Anda di halaman 1dari 5

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan


judul“Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. S dengan Epilepsi di Ruang Cempaka
Dewasa” Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Penyusun makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. DR.dr.FathemaDjanRachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H(MMR)sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani,.Skp M. Kep,.MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta.
4. Tini Wartini, SPd., S.Kep.,M.KM.sebagai Dosen Pembimbing di Ruang Merak
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
5. Ns Elfira Awalia Rahmawati,M.kep sebagai Dosen pembimbing di Ruang Merak
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
6. ………….sebagai pembimbing sekaligus presengger di Ruang New Bougenville
1 Rumah Sakit Pelni Jakarta

Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya
untuk penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna
maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah selanjutnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa, memberi
imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah.

Jakarta, 10 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi yang ditandai
oleh timbulnya serangan proksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron
serebral secara berlebihan . tergantung pada jenis gangguan dan daerah serebral yang secara
berkala melepaskan muatan listriknya, maka terdapatlah berbagai jenis epilepsy (widagdo,
wahyu, 2008)

Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik klinis yang sering dijumpai. Definisi
epilepsi menurut kelompok studi epilepsi PERDOSSI 2011adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh bangkitan berulang akibat lepasmuatan listrik abnormal dan berlebihan di
neuron-neuron otak secaraparoksismal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi, bukan
disebabkan olehpenyakit otak akut. Perlu diketahui bahwa epilepsi bukanlah merupakan
suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala. Gejala yang paling umum adalah
adanya kejang, karena itu epilepsi juga sering dikenal sebagai penyakit kejang.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan didunia. Data World
Health Organization (WHO) menunjukkan epilepsy menyerang 70 juta dari penduduk
dunia (Brodie et al., 2012). Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa
batasan ras dan sosial ekonomi.Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara
berkembang yang mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun. Angka tersebut
tergolongtinggi dibandingkan dengan negara yang maju dimana angka kejadian epilepsy
iberkisar antara 24-53 per 100.000 penduduk per tahun (Benerjee dan Sander,2008).
Insidensi epilepsi di negara-negara maju ditemukan 24-53 setiap 100.000 populasi,
sementara insidensi epilepsi di negara-negara berkembang 49.3-190 setiap 100.000
populasi. Tingginya insidensi epilepsi di negaranegara berkembang dikarenakan infeksi
susunan saraf pusat, trauma kepaladan morbiditas perinatal (WHO, 2010).

Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita
epilepsi baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi diperkirakan prevalensi epilepsi
berkisar antara0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 penduduk. Prevalensi
epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan
pertengahan, kemudian meningkat lagi pada kelompok usia lanjut (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI, 2011).

3
Gangguan epilepsi dapat menyerang pada siapa pun di seluruh dunia, anak-anak, orang
dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Rentang usia orang dengan epilepsy
adalah 20-70 tahun per 100.000 orang, dengan prevalensi jumlah 4-10 orang per 1000
(Baker & Jacoby, 2002). WHO (2009) menambahkan bahwa sekitar 50 juta penduduk di
seluruh dunia menderita epilepsi. Sebanyak 90% orang dengan epilepsi ditemukan pada
negara-negara berkembang, dan sebagian besar belum mendapatkan perlakuan sesuai
yang mereka butuhkan.

Data epilepsi yang dihimpun dari 108 negara mencakup 85,4% dari populasi duni
terdapat 43.704.000 orang menderita epilepsi. Rata-rata jumlah orang penderita epilepsy
per 1000 penduduk 8,93 dari 108 negara responden. 2 Jumlah orang penderita epilepsi
per 1000 penduduk berbeda-beda di setiap regional. Sementara itu data di regional
Amerika dan Afrika di dapatkan 12,59 dan 11,29. Data di regional Asia Tenggara di
dapatkan sebesar 9,97. Sedangkan data sebesar 8,23 didapatkan di regional Eropa.
Jumlah rata-rataorang epilepsi per 1000 penduduk berkisar dari 7,99 di negara-
negaraberpendapatan tinggi dan 9,50 di negara-negara berpendapatan rendah (WHO,
2010).

Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan merupakan keseluruhan kondisi


status kesehatan seorang pasien, termasuk kesehatan fisik pasien, sosial, psikologis, dan
ekonomi pasien. Penilaian kualitas hidup dipengaruhi oleh keadaan fisik, mental, sosial,
dan emosional. Seorang penderita dengan epilepsi dapat dinilai kualitas hidupnya
berdasarkan salah satu faktor yaitu lama menderita epilepsi (Duration of epilepsy). Dalam
melakukan penilaian kualitas hidup pada penderita epilepsi dapat menggunakan suatu
instrumen yaitu, Quality of Life in Epilepsy (Qolie) (Edefonti et al., 2011). Lama
menderita epilepsi mempengaruhi kualitas hidup penderita epilepsi secara keseluruhan.
Hal ini terbukti dengan adanya pengurangan jumlah skor kualitas hidup pada penderita
epilepsi (Shetty et al., 2011). Penelitian lain menunjukkan lama menderita epilepsi tidak
memiliki hubungan yang berarti dengan jumlah skor kualitas hidup (Dourado et al.,
2007). Para penderita epilepsi cenderung sulit dalam penyembuhannya dan membutuhkan
terapi jangka panjang. Kualitas hidup menjadi penting sebagai indikator keberhasilan
perawatan kesehatan pada penderita epilepsi. Peran dalam meningkatkan kualitas hidup
penderita tidak hanya fokus pada parahnya epilepsi yang diderita, namun juga efek sosial
dan psikologis dariepilepsi itu sendiri (Primardi dan Hardjan, 2010).

Dari data yang diperoleh dari Data Unit Rekam Medis RSCM tahun 2010 didapatkan
jumlah penyandang DM cukup besar yaitu 3,5% dari 35.817 pasien yang masuk rawat
inap.

Dari data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Pelni Jakarta pada tahun 2014
jumlah seluruh pasien yang dirawat inap sebanyak 16.453 jiwa dengan dengan jumlah
penderita diabetes mellitus tipe II sebanyak 386 jiwa (2,34%). Sedangkan pada tahun
2015 jumlah pasien rawat inap yang masuk sebanyak 25.225 jiwa dengan jumlah

4
penderita diabetes mellitus tipe II sebanyak 941 orang (3,73%) dengan peningkatan
sebanyak 1,38%. (Data Rekam Medik RS PELNI, 2015)

Anda mungkin juga menyukai