LP Dermatitis Seboroik
LP Dermatitis Seboroik
DERMATITIS SEBOROIK
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada
daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka,
kronik dan superfisial[5], didasari oleh faktor konstitusi[6].
2. Etiologi
Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian
berbagai macam faktor seperti faktor hormonal[1], infeksi jamur, kekurangan
nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan dengan kondisi ini[3].
Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah kelainan
konstitusi berupa status seboroik[6]. Keterlibatan faktor hormonal dapat
menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara
spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas[3]. Pada bayi
dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir
dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun[5].
Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik
berkaitan dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit
sebagai flora normal[3]. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah
seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya kepala,
tubuh, punggung).
Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak menyebabkan
dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan
depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen[4].
Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan
nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bisa terjadi[3].
4. Patofisiologi
Proses alergi adalah kompleks, dimulai dengan pajanan alergen alergen
yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC). Sel dendritik sel
langerhans di kulit, masing-masing berperan sebagai APC dan dermatitis.
Setelah alergen ditangkap, lalu alergen dipecah menjadi peptida-peptida kecil,
dalam APC peptida diikat molekul HLA (MHC II) menjadi kompleks
peptida-HLA, kemudian dibawa ke permukaan APC dan dipresentasikan ke
sel Th2 CD4+yang MHC II dependen. Th2 diaktifkan dan memproduksi
sitokin. Sementara epitel (endotel) mengekspresikan molekul adhesi dan
menimbulkan infiltrasi sel darah putih terutama eosinofil yang melepas
mediator dan sitokin yang menimbulkan gejala alergi dan kerusakan jaringan.
Dalam jaringan sel-sel inflamasi dan sel residen melepas mediator dan terjadi
interaksi yang kompleks sehingga menimbulkan reaksi alergi kronis.
Bila kulit dirangsang dengan alergen, dalam beberapa menit akan
terjadi fase cepat reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan Coombs berupa
kemerahan dan bentol di kulit dan dapat terjadi peradangan dengan sensasi
5. DiagnosisBanding
1. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik pada dewasa tampak pada fossa antecutabital
dan poplitae[3].
Bayi dapat menderita dermatitis atopi predileksi terutama pada
bagian tubuh tertentu (misalnya kulit kepala, wajah, daerah sekitar
popok, permukaan otot ekstensor) menyerupai dermatitis seboroik. Akan
tetapi dermatitis seboroik pada bayi memiliki ciri-ciri axillary patches,
kurang oozing dan weeping dan kurang gatal. Membedakannnya
berdasarkan gejala klinis karena kenaikan kadar immunoglobulin E pada
dermatitis atopik tidak spesifik.
2. Kandidiasis
Pada pemeriksaan histologis kandidiasis menghasilkan
pseudohipa[3].
6. Penatalaksanaan
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik yaitu obat anti inflamasi
(immunomodulatory), keratolitik, anti jamur dan pengobatan alternatif[3].
1. Obat anti inflamasi (immunomodulatory)
Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit
kepala dengan steroid topikal atau inhibitor calcineuron. Terapi tersebut
pemberiannya dapat berupa shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio
steroid topikal, losio yang dioleskan pada kulit kepala atau krim pada
kulit[7].
7. Saran
Penderita harus diberitahu bahwa penyakit berlangsung kronik dan
sering kambuh. Harus dihindari factor pencetus seperti stress emosional,
makanan berlemak dan sebagainya[5].
8. Prognosis
Pada sebagian kasus yang mempunyai factor konstitusi penyakit ini
agak sukar disembuhkan[6].
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik
a. Subjektif : Gatal
Evaluasi :
a. Kerusakan Integritas Kulit b.d. Inflamasi dermatitis teratasi
b. Gangguan Citra Tubuh b.d. Penyakit, Dermatitis Seboroik teratasi
c. Defisit Pengetahuan b.d. Kurang Pajanan, Sumber Informasi teratasi