89,628 77,056 68,784 81,995 485,350
Sumber : Analisa, 2016

4.4.2 Analisa Persampahan

4.4.2.1 Analisa Perkiraan Produksi Timbulan Sampah


Penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan sampah kota lainnya memerlukan
perhatian yang serius mengingat jenis dan jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, demikian juga dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan apabila tidak ditangani secara tepat. Selain pengangkutan dan pengelolaan
sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah serta fasilitas persampahan lainnya
merupakan kebutuhan masyarakat yang pokok untuk mengatasi masalah persampahan.
Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey pengukuran
atau analisa langsung di lapangan, diantaranya melalui :
a. Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah tangga dan
non rumah tangga) yang ditentukan secara random proporsional di sumber selama 8 hari
berturut-turut (SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991-03)

4-23
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

b. Load-count analysis : mengukur jumlah (berat dan/atau volume) sampah yang masuk ke
TPS, misalnya diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak
jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani oleh gerobak yang mengumpulkan
sampah tersebut, sehingga akan diperoleh satuan timbulan sampah perekivalensi
penduduk.
c. Weigh-volume analysis : bila tersedia jembatan timbang maka jumlah sampah yang
masuk ke fasilitas penerima sampah akan dapat diketahui dengan mudah dari waktu ke
waktu. Jumlah sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area yang layanan,
dimana data penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh
satuan timbulan sampah per-ekuivalensi penduduk
d. Material balance analysis : merupakan analisis yang lebih mendasar, dengan menganalisa
secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam sistem, dan aliran
bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya (system
boundary).
Metode pengambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah di Indonesia biasanya
berdasarkan SNI M 36-1991-03(02). Untuk memprediksi timbulan sampah di Kota Mataram dapat
menggunakan persamaan berikut:
( )
dengan
[ ( ) ]
[ ]
Dimana
Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang
Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan
Cs = peningkatan / pertumbuhan kota
Ci = laju pertumbuhan sektor industri
Cp = laju pertumbuhan sektor pertanian
Cqn = laju peningkatan pendapatan per kapita
P = laju pertumbuhan penduduk
Berdasarkan rumus tersebut maka :
 Jumlah timbulan sampah Kota Mataram tahun 2015 sebesar = 1.350 m3/hari
 Laju pertumbuhan sektor industri = 3,88% (PDRB Kota Mataram 2015)
 Laju pertumbuhan sektor pertanian = 8,96% (PDRB Kota Mataram 2015)
 Laju peningkatan pendapatan per kapita = 14.61% (PDRB Kota Mataram 2015)
 Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 (421,679 jiwa) hingga tahun 2015
(441,064 jiwa) = 2,14%

4-24
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Dari data-data tersebut maka diperoleh peningkatan / pertumbuhan Kota Mataram


sebagai berikut.
[ ( ) ]
[ ]

Sehingga dengan pertumbuhan kota Mataram sebesar 3,23%, dan menggunakan rumus
( ) , maka :
Untuk lebih jelasnya proyeksi timbulan sampah di Kota Mataram mulai dari tahun 2016 hingga
tahun 2035 dapat dilihat pada berikut :

Tabel 4-11 Proyeksi Timbulan Sampah


Volume Timbunan Sampah
Tahun
(m3/Hari)
2016 1,393
2017 1,438
2018 1,484
2019 1,531
2020 1,580
2021 1,631
2022 1,683
2023 1,737
2024 1,793
2025 1,850
2026 1,909
2027 1,971
2028 2,034
2029 2,099
2030 2,166
2031 2,235
2032 2,307
2033 2,381
2034 2,457
2035 2,536
Sumber : Analisa, 2016
Berdasarkan hasil proyeksi timbulan sampah di Kota Mataram hingga 20 tahun mendatang maka
dapat diprediksikan besarnya timbulan sampah pada masing-masing kecamatan di Kota Mataram
yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4-12 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Mataram Tahun 2016 – 2035

Volume Timbunan Sampah (m3/Hari)


Tahun
Ampenan Cakranegara Mataram Sandubaya Sekarbela Selaparang Jumlah
2015 264 219 246 201 177 243 1,350
2016 272 226 254 207 183 251 1,393
2017 281 233 262 214 189 259 1,438

4-25
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Volume Timbunan Sampah (m3/Hari)


Tahun
Ampenan Cakranegara Mataram Sandubaya Sekarbela Selaparang Jumlah
2018 290 241 270 221 195 267 1,484
2019 299 248 279 228 201 276 1,531
2020 309 256 288 235 207 284 1,580
2021 319 265 297 243 214 294 1,631
2022 329 273 307 251 221 303 1,683
2023 340 282 317 259 228 313 1,737
2024 351 291 327 267 235 323 1,793
2025 362 300 337 275 243 333 1,850
2026 373 310 348 284 250 344 1,909
2027 385 320 359 293 258 355 1,971
2028 398 330 371 303 267 366 2,034
2029 410 340 382 312 275 378 2,099
2030 424 351 395 322 284 390 2,166
2031 437 363 407 333 293 402 2,235
2032 451 374 420 343 302 415 2,307
2033 466 386 434 354 312 429 2,381
2034 480 399 448 366 322 442 2,457
2035 496 411 462 378 332 456 2,536
Sumber : Analisa, 2016

4.4.2.2 Analisa Kebutuhan Prasarana Persampahan


Pengelolaan sampah memerlukan dukungan ketersediaan prasarana sanitasi persampahan yang
dapat didistribusikan di setiap kawasan sesuai dengan proyeksi jumlah produksi sampah pada
suatu kawasan. Prasarana sanitasi persampahan yang dialokasikan berdasarkan proyeksi jumlah
produksi sampah tersebut antara lain meliputi : truck, amrol, TPS, kontainer sampah dan gerobak
sampah.
Standar yang digunakan dalam menganalisa kebutuhan prasarana persampahan Kota Mataram
berdasarkan Pedoman Standar Pelayanan Minimal Permukiman, Sarana dan Prasarana Perkotaan
(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No534/KPTS/M/2001).
Sehingga berdasarkan standar prasarana persampahan di atas maka daya tampung masing-
masing sarana persampahan sebagai berikut:
 Daya Tampung TPS 3 m3
 Daya tampung countainer 8 m3
 Daya tampung motor sampah 1 m3
 Daya tampung Dumptruk 7 m3
 Daya Tampung Pick Up 3 m3
Dengan daya tampung dari masing-masing prasrarana persampahan, dibandingkan
dengan ketersediaan sarana prasarana persampahan di Kota Mataram yang sudah

4-26
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

tersedia saat ini masih jauh dari cukup untuk mengangkut seluruh sampah setiap harinya.
Dimana sarana persampahan yang telah ada di Kota Mataram sebagaimana tercantum
pada tabel berikut:

Tabel 4-13 Kapasitas Muatan Prasarana Persampahan Kota Mataram


Sarana Prasarana Sarana Daya Angkut
No Jumlah Keterangan
Angkutan Sampah m3/hari

2 unit 2 kali rate dan yang


1 Dump truck 35 Unit lain 1kali pengangkutan 259
kapasitas muatan 7 m3/hari

2 Amroll 18 Unit Diangkut 4 kali rit 576


1 kali angkut kapasitas
3 Open pick up 15 Unit 45
muatan 3 m3/hari
2 hari/rate angkut kapasitas
4 Motor Sampah 13 Unit 13
muatan 1 m3
1 kali angkut kapasitas
5 Becak Sampah 32 Unit 3
muatan 12 m /hari
6 Truk tangki 4 Unit -
7 Whell Lodder 1 Unit Tersedia di TPA
8 Buldozer 2 Unit Tersedia di TPA
9 Exafator 2 Unit Tersedia di TPA
Tempat Penampungan Sampah Unit
Memiliki kapasitas muatan
1 TPS 96 Unit
sampai 288 m3
Memiliki kapasitas muatan
2 Container 66 Unit
sampai 544 m3
Hanya boleh mengendap
3 Transfer defo 2 Unit
mak 1 hari
Jumlah Angkut ke TPA Kebun Kongok 893
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Sehingga berdasarkan kondisi eksisting dan jumlah prasarana pengangkutan sampah yang sudah
ada di Kota Mataram, hanya sebanyak 893 m3/hari atau 66,1% sampah yang mampu diangkut
oleh Dinas Kebersihan Kota Mataram dari TPS ke TPA.
Berdasarkan jumlah timbulan sampah setiap harinya saat ini mencapai 1.350 m3/hari, dengan
cakupan minimal masyarakat yang harus terlayani berdasarkan pedoman/standar sebanyak 80%
(1080 m3/hari) sedangkan 20% sampah harus ditangani secara saniter (on-site system). Timbulan
sampah yang mampu diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Mataram dengan menggunakan
prasarana yang sudah ada baru mencapai ± 893 m3/hari, sehingga ada sisa kewajiban mengangkut
timbulan sampah sebanyak 457 m3/hari yang tidak terangkut dan umumnya di buang ke saluran
drainase atau sungai.

4-27
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Dengan kurangnya prasarana persampahan yang ada saat ini, sedangkan timbulan sampah dari
tahun ke tahun diproyeksikan akan meningkat maka dibutuhkan tambahan prasarana
persampahan untuk Kota Mataram. Sehingga jika dihitung perkiraan jumlah timbulan sampah di
Kota Mataram secara keseluruhan (100%) dengan memprediksikan jumlah volume yang terangkut
dari TPS ke TPA adalah sama dengan volume sampah yang terangkut di tahun 2015 maka akan
diperoleh volume sisa sampah yang harus diangkut ke TPA pada tahun 2016 sebesar 500 m3/hari.
Sedangkan dengan asumsi yang sama dan jika hanya 80% kewajiban pemda yang dipenuhi untuk
mengangkut sampah dari TPS ke TPA maka pada tahun 2016 akan ada volume sisa sampah yang
harus diangkut sebanyak 259 m3/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4-14 Proyeksi Timbulan Sampah (100%)


Volume Timbunan
No Tahun Terangkut Tidak terangkut
(m3/hari)
1 2016 1,393 893 500
2 2017 1,438 893 545
3 2018 1,484 893 591
4 2019 1,531 893 638
5 2020 1,580 893 687
6 2021 1,631 893 738
7 2022 1,683 893 790
8 2023 1,737 893 844
9 2024 1,793 893 900
10 2025 1,850 893 957
11 2026 1,909 893 1,016
12 2027 1,971 893 1,078
13 2028 2,034 893 1,141
14 2029 2,099 893 1,206
15 2030 2,166 893 1,273
16 2031 2,235 893 1,342
17 2032 2,307 893 1,414
18 2033 2,381 893 1,488
19 2034 2,457 893 1,564
20 2035 2,536 893 1,643
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Tabel 4-15 Proyeksi Timbulan Sampah (80%)


Volume Timbunan
No Tahun 3 Terangkut Tidak terangkut
(m /hari)
1 2016 1,115 893 222
2 2017 1,150 893 257
3 2018 1,187 893 294
4 2019 1,225 893 332
5 2020 1,264 893 371
6 2021 1,305 893 412
7 2022 1,347 893 454
8 2023 1,390 893 497
9 2024 1,434 893 541

4-28
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Volume Timbunan
No Tahun Terangkut Tidak terangkut
(m3/hari)
10 2025 1,480 893 587
11 2026 1,528 893 635
12 2027 1,576 893 683
13 2028 1,627 893 734
14 2029 1,679 893 786
15 2030 1,733 893 840
16 2031 1,788 893 895
17 2032 1,845 893 952
18 2033 1,905 893 1,012
19 2034 1,966 893 1,073
20 2035 2,029 893 1,136
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Untuk pengangkutan volume sisa sampah maka diperlukan penambahan sarana


dan prasarana persampahan di Kota Mataram sehingga semua sampah (100%)
ataupun 80% sampah di Kota Mataram dapat diangkut dari TPS ke TPA. Adapun
proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana persampahan di Kota Mataram untuk
mengangkut volume sisa sampah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4-16 Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sampah Kota Mataram Tahun 2016-2035
(dengan Tingkat Pelayanan 100%)

Volume Sisa Keb. Keb. Dump


Sampah yang Keb. Container(1) Keb. TPS(2)
Tahun Amroll(3) truck(4)
belum terangkut
(m3) (unit) (unit) (unit) (unit)
2016 500 62 166 16 83
2017 545 68 181 17 91
2018 591 73 196 19 98
2019 638 79 212 20 106
2020 687 85 229 22 115
2021 738 92 246 23 123
2022 790 98 263 25 132
2023 844 105 281 27 141
2024 900 112 299 28 150
2025 957 119 319 30 160
2026 1,016 127 338 32 169
2027 1,078 134 359 34 180
2028 1,141 142 380 36 190
2029 1,206 150 401 38 201
2030 1,273 159 424 40 212
2031 1,342 167 447 42 224
2032 1,414 176 471 44 236
2033 1,488 185 495 47 248
2034 1,564 195 521 49 261

4-29
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Volume Sisa Keb. Keb. Dump


Sampah yang Keb. Container(1) Keb. TPS(2)
Tahun Amroll(3) truck(4)
belum terangkut
(m3) (unit) (unit) (unit) (unit)
2035 1,643 205 547 52 274
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Keterangan:
(1)
Kebutuhan Container jika seluruh sisa sampah ditangani/diangkut hanya menggunakan container
(2)
Kebutuhan TPS jika seluruh sisa sampah ditangani/diangkut hanya menggunakan TPS
(3)
Kebutuhan Armroll jika seluruh sampah diangkut menggunakan container dengan asumsi bahwa satu armroll melayani empat
Container
(4)
Kebutuhan dumptruck jika seluruh sampah diangkut dari TPS dengan asumsi bahwa satu dumptruck melayani dua TPS

Sehingga berdasarkan tabel di atas perkiraan jumlah sarana dan prasarana sampah Kota Mataram
dengan kapasitas timbulan sampah sebanyak 2,536 m3/hari sampai dengan tahun 2035
dibutuhkan tambahan 205 unit container atau 547 TPS dengan 52 unit amroll atau 274 unit dump
truck.
Penanganan sampah di Kota Mataram sementara ini masih menggunakan pola memindahkan
sampah dari tempat penampungan sampah sementara menuju tempat pengelolaan akhir di
wilayah Kebon Kongo, namun pola penanganan sampah yang demikian tersebut tidak bisa
dilakukan secara terus menerus, upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi jumlah
timbulan sampah domestik seperti yang telah disayaratkan dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, maka secara ideal timbulan sampah domestik harus dikelola sendiri oleh
masyarakat dengan menggunakan konsep 3R yaitu Reuse, Recycle dan Reduce.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat akan mengurangi jumlah timbulan sampah
yang harus dipindahkan ke lokasi pengolahan akhir. Pengelolaan sampah memerlukan target
untuk pengurangan jumlah sampah yang ada. Target yang dijadikan pedoman oleh Indonesia
dalam pengurangan volume sampah sesuai dengan MDGs yang mana menargetkan pengurangan
produksi sampah sebesar 20% setiap tahunnya.
Sehingga sisa timbulan sampah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Mataram yang
harus terlayani adalah sebanyak 80% dari jumlah sampah yang dihasilkan. Sehingga dengan dasar
tersebut perkiraan jumlah sisa timbulan sampah pada tahun 2016 yang harus dilayani sebanyak
222 m3/hari, dan membutuhkan 27 unit container atau 73 unit TPS, hingga tahun 2035 perkiraan
jumlah sisa volume sampah yang harus terangkut ke TPA sebanyak 1,136 m3/hari sehingga
membutuhkan kebutuhan sarana prasarana persampahan yaitu : 141 unit container atau 378 unit
TPS serta 36 unit amroll atau 189 unit dump truck. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
berikut :

4-30
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-17 Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sampah Kota Mataram Tahun 2013-2017
(dengan Tingkat Pelayanan 80%)
Volume Sisa Keb. Keb. Keb. Dump
Keb. TPS(2)
Sampah yang Container(1) Amroll(3) truck(4)
Tahun
belum terangkut

(m3) (unit) (unit) (unit) (unit)


2016 222 27 73 7 37
2017 257 32 85 8 43
2018 294 36 98 9 49
2019 332 41 110 11 55
2020 371 46 123 12 62
2021 412 51 137 13 69
2022 454 56 151 14 76
2023 497 62 165 16 83
2024 541 67 180 17 90
2025 587 73 195 19 98
2026 635 79 211 20 106
2027 683 85 227 22 114
2028 734 91 244 23 122
2029 786 98 262 25 131
2030 840 104 279 26 140
2031 895 111 298 28 149
2032 952 119 317 30 159
2033 1,012 126 337 32 169
2034 1,073 134 357 34 179
2035 1,136 141 378 36 189
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Keterangan:
(5)
Kebutuhan Container jika seluruh sisa sampah ditangani/diangkut hanya menggunakan container
(6)
Kebutuhan TPS jika seluruh sisa sampah ditangani/diangkut hanya menggunakan TPS
(7)
Kebutuhan Armroll jika seluruh sampah diangkut menggunakan container dengan asumsi bahwa satu
armroll melayani empat Container
(8)
Kebutuhan dumptruck jika seluruh sampah diangkut dari TPS dengan asumsi bahwa satu dumptruck
melayani dua TPS

4.4.2.3 Analisa Pengelolaan Persampahan


Pengelolaan persampahan Kota Mataram tidak hanya merupakan tanggung jawab Dinas
Kebersihan namun juga merupakan tanggung jawab pihak swasta dan masyarakat. Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya terdapat 5 aspek penting dalam pengelolaan persampahan, yaitu :
yaitu: aspek teknis operasional, aspek organissi, aspek peran serta masyarakat, aspek hukum dan
peraturan serta aspek pembiayaan.
a. Aspek Hukum dan Peraturan
Landasan operasional untuk pengelolaan Persampahan di Kota Mataram diatur dalam :
1. Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

4-31
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

2. Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengeolaan Sampah


3. Peraturan Daerah Kota Mataram No. 10 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
4. Peraturan Walikota No. 19 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kebersihan Kota Mataram
5. Rencana Strategis Program penanganan Persampahan Dinas Kebersihan Kota
Mataram
b. Aspek Organisasi/Kelembagaan
Pengelolaan Persampahan di Kota Mataram secara formal dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan Kota Mataram. Dalam pengelolaannya terdapat kelompok stakeholder
sebagai berikut :
1. Dinas Kebersihan Kota Mataram sebagai pelaksana teknis terhadap Peraturan
Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dengan tugas
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Walikota No. 19 tahun 2008, tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan.
2. Pihak terkait dalam lingkup pemerintah Kota Mataram, yakni Badan Lingkungan
Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Dinas Koperindag.
3. Pelaku usaha dan masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan.
4. Kerjasama dengan pihak lain untuk pengelolaan sampah lintas daerah dan
membangun kemitraan dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah.
c. Aspek Teknis Operasional
Pola pengelolaan sampah yang berkembang saat ini di Kota Mataram adalah
sebagai berikut :
a. Sistem individual langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara
door to door dengan mendatangi sumber sampah, dimana sampah tersebut
diangkut dengan menggunakan dump truk.
b. Sistem individual tak langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara
door to door yang dilakukan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan
gerobak serta truk kecil dan sampah yang ada ditampung di tempat
penampungan sementara (TPS) atau kontainer dengan kapasitas 6 - 8 m3, dan
kemudian sampah yang terkumpul tersebut dibawa ke TPA.
c. Sistem Komunal yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh masing-masing
penghasil sampah dan dibuang ke tempat-tempat yang telah disediakan oleh
dinas kebersihan. sebagai tempat penampungannya berupa kontainer dan transfer

4-32
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

depo, kemudian dibawa ke TPA. Selain itu dilakukan penangan secara langsung
oleh para penghasil sampah, yaitu dengan ditimbun pada lahan–lahan kosong.
Dalam pengolahan sampah dengan sistem komunal dapat dilakukan di 2 lokasi, yaitu:
 Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Masalah persampahan dan upaya penanganannya di Kota Mataram dilakukan
melalui suatu konsep yaitu bahwa masalah ini merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dengan masyarakat yang diwujudkan dalam
bentuk pembagian peran dan tanggung jawab. Sampah yang berada pada
sumber sampah yang dipindahkan ke TPS / TD / Kontainer menjadi tanggung
jawab masyarakat, penangannya dikoordinir oleh perangkat di tingkat
kecamatan ke bawah. Secara operasioanal masyarakat dapat melakukan sendiri
dengan pola sampah dimasukkan ke dalam kantong dan kemudian dibuang ke
TPS.
 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Pengelolaan sampah dengan sistem ini dapat dilakukan kerjasama antara pihak
swasta, masyarakat dan Dinas Kebersihan yang meliputi :
– Pihak masyarakat dapat melakukan kegiatan pemisahan sampah sesuai
dengan sampah yang dihasilkan yaitu memisahkan sampah kering dan
sampah basah yang terkumpul pada tempat terpisah.
– Pihak swasta dapat bekerjasama dalam pengolahan sampah yang bersifat
daur ulang yaitu sampah-sampah kering yang dapat mereka beli dan
dapat didaur ulang.
– Pihak Dinas Kebersihan melakukan pengangkutan sisa-sisa sampah yang
telah terpisah untuk diangkut ke TPA.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemilihan awal sampah yang
dihasilkan yang mana mampu mengurangi beban dinas kebersihan dalam pengangkutan
sampah. Beban TPA semakin berkurang dengan berkurangnya sampah yang diangkut ke
TPA.
Aspek teknis operasional dibagi atas 6 elemen fungsi (aspek), yaitu : penimbulan
(waste generation), penanganan yang terdiri dari pemisahan, penyimpanan dan prosesing
di tempat (waste handling, seperation, storage and processing at the source),
pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan (transfer and transport),
pemisahan, prosesing dan transformasi (separation and processing and transformation),

4-33
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

dan pemrosesan akhir (disposal). Hubungan ke enam aspek tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.

Penimbulan

Penanganan : pemisahan, penyimpanan dan


prosesing di tempat

Pengumpulan

Transfer dan Pemisahan, prosesing dan


transport transformasi

Pemrosesan Akhir

Gambar 4-7 Faktor-faktor dalam Pengelolaan Sampah


(sumber : Tchobanoglous et al, 1993)

1. Penimbulan
Sumber sampah seperti yang telah dijelaskan dalam UU No 18 Tahun 2008
didefinisikan sebagai asal timbulan sampah. Sampah yang akan dikelola dibedakan
atas :
a. Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.
c. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliput :
– Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
– Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
– Sampah yang timbul akibat bencana
– Bongkaran bangunan
– Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau
– Sampah yang timbul secara tidak periodik

4-34
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Banyaknya timbulan sampah di dalam suatu kota dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain :
a. Reduksi di sumber sampah, sangat mempengarui jumlah timbulan sampah di
suatu kota. Adanya peningkatan reduksi timbulan sampah pada sumber
sampah akan menurunkn laju timbulan sampah secara signifikan :
Beberapa aktivitas yang termasuk dalam reduksi sampah seperti :
– Mengurangi bungkus/packaging
– Produk lebih tahan lama (dapat digunakan lagi)
– Mengganti bahan sekali pakai (popok, tempat makanan, piring, dll)
– Sesedikit mungkin menggunakan bahan-bahan/sumber daya alam
– Tingkatkan bahan yang dapat direcycle atau reused
b. Recycling, bagian dari upaya mereduksi jumlah sampah. Merupakan metoda
yang dapat merubah sampah mempunyai nilai ekonomis
c. Kebiasaan masyarakat mempengaruhi penanganan sampah mulai dari sumber
sampah. Jika masyarakat mempunyai kebiasaan mengelola sampah dengan
baik maka laju timbulan sampah di suatu kota dapat ditekan atau diturunkan
d. Peraturan, terkait dengan kebijakan pemerintah misalkan peraturan untuk
mengurangi penggunaan kemasan yang tidak ramah lingkungan
e. Kondisi fisik dan geografi (musim, iklim, dataran tinggi)
2. Penanganan : Pemisahan, Penyimpanan dan Prosesing di tempat
Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam
upaya mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan
pemilahan ini dilakukan dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat
berdasarkan jenisnya, merah untuk sampah B3, hijau untuk sampah Organik dan
kuning untuk sampah anorganik.
a. Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil
sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh
pengelola atau swasta. Spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga
memudahkan operasionalnya, tidak permanen dan hiegienis. Akan lebih baik
apabila ada pemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering
b. Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari
sekali sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.

4-35
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

3. Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini
dilakukan berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat. Sistem pengumpulan
sampah yang ada masih bervariasi baik individual maupun komunal, langsung
maupun tidak langsung. Pengumpulan individual secara langsung dengan truk
masih banyak digunakan sekalipun cara tersebut tergolong tidak efisien dan
relatif mahal, pengumpulan dengan gerobak masih banyak ditemukan namun
dibeberapa tempat masih menemui kendala
a. Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan
alat angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki
kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan
gerobak (untuk daerah teratur) dan secara komunal oleh masyarakat sendiri
(untuk daerah tidak teratur)
b. Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan
protokol, pusat perdagangan, taman kota, dan lain-lain
4. Transfer dan Transport
Pemindahan :
a. Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk)
dilakukan di transfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan
b. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius ± 500
m
c. Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA
lebih besar dari 25 km.
Pengangkutan :
a. Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah
pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika
dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh
pengguna jasa
b. Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey
time motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien
c. Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
muatan secara hidrolis, efisien dan cepat

4-36
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

d. Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan


kemampuan pemeliharaan.
5. Pemisahan, Prosesing dan Transformasi
a. Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang
harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan
prasrana dan sarana persampahan
b. Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman, pemanfaatan gas metan dan daur ulang
sampah.
c. Skala pengolahan smpah mulai dari individual, komunal, skala kota dan skala
regional.
d. Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan,
dana, SDM dan kemudahan operasional.
6. Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan / pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA
merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan
sampah tetapi juga wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan
sampah di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):
– Pemilahan sampah
– Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)
– Pengomposan sampah hayati (organik)
– Pengurugan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi
pengurugan atau penimbunan (landfill)

Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan sampah padat pada tanah. Jika
tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisa digali, dan sampah bisa
ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkan menjadi sanitary
landfill yaitu penimbunan sampah dengan cara yang sehat dan tidak mencemari

4-37
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

lingkungan. Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan sampah


secara sehat dimana sampah dibuang di tempat yang rendah atau parit yang digali
untuk menampung sampah, lalu sampah ditimbun dengan tanah yang dilakukan
lapis demi lapis sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada di alam
terbuka (Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:
– Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak
dapat menyingkirkan seluruh limbah
– Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani
lebih lanjut
– Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara kimia,
atau sulit untuk dibakar
Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill
adalah adanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama
operasional dari landfill seperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate
dan tanah penutup yang berfungsi mencegah hidupnya vector penyakit.
Berdasarkan peletakkan sampah di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi dari
landfill dapat dibedakan menjadi :
a. Mengisi Lembah atau cekungan.
Metode ini biasa digunakan untuk penimbunan sampah yang dilakukan pada
daerah lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering, dan bekas
galian. Metode ini dikenal dengan depression method.Teknik
peletakan dan pemadatan sampah tergantung pada jenis material
penutup yang tersedia, kondisi geologi dan hidrologi lokasi, tipe fasilitas
pengontrolan leachate dan gas yang digunakan, dan sarana menuju lokasi.
b. Mengupas Lahan secara bertahap
Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan sampah dikenal
sebagai metode trench. Metode ini digunakan pada area yang memiliki muka
air tanah yang dalam. Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahan
yang biasanya terbuat dari membran sintetis, tanah liat dengan permeabilitas
yang rendah (low-permeability clay), atau kombinasi keduanya, untuk
membatasi pergerakan leachate dan gasnya.
c. Menimbun Sampah di atas lahan.
Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi, dilakukan dengan
cara menimbun sampah di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode area.

4-38
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Sampah dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap


lapis dalam proses pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan
ditutup dengan material penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran
bervariasi tergantung pada volume timbulan sampah dan luas lahan yang
tersedia

Cara pengurugan sampah pada:


a. Sanitary landfill : sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai ketebalan
sekitar 1,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m yang
digilas dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak 4 sampai 6
gilasan, dan setiap hari ditutup oleh tanah penutup setebal minimum 15 cm,
sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan
tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal minimum 30 cm.
Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m disebut sebagi 1 lift, dengan kemiringan
talud sel maksimum 1 : 3.
b. Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai
ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar
0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak
3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk ketinggian
tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal
minimum 20 cm. Tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m disebut sebagai 1 lift.
c. Di atas timbunan sampah dalam bentuk lift tersebut kemudian diurug sampah
baru, membentuk ketinggian seperti dijelaskan di muka. Bila pengurugan sampah
dilakukan dengan metode area, maka untuk memperkuat kestabilan timbunan,
maka batas antara 2 lift tersebut dibuat terasering selebar 3 – 5 m.

Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai


upaya inovasi untuk memperbaiki proses degradasi sampah di dalam landfill,
antara lain
a. Landfill semi anaerobic, yang berfungsi untuk mempercepat proses degradasi
sampah dan mengurangi dampak negatif dari leachate dengan melakukan proses
resirkulasi leachate ke dalam tumpukan sampah. Leachate dianggap sebagai
nutrisi sebagai sumber makanan bagi mikoorganisme di dalam sampah.

4-39
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

b. Landfill aerobic, dengan menambahkan oksigen ke dalam tumpukan sampah


di sanitary landfill yang berfungsi mempercepat proses degradasi sampah
sehingga mendapatkan material stabil seperti kompos.
c. Reusable landfill atau landfill mining and reclamation. Definisi dari proses ini
adalah sebuah sistem pengolahan sampah yang berkesinambungan dengan
menggunakan metode Supply Ruang Penampungan Sampah. Proses ini sering
digunakan dalam revitalisasi TPA, dimana material yang dapat digali dari TPA
yang lama akan dimanfaatkan. Bekas galian TPA akan dirancang untuk menerima
sampah kembali dengan konsep sanitary landfill.

d. Aspek Peran serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan telah nampak
meskipun sebagian masih belum optimal, ini dibuktikan dengan masih rendahnya
kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya,
misalnya : membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang sampah di sungai atau
di pinggir-pinggir jalan raya, sampah yang dibuang tidak menggunakan kantong bahkan
tidak dipisahkan. Rendahnya peran masyarakat dalam usaha pemilahan dan pengurangan
volume sampah sejak dari sumber, serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan sampah untuk kepentingan ekonomi karena belum memahami secara
mendalam tentang potensi sampah yang memiliki nilai ekonomis untuk diusahakan.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan peranserta masyarakat oleh Dinas
Kebersihan Kota Mataram sudah lebih dari cukup dengan memberikan bimbingan dan
penyuluhan di beberapa kelurahan serta telah memberikan pelatihan pengelolaan
dan pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai. Misalkan Pelatihan
komposting sampah dan bantuan peralatan komposting yang telah dilaksanakan di
beberapa lingkungan dalam rangka menerapkan konsep 3R, hingga saat ini masih
berjalan. Demikian halnya kegiatan komposting yang dilakukan di TPA Kebon Kongok,
sementara hasil pupuk organik tersebut belum di pasarkan secara komersial.
e. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan pengelolaan sampah di Kota Mataram ini bersumber dari dana APBD, swasta dan
masyarakat secara swadaya. Peran serta masyarakat inilah yang sangat penting dalam
pengelolaan sampah perkotaan di Kota Mataram karena mulai dari sumber sampahlah
pengurangan biaya untuk pengolahan sampah dapat diminimalisir

4-40
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.5 Analisis Hidrologi

4.5.1 Ketersediaan Data Hujan


Dalam analisis hidrologi Kota Mataram terdiri dari DAS Ancar, DAS Midang, DAS Jangkok dan DAS
Unus, data hujan yang digunakan berasal dari pos hujan sebagai berikut :

Tabel 4-18 Lokasi Pos Hujan di Kota Mataram


Lokasi
No Nama Pos Hujan
Langitude Longitude
1 Batu Layar 8°31'49.836"S 116°6'3.438"E
2 Lingsar 8°33'32.397"S 116°9'55.261"E
3 Ampenan 8°35'6.42"S 116°5'0.029"E
4 Cakranegara 8°36'0.013"S 116°7'8.37"E
5 Mataram 8°35'9.711"S 116°8'21.708"E
6 Dasan Tareng 8°35'1.552"S 116°11'1.599"E
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 4-8 Lokasi Pos Hujan Kota Mataram

4-41
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Data hujan yang tersedia adalah data hujan harian untuk rentang waktu Tahun 2006 sd Tahun
2015. Berikut ini data hujan bulanan masing-masing pos hujan:

Tabel 4-19 Data Hujan Harian Maksimum Pos Batu Layar


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 68 45 123 90 51 58 52 0 0 5 56 83
2007 40 48 63 57 59 33 1 1 0 32 46 50
2008 50 74 45 35 50 13 21 17 46 75 47 30
2009 46 65 72 47 38 0 10 11.4 37 59 69 70
2010 63 31 10 13 44 65 89 30 100 56 69 59
2011 45 40 57 37 25 37 2 0 7 15 64 35
2012 35 36 37 20 46 22 4 1 11.5 50 40 68
2013 79 29 10 34 82 9 83 0 2 58 37 49.5
2014 57 30 14 25 11 1 13 6 0 35.5 37 20
2015 31 25 80.5 34 73 4 5 43 0 14 44 50
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 4-20 Data Hujan Harian Maksimum Pos Lingsar


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 40 58 36 69 31 5 55 0 0 7 49 113
2007 34 47 35 36 143 42 1 1 0 6 90 79
2008 42 41 55 21 85 3 2 3 53 36 61 35
2009 195 75 58 47 37.5 0 10 11.4 37 59 69 70
2010 63 31 10 25 55 32 120 68 56 116 63 75
2011 34 40 57 37 15 37 2 0 7 15 64 56
2012 48 42 24 16 46 22 3 1 11.5 9 14 68
2013 79 29 10 34 82 9 83 0 2 58 37 49.5
2014 57 30 14 25 11 1 13 6 0 35.5 37 20
2015 31 25 80.5 34 73 4 5 43 0 14 44 50
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 4-21 Data Hujan Harian Maksimum Pos Dasan Tareng


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 90 73 50 81 36 57.5 49 0 0 7 50 89
2007 41 60 75 42 175 4 1 1 0 30 140 105
2008 55 74 58 74 40 28 2 8 37 30 104 25
2009 80 72 144 47 37.5 0 7 11.4 13 70 127 40
2010 30 113 46 63 54 44 135 85 90 97 44 62
2011 20 59 57 37 15 37 2 0 7 15 64 56
2012 48 42 24 16 46 22 3 1 11.5 9 14 68
2013 87 30 16 34 59 10 23 0 2 57 40 49.5
2014 57 30 14 25 11 1 13 6 0 35.5 37 20
2015 31 25 80.5 34 73 4 5 43 0 14 44 50
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

4-42
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-22 Data Hujan Harian Maksimum Pos Ampenan


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 53 45 35 48 81 0 20 0 0 20 44 35
2007 41 23 41 50 15 20.5 0 0 0 24.5 55 48.5
2008 39.5 34.5 33 6.5 43.5 0 0 15.5 44 32.5 35 28
2009 122.5 69.5 41.5 47 37.5 0 5 0 15 12.5 45 106
2010 31 42 51 116 88 23 40 11 56 161 66 46
2011 23 18 55 19 10 2.5 2 0 0 21 34 50
2012 44 72 52 14 20 13.5 5.1 6.25 11.5 50 28 31
2013 20 11 31 54 49 82 62.5 0 2 32.5 54 49.5
2014 30 11 31 54 25 82 13 6 0 35.5 61 17
2015 59 53 80.5 34 73 85 2 43 0 14 44 50
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 4-23 Data Hujan Harian Maksimum Pos Cakranegara


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 53 56 105 55 45 4 42 0 0 23 50 42
2007 23 42 51 54 49 21 0 0 0 22 50 77
2008 39 35 38 3 37 0 0 21 55 45 36 31
2009 70 59 43 27 50 0 0 0 25 11 54 123
2010 42 32 7 19 132 11 123 57 91 156 98 65
2011 30 44 28 70 35 4 2 0 0 47 40 52
2012 48 70 37 13 80 22 4 1 2 50 40 68
2013 75 105 27 52 49 41 60 2 21 36 59 44
2014 76 35 20 36 12 13 6 0 23 77 14
2015 31 65 75 28 66 85 2 0 0 14 60 74
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 4-24 Data Hujan Harian Maksimum Pos Mataram


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2006 95 110 48 50 36 3 57 0 0 8 60 146
2007 15 14 47 29 8 20 0 0 0 27 60 20
2008 40 34 28 10 50 0 0 10 33 20 34 25
2009 175 80 40 67 25 0 10 19 14 36 89
2010 43 42 23 36 43 43 120 35 75 158 74 60
2011 31 40 40 74 61 1 2 0 0 47 45 27
2012 55 81 67 45 14 5 6 12 21 50 40 68
2013 54 51 53 47 49 40 65 0 2 29 49 55
2014 58 73 19 32 14 82 13 6 0 48 45 20
2015 87 41 86 40 80 85 2 0 0 14 28 26
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat

4-43
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.5.2 Analisis Hujan Maksimum Wilayah


Analisi hujan wilayah untuk masing-masing DAS di analisi berdasarkan metode polygon Thiesen.
Berikut peta dan table pengaruh pos hujan pada masing-masing DAS.

Gambar 4-9 Poligon Thiessen Kota Mataram

Tabel 4-25 Pengaruh Pos Hujan pada masing-masing DAS


(%) Luas
No Pos Hujan
DAS Midang DAS Jangkok DAS Ancar DAS Unus
1 Pos Lingsar 73.90 57.60 4.97
2 Pos Mataram 6.83 3.78 20.98 12.45
3 Pos Batulayar 9.02
4 Pos Ampenan 10.24 5.94 7.17 35.26
5 Pos Cakranegara 1.15 5.60 52.29
6 Pos Dasan Tareng 31.53 61.28
100.00 100.00 100.00 100.00

4-44
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-26 Daftar Hujan Harian Maksimum Wilayah Untuk masing-masing DAS
Hujan Harian Max Wilayah (mm)
Tahun
DAS Midang DAS Jangkok DAS Ancar DAS Unus
2006 105 101 96 73
2007 113 139 120 60
2008 75 72 78 48
2009 173 152 108 113
2010 118 120 124 158
2011 60 61 57 53
2012 64 66 65 72
2013 80 77 74 62
2014 54 56 56 67
2015 81 81 81 85

4.5.3 Analisis Frekuensi Curah Hujan


Analisis frekuensi dilakukan untuk mendapatkan curah hujan rencana untuk berbagai kala ulang.
Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Curah hujan rencana
diambil untuk periode ulang 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun.
Analisis frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu : Distibusi Normal, Distribusi
Gumbel Tipe I, dan Distribusi Log Pearson III.

4.5.3.1 Distribusi Normal

Persamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density Function, PDF) Normal adalah:

x -  2
-
1 2
p(x)  e 2
 2
Dimana  dan  adalah parameter dari Distribusi Normal. Dari analisa penentuan paramater
Distribusi Normal, diperoleh nilai  adalah nilai rata-rata dan  adalah nilai simpangan baku
dari populasi, yang masing-masing dapat didekati dengan nilai-nilai dari sample data.
x-
Dengan subtitusi t  , akan diperoleh Distribusi Normal Standar dengan  = 0 dan =1.

Persamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas Normal Standar adalah:
t 2
1 -2
P(t)  e
2
Ordinat Distribusi Normal Standar dapat dihitung dengan persamaan

4-45
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Persamaan Fungsi Distribusi Komulatif (Cumulative Distribution Function, CDF) Normal


Standar adalah:
1 t2
1 
P(t)  
- 2
e 2
dt

dimana:
x-
t = , standard normal deviate

x = Variabel acak kontinyu
 = Nilai rata-rata dari x
 = Nilai simpangan baku (standar deviasi) dari x.

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan bantuan tabel luas di bawah kurva distribusi
normal yang banyak terdapat di buku statistik dan probabilitas.Untuk menghitung variabel
acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan rumus umum yang dikemukakan oleh Ven
Te Chow (1951) sebagai berikut:

X T  X  K
dimana:
XT = Variabel acak dengan periode ulang T tahun

X = Nilai rata-rata dari sampel variabel acak X


 = Nilai simpangan baku dari sampel variabel acak X
K = Faktor frekuensi, tergantung dari jenis distribusi dan periode ulang T
Untuk distribusi normal, nilai K sama dengan t (standard normal deviate).

4.5.3.2 Distribusi Gumbel

Persamaan yang digunakan adalah :

X T  X  KT S x

Sx 

 X  xi 
2

n 1
6  T 
KT    0,5772  ln  ln    

    T 1
dimana :
XT : curah hujan maksimum dalam periode ulang T

X : curah hujan rata-rata


KT : Koefisien dispersi

4-46
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Sx : Standar Deviasi
T : Periode Ulang
Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut, maka didapat curah hujan rencana untuk beberapa
periode ulang yang diperlukan.

4.5.3.3 Distribusi Log Pearson III

Curah hujan rencana dihitung menurut ketentuan Standard Perencanaan Irigasi, dengan
menggunakan Distribusi Log Pearson III, yang formulanya adalah sebagai berikut :

Log X TR  Log X + k *  log X

Sedangkan untuk mencari besarnya masing-masing koefisien diatas adalah sebagai berikut :
 LogX
LogX 
n

S log X 

 LogX  LogX  2

n 1

G

n  LogX  LogX 3

n  1. n  2.S LogX 3


dimana :
X = Curah hujan (mm)

X = Curah hujan rata-rata


TR = Perioda ulang
k = faktor frekuensi tertentu f(G,TR) lihat tabel
G = Koefisien kemencengan
n = Jumlah data
Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut, maka didapat harga curah hujan maksimum untuk
beberapa periode ulang yang diperlukan.
Berikut ini hasil hasil analisis frekuensi hujan untuk masing-masing DAS.

Tabel 4-27 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Midang


Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr)
Periode Ulang
Normal Gumbel Log Pearson III
TR02 92.23 87.37 83.87
TR05 120.85 130.23 115.72
TR10 135.84 158.60 139.72
TR25 148.10 194.46 173.65
TR50 162.07 221.05 201.60
TR100 171.60 247.46 232.01
Sumber : Hasil analisis, 2016

4-47
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-28 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Jangkok


Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr)
Periode Ulang
Normal Gumbel Log Pearson III
TR02 92.49 87.87 85.07
TR05 119.65 128.55 116.28
TR10 133.87 155.48 139.07
TR25 145.51 189.51 170.28
TR50 158.77 214.76 195.39
TR100 167.82 239.82 222.12
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tabel 4-29 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Ancar


Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr)
Periode Ulang
Normal Gumbel Log Pearson III
TR02 85.94 82.58 82.53
TR05 105.71 112.19 105.52
TR10 116.07 131.79 120.19
TR25 124.54 156.56 138.24
TR50 134.19 174.94 151.40
TR100 140.78 193.18 164.40
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tabel 4-30 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Unus


Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr)
Periode Ulang
Normal Gumbel Log Pearson III
TR02 79.07 74.57 69.46
TR05 105.56 114.25 96.82
TR10 119.44 140.52 120.00
TR25 130.80 173.71 155.90
TR50 143.73 198.34 188.07
TR100 152.56 222.79 225.51
Sumber: Hasil Analisis, 2016

4.5.4 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi

Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran
hipotesa distribusi frekuensi. Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui:
a. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang
diperoleh secara teoritis.
b. Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
Pemeriksaan/pengujian distribusi frekuensi dipakai dengan 2 metode sebagai berikut
a. Uji Horizontal dengan Metode Smirnov-Kolmogorof
b. Uji Vertikal dengan Metode Chi Square
Pemilihan metode distribusi yang dipilih adalah dengan uji simpangan kuadrat terkecil.

4-48
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

a. DAS Midang
Berikut ini rekapitulasi hasil uji kesesuaian distribusi untuk masing-masing DAS MIdang.

Tabel 4-31 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Midang


Periode Ulang Hujan Rancangan ( mm )
No. (Tahun) Metode Metode Metode
Gumbel Normal Log Pearson Type III
1 2 87.37 86.80 83.87
2 5 130.23 115.53 115.72
3 10 158.60 134.18 139.72
4 25 194.46 151.67 173.65
5 50 221.05 174.38 201.60
6 100 247.46 191.81 232.01
7 200 273.76 208.84 265.18
8 1000 334.70 248.42 355.47
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
D Maximum, D Max -0.161 0.853 -0.091
Derajat Signifikansi 5.000 5.000 5.000
D Kritis 0.410 0.410 0.410
HIPOTESA DITERIMA TIDAK DITERIMA DITERIMA
UJI CHI SQUARE
Chi - Square hitung 4.11 3.60 5.50
Chi - Square kritis 5.99 5.99 5.99
Derajat Bebas 1.00 1.00 1.00
Derajat Signifikansi 5.00 5.00 5.00
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA

Tabel 4-32 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS MIdang


Jenis Uji Kecocokan
No. Jenis Distribusi
Rata-rata % Error Deviasi
1 Normal 14.67 17.10
2 Gumbel 8.16 9.20
3 Log Pearson III 23.59 25.99
Maksimum 23.59 25.99
Minimum 8.16 9.20

Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa distribusi yang paling sesuai untuk DAS Midang
adalah distribusi Gumbel.

4-49
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

b. DAS Jangkok
Berikut ini rekapitulasi hasil uji kesesuaian distribusi untuk masing-masing DAS Jangkok

Tabel 4-33 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Jangkok


Periode Ulang Hujan Rancangan ( mm )
No. (Tahun) Metode Metode Metode
Gumbel Normal Log Pearson Type III
1 2 87.87 87.31 85.07
2 5 128.55 115.65 116.28
3 10 155.48 134.00 139.07
4 25 189.51 151.15 170.28
5 50 214.76 173.39 195.39
6 100 239.82 190.42 222.12
7 200 264.79 207.04 250.73
8 1000 322.62 245.57 326.09
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
D Maximum, D Max -0.145 0.853 -0.091
Derajat Signifikansi 5.000 5.000 5.000
D Kritis 0.410 0.410 0.410
HIPOTESA DITERIMA TIDAK DITERIMA DITERIMA
UJI CHI SQUARE
Chi - Square hitung 4.11 3.60 5.50
Chi - Square kritis 5.99 5.99 5.99
Derajat Bebas 1.00 1.00 1.00
Derajat Signifikansi 5.00 5.00 5.00
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA

Tabel 4-34 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Jangkok


Jenis Uji Kecocokan
No. Jenis Distribusi
Rata-rata % Error Deviasi
1 Normal 15.79 15.22
2 Gumbel 7.37 7.39
3 Log Pearson III 24.51 24.42
Maksimum 24.51 24.42
Minimum 7.37 7.39

Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa distribusi yang paling sesuai untuk DAS Jangkok
adalah distribusi Gumbel.

4-50
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

c. DAS Ancar
Berikut ini rekapitulasi hasil uji kesesuaian distribusi untuk masing-masing DAS Ancar.

Tabel 4-35 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Ancar


Periode Ulang Hujan Rancangan ( mm )
No. (Tahun) Metode Metode Metode
Gumbel Normal Log Pearson Type III
1 2 82.58 82.77 82.53
2 5 112.19 104.26 105.52
3 10 131.79 117.66 120.19
4 25 156.56 129.89 138.24
5 50 174.94 145.38 151.40
6 100 193.18 157.00 164.40
7 200 211.35 168.16 177.34
8 1000 253.44 193.46 207.60
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
D Maximum, D Max 0.002 0.853 -0.091
Derajat Signifikansi 5.000 5.000 5.000
D Kritis 0.410 0.410 0.410
HIPOTESA DITERIMA TIDAK DITERIMA DITERIMA
UJI CHI SQUARE
Chi - Square hitung 4.11 3.60 5.50
Chi - Square kritis 5.99 5.99 5.99
Derajat Bebas 1.00 1.00 1.00
Derajat Signifikansi 5.00 5.00 5.00
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA

Tabel 4-36 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Ancar


Jenis Uji Kecocokan
No. Jenis Distribusi
Rata-rata % Error Deviasi
1 Normal 11.36 10.04
2 Gumbel 4.52 5.18
3 Log Pearson III 19.41 17.76
Maksimum 19.41 17.76
Minimum 4.52 5.18

Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa distribusi yang paling sesuai untuk DAS Ancar adalah
distribusi Gumbel.

4-51
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

d. DAS Unus
Berikut ini rekapitulasi hasil uji kesesuaian distribusi untuk masing-masing DAS Unus.

Tabel 4-37 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Unus


Periode Ulang Hujan Rancangan ( mm )
No. (Tahun) Metode Metode Metode
Gumbel Normal Log Pearson Type III
1 2 74.57 74.17 69.46
2 5 114.25 98.72 96.82
3 10 140.52 114.68 120.00
4 25 173.71 129.63 155.90
5 50 198.34 149.05 188.07
6 100 222.79 163.96 225.51
7 200 247.14 178.53 269.11
8 1000 303.56 212.38 401.54
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
D Maximum, D Max -0.264 0.853 -0.091
Derajat Signifikansi 5.000 5.000 5.000
D Kritis 0.410 0.410 0.410
HIPOTESA DITERIMA TIDAK DITERIMA DITERIMA
UJI CHI SQUARE
Chi - Square hitung 4.11 3.60 5.50
Chi - Square kritis 5.99 5.99 5.99
Derajat Bebas 1.00 1.00 1.00
Derajat Signifikansi 5.00 5.00 5.00
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA

Tabel 4-38 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Unus


Jenis Uji Kecocokan
No. Jenis Distribusi
Rata-rata % Error Deviasi
1 Normal 19.05 19.37
2 Gumbel 13.56 11.88
3 Log Pearson III 21.81 24.80
Maksimum 21.81 24.80
Minimum 13.56 11.88

Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa distribusi yang paling sesuai untuk DAS Unus adalah
distribusi Gumbel.

4-52
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.5.5 Analisis Debit Banjir

4.5.5.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman


Distribusi hujan jam-jaman dirujuk dari data Hujan jam-jaman di Pos Hujan Monjok Tahun 2009-
2015. Dari data hujan jam-jaman yang ada untuk setidap tahun, distribusi hujan dirujuk dari
distribusi hujan jam-jaman untuk hujan harian paling maksimum. Kemudian dari data disribusi
hujan tersebut diambil rata-rata per jamnya sebagai distribusi hujan jam-jaman yang akan
digunakan pada analisis debit banjir selanjutnya.
Berikut ini data distribusi hujan jam-jaman tahun 2009 sd 2015.

Tabel 4-39 Analisis Distribusi Hujan jam-jam Rujukan untuk Kota Mataram
Jam ke- Jam ke- Jam ke- Jam ke- Jam ke- Jam ke- Jam ke- Jam ke-
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 4 12 32 5 8 5 1 0.5
2010 0.6 1.1 18.8 1 1 1.7 3.3
2011 0.7 49.9 3.5 1
2012 44.7 24.5 15 1 7 1.5 0.6
2013 15.7 15 17.3 4.8 14.8 0.4 0.4 0.4
2014 32 81.8
2015 11.7 5.8 5.5 70.1 1.7 3.3 0.1
Rata-rata 15.6 27.2 15.4 13.8 6.5 2.4 1.1 0.5
Prosentase 0.19 0.33 0.19 0.17 0.08 0.03 0.01 0.01
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2016

Distribusi Hujan Jam-jam an Kota Mataram

0.350

0.300

0.250
Prosentase (%)

0.200

0.150

0.100

0.050

0.000
Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5 Jam ke-6 Jam ke-7 Jam ke-8

Gambar 4-10 Grafik Hujan Jam-jam an Rujukan untuk Kota Mataram

4-53
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Berikut ini Distribusi hujan jam-jaman pada masing-masing DAS

Tabel 4-40 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Midang


Distribusi Hujan DAS Midang (mm)
Jam Ke Distribusi TR-02 TR-05 TR-10 TR-25 TR-50 TR-100
87.37 130.23 158.60 194.46 221.05 247.46
1 0.190 16.58 24.71 30.10 36.90 41.95 46.96
2 0.330 28.81 42.94 52.30 64.12 72.89 81.59
3 0.186 16.28 24.27 29.56 36.24 41.20 46.12
4 0.168 14.66 21.85 26.61 32.62 37.08 41.51
5 0.079 6.89 10.28 12.52 15.35 17.45 19.53
6 0.029 2.52 3.76 4.58 5.62 6.39 7.15
7 0.013 1.15 1.71 2.08 2.55 2.90 3.24
8 0.005 0.48 0.71 0.87 1.06 1.21 1.35

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tabel 4-41 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Jangkok


Distribusi Hujan DAS Jangkok (mm)
Jam Ke Distribusi TR-02 TR-05 TR-10 TR-25 TR-50 TR-100
87.87 128.55 155.48 189.51 214.76 239.82
1 0.190 16.67 24.39 29.50 35.96 40.75 45.51
2 0.330 28.97 42.39 51.27 62.49 70.81 79.07
3 0.186 16.38 23.96 28.98 35.32 40.02 44.70
4 0.168 14.74 21.56 26.08 31.79 36.03 40.23
5 0.079 6.93 10.14 12.27 14.96 16.95 18.93
6 0.029 2.54 3.71 4.49 5.48 6.21 6.93
7 0.013 1.15 1.69 2.04 2.49 2.82 3.14
8 0.005 0.48 0.70 0.85 1.04 1.17 1.31

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tabel 4-42 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Ancar


Distribusi Hujan DAS Ancar (mm)
Jam Ke Distribusi TR-02 TR-05 TR-10 TR-25 TR-50 TR-100
82.58 112.19 131.79 156.56 174.94 193.18
1 0.190 15.67 21.29 25.01 29.71 33.19 36.66
2 0.330 27.23 36.99 43.46 51.62 57.68 63.70
3 0.186 15.39 20.91 24.56 29.18 32.60 36.00
4 0.168 13.85 18.82 22.11 26.26 29.35 32.41
5 0.079 6.52 8.85 10.40 12.36 13.81 15.25
6 0.029 2.39 3.24 3.81 4.52 5.06 5.58
7 0.013 1.08 1.47 1.73 2.05 2.29 2.53
8 0.005 0.45 0.61 0.72 0.86 0.96 1.06

Sumber: Hasil Analisis, 2016

4-54
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-43 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Unus


Distribusi Hujan DAS Unus (mm)
Jam Ke Distribusi TR-02 TR-05 TR-10 TR-25 TR-50 TR-100
74.57 114.25 140.52 173.71 198.34 222.79
1 0.190 14.15 21.68 26.66 32.96 37.64 42.27
2 0.330 24.59 37.67 46.33 57.28 65.40 73.46
3 0.186 13.90 21.29 26.19 32.38 36.97 41.52
4 0.168 12.51 19.17 23.57 29.14 33.27 37.37
5 0.079 5.88 9.02 11.09 13.71 15.65 17.58
6 0.029 2.15 3.30 4.06 5.02 5.73 6.44
7 0.013 0.98 1.50 1.84 2.28 2.60 2.92
8 0.005 0.41 0.62 0.77 0.95 1.08 1.22
Sumber: Hasil Analisis, 2016

4.5.5.2 Verifikasi Debit Banjir Rencana


Verifikasi debit banjir rencana merujuk kepada Buku Katalog Sungai pada masing-masing DAS.
Rekapitulasi hasil perhitungan debit banjir Kota Mataram yang meliputi DAS Midang, DAS Ancar,
DAS Jangkok, DAS Unus dengan berbagai periode ulang dengan menggunakan perangkat lunak
HEC-HMS 4.0 dengan metode loses yaitu SCS dan metode Unit Hydrograf dengan Nakayasu.
Analisis hidrologi debit banjir rencana di sungai ini untuk menunjang pemodelan hidraulik di
sungai yang terintegrasi dengan rencana Saluran Induk Drainase Kota Mataram.

Gambar 4-11 Skema Tata Air Kota Mataram

4-55
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.5.5.3 Debit Banjir DAS Midang


DAS Midang terbagi ke dalam 3 sub basin dalam keperluan pemodelan hidraulik sungai. Berikut ini
hidrograf untuk masing-masing sub basin dai DAS Midang.

Sub Midang Hulu


16
14
12
Debit (m3/dt)

10
8
6
4
2
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke-

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-12 Debit Banjir Sub Basin Midang Hulu

Sub Midang Hilir


25

20
Debit (m3/dt)

15

10

0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-13 Debit Banjir Sub Basin Midang Hilir

Sub Midang Utara


700
600
500
Debit (m3/dt)

400
300
200
100
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-14 Debit Banjir Sub Basin Midang Utara

4-56
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

DAS Midang
700
600
500

Debit (m3/dt)
400
300
200
100
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-15 Debit Banjir DAS Midang

4.5.5.4 Debit Banjir DAS Jangkok


DAS Jangkok terbagi ke dalam 2 sub basin dalam keperluan pemodelan hidraulik sungai. Berikut
ini hidrograf untuk masing-masing sub basin dai DAS Jangkok.

Sub Jangkok Hulu


900
800
700
Debit (m3/dt)

600
500
400
300
200
100
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-16 Debit Banjir di Sub Basin Jangkok Hulu

Sub Jangkok Hilir


8
7
6
Debit (m3/dt)

5
4
3
2
1
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-17 Debit Banjir di Sub Basin Jangkok Hilir

4-57
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

DAS Jangkok Hilir


900
800
700

Debit (m3/dt)
600
500
400
300
200
100
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-18 Debit Banjir DAS Jangkok

4.5.5.5 Debit Banjir DAS Unus


DAS Unus terbagi menjadi 2 sub basin dalam keperluan pemodelan hidraulik sungai. Berikut ini
hidrograf untuk masing-masing sub basin dai DAS Unus.

Sub Unus Hulu


1400
1200
1000
Debit (m3/dt)

800
600
400
200
0
0 4 8 12 16 20 24
-200
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-19 Debit Banjir di Sub Basin Unus Hulu

Sub Unus Tengah


140
120
100
Debit (m3/dt)

80
60
40
20
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-20 Debit Banjir di Sub Basin Unus Tengah

4-58
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

DAS Unus
1600
1400
1200

Debit (m3/dt)
1000
800
600
400
200
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-21 Debit Banjir DAS Unus

4.5.5.6 Debit Banjir DAS Ancar


DAS Ancar terbagi hanya menjadi satu basin dalam keperluan pemodelan hidraulik sungai. Berikut
ini hidrograf untuk masing-masing sub basin dai DAS Ancar :

DAS Ancar
100
80
Debit (m3/dt)

60
40
20
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam Ke

TR02 TR05 TR10 TR25 TR50

Gambar 4-22 Debit Banjir DAS Ancar


Tabel 4-44 Rekapitulasi Debit Banjir Puncak
Sub Basin Debit (m3/s)
DAS
Hidrologi Q2 Q5 Q10 Q25 Q50
Midang Hulu 2.8 5.2 7 9.4 14.9
Midang Hilir 4.1 7.8 10.5 14.1 21.3
DAS Midang
Midang Utara 107.9 204.4 274.5 369.5 586.9
DAS Midang 113.3 215.1 290.8 391.2 619.4
Jangkok Hulu 341.4 509.1 621.2 763.5 802.4
DAS Jangkok Jangkok Hilir 2.8 4.2 5.1 6.3 6.7
DAS Jangkok 342.9 511.3 623.9 766.9 806.1
DAS Ancar DAS Ancar 42.8 59.7 70.3 84.4 88.5
DAS Unus Unus Hulu 111.4 296.5 653.7 786.1 1331.7

4-59
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Unus Tengah 9.3 25 56.6 68.1 116.4


DAS Unus 117.8 312.9 688.6 688.6 1413.7
Sumber hasil analisis, 2016

4.5.6 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan diperlukan dalam perhitungan debit limpasan masing-masing saluran.
Karena pengamatan data hujan jam-jaman tidak tersedia, maka perhtungan intensitas curah
hujan dilakukan dengan metode Mononobe.

Untuk menentukan besarnya intensitas hujan tiap jam untuk hujan digunakan rumus Mononobe
sebagai berikut :

2
 Rt  24  3
I    
 24  t 
dimana
I = intensitas curah hujan tiap jam (mm)
Rt = curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
t = waktu konsentrasi hujan jam ke t

Berikut ini Kurva IDF untuk masing-masing DAS di Kota Mataram.

Kurva Frekuensi Durasi Intensitas (IDF Curve )


DAS MIDANG
350.000
Tr = 2 th Tr = 5 th Tr = 10 th
300.000
Intensitas (mm/jam)

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0.000
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Durasi (menit)

Gambar 4-23 Kurva IDF DAS Midang

4-60
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Kurva Frekuensi Durasi Intensitas (IDF Curve )


DAS JANGKOK
300.000
Tr = 2 th Tr = 5 th Tr = 10 th
250.000
Intensitas (mm/jam)

200.000

150.000

100.000

50.000

0.000
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Durasi (menit)

Gambar 4-24 Kurva IDF DAS Jangkok

Kurva Frekuensi Durasi Intensitas (IDF Curve )


DAS Ancar
300.000
Tr = 2 th Tr = 5 th Tr = 10 th
250.000
Intensitas (mm/jam)

200.000

150.000

100.000

50.000

0.000
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Durasi (menit)

Gambar 4-25 Kurva IDF DAS Ancar

4-61
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Kurva Frekuensi Durasi Intensitas (IDF Curve )


DAS UNUS
300.000
Tr = 2 th Tr = 5 th Tr = 10 th
250.000
Intensitas (mm/jam)

200.000

150.000

100.000

50.000

0.000
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Durasi (menit)

Gambar 4-26 Kurva IDF DAS Unus

4-62
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

BAB 4 ANALISA DATA ......................................................................................................................... 4-2

4.1 Analisis Topografi ...................................................................................................................... 4-2

4.1.1 Sistem Referensi .................................................................................................... 4-2

4.1.2 Kondisi Topografi Lahan ........................................................................................ 4-2

4.1.3 Volume Pekerjaan ................................................................................................. 4-2

4.1.4 Titik Kontrol Geodesi ............................................................................................. 4-3

4.1.5 Produk Akhir Pekerjaan ......................................................................................... 4-3

4.2 Analisis Mekanika Tanah ........................................................................................................... 4-5

4.2.1 Uji Lapangan Dengan Pemboran Dangkal .............................................................. 4-5

4.2.2 Uji Sondir atau Dutch Cone Penetrometer ............................................................ 4-6

4.2.3 Pengujian Laboratorium ........................................................................................ 4-9

4.2.4 Kriteria Pemilihan Pondasi ..................................................................................... 4-9

4.2.4.1 Jenis Pondasi Yang Sesuai ................................................................................ 4-10

4.3 Analisis Sosial Ekonomi ........................................................................................................... 4-15

4.4 Analisis Lingkungan ................................................................................................................. 4-22

4.4.1 Proyeksi Penduduk .............................................................................................. 4-22

4.4.2 Analisa Persampahan .......................................................................................... 4-23

4.4.2.1 Analisa Perkiraan Produksi Timbulan Sampah ................................................. 4-23

4.4.2.2 Analisa Kebutuhan Prasarana Persampahan ................................................... 4-26

4.4.2.3 Analisa Pengelolaan Persampahan .................................................................. 4-31

4.5 Analisis Hidrologi ..................................................................................................................... 4-41

4.5.1 Ketersediaan Data Hujan ..................................................................................... 4-41

4.5.2 Analisis Hujan Maksimum Wilayah ...................................................................... 4-44

4.5.3 Analisis Frekuensi Curah Hujan ............................................................................ 4-45

4.5.3.1 Distribusi Normal ............................................................................................. 4-45

4.5.3.2 Distribusi Gumbel ............................................................................................ 4-46

4.5.3.3 Distribusi Log Pearson III.................................................................................. 4-47

4.5.4 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi ...................................................................... 4-48

63
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

4.5.5 Analisis Debit Banjir ............................................................................................. 4-53

4.5.5.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman ............................................................................. 4-53

4.5.5.2 Verifikasi Debit Banjir Rencana ........................................................................ 4-55

4.5.5.3 Debit Banjir DAS Midang ................................................................................. 4-56

4.5.5.4 Debit Banjir DAS Jangkok ................................................................................. 4-57

4.5.5.5 Debit Banjir DAS Unus ..................................................................................... 4-58

4.5.6 Intensitas Curah Hujan ........................................................................................ 4-60

Tabel 4-1 Daftar Koordinat Planimetris dan Ketinggian Lokasi Pekerjaan .................................................... 4-3
Tabel 4-2 Lokasi Penyelidikan Tanah untuk Handbor .................................................................................. 4-7
Tabel 4-3 Lokasi Penyelidikan Tanah untuk Sondir ..................................................................................... 4-8
Tabel 4-4 Jumlah Penduduk Kota Mataram ............................................................................................... 4-22
Tabel 4-5 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2012 - 2017 ...................... 4-23
Tabel 4-6 Proyeksi Timbulan Sampah ....................................................................................................... 4-25
Tabel 4-7 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Mataram Tahun 2016 – 2035 ................................................. 4-25
Tabel 4-8 Kapasitas Muatan Prasarana Persampahan Kota Mataram ....................................................... 4-27
Tabel 4-9 Proyeksi Timbulan Sampah (100%) ........................................................................................... 4-28
Tabel 4-10 Proyeksi Timbulan Sampah (80%)........................................................................................... 4-28
Tabel 4-11 Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sampah Kota Mataram Tahun 2016-2035 ........... 4-29
Tabel 4-12 Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sampah Kota Mataram Tahun 2013-2017 ........... 4-31
Tabel 4-13 Lokasi Pos Hujan di Kota Mataram .......................................................................................... 4-41
Tabel 4-14 Data Hujan Harian Maksimum Pos Batu Layar ........................................................................ 4-42
Tabel 4-15 Data Hujan Harian Maksimum Pos Lingsar .............................................................................. 4-42
Tabel 4-16 Data Hujan Harian Maksimum Pos Dasan Tareng ................................................................... 4-42
Tabel 4-17 Data Hujan Harian Maksimum Pos Ampenan .......................................................................... 4-43
Tabel 4-18 Data Hujan Harian Maksimum Pos Cakranegara ..................................................................... 4-43
Tabel 4-19 Data Hujan Harian Maksimum Pos Mataram ........................................................................... 4-43
Tabel 4-20 Pengaruh Pos Hujan pada masing-masing DAS ...................................................................... 4-44
Tabel 4-21 Daftar Hujan Harian Maksimum Wilayah Untuk masing-masing DAS ....................................... 4-45
Tabel 4-22 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Midang ...................................................................... 4-47
Tabel 4-23 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Jangkok..................................................................... 4-48
Tabel 4-24 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Ancar......................................................................... 4-48
Tabel 4-25 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan DAS Unus ......................................................................... 4-48
Tabel 4-26 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Midang ............................................................ 4-49

64
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Tabel 4-27 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS MIdang ......................................................... 4-49
Tabel 4-28 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Jangkok ........................................................... 4-50
Tabel 4-29 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Jangkok ........................................................ 4-50
Tabel 4-30 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Ancar............................................................... 4-51
Tabel 4-31 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Ancar ............................................................ 4-51
Tabel 4-32 Uji Tingkat Kepercayaan Distribusi untuk DAS Unus................................................................ 4-52
Tabel 4-33 Uji Kecocokan Simpangan Kuadrat Kecil – DAS Unus ............................................................. 4-52
Tabel 4-34 Analisis Distribusi Hujan jam-jam Rujukan untuk Kota Mataram ............................................... 4-53
Tabel 4-35 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Midang ............................................................................... 4-54
Tabel 4-36 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Jangkok .............................................................................. 4-54
Tabel 4-37 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Ancar .................................................................................. 4-54
Tabel 4-38 Distribusi Hujan Jam-Jaman DAS Unus ................................................................................... 4-55
Tabel 4-39 Rekapitulasi Debit Banjir Puncak ............................................................................................. 4-59

Gambar 4-1 Hasil Pengukuran Topografi .................................................................................................... 4-4


Gambar 4-2 Peta Sebaran Rencana Survey Mekanika Tanah ..................................................................... 4-7
Gambar 4-3 Pemasangan Angkur ........................................................................................................ 4-8
Gambar 4-4 Lokasi Sondir 1 ....................................................................................................................... 4-8
Gambar 4-5 Lokasi Titik Sondir 2 ................................................................................................................ 4-9
Gambar 4-6 Lokasi Pengambilan Handbor .................................................................................................. 4-9
Gambar 4-7 Faktor-faktor dalam Pengelolaan Sampah ............................................................................. 4-34
Gambar 4-8 Lokasi Pos Hujan Kota Mataram............................................................................................ 4-41
Gambar 4-9 Poligon Thiessen Kota Mataram ............................................................................................ 4-44

Distribusi Hujan Jam-jam an Kota Mataram

0.350

0.300

0.250
Prosentase (%)

0.200

0.150

0.100

0.050

0.000
Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5 Jam ke-6 Jam ke-7 Jam ke-8

Gambar 4-10 Grafik Hujan Jam-jam an Rujukan untuk Kota Mataram ....................................................... 4-53
Gambar 4-11 Skema Tata Air Kota Mataram ............................................................................................. 4-55
Gambar 4-12 Debit Banjir Sub Basin Midang Hulu .................................................................................... 4-56

65
MASTER PLAN DAN DETAIL DESAIN PENGENDALIAN BANJIR KOTA
PT ADITYA ENGINEERING CONSULTANT
MATARAM

Gambar 4-13 Debit Banjir Sub Basin Midang Hilir ..................................................................................... 4-56
Gambar 4-14 Debit Banjir Sub Basin Midang Utara ................................................................................... 4-56
Gambar 4-15 Debit Banjir DAS Midang ..................................................................................................... 4-57
Gambar 4-16 Debit Banjir di Sub Basin Jangkok Hulu ............................................................................... 4-57
Gambar 4-17 Debit Banjir di Sub Basin Jangkok Hilir ................................................................................ 4-57
Gambar 4-18 Debit Banjir DAS Jangkok.................................................................................................... 4-58
Gambar 4-19 Debit Banjir di Sub Basin Unus Hulu .................................................................................... 4-58
Gambar 4-20 Debit Banjir di Sub Basin Unus Tengah ............................................................................... 4-58
Gambar 4-21 Debit Banjir DAS Unus ........................................................................................................ 4-59
Gambar 4-22 Kurva IDF DAS Midang ....................................................................................................... 4-60
Gambar 4-23 Kurva IDF DAS Jangkok ...................................................................................................... 4-61
Gambar 4-24 Kurva IDF DAS Ancar.......................................................................................................... 4-61
Gambar 4-25 Kurva IDF DAS Unus ........................................................................................................... 4-62

66

Anda mungkin juga menyukai