Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


“KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS”

DOSEN PEMBIMBING

RIALIKA BURHAN, SST. M.KES

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. ANNISA DWI NOVIANA


2. DWI DIANA OKTARI
3. ESI MOTHI
4. MAYA RUMANTI
5. RINI PUTRI
6. TALITHA VINDY

PRODI : DIV KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


T.A 2018/2019
TINJAUAN TEORI

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

A. PENGERTIAN
1. Definisi bidan
a. Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut
dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui
oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan
Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir disusun melalui konggres
ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan
sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
b. Pengertian bidan menurut Kepmenkes no. 1464 tahun
2010 “Bidan” adalah seorang perempuan yang telah lulus
dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Bidan menurut IBI adalah adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
diregister dan atau untuk secara sah mendapt lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.
2. Definisi Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui,
masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi
baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya
3. Definisi Komunitas
a. Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi
di dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban.
b. Satu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat oleh suatu
rasa identitas suatu komunitas
4. Definisi Bidan komunitas
a. Bidan komunitas menurut Syahlan adalan bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
b. Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And
Health) adalah:praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat
memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan
berkualitas, nasihat atau saran pada masa kehamilan, persalinan, nifas,
dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan
pada bbl dan bayi secara komprehensif.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan


Komunitasadalah upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan
Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat


konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/
lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep
paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya
taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
B. TUJUAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
1. UMUM
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kes perempuan/ibu,
bayi, dan balita di wilayah kerjanya.
2. KHUSUS
a. Meningkatkan cakupan pelayanan keb kom sesuai tanggung jawab
bidan.Meningkatkan mutu pelayanan bumil, bulin, bufas dan perinatal
serta bayi dan balita secara terpadu
b. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal
c. Mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada ibu, bayi dan anak
d. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau unsur terkait lainnya

Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan


keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya
kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan
kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat,
bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan
komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam
keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas
tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )

C. SASARAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


1. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu, Keluarga, dan
Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang dilayani adalah
bagian dari keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 36 tahun 2009 yang
dimaksud dengan keluarga adalah suami istri, anak dan anggota keluarga
lainnya Kelompok di masyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu
hamil, ibu nifas, ibu meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan peningkatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan.
2. Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya
sebagai mahluk social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi, politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya.

D. MASALAH DALAM PELAYAN KEBIDANAN KOMUNITAS


Penting bagi bidan untuk dapat memberikan pelayanan yang
komprehensif dan menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat,
sehingga dapat mengetahui kebutuhan pelayanan kebidanan. Sebagai seorang
bidan di komunitas, maka bidan diharapkan juga dapat berupaya untuk
mengatasi masalah-masalah kebidanan yang ada di komunitas, antara lain:
1. Kematian ibu dan bayi
Kematian Ibu
a. Batasan Kematian Ibu. Adalah kematian seorang wanita dalam masa
kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
tanpa memperdulikan lama dan letak kehamilan akibat setiap hal yang
berhubungan dengan atau dipicu oleh kehamilan atau
penatalaksanaannya, tetapi bukan oleh sebab kecelakaan (Manuaba,
1998)
b. Penyebab Kematian Ibu. Dalam Modul Safe Motherhood (tahun?),
dijelaskan beberapa penyebab kematian ibu sebagai berikut :
1) Determinan Proksi/ Dekat (penyebab langsung)
a) Kejadian kehamilan. Wanita hamil mempunyai resiko untuk
mengalami komplikasi, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak
mempunyai resiko tersebut.
b) Komplikasi kehamilan dan persalinan, misalnya trias klasik,
partus macet dan ruptura uterus.
2) Determinan Antara (penyebab tidak langsung)
Yaitu status kesehatan, status reproduksi, akses terhadap pelayanan
kesehatan, perilaku hidup sehat, faktor lain yang tidak diketahui.
3) Determinan Kontekstual (penyebab tidak langsung)
Berhubungan dengan sosial, ekonomi dan budaya seperti status
wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam
masyarakat ataupun Status masyarakat
4) Penyebab Lain
Penyebab lain dari kematian ibu yang saat ini masih banyak terjadi di
Indonesia adalah “3T” atau 3 Terlambat yaitu Terlambat mendeteksi
dini komplikasi yang terjadi pada masa hamil, bersalin dan nifas serta
pengambilan keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan dikarenakan geografis dan
transportasi rujukan, Terlambat mendapatkan pelayanan yang
memadai di tempat rujukan bisa dikarenakan fasilitas maupun SDM
yang kurang.
c. Strategi untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
1) Mencegah atau memperkecil kemungkinan wanita untuk menjadi
hamil
2) Mencegah atau memperkecil kemungkinan wanita hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwanya atau janinnya, selama
hamil, melahirkan atau nifas.
3) Mencegah atau memperkecil kematian wanita yang mengalami
komplikasi selama hamil atau melahirkan.
d. Upaya lain untuk menurunkan AKI di Indonesia :
1) Pemantauan kehamilan secara teratur dapat menjamin akses terhadap
perawatan yang sederhana dan murah dapat mencegah kematian ibu
karena pre eklamsi atau eklampsia
2) Pemakaian alat kontrasepsi, memainkan peranan penting untuk
menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan sehingga angka
kematian ibu akibat upaya unsafe abortion dapat dikurangi..
3) Deteksi dini terhadap komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas, sehingga kelainan dapat diketahui sedini mungkin dan dapat
segera diberikan pengobatan/ perawatan yang tepat.
4) Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terlatih.

Dalam Modul Making Pregnancy Safer (MPS) dijelaskan 3 pesan kunci


sebagai salah satu upaya penurunan AKI di Indonesia :

1) Semua pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.


2) Semua komplikasi obstetri & neonatal mendapat pelayanan yang
adequat
3) Setiap Wanita Usia Subur (WUS) memperoleh akses terhadap
pencegahan & penatalaksanaan KTD & unsafe AB.
e. Indikator Upaya Penurunan AKI
1) Indikator Dampak
a) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio)
- Kematian ibu dalam periode 1 tahun per 100.000 kelahiran
hidup pada periode yang sama.
- Angka ini menggambarkan menggambarkan resiko kematian
pada wanita hamil dan tidak mengukur resiko kematian pada
wanita usia subur.
b) Rate Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
- Jumlah kematian ibu dalam 1 tahun per 100.000 wanita usia
subur (15–20 tahun).
- Indikator ini dipengaruhi oleh upaya pengamanan persalinan
dan upaya KB.
c) Resiko Kematian Ibu Seumur Hidup (Lefetime Risk)
- Yaitu resiko kematian ibu yang terjadi sepanjang usia subur.
- Setiap kali wanita hamil akan menghadapi resiko kematian.
- Indikator ini dipengaruhi oleh rata-rata resiko kematian pada
kehamilan dan tingkat fertilitas tetapi tidak dibandingkan
terhadap populasi WUS melainkan terhadap rata-rata resiko
wanita untuk mengalami kematian.
d) Proporsi Kematian Ibu pada Wanita Usia
Reproduksi (Proportional Mortality Ratio)
- Merupakan prosentase kematian ibu dari kematian total pada
WUS.
- Angka berkisar antara 1 – 60 %
- Di negara berkembang menyumbang 25 – 30 % dari seluruh
kematian pada masa reproduksi.
- Bermanfaat untuk melihat kematian ibu relatif terhadap
kematian akibat penyebab lainnya.
2) Indikator Proses. Adalah prosentase bidan terlatih dalam penanganan
kegawatan obstetri, pelatihan APN, Bidan DIII.
3) Indikator Output. Adalah cakupan ANC, cakupan pertolongan
persalinan oleh Nakes meningkat.
4) Indikator Outcome. Adalah proporsi komplikasi obstetri yang
mendapatkan penanganan adequat, CFR dari komplikasi obstetri .

Kematian Bayi

a. Penyebab Kematian Bayi


Beberapa penyebab kematian bayi di Indonesia yang terutama adalah
asfiksia, infeksi dan hipotermi. Disamping ada sebagian yang
disebabkan karena BBLR, trauma persalinan, pemberian makan yang
terlalu dini, ketidaktahuan keluarga tentang perawatan bayi,
ketidakpercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan (kaitan dengan
tradisi) serta kurang efektifnya sistem rujukan yang berlaku.
b. Pencegahan Kematian Bayi
1) Peningkatan kegiatan Imunisasi pada bayi yaitu UCI tercapai di
setiap desa
2) Peningkatan ASI Eksklsif, status gizi serta deteksi dini & stimulasi
tumbang
3) Pencegahan & pengobatan penyakit infeksi (ISPA, diare, malaria) di
daerah endemik
4) Pemeriksaan kesehatan saat hamil & pertolongan nakes yang
terampil saat persalinan
5) Diterapkannya metode kanguru untuk mencegah hipotermi pada bayi
baru lahir.
6) Keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca
persalinan yang baik.
7) Penerapan program MTBS dan MTBM di pelayanan kesehatan.

Pertisipasi Bidan dalan upaya penurunan AKB adalah dengan


pelaksanaan program “ASUH” yaitu Awal Sehat Untuk Hidup sehat, yang
memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir ( 1-
7 hari) yang lebih mengintensifkan kegiatan “ Kunjungan Rumah 7 Hari
Pertama Pasca Persalinan” berisi pelayanan dan konseling perawatan bayi
dan ibu nifas yang bermutu.

Partisipasi masyarakat dalam upaya penurunan AKB :

1) Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca


persalinan bagi kehidupan bayi selanjutnya.
2) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari
pertama pasca persalinan oleh Bidan di Desa
3) Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi
meninggal pada Bidan di Desa, agar diperoleh masukan untuk
merencanakan tindakan/ kunjungan dan memecahkan sekaligus
mengantisipasi masalah kematian bayi
4) Mendukung dan mempertahankan keberadaan Bidan di Desa.

2. Unsafe abortion
Adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang trampil (tng
medis/ non medis), alat tdk memadai, lingk tdk memenuhi syarat kesh
(WHO, 1998)
Unsafe Abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan
prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien.
a. Faktor Penyebab Unsafe Abortion
1) Alasan kesehatan, dimana ibu/ wanita tidak cukup sehat untuk hamil
dan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan nyawa ibu.
2) Alasan psikososial, dimana ibu tidak siap punya anak lagi.
3) Kehamilan di luar nikah.
4) Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
5) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7) Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi
b. Alat yang digunakan :
Bahan – bahan tradisional seperti batang kayu, akar pohon, tangkai
daun bergetah, batang plastik,wortel yang dikeringkan kemudian
dimasukkan ke cavum uteri sbg dilatator sehingga servik membuka dan
keluarlah janin yang ada dalam kandungan. Upaya lain : pemijatan
corpus uteri, minum jamu atau pil peluntur dsb.
c. Dampak Unsafe Abortion
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita bahwa jika seseorang melakukan aborsi,ia
tidak merasakan apa – apa danlangsung boleh pulang, nidalah informasi
yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita terutama mereka ayng
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yangmelakukan aborsi :
1) Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik /dampak kebidanan.
Pada saaatmelakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resikoyang akan dihadapi seorang wanita seperti : yang
dijelaskan dalam buku “fact of life” yang ditulis oleh Brian klowes :
a) Kematian mendadak karena pembiusan hebat.\
b) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d) Rahim yang sobek (uterine perforation)
e) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yan gakan
menyebabkan cacat pada anakberikutnya.
f) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone esterogen
pada wanita).
g) Kanker indung telur (ovarian cancer).
h) Kanker leher rahim ( cervical cancer).
i) Kanker hati (liver cancer)
j) Kelainan pada placenta / ari-ari (placenta previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnyada perdarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya
k) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (ectopic
pregnancy)
2) Resiko kesehatan mental. Proses aborsi bukan saj suatu proses yang
memiliki resikotingi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang
wanita secara fisik,tetapijuga memiliki dampak yang
sangat hebat terhadap keadaan mental seorang eanita. Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post Abortion Syndrome”
(sindrom passca Aborsi/PAS). Gejala-gejala ini dicatat dalam
psychological Reaction Reporter after abortion di dalam penerbitan
the post abortion review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang
melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai berikut :
a) Kehilangan harga diri
b) Berteriak histeris.
c) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi.
d) Ingin melakukan bunuh diri.
e) Mulai mencoba menggunakan obat – obatterlarang.
f) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual.
d. Peran Bidan
Peran Bidan sehubungan dengan pencegahan unsafe abortion adalah :
1) Memberikan konseling pada wanita yang akan melakukan aborsi
2) Konseling kontrasepsi merupakan salah satu syarat mutlak untuk
dapat mengurangi kejadian aborsi, terutama aborsi berulang, selain
faktor lainnya.
3) Pemberian pendidikan seks pada remaja
4) Pendekatan dengan tokoh agama sehubungan dengan pendidikan
keagamaan.
e. Kasus

3. Kehamilan Remaja
a. Pengertian
Kehamilan Remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang
merupakan akibat perilaku seksual baik disengaja (sudah menikah)
maupun tidak disengaja (belum menikah).
b. Penyebab Kehamilan Remaja
1) Penundaan dan peningkatan usia kawin, menarch dini.
2) Kurangnya pengetahuan tentang perilaku sex.
3) Tidak menggunakan kontrasepsi bagi wanita yang sudah menikah.
4) Kegagalan kontrasepsi.
5) Hamil karena perkosaan.
6) Persoalan ekonomi, alasan sekolah/ karir
c. Dampak Kehamilan Remaja
Menurut Manuaba (1998) penyulit kehamilan remaja disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil. Keadaan tersebut makin
menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress), psikologi, sosial
ekonomi sehingga memudahkan terjadi :
1) Keguguran
2) Prematur
3) Mudah terjadi infeksi
4) Anemia kehamilan
5) Keracunan kehamilan
6) Kematian ibu tinggi
d. Peran Bidan Dalam Pencegahan dan Penanganan Kehamilan Remaja
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2) Melakukan kegiatan positif
3) Menghindari kegiatan negative khususnya perilaku seksual yang
menyimpang.
4) Melakukan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, KB,
kegiatan rohani dengan melakukan pendekatan dengan tokoh agama.
5) Bagi pasangan menikah dianjurkan pakai alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalan rendah seperti MOW, AKBK, AKDR, & suntik.
6) Sikap bersahabat kepada klien, jangan merendahkan/ mencibir.
7) Konseling remaja dan keluarga sehubungan dengan kehamilan dan
persalinan.
8) Melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standart.
9) Bila ingin menggugurkan diberikan konseling resiko aborsi.
e. Kasus

Dikutip dari KOMPAS 15 December 2012

Bak disambar petir saja. Begitulah yang dialami keluarga pak Burhan (
bukan nama sebenarnya) kala mendapat kabar anaknya ( Rina, nama
samaran) yang sedang duduk di kelas 3 SMA sudah hamil 3 bulan. Amarah
yang besar bercampur malu dan kecewa menyelimuti hati Pak Burhan.
Betapa tidak, anak satu-satunya yang menjadi tumpuan harapannya, yang
seharian di rumah terlihat sangat santun dan baik itu, kini sudah berbadan
dua. Padahal ia masih berstatus pelajar. Harapan Pak Burhan dan keluarga
untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi, buyarlah sudah.
Karena Rina, dikeluarkan dari sekolahnya. Jalan yang harus ditempuh
adalah dengan menikahkan Rina dengan pacarnya yang usianya masih
sebaya itu atau melakukan aborsi.

Edan. Inikah zaman edan? Rasanya memang zaman semakin edan. Masalah
hamil di luar nikah semakin parah dan sangat miris serta menyedihkan–
remaja perempuan kita akhir-akhir ini. Beberapa fakta tentang fenomena
hamil di luar nikah, di negeri kita ini saat ini seperti diutarakan di atas,
memang sangat menggalaukan hati kita. Walau sebenarnya, kasus – kasus
hamil di luar nikah yang merupakan kasus kecelakaan dalam pergaulan
yang bebas itu, sesungguhnya sejak dahulu kala dengan jumlah yang tidak
terlalu gila seperti sekarang ini. Namun, bila kita melihat dari angka-angka
kasus dari perjalanan sejarah anak manusia, kasus hamil di luar nikah itu
sekarang ini memang sangat parah. MBA dianggap hal biasa. Padahal,
dahulu, seseorang yang terlanjur hamil di luar nikah itu dalam tatanan
masyarakat kita dinyatakan sebagai tindakan yang sangat memalukan,
keluarga, dan bahkan masyarakat dalam sebuah komunitas. Pelaku hamil di
luar nikah dianggap sebagai pembawa sial. Bahkan ada yang diusir dari
keluarga dan juga dari kampong. Karena, hamil di luar nikah, hamil karena
kecelakaan, hamil karena perbuatan zina, atau dalam istilah masa kini
disebut dengan married by accident (MBA) adalah sebuah berita buruk,
memalukan dan hina bagi sebuah keluarga dan kelompok masyarakat di
sebuah daerah, juga suatu bangsa seperti Indonesia. Artinya, kala orang tua
atau sebuah keluarga mengetahui anak perempuannya hamil sebelum
menikah, orang tua dan keluarga bahkan masyarakat akan merasa
dipermalukan oleh kasus itu. Maka, mendapat kabar bahwa anak perempuan
sesorang mengalami hamil di luar nikah itu adalah sebuah berita yang
sangat mencoreng nama baik keluarga dan masyarakat. Apalagi dalam
keluarga masyarakat muslim, ini justru sangat tidak bisa diterima. Sehingga
kasus-kasus hamil di luar nikah, sulit didata dan selalu terselubung serta
banyak berujung dengan tindakan aborsi yang bertentangan dengan nilai-
nilai universal HAM dan nilai-nilai agama itu.

Ironisnya, walau itu bertentangan dengan nilai –nilai agama dan hak asasi
manusia, gaya hidup seks bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah dan
sering berujung dengan tindakan aborsi itu, hingga kini terus semakin
menggila. Meningkatnya jumlah kasus hamil di luar nikah dan kasus aborsi
di tanah air saat ini, menjadi keprihatinan semua orang. Karena dengan
semakin meningkatnya kasus hamil di luar nikah ini, maka semakin besar
risiko yang dialami oleh genarasi bangsa ini. Namun celakanya, banyaknya
kasus hamil di luar nikah tersebut sudah dianggap sebagai hal biasa. Padahal
bila kita kaji lebih dalam, meningkatkanya kasus hamil di luar nikah ini
sangat membahayakan generasi bangsa ini, terutama para remaja itu sendiri.

4. Berat badan lahir rendah (BBLR)


a. Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal 2004)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan
PONED Komponen Neonatal, 2004). WHO (1961) mengganti istilah
premature dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena
disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bukan bayi premature.
b. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%.
c. Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi:
1) Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi
kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan
yang tidak diinginkan, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil,
obat-obatan.
2) Faktor plasenta seperti insufisiensi atau disfungsi placenta, peyakit
vaskuler, kehamilan ganda, plasenta previa dan solusio plasenta.
3) Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi, factor genetic atau
kromosam
4) Radiasi
5) Bahan toksik
6) Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan),
mungkin juga cukup bulan (dismatur).
d. Tanda prematuritas:
1) Tulangrawan telinga belum terbentuk
2) Masih terdapat lanugo
3) refleks-refleks masih lemah
4) Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup
labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan
kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
e. Komplikasi BBLR
1) Hipotermi
2) Hipoglikemia
3) Ikterus/ hiperbilirubinemia
4) Masalah pemberian minum
5) Infeksi atau curiga sepsis
6) Sindroma aspirasi mekoneum
7) Perdarahan intra cranial

5. Pertolongan persalinan non-kesehatan


a. Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis adalah proses persalinan
yang di bantu oleh tenaga non kesehatan atau biasa di kenal dengan
istilah dukun bayi.
b. Etiologi
1) Kebiasaan / perilaku:
- Keluarga Kebiasaan keluarga yg memutuskan / memaksa
calon orang tua mengenai siapa yg akan menolong persalinan
- Masyarakat Kebiasaan masyarakat yg lebih mempercayai
penolong persalinan pada tenaga non medis (dukun)
2) Sarana kesehatan
3) Ekonomi
4) Pengetahuan
5) Status sosial dalam masyarakat
6) Jarak tempat tinggal dari sarana pelayanan kesehatan
c. Penatalaksanaan
Diadakan program penempatan Bidan di desa (BDD) yg bertujuan
untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali
hal – hal yg berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat
setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya

6. Penyakit menular seksual


a. Pengertian
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti
suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui
hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan
sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar
alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut,
saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
b. Jenis-jenis PMS
Ada banyak jenis PMS, sedangkan yang paling umum dan paling
penting untuk diperhatikan adalah
1) Gonore
2) Klamidia
3) Herpes Kelamin
4) Sifilis
5) Hepatitis B
6) HIV/AIDS
c. Etiologi
1) Nisseria gonorrheae
2) Chlamidya
3) Parasit trikomonas vaginalis
4) Jamur candida albicans
5) Human papilloma virus
6) Herpes simplex
7) Treponema pallidum
E. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN KELUARGA
SEBAGAI PUSAT PELAYANAN
Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat perlu memahami
masyarakat yang dilayanainya, baik keadaan, budaya, maupun tradisi setempat
sehingga dapat menentukan cara atau strategi yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan masalah kebidanan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan
oleh bidan dalam pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
a. Pengertian
Secara umum Pendekatan edukatif suatu rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan
pertisipasi aktif dari individu, kelompok maupun masyarakat umum
untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan budaya.
Secara khusus pendekatan edukatif merupakan satu bentuk atau
model pelaksanaan organisasi sosial masyarakat dalam memecahkan
masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan pokok penekanan pada :
pemecahan masalah dan proses pemecahannya serta pengembangan
provider merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat secara
keseluruhan (Syafrudin, 2009)
b. Pengembangan provider
Provider adalah sektor yang bertanggungjawab secara teknis
terhadap program yang dikembangkan dalam pengembangan
kemampuan masyrakat untuk dapat memecahkan maslahnya sendiri
secara swadaya dan gotong royong.
Tujuan dari pengembangan provider ialah pangembangan
kesamaan pengertian dan sikap mental yang positif serta adanya
kesepakatan bersama (komitmen) untuk pengembangan pembangunan
kesehatan masyarakat, maka perlu diperhatikan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1) Adanya keterbukaan dan komunikasi dua arah yang baik (pertemuan
lintas sektor) yang terkait, sehingga program dari masing-masing
sektor dapat saling diketahui
2) Adanya suatu wadah lintas sektoral (tim pembina LKMD, posyandu,
UKS dll)
3) Adanya kerjasama yang sebaik-baiknya dan dilandasi hubungan
antara manusia yang baik pula
4) Adanya kewenangan dari masing-masing sektor terkait harus
diketahui dan dihormati
5) Adanya tujuan yang akan dicapai bersama dan peranan masing-
masing sekor harus dimengerti oleh semua sektor dan dirumuskan
secara jelas dalam suatu perjanjian peran atu role nnegosiation.
6) Adanya perencanaan terpadu dari sektor terkait harus dilakukan
bersama (Bapelkes Salaman, 2004)
c. Tujuan Pendekatan Edukatif
1) Memecahkan masalah yang dihadapi masyrakat
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk bisa memecahkan
masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuannya.
d. Langkah-langkah pendekatan edukatif
1) Pendekatan pada tokoh masyrakat
a) non formal : untuk penjajagan kebutuhan
b) formal: dengan surat resmi
c) tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat
d) kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan
pengumpulan data
e) pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan
suatu kebijakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka :
perenecanaan, pelaksanaan dan evaluasi
f) menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-
uapacara agama, perkawinaa, kematian dst
2) pedekatan kepada provider
pendekatan kepda provider diadakan pada waktu pertemuan tingkat
kecamatan, desa atau kelurahan dan tingkat dusun atau lingkungan.
3) pengumpulan data primer dan sekunder
a) data umum
b) data teknis sesuai kepentingan masing-masing sector
c) data perilaku sesuai dengan masalah yang ada
d) data khusus hasil pengamatan
e) data orang lain
2. Pelayanan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
Pelayanan seorang bidan yang bekerja di masyarakat berarti melayani
masyarakat dengan memberi pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Masyarakat juga diajak bekerjasama agar mampu berperilaku hidup sehat
dan mempromosikan kepada orang lain di lingkungan sekitarnya.
Masyarakat juga dapat memberikan masukan tentang bentuk bagaimana
bentuk pelayanan yang diharapkan. Dengan demikian, keberhasilan bidan
dalam bekerja di masyarakat sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk
mendengarkan, dan memenuhi harapan masyarakat serta melibatkan
masyarakat dalam upaya memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat.
3. Penggunaan atau pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
Kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan pada
pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya diatur dan disediakan
oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa :
a. Tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat adalah semua orang yang
memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal (
ketua RT, RW, Kades dll) maupun tokoh non formal (tokoh agama,
tokoh adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh masyarakat merupakan
kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di
dalam setiap upaya pembangunan.
b. Dana masyarakat
Pada golongan masyarakat tertentu penggalangan dana
masyrakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya, tapi pada
golongan masyarakat yang tingkat ekonominya pra sejahtera
penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar
mereka marasa ikut memiliki dan bertanggungjawab terhadap upaya
pemelaiharaan dan peningkatan derajat kesehatnnya. Cara lain yang
dapat ditempuh adalah dengan model tabungan atau sistem asuransi yang
bersifat subsidi silang.
c. Organisasi kemasyarakatan. Organisasi yang ada di masyarakat seperti
lembaga persatuan pemuda, pengajian dan sebagainya merupakanwadah
berkumpulnya para anggota dari organisasi tersebut sehingga upaya
pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah/
tenaga kesehatan memanfaatkanya dalam upaya pembangunan kesehatan
d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat. Pendayagunaan sarana
dan material yang dimiliki masyarakat seperti batu kali, bambu, dan lain
sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menimbulkan rasa
tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat.
e. Pengetahuan masyarakat. Masyarakat memiliki pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembangunan kesehatan seperti pengetahuan tentang
obat tradisional, pengetahuan tentang penerapan teknologi tepat guna
untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misalnya
penyaluran air menggunakan bambu dan lain-lain.
f. Teknologi yang dimiliki masyarakat. Masyarakat memiliki tehnologi
sendiri dalam memecahkan masalahnya, biasanya bersifat sederhana
tetapi tepat guna. Untuk itu sebaiknya pemerintah memanfaatkan
tehnologi tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran
teknis guna meningkatkan hasil gunanya.
g. Pengambilan keputusan oleh masyarakat. Apabila penemuan masalah
dan perencanaan pemecahan masalah kesehatan Telah dapat dilakukan
oleh masyarakat maka pengambilan keputusan terhadap upaya
pemecahan masalah akan lebih baik dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Dengan demikian, kegiatan pemecahan masalah kesehatan akan
berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.(Depkes RI,
2007)

DAFTAR PUSTAKA

Runjati. 2011. Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta : EGC.

Bapelkes Salaman. 2004. Materi Kesehatan Komunitas. Magelang : Bapelkes

Depkes RI. 2007. Modul 2 Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui

Kemitraan. Jakarta: Depkes RI


Depkes RI, 1999. Bidan di Masyarakat, Jakarta: Depkes RI

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya

Kesehatan.

Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

https://studylibid.com/doc/226494/buku-ajar-asuhan-kebidanan-komunitas-oleh---

iis-lestari

Anda mungkin juga menyukai