Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

OSTEOMYELITIS

Disusun oleh
Andreas Karta Paran
030.13.018

Pembimbing
dr. Ratna Gina R, Sp.Rad
dr. Inez Noviani, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RSUD KARAWANG
PERIODE 31 MARET – 1 JUNI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan dan mempresentasikan referat dengan judul:
Osteomyelitis.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan syarat mengikuti ujian
akhir Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi di RSUD Karawang.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian laporan kasus ini,
terutama kepada:
1. dr. Ratna Gina R, Sp.Rad dan dr. Inez Noviani, Sp.Rad selaku pembimbing
dalam referat ini.
2. Dokter dan staf SMF Ilmu Radiologi RSUD Karawang.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi di RSUD Karawang yang
telah memberikan dukungan moril dan materil.
Saya menyadari dalam penyelesaian referat ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran guna penyempurnaan referat ini
sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
dalam bidang Ilmu Radiologi.

Karawang, November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar …………………………………………………………………2
Daftar Isi ……...…………………………………………………………...……..3
Bab I
Pendahuluan …………………………………………………………………4
Bab II
2.1 Definisi ………………………...……………………………………….5
2.2 Etiologi ………………………………………………...……………….5
2.3 Epidemiologi …………………..……………………………………………..6
2.4 Patofisiologi ……………….………………………………………………...6
2.5 Klasifikasi …………………………………………………………………7
2.6 Diagnosis ………………..………………………………………………16
2.7 Diagnosis Banding ……………………………..…………………………22
2.8 Tatalaksana …………………..……………………………………………22
2.9 Komplikasi …………..……………………………………………………24
2.10 Prognosis …………………………..……………………………………24
Bab III
Kesimpulan ……………..…………………………………………………25
Daftar Pustaka……………..…………………………………………………………26

3
BAB I
PENDAHULUAN

Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya
kortikal dan trabekular tulang. Penyakit ini memiliki dua manifestasi yaitu
osteomyelitis hematogenous dan contiguous osteomyelitis dengan atau tanpa
insufisiensi vaskular. Baik hematogenous dan contiguous osteomyelitis mungkin lebih
lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Osteomyelitis paling sering timbul
dari patah tulang terbuka, infeksi pada kaki penderita diabetes, atau terapi bedah pada
luka tertutup. Penyebab osteomyelitis bervariasi, dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, atau berbagai organisme lain, dan dapat idiopatik seperti osteomyelitis
multifocal kronis yang berulang.
Diagnosis dan pengobatan dini osteomyelitis sangat penting karena kasus yang belum
terdiagnosis dapat menyebabkan osteomyelitis akut menjadi osteomyelitis kronis,
tetapi hal ini tidaklah sederhana untuk mendiagnosa osteomyelitis 1. Meskipun ada
banyak cara untuk mendapatkan diagnosis tersebut, mulai dari foto polos, CT scan,
sampai MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan tentu saja biopsi untuk mengetahui
jenis bakteri. Prevalensi osteomyelitis kronis adalah 5-25% setelah episode
osteomyelitis akut di Amerika Serikat, insiden osteomyelitis kronis di negara
berkembang lebih tinggi daripada di negara-negara lain, meskipun insiden yang tepat
tidak diketahui.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya
kortikal dan trabekular tulang. Penyebab osteomyelitis bervariasi, dapat disebabkan
oleh bakteri, jamur, atau berbagai organisme lain, dan dapat idiopatik seperti
osteomyelitis multifocal kronis yang berulang. Osteomielitis bisa mengenai semua
usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Osteomielitis juga mengenai
orang dengan gangguan kondisi kesehatan yang serius. Ketika tulang terinfeksi maka
sumsum tulang akan membengkak dan menimbulkan tekanan pada dinding tulang,
namun karena dinding tulang bersifat rigid maka pembuluh darah yang ada di di
dalam sumsum tulang tersebut akan terkompresi sehingga menurunkan suplai darah
ke tulang. Tanpa suplai darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat mengalami
nekrosis. Bagian tulang yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-sel leukosit
dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang dapat juga menyebar
dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak disekitarnya seperti otot.1

2.2 Etiologi
Permasalahan yang paling utama pada infeksi tulang yang kronis adalah sulitnya
menentukan agen penyebabnya. Terapi yang diberikan harus sesuai identifikasi agen
penyebab dan keadaan pasien. Terdapat banyak organisme penyebab osteomyelitis
kronis namun penyebab terbanyak adalah Staphylococus Aureus.
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan keganasan
dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses
infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat
dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering
menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang
yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan.2

5
2.3 Epidemiologi
Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara berkembang. Di
Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000 orang, dan 1 dari tiap
1000 usia bayi. Insidensi pertahun pada pasien sickle cell berkisar 0,36%. Prevalensi
osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa meningkat yaitu 16% terdapat
dalam 30-40% pasien diabetes, dan jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan
kira-kira 2:1. Angka kematian akibat osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis
atau kondisi medis serius yang menyertai.
Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat higienis yang
masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik, diagnosis yang
terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis, angka kejadian
tuberkulosis masih tinggi, pengobatan osteomielitis memerlukan waktu lama dan
biaya tinggi, serta banyak pasien dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan
sudah terjadi osteomielitis.
Osteomielitis hematogenik akut merupakan penyakit yang terutama terjadi pada anak-
anak. Osteomielitis karena trauma langsung dan osteomielitis perkontinuitatum umum
sering terjadi pada usia dewasa dan remaja dibandingkan usia anak-anak. Tulang
vertebra dan pelvis paling sering terkena pada kasus dewasa, sedangkan osteomielitis
pada anak-anak biasanya mengenai tulang panjang. Tibia merupakan tulang yang
paling sering terjadi osteomielitis post traumatika, karena merupakan tulang yang
peka, dengan asupan darah yang kurang kuat.
Insidensi osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan sekitar 2% sampai 16%,
tergantung pada derajat trauma dan terapi yang didapat. Pengobatan yang cepat dan
tepat dapat mengurangi resiko infeksi, menurunkan kemungkinan berkembangnya
osteomielitis, terutama pada pasien-pasien dengan faktor resiko seperti diabetes,
gangguan imunitas dan yang baru mengalami trauma.3

2.4 Patofiisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.


Organisme patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,
Pseudomonas dan Escherichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

6
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan
dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya,
kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses
tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.4

2.5 Klasifikasi
1. Akut Hematogen Osteomyelitis
Akut hematogen osteomyelitis merupakan penyakit yang lebih sering terjadi pada
anak-anak. Bila orang dewasa terkena, biasanya karena resistensi yang diturunkan.
Trauma dapat menentukan lokasi infeksi, hal ini dapat terjadi karena terdapat
hematoma kecil atau pengumpulan cairan dalam tulang, pada pasien yang mengalami
bakteremia.
Akut hematogen osteomyelitis menunjukkan perkembangan karakteristik yang
ditandai dengan peradangan, supurasi, nekrosis tulang, pembentukan tulang baru
reaktif dan, pada akhirnya, resolusi dan penyembuhan atau kronisitas yang sulit
diobati. Namun, gambaran patologis sangat bervariasi, tergantung pada usia pasien,
tempat infeksi, virulensi organisme dan respons inang.

7
Gambaran 'klasik' terlihat pada anak-anak antara 2 dan 6 tahun. Perubahan paling
awal dalam metafisis adalah reaksi inflamasi akut dengan kongesti vaskular, eksudasi
cairan dan infiltrasi oleh leukosit polimorfonuklear. Tekanan dalam tulang meningkat
dengan cepat, menyebabkan rasa sakit yang hebat, penyumbatan aliran darah dan
trombosis intravaskular. Bahkan pada tahap awal jaringan tulang terancam oleh
iskemia dan resorpsi yang akan datang karena kombinasi aktivitas fagositik dan
akumulasi sitokin lokal, faktor pertumbuhan, prostaglandin dan enzim bakteri. Pada
hari kedua atau ketiga, nanah terbentuk di dalam tulang dan memaksa jalannya
melintasi kanal Volkmann ke permukaan di mana ia menghasilkan abses
subperiosteal. Ini jauh lebih jelas pada anak-anak, karena keterikatan periosteum yang
relatif longgar, dibandingkan pada orang dewasa. Dari nanah abses subperiosteal
dapat menyebar di sepanjang poros, untuk masuk kembali ke tulang pada tingkat yang
lain atau masuk ke jaringan lunak sekitarnya. Fisis berkembang berfungsi sebagai
penghalang untuk menyebarkan langsung ke epifisis, namun di mana metafisisnya
sebagian intracapular (mis., Di pinggul, bahu atau siku) nanah dapat terjadi melalui
periosteum ke dalam sendi.
Infeksi tulang pada orang dewasa biasanya mengikuti luka terbuka, operasi atau
menyebar dari fokus infeksi yang bersebelahan (misalnya ulkus neuropatik atau kaki
diabetes yang terinfeksi). Ostomyelitis hematogen primer jarang terjadi dan bila
terjadi biasanya biasanya menyerang salah satu vertebra (misalnya mengikuti infeksi
pelvis) atau tulang kecil kecil. Infeksi vertebralis dapat menyebar melalui piranti end-
end dan disk invertebral ke dalam tubuh vertebra yang berdekatan.
Jika tulang panjang terinfeksi, abses cenderung menyebar ke dalam rongga meduler,
mengikis korteks dan membentang ke jaringan lunak sekitarnya. Formasi tulang baru
periosteal kurang jelas dibanding pada masa kanak-kanak dan korteks yang melemah
bisa patah. Jika ujung tulang menjadi terlibat, ada risiko infeksi menyebar ke sendi
yang berdekatan. Hasilnya seringkali merupakan pergeseran bertahap terhadap
osteomielitis subakut dan kronis.

8
a. infeksi pada metafisis
dapat menyebar ke
permukaan dan
menyebabkan
subperiosteal abses
b. Beberapa bagian
tulang mungkin mati,
dan pada periosteal
terdapat skuestrum
c. Involukrum yang
terbentuk dapat
terperforasi oleh sinus

Pencitraan
Selama minggu pertama setelah timbulnya gejala, x-ray polos tidak menunjukkan
kelainan pada tulang. Penempatan bidang lemak menandakan pembengkakan jaringan
lunak, tapi ini juga bisa disebabkan oleh hematoma atau infeksi jaringan lunak. Pada
minggu kedua mungkin ada garis besar kortikal ekstra karena pembentukan tulang
baru periosteal; Ini adalah tanda x-ray klasik osteomielitis pyogenic awal, namun
pengobatan tidak boleh ditunda sambil menunggu sampai muncul. Kemudian
penebalan periosteal menjadi lebih jelas dan ada sedikit fragmentasi metafisis;
Kemudian masih ada ragged fitur penghancuran tulang yang muncul.
Tanda akhir yang penting adalah kombinasi osteoporosis regional dengan segmen
lokal yang tampaknya meningkatkan kepadatannya. Osteoporosis adalah ciri aktif
metabolisme, dan dengan demikian hidup, tulang; Segmen yang gagal menjadi
osteoporotik secara metabolik tidak aktif dan mungkin mati.

9
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mendeteksi kumpulan cairan subperiosteal pada tahap awal
osteomielitis, namun tidak dapat membedakan antara hematoma dan nanah.
Radionuclide Scanning
Radioscintigraphy dengan 99mTc-HDP menunjukkan peningkatan aktivitas baik pada
fase perfusi maupun fase tulang. Ini adalah penyelidikan yang sangat sensitif, bahkan
pada tahap awal, namun memiliki spesifitas yang relatif rendah dan lesi inflamasi
lainnya dapat menunjukkan perubahan yang serupa. Dalam kasus yang meragukan,
pemindaian dengan 67Ga-citrate atau 111In-labeled leucocytes mungkin lebih
terbuka.
Magnetic Resonance Imaging
Pencitraan resonansi magnetik dapat membantu dalam kasus diagnosis yang
meragukan, dan terutama pada dugaan infeksi pada kerangka aksial. Ini juga
merupakan metode terbaik untuk menunjukkan peradangan sumsum tulang. Ini sangat
sensitif, bahkan pada tahap awal infeksi tulang, dan karena itu dapat membantu
membedakan antara infeksi jaringan lunak dan osteomielitis. Namun, spesifisitas
terlalu rendah untuk menyingkirkan lesi inflamasi lokal lainnya.
Investigasi Laboratorium
Cara yang paling pasti untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis adalah dengan
mengaspirasi nanah dan cairan dari abses sub-periosteal metafisis, jaringan lunak
ekstraoseus atau persendian yang berdekatan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
jarum trocar 16 atau 18-gauge. Bahkan jika tidak ada nanah yang ditemukan, noda
aspirasi segera diperiksa untuk sel dan organ tubuh; Pewarnaan Gram yang sederhana
dapat membantu mengidentifikasi jenis infeksi dan membantu pilihan awal antibiotik.
Sampel juga dikirim untuk pemeriksaan mikrobio- logis rinci dan tes untuk
sensitivitas terhadap anti-biotik. Aspirasi jaringan akan memberikan hasil positif pada
lebih dari 60% kasus; Kultur darah positif dalam kurang dari setengah kasus infeksi
yang terbukti.
Nilai protein C-reaktif (CRP) biasanya ditentukan dalam 12-24 jam dan laju
sedimentasi eritrosit (ESR) dalam waktu 24-48 jam setelah onset gejala. Jumlah sel
darah putih (WBC) meningkat dan konsentrasi hemoglobin dapat berkurang. Pada tes
yang sangat muda dan sangat tua ini kurang dapat diandalkan dan mungkin
menunjukkan nilai dalam kisaran normal.

10
Titer antibodi antistaphylococcal dapat diangkat. Tes ini berguna pada kasus atipikal
dimana diagnosisnya diragukan.
Osteomielitis di tempat yang tidak biasa atau dengan organisme yang tidak biasa
harus mengingatkan seseorang untuk kemungkinan kecanduan heroin, penyakit sel
sabit (Salmonella dapat disebabkan oleh kotoran) atau mekanisme pertahanan inang
yang kurang baik termasuk infeksi HIV.

2. Subakut Hematogen Osteomyelitis


Kondisi ini tidak lagi jarang terjadi, dan di beberapa negara kejadiannya sama dengan
osteomielitis akut. Kelembutan relatifnya diduga karena organisme kurang ganas atau
pasien lebih resisten (atau keduanya). Hal ini lebih bervariasi dalam distribusi skelet
dibandingkan osteomielitis akut, namun femur distal dan tibia proksimal dan distal
adalah tempat favorit. Klasifikasi anatomi yang disarankan oleh Roberts dkk. (1982)
berguna dalam membandingkan berbagai fitur dalam berbagai rangkaian kasus yang
dilaporkan.
Biasanya ada rongga yang jelas di tulang cancellous - biasanya pada metafisis tibialis
- mengandung cairan seropurulen glukosa (jarang nanah). Rongga dilapisi oleh
jaringan granulasi yang mengandung campuran sel inflamasi akut dan kronis.
Trabekula tulang di sekitarnya sering menebal. Lesi kadang-kadang mengganggu dan
mengikis korteks tulang. Kadang-kadang muncul di epifisis dan, pada orang dewasa,
di salah satu badan vertebra.
Pencitraan
Lesi radiografi khas adalah rongga radiolusen yang dibatasi, bulat atau oval
berdiameter 1-2 cm. Paling sering terlihat pada metafisis tibialis atau femoralis, tapi
mungkin terjadi pada epifisis atau pada salah satu tulang cuboidal (misalnya
calcaneum). Terkadang 'rongga' dikelilingi oleh lingkaran sklerosis (abses Brodie
yang klasikal); Kadang hal itu kurang terdefinisi dengan baik, berlanjut ke dalam
diaphysis.
Lesi metaphyseal menyebabkan reaksi periosteal sedikit atau tidak ada; Lesi
diaphyseal dapat dikaitkan dengan pembentukan tulang baru periosteal dan penebalan
kortikal yang ditandai. Jika korteks mengikis lesi bisa salah untuk tumor ganas.
Pemindaian radioisotop menunjukkan peningkatan aktivitas yang nyata.

11
3. Post Traumatic Osteomyelitis
Fraktur terbuka selalu terkontaminasi dan karena itu rentan terhadap infeksi.
Kombinasi cedera tis- sue, kerusakan vaskular, edema, hematoma, fragmen tulang
mati dan jalur terbuka ke atmosfer harus mengundang invasi bakteri bahkan jika
lukanya tidak terkontaminasi dengan kotoran partikulat. Ini adalah penyebab paling
umum osteomielitis pada orang dewasa.
Staphylococcus aureus adalah patogen yang biasa, namun organisme lain seperti E.
coli, Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeruginosa kadang-kadang terlibat. Kadang-
kadang, organisme anaerobik (clostridia, streptococci anaero- bic atau Bacteroides)
muncul dalam luka yang berselang-seling.

4. Osteomyelitis Kronis
Dulu ia menjadi sekuel yang menakutkan bagi osteomielitis hematogen akut; Saat ini
lebih sering mengikuti fraktur terbuka atau operasi.
Organisme yang biasa (dan dengan waktu selalu ada infeksi campuran) adalah
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis
dan Pseudomonas aeruginosa; Dengan adanya implan asing Staphylococcus
epidermidis, yang biasanya tidak patogenik, adalah yang paling umum.
Faktor Predisposisi
Ostomyelitis hematogen akut, jika tidak diobati - dan asalkan pasien tidak mengalah
pada septicaemia - akan mereda menjadi infeksi tulang kronis yang berlangsung lama,
mungkin dengan bolak-balik 'suar-up' dan mantra ketenangan yang nyata. Pertahanan
inang pasti akan terganggu oleh adanya pembentukan bekas luka, tulang mati dan
sekarat di sekitar fokus infeksi, penetrasi pembuluh darah baru yang buruk dan rongga
yang tidak roboh dimana mikroba dapat berkembang. Bakteri yang tercakup dalam
lendir protein-polisakarida (glikosidik) yang melindungi mereka dari pertahanan
inang dan antibiotik memiliki kemampuan untuk mematuhi permukaan inert seperti
sekuel tulang dan implan logam, di mana mereka berkembang biak dan menjajah
daerah tersebut. Ada juga bukti bahwa bakteri dapat bertahan di dalam osteoblas dan
osteo- cytes dan dilepaskan saat sel mati
Proses ini terbukti pada pasien yang telah diobati dengan cukup baik (mungkin 'terlalu
sedikit terlambat'), namun dalam beberapa hal pasien tertentu memiliki risiko lebih
besar daripada yang lain: mereka yang sangat tua atau lemah, orang-orang yang
menderita penyalahgunaan zat dan orang-orang dengan diabetes, penyakit pembuluh

12
darah perifer, infeksi kulit, malnutrisi, lupus eritematosus atau jenis defisiensi imun
lainnya. Yang paling umum dari semua faktor predisposisi adalah trauma lokal, seperti
fraktur terbuka atau operasi tulang yang berkepanjangan, terutama jika ini melibatkan
penggunaan implan asing.
Perjalanan Penyakit
Tulang hancur, baik di daerah diskrit di sekitar fokus infeksi atau lebih diffusent
sepanjang permukaan implan asing. Rongga yang berisi nanah dan potongan tulang
mati (sequestra) dikelilingi oleh jaringan vaskular, dan lebih dari itu oleh area
sklerosis - hasil pembentukan tulang baru reaktif yang baru - yang mungkin berbentuk
selubung tulang (involucrum). Dalam kasus terburuk, jumlah diafisis yang cukup
besar mungkin akan menjadi devitalized dan terbungkus dalam involus yang tebal.
Sequestra bertindak sebagai substrat untuk adhesi bakteri dengan cara yang sama
seperti implan asing, memastikan persistensi infeksi sampai dikeluarkan atau dibuang
melalui perforasi pada involus dan sinus yang mengalir ke kulit. Sinus bisa dimatikan
selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, memberikan tampilan
penyembuhan, hanya untuk membuka kembali (atau muncul di tempat lain) saat
ketegangan jaringan meningkat. Kerusakan tulang, dan sklerosis yang semakin rapuh,
terkadang berakibat pada patah tulang patologis.
Gambaran histologis adalah salah satu infiltrasi sel inflamasi kronis di sekitar area
tulang aselular atau sekuens mikroskopik.

13
Pencitraan
Pemeriksaan sinar-X biasanya akan menunjukkan resorpsi tulang - baik sebagai
hilangnya kepadatan tambal sulam atau ekskresi terang di sekitar implan - dengan
penebalan dan penskalaan tulang sekitarnya. Namun, ada variasi yang jelas: mungkin
tidak lebih dari kehilangan trabeculation lokal, atau area osteoporosis, atau penebalan
periosteal; sequestra muncul sebagai fragmen padat yang tidak penting, berbeda
dengan tulang osteopaenat di sekitarnya; Terkadang tulang tersebut tebal menebal dan
tidak berbentuk, menyerupai tumor. Sinogram dapat membantu melokalisasi lokasi
infeksi.
Scintigrafi radioisotop sensitif tapi tidak spesifik. Pemindaian 99mTc-HDP
menunjukkan peningkatan aktivitas baik pada fase perfusi maupun fase tulang.
Pemindaian dengan 67Ga-citrate atau 111In-labeled leucocytes dikatakan lebih
spesifik untuk osteomielitis; Pemindaian semacam itu berguna untuk menunjukkan
fokus tersembunyi infeksi.
CT dan MRI sangat berharga dalam merencanakan perawatan operatif: bersama-sama
mereka akan menunjukkan tingkat kerusakan tulang dan edema reaktif, abses dan
sekuens tersembunyi.

Berikut merupakan beberapa pembagian osteomielitis yang lain :


1. Osteomielitis pada vertebra
Kelainan ini lebih sulit untuk didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa sakit
pada tulang dan spasme otot. Proses ini lebih sering mengenai korpus vertebra
dan dapat timbul sebagai komplikasi infeksi saluran kencing dan operasi
panggul.
Pada stadium awal tanda tanda destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya
terjadi pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai skelerosis. Lesi dapat
bermula dibagian sentral atau tepi korpus vertebra .
Pada lesi yang bermula ditepi korpus vertebra, diskus cepat mengalami
destruksi dan sela diskus akan menyempit. Dapat timbul abses para vertebral
yang terlihat sebagai bayangan berdensitas jaringan lunak sekitar lesi. Di
daerah torakal, abses ini lebih mudah dilihat karena terdapat kontras paru.
Daerah Lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda yang penting adalah bayangan
psoas menjadi kabur.
Untuk membedakan penyakit ini dengan spondilitis tuberkulosa sukar,
biasanya pada osteomielitis akan terlihat sklerosis, destruksi diskus kurang dan

14
sering timbul penulangan antara vertebra yang terkena proses dengan vertebra
di dekatnya (bony bridging).
2. Osteomielitis pada tulang lain
a. Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat
perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses detruksi
bias setempat atau difuse. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau
sedikit sekali.
b. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur atau abses gigi.
c. Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian
sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Pada foto
terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tidak teratur,
biasanya dengan skwester yang multiple. Sering terlihat sklerosis pada
tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fistula.
Bedanya dengan tuberculosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat
dan pada tuberculosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam
diagnosis differential perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
3. Tipe khusus osteomielitis
a. Abses Brodie
Abses ini bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spondilosa tulang
dekat ujung tulang. Bentuk abses biasanya bulat atau lonjong dengan
pinggiran sklerotik, kadang-kadang terlihat skwester. Abses tetap
terlokalisasi dan kavitas dapat secara bertahap terisi jaringan granulasi.
b. Osteomielitis sklerosing Garre
Pada kelainan ini yang menonjol adalah sklerosis tulang dengan tanda-
tanda destruksi yang tidak nyata. Bersifat kronis, dan biasanya hany
satu tulang yang terkena dengan pelebaran tulang yang bersifat
fusiform. Diagnosis differential yang penting adalah osteoid osteoma.

4. Osteomielitis pada neonatus dan bayi


Osteomielitis pada neonatus dan bayi sering kali hanya dengan gejala klinis
yang ringan, dapat mengenai satu atau banyak tulang dan mudah meluas ke
sendi di dekatnya. Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan resiko tinggi
seperti prematur, berat badan kurang. Tindakan-tindakan seperti resusitasi,
vena seksi, kateterisasi dan infuse secara potensial dapat merupakan penyebab
Infeksi. Kuman penyebab tersering adalah Streptococcus.

15
Osteomielitis pada bayi biasanya disertai destruksi yang luas dari tulang,
tulang rawan dan jaringan lunak sekitarnya. Pada neonatus ada hubungan
antara pembuluh darah epifisis dengan pembuluh darah metafisis, yang disebut
pembuluh darah transfiseal, Hubungan ini menyebabkan mudahnya infeksi
meluas dari metafisis ke epifisis dan sendi. Kadang-kadang osteomielitis pada
bayi juga dapat mengenai tulang lain seperti maksila, vertebra, tengkorak, iga
dan pelvis. Tanda paling dini yang dapat ditemukan pada foto rontgen ialah
pembengkakan jaringan lunak dekat tulang yang terlihat kira-kira 3 hari
setelah infeksi. Demineralisasi tulang terlihat kira-kira 7 hari setelah infeksi
dan disebabkan hyperemia dan destruksi trabekula. Destruksi korteks dan
sebagai akibatnya pembentukan tulang sub-periosteal terlihat pada kira-kira 2
minggu setelah infeksi.3

2.6 Diagnosis

Pasien selalu mengeluhkan demam, malaise, udem, hangat dan nyeri yang hebat pada
tulang yang terkena. Pada kasus terlantar, toksemia bisa ditemukan. pada anak-anak
akan sukar menggunakan tungkainya atau menolak untuk disentuh tungkainya dan
anak akan kesulitan tegak secara normal. Ada riwayat infeksi yang baru terjadi,
misalnya infeksi jempol, sakit tenggorokan atau keluarnya sekret dari telinga. Pada
osteomielitis kronik, ditemukan fistel kronik pada ekstremitas yang mengeluarkan
nanah dan kadang sekuester kecil.

Pada awal penyakit gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak.
Pada masa ini dapat salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang
mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari
ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut. Pada saat
ini diagnosis harus ditentukan berdasarkan gejala klinis, untuk memberikan
pengobatan yang adekuat. Pada kasus yang berat, semua bagian tungkai menjadi
bengkak, merah dan hangat. Diagnosis menjadi lebih jelas jika didapatkan selulitis
subkutis. Limfadenopati umum ditemukan tetapi tidak khas. Penting untuk diingat,
semua gejala klinis ini dapat melemah jika diberikan antibiotik.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada osteomielitis untuk membantu


menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium

16
a. Hitung leukosit dapat meningkat
b. Shift to the left dari hitung jenis meningkatnya jumlah PMN
c. C- reactive protein (CRP) meningkat
d. Peningkatan LED, terjadi pada 90 % kasus, namun tidak spesifik
e. Kultur, dapat menegakkan diagnosis dan menentukan jenis bakteri
penyebab dan akhirnya menentukan jenis pengobatan. Termasuk kultur
darah dan tulang. Kultur darah akan sangat bermakna pada
osteomielitis hematogen. Kultur tulang dapat menegakkan diagnosis
lebih baik daripada kultur darah
2. Pemeriksaan pencitraan
a. Ultrasonografi
Pemeriksaan yang sederhana dan murah ini memperlihatkan hasil yang
baik pada osteomielitis akut anak. Dapat dilakukan segera, 1-2 hari
setelah timbul gejala. Gambaran yang didapatkan abses jaringan lunak
atau penumpukan cairan dan penonjolan periosteum.4,8
b. Foto rontgen
Hasil rontgen pada osteomielitis akut dilakukan jika ditemukannya
udem jaringan lunak dalam 3-5 setelah infeksi. Akan terlihat jelas pada
14-21 hari karena menunjukkan destruksi tulang dan reaksi periosteal
pembentukan tulang baru, dengan melihat lusen korteks dan medulla.
Pada osteomielitis kronik, didapatkan gambaran sekuester dan
pembentukan tulang baru.

Subakut osteomyelitis
A,B: tampak abses Brodie yang terlihat seperti kavitas kecil pada
tulang dengan atau tanpa reaksi periosteal 17
C: Tampak erosi kortikal dan reaksi periosteal
Osteomielitis Kronis
a. Pada anak-anak, tampak densitas sklerotik
b. Pada orang dewasa, biasanya sekuel dari trauma terbuka

c. CT scan
Pemeriksaan dapat ini menentukan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
gangguan pada intrakortikal. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan, namun
dapat dilakukan bila pemeriksaan MRI tidak ada.10

A: Tibia dan fibula kanan yang normal


B: Terdapat gelembung udara pada kavitas medular tibia kiri

18
Gambar 2: Osteomielitis Pelvis Difus
Gambar 3: Osteomielitis pada Fibula

d. MRI
MRI akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dapat sebagai
pendeteksian dini dan menentukan lokasi osteomielitis. Karena dapat
memperlihatkan edem dan destruksi medula, disamping reaksi
periosteal, destruksi kortikal, kerusakan sendi, dan jaringan lunak yang
terlibat, bahkan ketika radiografi konvensional belum menunjukkan
adanya kelainan8,9

19
Terdapat T1 abnormal pada kalkaneus, tampak edema

e. Scan tulang radionuklir


Scan tulang radionuklir ini dilakukan bila pasien tidak dapat dilakukan
MRI. Scan ini lebih sensitive dan spesifik daripada pemeriksaan
rontgen. Bahan yang digunakan biasanya gallium 67 dan/atau indium
111

Tampak peningkatan traser radioaktif pada kalkaneus kiri

20
2.7 Diagnosa Banding
Gambaran radiologik osteomielitis dapat menyerupai gambaran penyakit-penyakit
lain pada tulang diantaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer tulang.

1. Osteosarkoma
Biasanya mengenai metafisis tulang panjang seperti osteomielitis sehingga
stadium dini sangat sukar dibedakan dengan osteomielitis.Pada stadium yang
lebih lanjut, kemungkinan untuk membadakan lebih besar karena pada
osteosarkoma pembentukan tulang yang lebih banyak serta adanya infiltrasi
tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak. Juga pada
osteosarkoma ditemukan segitiga Codman.
2. Ewing sarkoma
Ewing sarcoma biasanya mengenai diafisis,tampak destruksi tulang yang
bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang menyerupai kulit
bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar.6

2.8 Tatalaksana

Setelah mendiagnosa osteomielitis, mengklasifikasikannya dan mengetahui


penyebabnya, pengobatan yang dilakukan terdiri dari antibakteri, debridement dan
jika perlu dilakukan penstabilan tulang. Kebanyakan pasien dengan osteomielitis
berhasil diobati dengan terapi antibiotik. Antibakteri harus diberikan selama minimum
4 minggu (sebenarnya, 6 minggu) untuk mencapai penyembuhan. Untuk mengurangi
biaya pengobatan, antibiotik parenteral untuk pasien rawat jalan dapat diganti dengan
antibiotik oral.

Beberapa penelitian telah membuktikan pengobatan untuk osteomielitis. Ada yang


menemukan bahwa hanya 5 penelitian yang mencakup 154 pasien dengan infeksi
tulang. Perencanaan pengobatan sulit dilakukan karena beberapa alasan: debridement
tidak secara jelas mempengaruhi kerja antibiotik, keadaan klinis dan mikroorganisme
patogen yang heterogen dan evaluasi bertahun-tahun diperlukan untuk menentukan
ada atau tidak adanya remisi. Banyak penelitian yang tidak secara acak, tidak
mempunyai grup sebagai kontrol dan hanya mencatat sejumlah kecil pasien.

A. Terapi Antibiotik
Osteomielitis hematogen akut paling bagus diobati dengan evaluasi tepat
terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut
dan 4-6 minggu terapi antbiotik yang tepat. Debridement tidak perlu dilakukan

21
jika diagnosis osteomielitis hematogen telah cepat diketahui. Anjuran
pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimanapun, jika
terapi antibiotik gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan
antibiotik parenteral sangat diperlukan. Setelah kutur mikroorganisme
dilakukan, regimen antibiotik parenteral (nafcillin [Unipen] + cefotaxime lain
[Claforan] atau ceftriaxone [Rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis
organisme tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotik
ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2
minggu pengobatan dengan antibiotik parenteral sebelum anak-anak diberikan
antibiotik oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumya
diobati dengan antibiotik dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral
tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis,
pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selam 2-6 minggu.
Bagaimanapun, tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan
merespon terhadap kebanyakan regimen antibiotik, berapa lama pun terapi
dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter
intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter
Hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotik fluoroquinolone untuk organisme
gram negatif sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis.
Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai
antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang penting dari insidensi
kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus.
Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
terhadap patogen yang anaerob.
B. Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan.
Kualitas debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan.
Setelah debridement dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu untuk
menghapuskan/ menghilangkan dead space yang dilakukan dengan
memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space termasuk myoplasty
lokal, pemindahan jaringan dan penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada
jaringan lunak telah dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah lokal dan
pendistribusian antibiotik.3,5,7,

22
2.9 Komplikasi

Komplikasi dari osteomielitis antara lain

1. Kematian tulang (osteonekrosis)


Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang,
menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas,
kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya penyebaran
infeksi.
2. Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di
dekatnya.
3. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada daerah
yang lembut, yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang
pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang
terinfeksi.
4. Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan
keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma sel
skuamosa.

2.10 Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan hasil yang
memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk walaupun dengan
pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun
setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes
atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita yang mendapatkan infeksi dengan
penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu
mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis.

23
BAB II
KESIMPULAN

Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya
kortikal dan trabekular tulang.
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri,
dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri
piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman
Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella.
Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau
menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada
tulang itu sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat
langsung masuk melalui luka tersebut.
Osteomielitis sering ditemukan pada 1 dari tiap 5000 orang, dan 1 dari tiap 1000 usia
bayi. Insidensi pertahun pada pasien sickle cell berkisar 0,36%. Prevalensi
osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa meningkat yaitu 16% terdapat
dalam 30-40% pasien diabetes, dan jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan
kira-kira 2:1. Angka kematian akibat osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis
atau kondisi medis serius yang menyertai.
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,
pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Wu JS, Gorbachova T, Morison WB and Hains AH. Imaging-Guided Bone


Biopsy for Osteomyelitis: Are There Factors Associated with Positive or
Negative Cultures. 2007. AJR. 188:1529–1534.
2. Calhoun JH, Manring MM, Shirtliff M. Osteomyelitis of the Long Bones.
Seminars in Plastic Surgery. 2009;23(2):59-72. doi:10.1055/s-0029-1214158.
3. Solomon L. Infection. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 8th
edition. New York: Oxford University Press, 2001.
4. CAREK, Peter J.; DICKERSON, Lorim M.; SACK, Jonathan L. Diagnosis
and management of osteomyelitis. American family physician, 2001, 63.12:
2413-2420.
5. Kasper, D. L., & Harrison, T. R. (2005). Harrison's principles of internal
medicine. New York: McGraw-Hill, Medical Pub. Division.
6. Henninger B, Glodny B, Rudisch A, Trieb T, Loizides A, Putzer D, et al.
Ewing sarcoma versus osteomyelitis: differential diagnosis with magnetic
resonance imaging. Skeletal Radiol 2013 08;42(8):1097-104.
7. Hart B, M.D. Osteomyelitis (Refractory) With literature review supplement.
Undersea & Hyperbaric Medicine 2012 May;39(3):753-75.
8. Lee, Y. J., Sadigh, S., Mankad, K., Kapse, N., & Rajeswaran, G. (2016). The
imaging of osteomyelitis. Quantitative Imaging in Medicine and Surgery, 6(2),
184–198. http://doi.org/10.21037/qims.2016.04.01
9. Pineda C, Espinosa R, Pena A. Radiographic Imaging in Osteomyelitis: The
Role of Plain Radiography, Computed Tomography, Ultrasonography,
Magnetic Resonance Imaging, and Scintigraphy. Seminars in Plastic Surgery.
2009;23(2):80-89. doi:10.1055/s-0029-1214160.
10. Ram, P. C., Martinez, S., Korobkin, M., Breiman, R. S., Gallis, H. R., &
Harrelson, J. M. (1981). CT detection of intraosseous gas: a new sign of
osteomyelitis. American Journal of Roentgenology, 137(4), 721-723.

25

Anda mungkin juga menyukai