Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
pengendapan di alat HE tersebut yang mengakibatkan terjadi penurunan efisiensi
dan kinerjanya.
Pada saat ini penggunaan HE dapat membantu menaikkan temperatur long
residue. Namun, penggunaan HE saja belum dapat mencapai temperatur long
residue yang diinginkan untuk masuk ke kolom distilasi sehingga digunakan juga
furnace untuk mencapai suhu tersebut. Jika HE mempunyai efisiensi tinggi maka
kehilangan panas dapat ditekan sekecil mungkin yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya untuk penyediaan energi suatu pabrik. Evaluasi kinerja HE
dilakukan untuk menentukan kapan saatnya HE harus dibersihkan karena jika
dilakukan pembersihan secara berkala akan menambah performa dan efisiensi dari
HE tersebut.
1. Pada HE E-14-003 ABC dengan fluida panas MVGO (Medium Vacuum Gas
Oil)
2. Pada HE E-14-006 AB dengan fluida panas HVGO (High Vacuum Gas Oil).
3. Pada HE E-14-009 ABCD dengan fluida panas vacuum residue.
4. Pada HE E-14-010 ABC dengan fluida panas vacuum residue.
2
1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan masalah tugas khusus pada laporan kerja pratik
ini adalah mengevaluasi performance feed preheater pada unit HVU II mencakup
duty, nilai U factor, fouling factor dan pressure drop menggunakan data desain
dan data Plant Test 2010.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik.Pergerakan ini terjadi antara fluida atau di
dalam fluida itu sendiri, dan tidak dapat terjadi pada solid. Pada solid, molekul
tetap pada posisinya, pergerakan secara bulk atau adanya aliran tidak
memungkinkan, sehingga konveksi tidak akan terjadi pada solid.
4
2.3. Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.
5
Gambar 2.2. Double pipe heat exchanger
2. Cooler
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida cair dan gas dengan
menggunakan media pendingin air atau udara.
Tipe-tipe cooler, antara lain:
a. Tipe pipe coil
1). Spiral COIL
2). PIPE COIL
3). Box cooler (lebih baik/bagus yang tube-3 dan shell)
b. Tipe air cooler
Media pendingin yang digunakan adalah udara
3. Condenser
Alat ini berfungsi untuk mengembunkan uap atau campuran uap. Sebagai
media pendingin biasanya digunakan air. Umumnya condenser memiliki tipe
shell and tube dan dapat mempunyai dua tipe yaitu tipe vertical dan tibe
horizontal yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri-sendiri.
Tipe-tipe condenser berdasarkan fungsi:
a. Partial condenser
Alat ini memiliki fungsi hanya mengembunkan sebagian dari total uap yang
dihasilkan (kondensat) yang dipakai sebagai reflux, biasanya dipasang dekat
puncak dalam fraksinasi.
6
b. Overhead condenser
Alat ini memerankan 3 hal pada saat bersamaan yakni mendinginkan uap,
mengembunkan uap menjadi cairan, kemudian mendinginkan menjadi
cairan tersebut.
c. Surface condenser
Alat ini berfungsi untuk mengkondensasikan steam, yang mana kondensasi
ini dijalankan dengan tekanan vakum dari 1 sampai 1,5 inHg absolute.
Untuk membuat tekanan vakum digunakan ejector.
4. Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan
menggunakan steam atau air panas yang mana dengan memberikan sensible
heat.
5. Evaporator
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau menguapkan fluida cair
dengan menggunakan steam atau media panas lainnya.
6. Chiller
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida pada temperature rendah.
Sebagai media pendinginnya dapat digunakan air, propane, Freon, ataupun
amoniak.
7. Reboiler
Biasanya dihubungkan dengan dasar kolom fraksionasi atau stripper untuk
melengkapi panas pendidihan yang diperlukan untuk destilasi. Sebagai media
pemanas dapat berupa steam atau fluida panas (misalnya residu). Tipe dari alat
ini adalah tipe ketel dengan tipe shell and tube, dimana shell membesar untuk
memindahkan penguapan. Selain itu dapat digunakan furnace.
Macam-macam reboiler :
a. Natural Circulation / thermosiphon reboiler yang mendidih diperoleh
dengan mempertahankan head yang cukup dari liquid untuk melengkapi
sirkulasi.
7
b. Forced circulation reboiler dengan menggunakan pompa untuk mendorong
liquid masuk reboiler.
8
Coil yang direndam dalam box coil yang berisi air, digunakan untuk
pemanasan dan pendinginan. Coil berbentuk spiral.
b. Pipe coil
Biasa dipasang pada dasar suatu tankiuntuk memanaskan isi tanki dengan
aliran steam dalam pipa. Dapat berbentuk hair pain, spiral, tipe ring.
c. Box coil
Pendinginan dilakukan dengan jalan mengalirkan fluida panas dalam suatu
coil yang tercelup dalam media pendingin air.
9
Klasifikasi heat exchanger berdasarkan jenis alirannya:
1. Heat exchanger counter current (aliraran berlawanan arah)
Jika aliran kedua fluida yang mengalir dalam HE berlawanan arahnya
2. Heat exchanger co-current (aliran searah)
Jika aliran fluida yang didinginkan dengan media pendinginnya searah.
3. Hear exchanger cross current (aliran silang)
Jika aliran fluida yangmengalir dalam HE saling memotong arah
2.5. Alat Penukar Panas Dilihat dari Arah Aliran dan Tube Layout
Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar panas ini dibagi dalam tiga
macam aliran, yaitu:
1. Aliran sejajar
2. Aliran berlawanan arah atau counter flow
3. aliran kombinasi
10
Susunan tube segitiga lebih banyak digunakan dan menghasilkan panas
yang baik persatuan penurunan tekanan. Disamping itu, letak tubenya lebih
kompak dan koefisien perpindahan panasnya lebih baik.
11
2) Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bias
dilepaskan melalui top dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak
dapat didrain tanpa large ports pada doughtnut.
d. Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan
lubang-lubang untuk semua tube.
e. Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua
atau beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk
perpindahan panas yang lebih baik.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus
sesuai dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu:
a. Tube polos (bare tube)
b. Tube bersirip (finned tube)
6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell
7. Channel and pass partition
Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan pass
partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
8. Shell cover and channel cover
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat
pembersihan.
12
Fouling mengakibatkan kenaikan tahanan perpindahan panas, sehingga
meningkatkan biaya, baik investasi maupun perawatan. Akibat terjadinya fouling,
maka ukuran penukar panas menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat,
waktu shut down dapat lebih panjang dan biaya perawatan meningkat. Antisipasi
terhadap terjadinya fouling dalam perancangan dapat dilakukan dengan
menggunakan variable operasi dan konfigurasi yang tepat.
Pencegahan fouling dapat dilakukan dengan tindakan :
1. Menekan potensi fouling, misalnya dengan penyaringan
2. Menggunakan bahan konstruksi yang tahan terhadap korosi
3. Menepatkan nozzle (tube side dan shell side) di permukaan tertinggi atau
terendah pada heat exchanger, untuk menghindari terjadinya kantung-
kantung gas ataupun kantung volume fluida diam. Interface gas cair
merupakan lokasi terjadinya korosi, dan kantung udara diam
memungkinkan terjadinya pengendapan.
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger.
Kotoran ini berupa lumpur, polimer, dan deposit lain yang terbentuk di bagian
dalam maupun bagian luar dinding tube exchanger. Nilai ini digunakan untuk
mendesain agar mengetahui hambatan yang masih diperbolehkan selama operasi
normal sebelum pembersihan.
Fouling factor tergantung pada nilai koefisien perpindahan panas ke
seluruh permukaan bersih (Uc) dan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan
untuk permukaan kotor (Ud). Jika fouling factor makin besar efisiensi
perpindahan panas semakin menurun dan akibatnya pressure drop makin besar.
Secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya fouling pada alat
operasi adalah :
1. Hard Deposit, yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi maupun cooking
2. Porous Deposit, yaitu kerak yang berasal dari dekomposisi dari kerak
keras
3. Loss Deposit, yaitu kerak yang berasal dari deposit seperti lumpur dan
material lunak yang lain.
13
BAB III
METODOLOGI
2. Koreksi LMTD (Coulson, vol.6 hal. 655 dan Kern, hal. 94)
14
T1 T2
R
t 2 t1
t2 t1
S
T1 T2
15
ID * C '*B
as (Kern, pers. 7.1)
144 * PT
Dimana : ID : inside diameter shell, ft
C' : clearance, inchi
B : baffle space, inchi
PT : pitch, inc
as : flow area shell, ft2
N t * at '
at
144 * n (Kern, pers. 7.48)
Dimana : at : flow area tube, ft2
Nt : jumlah tube
at’ : flow area per tube, ft2
n : jumlah pass
b. Menghitung mass velocity, G (Kern, hal. 138)
Gs = W/ as danGt = w / at (Kern, pers. 7.2)
Dimana : Gs : mass velocityshell, kg/jam.ft2
Gt : mass velocitytube, kg/jam.ft2
W : flow rate fluida di shell, kg/jam
W : flow rate fluida di tube, kg/jam
c. Menghitung Reynold number, Re
Res = De.Gs / μ, Ret = D.Gt / μ (Kern, pers. 7.3)
Dimana : Res : Reynold number di shell
Ret : Reynold number di tube
De : diameter ekivalen shell, ft
D : diameter ekivalen tube, ft
μ : viskositas pada tempertur kalorik, ºF
d. Menghitung koefisien transfer, h (Kern, pers. 6.15a dan 6.15b)
1 1
k c. 3
k c. 3
ho j H * * * s , hi j H * * * t
De k D k
Dimana ho : koefisien transfer di shell, Btu/jam.ft2.0F
hi : koefisien transfer di tube, Btu/jam.ft2.0F
16
k : konduktivitas pada temperature kalorik, Btu/jam.ft.0F
c : specific Heat pada temperature kalorik, Btu/lb.oF
e. Menghitung tube wall temperature, tw
ho s
t w tc Tc tc
ho s hio t (Kern, pers. 5.31)
Dimana, tw :tube wall temperature, ºF
f. Menghitung corrected koefisien, h
h h
ho o * s dan hio io * t (Kern, pers. 6.36 & 6.37)
s t
7. Clean Overall Heat TransferCoefficient, Uc
hio .ho
UC
hio ho (Kern, pers. 6.38)
Dimana UC : clean overall coefficient
8. Dirt Factor, Rd
Uc Ud
Rd
Uc.Ud (Kern, pers. 6.13)
3.3. Perhitungan
A. Perhitungan Desain Heat Exchanger E-14-003 ABC
262 oC
236 oC 207oC
180oC
1) Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 359.143,6 lb/jam 0.638 btu/lb.ºF (456,8 – 356)ºF
17
= 23.096.669,93 Btu/jam
MVGO :
Qhot = M Cp (Thin Thout )
= 343.325,5 lb/jam 0.693 btu/lb.ºF (503,6 – 404,6)ºF
= 23.554.530,70 Btu/jam
t1 t 2
LMTD = 47,7 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 0,982
t 2 t1
t2 t1
S = 0,683
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,92 (Fig.20, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 47,7 ºF 0,92
= 43,9 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 1,038
Kc = 0,15 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,45
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 449,2 ºF = 401,4 ºF
18
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid MVGO, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,6438 ft2 = 0,3326 ft2
Mass Velocity
5’) w = 359.143,6 lb/jam W = 343.325,5 lb/jam
w W
Gs Gt
as at
= 557.833,7 lb/jam.ft2 = 1.032.126,7 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 401,4 ºF pada Tc = 449,2 ºF
=0,16cp = 0,3872lb/ft.jam (Fig.14) =0,09 cp =0,2178 lb/ft.hr (Fig. 14)
De=0,99 in=0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782in = 0, 0651 ft (Tab.10)
De.Gs = 118.856,6 D.Gt = 308.816,6
Re s Re t
7’) jH = 205 (Fig. 28) jH = 600 (Fig. 24)
8’) pada tc = 401,4 ºF pada Tc = 449,2 ºF
c= 0,66 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0,71 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0,0745 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.079 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 1,508 (c./k)1/3 = 1,25
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
19
w=0,15 cp =0,363 lb/ft.jam (Fig.14) w=0,1 cp =0,242 lb/ft.jam (Fig.14)
0 ,14 0 ,14
= 1,009 = 0,985
s t
w w
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
Shell in Series = 3
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 66,989 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 326,908 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,0026 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,00054 hr.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
23.096.669,93
100% 98%
23.554.530,70
20
17) Friction Factor
a. Tube
Ret = 308.816,6
f = 0,00011 sq ft/sq in (Fig.26)
b. Shell
Res = 118.856,6
f = 0,0013 sq ft/sq in (Fig.29)
21
B. Perhitungan Plant Test 2010 Heat Exchanger E-14-003 ABC
245oC
199oC 182oC
180 oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 321.966,4 lb/jam 0.62 btu/lb.ºF (390,2 – 356)ºF
= 6.826.975,26 Btu/jam
MVGO :
Qhot = m Cp (Thin Thout )
= 216.328,3 lb/jam 0,65 btu/lb.ºF (473 – 359,6)ºF
= 15.945.561,76 Btu/jam
t1 t 2
LMTD = 25,3 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 3,316
t 2 t1
22
t2 t1
S = 0,292
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,866 (Fig.20, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 21,9 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 0,043
Kc = 0,29 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,18
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 380,0 ºF = 362,2 ºF
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid MVGO, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,6438 ft2 = 0,3326 ft2
Mass Velocity
5’) w = 321.966,4 lb/jam W = 216.328,3 lb/jam
w W
Gs Gt
as at
= 500.088,8 lb/jam.ft2 = 650.339,9 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 362,2 ºF pada Tc = 380 ºF
=0,8 cp = 1,936 lb/ft.jam (Fig.14) =0,35 cp = 0,847 lb/ft.jam (Fig.14)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 0651 ft (Tab.10)
De.Gs = 21.310,6 D.Gt = 50.036
Re s Re t
7’) jH = 90 (Fig. 28) jH = 150 (Fig. 24)
8’) pada tc = 362,2 ºF pada Tc = 380 ºF
23
c = 0,605 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0,625 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.0698 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.071 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 2,560 (c./k)1/3 = 1,953
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
Shell in Series = 3
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 51,932 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 253,429 kcal/jam.m2.ºC
UD = 33,627 Btu/jam.ft2.ºF
24
UD = 164,173 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,0066 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,00135 hr.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
6.826.975,26
100% 43%
15.945.561,76
25
19) Banyak lintasan yang melintang (Number of Croses)
N + 1 = 12 x L / B = 21,0344
Ds = IDs = 3,281 ft
20) Pressure Drop (ΔP)
a. Tube
𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑛
ΔPt = 5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷 𝑥 𝑠 𝑥 𝜙𝑡 = 2,421 psi (Fig.26)
324 oC
180 oC 238 oC
85 oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 718.287,2 lb/jam 0.588 btu/lb.ºF (356 – 185)ºF
= 72.222.436,63 Btu/jam
HVGO:
Qhot = M Cp (Thin Thout )
= 641.257,8 lb/jam 0,745 btu/lb.ºF (615,2 – 460,4)ºF
= 73.953.436,46 Btu/jam
26
2. Log Mean Temperature Differensial
t1 t 2
LMTD = 266,2 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 0,905
t 2 t1
t2 t1
S = 0,397
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,98 (Fig.18, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 261,9 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 1,0625
Kc = 0,23 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,48
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 534,7 ºF = 267,1 ºF
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid HVGO, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,9768 ft2 = 1,2507 ft2
27
Mass Velocity
5’) w = 718.287,2 lb/jam W = 641,257,8 lb/jam
w W
Gs Gt
as at
= 735.327,8 lb/jam.ft2 = 512.710,0 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 267,1 ºF pada Tc = 534,7 ºF
= 1,1 ; cp = 2,662 lb/ft.jam (hal 164 = 0,12; cp = 0,2904 lb/ft.jam (hal 164
maxwell) maxwell)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 06516 ft (Fig.28)
De.Gs = 22.789,1 D.Gt = 115.053,7
Re s Re t
7’) jH = 85 (Fig. 28) jH = 550 (Fig. 24)
8’) pada tc = 267,1 ºF pada Tc = 534,7 ºF
c = 0.57 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0.745 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.0749 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.035 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 2,726 (c./k)1/3 = 1,433
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
28
ho = 224,110 Btu/jam.ft2.ºF hio = 611,516 Btu/jam.ft2.ºF
Shell in Series = 2
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 82,002 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 400,172 kcal/jam.m2.ºC
UD = 35,822 Btu/jam.ft2.ºF
UD = 183,107 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,0144 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,00296 jam.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
72.222.436,63
100% 98%
73.953.792,46
29
f = 0,00022 sq ft/sq in (Fig.26)
f. Shell
Res = 22.789,1
f = 0,0019 sq ft/sq in (Fig.29)
30
D. Perhitungan Plant Test 2010 Heat Exchanger E-14-006 AB
284 oC
174 oC 181 oC
117 oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 643.932,0 lb/jam 0.569 btu/lb.ºF (345,2 – 242,6)ºF
= 37.592.412,54 Btu/jam
HVGO:
Qhot = M Cp (Thin Thout )
= 505.223,9 lb/jam 0,673 btu/lb.ºF (543,2 – 357,8)ºF
= 63.038.993,23 Btu/jam
t1 t 2
LMTD = 152,9 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 1,807
t 2 t1
31
t2 t1
S = 0,341
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,85 (Fig.18, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 129,9 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 0,5818
Kc = 0,47 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,423
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 436,3 ºF = 286,0 ºF
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid HVGO, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,9768 ft2 = 1,2507 ft2
Mass Velocity
5’) w = 643.932,0 lb/jam W = 505,223,9 lb/jam
w W
Gs Gt
as at
= 659.208,6 lb/jam.ft2 = 403,945,8 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 286,0 ºF pada Tc = 534,7 ºF
= 1,37 ; cp = 3,315 lb/ft.jam (hal 164 = 0,12; cp = 0,2904 lb/ft.jam (hal 164
maxwell) maxwell)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 06516 ft (Fig.28)
De.Gs = 16.403,7 D.Gt = 27.194,0
Re s Re t
7’) jH = 73 (Fig. 28) jH = 92 (Fig. 24)
32
8’) pada tc = 286,0 ºF pada Tc = 436,2 ºF
c = 0.565 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0.65 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.0715 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.0683 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 2,970 (c./k)1/3 = 2,096
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
Shell in Series = 2
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 50,085 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 244,417 kcal/jam.m2.ºC
33
Q
UD
A.t (lmtd )
UD = 25,811 Btu/jam.ft2.ºF
UD = 125,957 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,0187 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,00384 jam.m2.ºC/kcal
16. Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
37.592.412,54
100% 60%
63.038.993,23
34
19. Banyak lintasan yang melintang (Number of Croses)
N + 1 = 12 x L / B = 15,2499
Ds = IDs = 3,609 ft
354 oC
278 oC 269 oC
236 oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 718.287,2 lb/jam 0.69 btu/lb.ºF (532,4 – 456,8)ºF
= 37.468.782,91 Btu/jam
Vacuum Residue :
Qhot = M Cp (Thin Thout )
= 343.435,7 lb/jam 0,72 btu/lb.ºF (669,2 – 516,2)ºF
= 37.832.924,78 Btu/jam
35
2. Log Mean Temperature Differensial
t1 t 2
LMTD = 92,8 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 2,024
t 2 t1
t2 t1
S = 0,356
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,938 (Fig.18, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 87,0 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 0,434
Kc = 0,3 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,42
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 580,5 ºF = 488,6 ºF
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid Vacuum Residue, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
36
= 0,9768 ft2 = 0,3027 ft2
Mass Velocity
5’) w = 718.287,2 lb/jam W = 343,435,7 lb/jam
w W
Gs Gs
as at
= 735.327,8 lb/jam.ft2 = 1.134.569,3 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 488,6 ºF pada Tc = 580,5 ºF
= 0,1 ; cp = 0,242 lb/ft.jam (hal 164 = 0,15; cp = 0,363 lb/ft.jam (hal 164
maxwell) maxwell)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 06516 ft (Fig.28)
De.Gs = 250.679,9 D.Gt = 203.680,7
Re s Re t
7’) jH = 340 (Fig. 28) jH = 470 (Fig. 24)
8’) pada tc = 488,6 ºF pada Tc = 580,5 ºF
c = 0.7 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0.74 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.0751 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.069 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 1,311 (c./k)1/3 = 1,573
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
37
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
Shell in Series = 2
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 122,548 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 598,038 kcal/jam.m2.ºC
UD = 58,293 Btu/jam.ft2.ºF
UD = 286,424 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,00204 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,0045 jam.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
37.468.782,91
100% 99%
37.832.924,78
38
17) Friction Factor
a. Tube
Ret = 203.680,7
f = 0,0001 sq ft/sq in (Fig.26)
b. Shell
Res = 250.679,9
f = 0,00095 sq ft/sq in (Fig.29)
39
F. Perhitungan Plant Test 2010 Heat Exchanger E-14-009 ABCD
282oC
229oC 217oC
207oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 643.932,0 lb/jam 0.68 btu/lb.ºF (444,2 – 404,6)ºF
= 17.339.823,38 Btu/jam
Vacuum Residue :
Qhot = M Cp (Thin Thout )
= 226.899,5 lb/jam 0,674 btu/lb.ºF (539,6 – 422,6)ºF
= 17.692.862,56 Btu/jam
t1 t 2
LMTD = 45,8 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 2,955
t 2 t1
40
t2 t1
S = 0,293
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,89 (Fig.18, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 40,8 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 0,188
Kc = 0,15 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,36
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 464,7 ºF = 418,9 ºF
SHELL TUBE
Long Residue, Cold Fluid Vacuum Residue, Hot Fluid
Flow Area
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,9768 ft2 = 0,3027 ft2
Mass Velocity
5’) w = 718.287,2 lb/jam W = 343,435,7 lb/jam
w W
Gs Gs
as at
= 659.208,6 lb/jam.ft2 = 749.581,9 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada tc = 418,9 ºF pada Tc = 580,5 ºF
= 0,5 ; cp = 1,21 lb/ft.jam (hal 164 = 0,15; cp = 0,363 lb/ft.jam (hal 164
maxwell) maxwell)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 06516 ft (Fig.28)
De.Gs = 44.946,0 D.Gt = 6.728,3
Re s Re t
7’) jH = 150 (Fig. 28) jH = 27 (Fig. 24)
41
8’) pada tc = 418,9 ºF pada Tc = 464,7 ºF
c = 0.65 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0.635 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.0685 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.063 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 2,256 (c./k)1/3 = 4,182
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
Shell in Series = 2
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 67,0039 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 326,979 kcal/jam.m2.ºC
42
Q
UD
A.t (lmtd )
UD = 57,041 Btu/jam.ft2.ºF
UD = 280,680 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,00245 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,00050 jam.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
17.339.823,38
100% 98%
17.692.862,56
43
19) Banyak lintasan yang melintang (Number of Croses)
N + 1 = 12 x L / B = 15,2499
Ds = IDs = 3,609 ft
269oC
236oC 211oC
180 oC
1. Neraca Panas
Long Residue :
Qcold = m Cp (Tcout Tcin )
= 359.143,6 lb/jam 0,645 btu/lb.ºF (456,8 – 366)ºF
= 23.350.111,09 Btu/jam
Vacuum Residue :
Qhot = m Cp (Thin Thout )
= 343.435,7 lb/jam 0,658 btu/lb.ºF (516,2 – 411,8)ºF
44
= 23.592.414,07 Btu/jam
t1 t 2
LMTD = 57,6 ºF
t1
ln
t 2
T1 T2
R = 1,036
t 2 t1
t2 t1
S = 0,629
T1 T2
Dari harga R dan S diperoleh Ft = 0,94 (Fig.20, Kern)
LMTD terkoreksi (dt) = LMTD Ft
= 54,1 ºF
3. Caloric Temperature
tc/th = 0,043
Kc = 0,29 (Crude oil controlling) (Fig.17, Kern)
Fc = 0,39
Tc T2 Fc (T1 T2 ) tc t1 Fc (t 2 t1 )
= 452,5 ºF = 395,3 ºF
SHELL TUBE
Vacuum Residue, Hot Fluid Long Residue, Cold Fluid
Flow Area
45
ID.c'.B Nt.at '
4’) as at4)
144.Pt 144.n
= 0,4263 ft2 = 0,479 ft2
Mass Velocity
5’) w = 343.435,7lb/jam W = 359.143,6lb/jam
w W
Gs Gt
as at
= 805.710,1 lb/jam.ft2 = 749.777,9 lb/jam.ft2
Reynold Number
6’) pada Tc = 452,5 ºF pada tc = 395,3 ºF
=0,25cp = 0,605 lb/ft.jam (Fig.14) =0,18 cp = 0,4356 lb/ft.jam (Fig.14)
De= 0,99 in = 0,0825 ft (Fig.28) D = 0,782 in = 0, 0651 ft (Tab.10)
De.Gs = 109.869,6 D.Gt = 112.168,3
Re s Re t
7’) jH = 220 (Fig. 28) jH = 298 (Fig. 24)
8’) pada Tc = 452,5ºF pada tc = 395,3 ºF
c = 0,66 Btu/lb.ºF (Fig. 4) c = 0,66 Btu/lb.ºF (Fig. 4)
k = 0.069 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1) k = 0.0749 Btu/jam.ft.ºF (Fig. 1)
(c./k)1/3 = 1,795 (c./k)1/3 = 1,565
k c. k c.
13 13
9’) ho j H . . s hi j H . . t
De k D k
Corrected coefficient
12’) ho ho s hio
hio
t
s t
46
ho = 337,394 Btu/jam.ft2.ºF hio = 443,862 Btu/jam.ft2.ºF
Shell in Series = 3
13) Clean Overall Coefficient UC :
hio .ho
UC
hio ho
UC = 63,895 Btu/jam.ft2.ºF
UC = 311,811 kcal/jam.m2.ºC
UD = 32,481 Btu/jam.ft2.ºF
UD = 159,482 kcal/jam.m2.ºC
Rd = 0,0149 jam.ft2.ºF/Btu
= 0,0030 hr.m2.ºC/kcal
16) Effisiensi
Qcold
100%
Qhot
23.350.111,09
100% 99%
23.592.414,07
47
17) Friction Factor
a. Tube
Ret = 112.168,3
f = 0,00014 sq ft/sq in (Fig.26)
b. Shell
Res = 109.869,6
f = 0,00122 sq ft/sq in (Fig.29)
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari perhitungan Evaluasi Performance Heat Exchanger (Feed Preheater)
High Vacuum Unit II di dapat hasil sebagai berikut :
49
Q Btu/hr 23.350.111,09 -
UD Btu/hr.ft2.oF 32,481 -
RD hr.ft2.oF/Btu 0,0149 -
50
T (oC) 42 22 85 65
4.2. Pembahasan
Fungsi dari Heat Exchanger E-14-003 ABC, E-14-006 AB, E-14-009
ABCD dan E-14-010 ABC adalah sebagai feed preheater long residue sebelum
masuk kolom distilasi vakum unit HVU II dan juga sebagai pendingin produk dari
kolom distilasi vakum di unit HVU II. Perhitungan performance Heat Exchanger
dilakukan untuk membandingkan harga Overall Heat Transfer Coefficient (Ud)
Plant Test 2010 dengan Ud desain serta untuk mengetahui fouling factor atau
tahanan pengotoran (Rd) sehingga diketahui performance atau kinerja HE,
efisiensi HE dan juga diketahui apakah perlu dilakukan cleaning/pembersihan
akibat nilai Rd yang melebihi nilai Rd yang diizinkan.
Pada E-14-003 ABC dan E-14-006 AB diperoleh nilai efisiensi 43% dan
60%, hal ini disebabkan karena banyaknya energi panas yang hilang dari sistem.
Untuk E-14-010 ABC pada saat Plant Test 2010 tidak dapat dihitung kinerjanya
karena selisih suhu antara fluida panas dan fluida dingin terlalu kecil sehingga
nilai LMTD tidak dapat dihitung. Parameter yang dipakai untuk menganalisa
performance suatu HE di antaranya adalah koefisien perpindahan Panas
(Koefisien Design Overall/Ud), fouling factor atau tahanan kekotoran (Rd) dan
effisiensi HE.
51
4.2.1. Pengamatan Pada Heat Exchanger (Feed Preheater) Unit HVU II
Koefisien perpindahan panas (Ud)
Koefisien perpindahan panas adalah suatu konstanta yang berfungsi
sebagai parameter yang menunjukkan jumlah panas/kalor yang ditransfer oleh
fluida panas ke fluida dingin per °F per satuan waktu per ft².
Fluida panas yang memanaskan long residue pada masing-masing HE
adalah sebagai berikut:
1. Pada Heat Exchanger E-14-003 ABC fluida dingin long residue mengalir pada
shell dan fluida panas MVGO (Medium Vacuum Gas Oil) mengalir pada tube.
2. Pada Heat Exchanger E-14-006 AB fluida dingin long residue mengalir pada
shell dan fluida panas HVGO (High Vacuum Gas Oil) mengalir pada tube.
3. Pada Heat Exchanger E-14-009 ABCD fluida dingin long residue mengalir
pada shell dan fluida panas vacuum residue mengalir pada tube.
4. Pada Heat Exchanger E-14-010 ABC fluida dingin Long Residue mengalir
pada tube dan fluida panas vacuum residue mengalir pada shell.
Dari Tabel 4.1., 4.2., 4.3., 4.4, terlihat perbedaan harga koefisien
perpindahan panas (Ud) pada PT 2010 dan desain. Perbedaan tersebut disebabkan
besar kecilnya jumlah panas (Q) yang dipindahkan antara kedua fluida pada saat
PT 2010 dengan desain. Pada saat PT 2010, dilakukan dengan mode maximize
LVGO (atau solar), sehingga produksi M/HVGO & vacuum residue berkurang.
Hal ini berdampak pada efisiensi pre-heater, dimana dengan penurunan flow
fluida panas akan menyebabkan penurunan panas kalori yang dapat diserap oleh
fluida dingin.
Sedangkan Q sendiri sangat tergantung dari jumlah flow rate atau (W)
yang dialirkan (besarnya kalor yang ditransfer oleh fluida panas) ke fluida dingin
(long residue). Sehingga jika flow rate/massa yang masuk semakin besar maka
panas yang dibutuhkan semakin besar pula. Panas yang terus menerus untuk
memanaskan feed yang masih banyak mengandung fraksi berat ini juga dapat
mengakibatkan fouling.
52
Fouling Factor / Tahanan kekotoran (Rd)
Fouling factor merupakan suatu parameter yang menunjukkan besarnya
faktor pengotor dalam alat penukar panas yang diakibatkan terbentuknya lapisan
yang memberikan tahanan tambahan terhadap aliran panas. Lapisan ini
dimungkinkan berasal dari korosi pada bahan konstruksi HE atau endapan yang
terdapat dalam HE setelah HE dipakai untuk beberapa lama.
Berdasarkan Tabel 4.1., 4.2., 4.3., 4.4., harga Rd yang diperoleh pada
setiap HE tampak bahwa harga Rd desain lebih rendah daripada harga Rd
perhitungan PT 2010. Hasil ini menunjukkan bahwa fouling factor masih bisa di
tolerir karena nilai Rd PT 2010 tidak berbeda jauh dibandingkan dengan Rd
desain. Hal ini dikarenakan flow rate fluida panas yang dialirkan terlalu besar dan
adanya kandungan impurities dari dalam fluida tersebut. Dari hasil perhitungan
Rd pada masing-masing HE, dapat dikatakan bahwa kinerja HE pada saat PT
2010 lebih baik daripada desain. Oleh karena itu, HE harus dengan rutin
dibersihkan (routine cleaning) dan dilakukan monitoring pressure drop.
Efisiensi HE
Berdasarkan Tabel 4.1., 4.2., 4.3., 4.4., harga efisiensi yang diperoleh pada
data desain lebih tinggi dibandingkan data PT 2010. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa performance HE pada kondisi PT 2010 mengalami penurunan dari kondisi
desain. Penurunan efisiensi ini disebabkan karena kalor (Q) yang hilang pada PT
2010 lebih besar daripada desain. Hal ini disebabkan karena kalor yang dilepaskan
dari fluida panas melebihi data desain, sehingga melebihi kemampuan isolasi HE
untuk mempertahankan panasnya agar tidak hilang ke lingkungan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan secara keseluruhan kinerja
dari HE E-14-003 ABC, E-14-006 AB, E-14-009 ABCD, E-14-010 ABC di unit
HVU-II RU-III Plaju pada saat PT 2010 maka dapat disimpulkan beberapa hal,
antara lain :
a. Nilai koefisien perpindahan panas (Ud) pada PT 2010 lebih kecil rata-rata
24% vs desain
b. Berdasarkan nilai fouling factor (Rd) saat Plant Test 2010, nilai Rd preheater
HVU-II rata-rata meningkat 20% dari desain
c. Efisiensi HE pada PT 2010 yang lebih rendah rata-rata 31% vs desain.
5.2. Saran
Untuk memperlancar proses pengolahan produksi, disarankan agar
dilakukan pembersihan pada masing-masing HE untuk menurunkan nilai fouling
faktor sehingga tidak melebihi data desain (nilai fouling factor yang diizinkan).
Dan perlu dilakukan penggantian atau penambahan isolasi HE agar tidak terlalu
banyak kalor yang dilepaskan ke lingkungan. Efisiensi HE pada saat PT 2010 juga
dapat ditingkatkan dengan mengurangi (mengatur besar) laju alir fluida kerja baik
fluida panas maupun fluida dingin, sehingga menghasilkan perpindahan panas
yang optimal.
Evaluasi HE sebaiknya juga dilakukan secara berkala agar dapat diketahui
bagaimana performance masing-masing HE sehingga dapat diketahui kapan HE
tersebut harus dibersihkan atau diganti. Konfigurasi HE juga harus diperhatikan
agar didapat konfigurasi HE yang tepat untuk menghasilkan perpindahan panas
yang optimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. Richardson, J.F. and Sinnot, R.K. 1983. Chemical Engineering
Volume 6 (SI Units). Oxford: Pergamon Press.
Hadiah, Fitri. 2009. Pengantar Perpindahan Panas. Jurusan Teknik Kimia Fak.
Teknik Universitas Sriwijaya.
Kern, D.Q, 1965, Process Heat Transfer , International Student Edition. McGraw
Hill Book Co : Tokyo.
Perry, R.H. and Green, D. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
55