Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

PERSALINAN PREMATUR

Nama Kelompok :

 Diah Rachmawati
 Mega Dewi
 Siti Kaptiningrum
 Siti Khodijah
 Siti Maria Alkohariyah
 Taryuni

AKADEMI KEBIDANAN CITAMA

DEPOK
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lamanya kehamilan yang normal 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama
haid yang terakhir.Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya
melebihi waktu yang normal. Sebagian besar bayi yang meninggal dalam minggu pertama
ialah bayi premature, dan prematuritas memegang peranan penting dalam hal ini dan terdapat
faktor-faktor lain seperti kelainan kongenital, asfiksia neonatorum, insufisiensi plasenta,
perlukaan kelahiran, dan lain-lain. (Prawirohardjo, 2013:10).
Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan untuk memperbaiki angka kematian perinatal ialah
perbaikan keadaan sosial dan ekonomi, kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli
kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, bidan, dan perawat untuk
kesejahteraan ibu dan anak, pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian
perinatal, pendaftaran kelahiran dan kematian janin serta kematian bayi secara sempurna,
perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk di rawat dan diobati, ibu dengan
high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang
cukup, perbaikan teknik diagnosis gawat-janin, persediaan tempat perawatan yang khusus
untuk berat-badan lahir rendah, perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan
perbaikan dalam teknik perawatan bayi baru lahir terutama bayi premature, penyelidikan
sebab-sebab intrauterine undernutrition, pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh
(Prawirohardjo, 2002:789).
Asuhan persalinan pada persalinan prematur kala I, II, III, dan IV memegang kendali
penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk
mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam
proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan tujuan
menyelesaikan tugas PKK 1 dan dapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses
persalinan yang lebih baik.

B. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Patologi pada
prematur.

2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan patologi pada prematur dengan
baik sesuai dengan prosedur.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Prematur
1. Definisi
Persalinan premature adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari
37minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurangdari 2500gram.
( prawirahardjo, 2014:300)
Badan kesehatan dunia ( WHO ) menyatakan bahwa Persalinan premature adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 atau kurang.
Himpunan kedokteran fetomaternal POGI di semarang tahun 2005 menetapkan
bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-
37minggu.
2. Etiologi

Persalinan premature merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi


keadaan obstetric, sosiodemografi dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan premature.

a. Faktor risiko
Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang melahirkan prematur diketahui tidak
memiliki faktor risiko untuk persalinan prematur.
b. Faktor demografis
Ibu dari ras kulit hitam, status sosio-ekonomi yang rendah, usia <18 tahun atau >40
tahun.
c. Kesehatan umum
Stres pribadi tinggi, nutrisi buruk;berat ibu sebelum hamil rendah; anemia,
bakteriuria, kondisi-kondisi medis, seperti diabetes, asma dan pielonefritis, penyakit
jantung pada ibu, merokok (risiko 2x lipat), penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).
d. Pekerjaan
Pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri terlalu lama, bekerja
dalam shift, dan bekerja di malam hari.

e. Kondisi uterus
Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (termasuk pajanan dietilstilbestrol
(DES) di dalam uterus, konisasi serviks, atau riwayat induksi aborsi pada trimester
kedua), fibroid, atau kontraksi uterus yang berlebihan, dan infeksi.
f. Faktor obstetric
Persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x
risiko: semakin sering mengalami persalinan prematur),semakin dini usia kehamilan
semakin besar risiko mengalami persalinan prematur,hasil yang di peroleh pada
persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat untuk menentukan perkiraan
hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa, inkompetensi serviks, abrupsio
plasenta, preeklamsia, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan janin,perdarahan
per vaginam setelah trimester pertama, perawatan prenatal kurang atau tidak ada sama
sekali.

(Prawirohardjo 2014 : 669) Kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya


persalinan preterm adalah :

a) Janin dan plasenta


1. Perdarahan trimester awal
2. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
3. Ketuban pecah dini (KPD)
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan janin
6. Kehamilan ganda/gemeli
7. Polihidramnion

b) Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes mellitus
3. Pre-eklampsia/hipertensi
4. Infeksi saluran kemih
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress psikologik
7. Kelainan bentuk uterus
8. Riwayat persalinan preterm/ abortus berulang
9. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)
10.Pemakaian obat narkotik
11.Trauma
12.Perokok berat
13.Kelainan imunologi/kelainan resus
3. Klasifikasi
a. Menurut usia kehamilannya maka premature maka premature dibedakan menjadi
beberapa, yaitu:
1) Usia kehamilan 32-36minggu disebut persalinan premature (preterm)
2) Usia kehamilan 28-32minggu disebut persalinan sangat premature (very preterm)
3) Usia kehamilan 20-27minggu disebut persalinan ekstrim premature ( extremely
preterm)
b. Menurut berat badan lahir, bayi premature dibagi dalam kelompok:
1) Berat badan bayi 1500-2500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
2) Berat badan bayi 1000-1500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah (BBLSR)
3) Berat badan bayi <1000gram disebut bayi dengan berat badan lahir ekstrim rendah
(BBLER)
(krisnandi, 2009)

4. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2
kali.
a. Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih
dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
b. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau
bila ada 2 atau lebih resiko minor atau bila ditemukan keduanya.

5. Diagnosis

Sering terjadi kesulitan dalam menentukan ancaman persalinan preterm. Tidak jarang

kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses
persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm

yaitu :

a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 23 kali dalam waktu

10 menit.
b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan

penipisan 50-80 %
f. Presentasi janin rendah,sampai mecapai spina ischiadika
g. Selaput ketuban pecah dan merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm
h. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu (Prawirohardjo 2014 :671)

6. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
mordilitas dan mortalitas neonatus preterm adalah :
a. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitis
b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017

Pukul : 07.30 WIB

N0. RM

1. Pengkajian Data
Anamnesa (Data Subjektif)
Nama Pasien :Ny. N, usia 25 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan
IRT.
Nama Suami :Ny. D, usia 27 tahun, suku betawi, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan
buruh, penghasilan rp 3.000.000.
Alamat : Kp. Duren baru rt 01 rw 07, Desa Susukan.

Keluhan utama : Ibu mengeluh sudah mulas-mulas sejak pukul 01.00 WIB.
Tanda-tanda bersalin : Kontraksi ada sejak tanggal 31 Agustus 2017 pukul 01.00 WIB,
Frekuensi 4 kali lamanya 40 detik dalam 10 menit, Kekuatan adekuat, lokasi ketidak
nyamanan perut bagian bawah.
Pengeluaran pervagina : darah ada 10 cc, warna merah segar, air ketuban tidak ada.
Masalah – masalah khusus : Tidak ada.
Riwayat kehamilan sekarang
 HPHT : 09-03-2017
 TP : 16-12-2017
 Usia Kehamilan : 25 minggu
 Keluhan-keuhan : Sering BAK

Kala I

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017

Pukul : 07.30 WIB

S : Ibu datang dengan keluhan sudah mulas-mulas sejak pukul 01.00 WIB dan belum keluar

air-air.

O : Keadaan umum tampak kesakitan, kesadaran ComposMentis. Pemeriksaan TTV : tekanan

darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, Suhu 36,8º C, berat badan

55 Kg. Pemeriksaan Abdomen, TFU 23 Cm, Leopold I pada Fundus Uteri teraba bulat,

lunak ,tidak melenting (bokong janin). Leopold II pada bagian kiri teraba keras,

memanjang (punggung janin), dan pada sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas janin). Leopold III bagian bawah teraba bulat, keras, tidak melenting dan tidak

dapat digoyangkan (kepala janin). Leopold IV bagian terendah teraba 2/5 bagian (kepala

sudah masuk PAP). His (+), frekuensi 4 kali lamanya 40 detik dalam 10 menit, teratur, TBJ
(23 - 13 ) x 155 = 1992 gram. Auskultasi DJJ positif, frekuensi 146 kali/menit, teratur.

Dilakukan pemeriksaan dalam, Vulva dan Vagina tidak ada kelainan, Portio lunak,

pembukaan 9 Cm, Ketuban (+), presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil kiri depan,

penurunan kepala di Hodge I +

A : Ny. N usia 25 tahun G1P0A0 hamil 25 minggu Inpartu kala I fase aktif.

Janin tunggal, hidup, Intrauterin, presentasi kepala.

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik dan sudah

memasuki pembukaan 5 cm.

Hasil : Ibu mengetahui dan mengerti hasil bahwa keadaan ibu dan janin baik.

2. Menanyakan kepada ibu siapa yang akan mendampinginya dalam persalinan nanti

Hasil: Ibu ingin didampingi oleh suaminya

3. Memberikan dukungan dengan menganjurkan ibu untuk tetap tenang dan berdoa agar

diberikan kemudahan dalam persalinan nantinya.

Hasil : Ibu yakin dan tampak tenang.

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu bila mules ibu dianjurkan untuk menarik nafas

panjang melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan-lahan melalui mulut.

Hasil : Ibu mengerti teknik relaksasi dan dapat melakukannya.

5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK jika ingin melakukannya.

Hasil : Ibu sudah BAK

6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat mules mulai mereda agar mempunyai

tenaga untuk meneran.

Hasil : Ibu mau minum teh manis.


7. Menyiapkan Partus set, Hecting set, Resusitasi, obat-obatan, perlengkapan ibu dan

bayi.

Hasil : Alat-alat, obat-obatan dan perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.

8. Mengobservasi DJJ, his dan nadi setiap 30 menit, suhu setiap 2 jam. tekanan darah 4

jam kemudian dan periksa dalam 4 jam kemudian dan apabila ada indikasi.

Hasil : Observasi telah dilakukan.

9. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam lembar partograf.

Hasil : Semua hasil pemeriksaan telah dicatat dalam lembar partograf.

Kala II

Hari/Tanggal : Minggu, 10 Juli 2017

Pukul : 08.55 WIB

S : Ibu mengeluh perutnya terasa mulas semakin sering dan kuat serta ada dorongan ingin

meneran.

O : Keadaan umum tampak kesakitan, kesadaran Compos Mentis. Pemeriksaan abdomen his

5 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik, relaksasi baik. DJJ positif, frekuensi 150

kali/menit, teratur. Terdapat tanda gejala kala II yaitu dorongan untuk meneran, tekanan

pada anus, Perineum menonjol dan Vulva membuka. Pada pemeriksaan dalam, Vulva dan

Vagina tidak ada kelainan, Portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 Cm), Ketuban

negatif pecah spontan pukul 09.00 WIB cairan berwarna putih keruh, presentasi kepala,

posisi ubun-ubun kecil kiri depan, penurunan di Hodge III +.

A : Ny S usia 24 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu 1 hari Inpartu kala II.

Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala.


P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik

dan setiap ada his ibu dianjurkan untuk meneran.

Hasil : Ibu terlihat mengerti dengan informasi yang diberikan.

2. Menghadirkan pendamping yaitu suami

Hasil: Suami telah dihadirkan.

3. Menganjurkan ibu untuk meneran yang baik, jika ibu sudah merasakan mules yang

sangat kuat, yaitu berada pada posisi setengah duduk, ibu merangkul paha dengan

kedua tangan ibu sampai siku, mengangkat kepala dan membuka mata melihat kearah

perut. Jika mulas menghilang ibu tarik nafas kembali

Hasil : Ibu dapat meneran dengan baik.

4. Menganjurkan pendamping memberi minum teh manis hangat saat mules mereda serta

memberi semangat untuk ibu.

Hasil : Pendamping bersedia membantu.

5. Memberikan Support mental pada ibu dan menganjurkan untuk tetap berdoa bahwa

ibu bisa melewati proses persalinan dengan baik.

Hasil : ibu terlihat masih tetap cemas.

6. Mengobservasi DJJ setiap kontraksi menghilang

Hasil : Observasi telah dilakukan.

7. Mendekatkan partus set dan memakai Alat Pelindung Diri (APD).

Hasil : Alat-alat sudah didekatkan dan APD telah dipakai.

8. Menolong persalinan secara Asuhan Persalinan Normal (APN).

Pada saat kepala tampak 5 - 6 Cm didepan vulva, letakkan bedong dan handuk di atas

perut ibu untuk mengeringkan bayi, meletakan alas bokong kain bersih dilipat 1/3
bagian, lalu dekatkan alat partus set, hactings set, piring plasenta dan dele, kedua

tangan memakai handscoon steril, letakan duk steril dibawah bokong ibu. Setiap ada

his ibu dipimpin meneran sampai Sub Oksiput berada di bawah Simfisis, tangan kanan

beralaskan duk seteril menahan Perineum untuk mencegah terjadinya robekan, lalu

meletakan tangan kiri dibelakang kepala bayi untuk mencegah terjadinya Defleksi

maksimal. Menganjurkan ibu meneran perlahan-lahan sampai seluruh kepala bayi

lahir. Maka lahirlah berturut-turut dari Ubun-ubun Kecil, Ubun-ubun Besar, Dahi,

Mata, Hidung, Mulut dan Dagu maka lahirlah seluruh kepala bayi, lalu menyeka Muka

bayi untuk membebaskan jalan nafas, kemudian memeriksa kemungkinan adanya

lilitan tali pusat. Setelah itu melanjutkan proses kelahiran bayi. Menunggu kepala bayi

melakukan putaran paksi luar, setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar searah

dengan arah punggung bayi, Kedua tangan memegang kepala bayi secara Biparietal

lalu dengan lembut menariknya kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarik

keatas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, ibu jari tangan

kanan (jempol) diletakan didada dan keempat jari pada punggung bayi untuk

menyanggah badan bayi, lalu tangan kiri menyusuri mulai dari punggung, bokong,

tungkai dan kaki lalu jepit kedua kaki bayi. Maka lahirlah seluruh tubuh bayi.

Hasil : bayi lahir spontan pukul 09.10 WIB, menangis kuat, warna kulit kemerahan,

gerakan aktif, jenis kelamin perempuan.

Kala III

Pukul : 09.11 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas.


O : Keadaan umum baik, kesadaran ComposMentis. Palpasi, tidak ada janin kedua. Tinggi

Fundus Uteri sepusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.

A : Ny S usia 24 tahun P1A0 Partus kala III.

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu baik dan plasenta belum

lahir.

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan plasenta belum lahir.

2. Melakukan palpasi ulang untuk memastikan tidak ada janin kedua.

Hasil : tidak terdapat janin kedua.

2. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik Oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha

kanan ibu bagian luar.

Hasil: Oksitosin telah disuntikan pada 1/3 paha kanan ibu bagian luar.

3. Melakukan penjepitan dan Pemotongan Tali Pusat dengan menjepit tali pusat kira-kira

3 cm dari pusat bayi dan menjepit kembali tali pusat 2 cm dari klem pertama

menggunakan klem umbilikal, lalu melakukan pemotongan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

Hasil : Tali Pusat sudah di klem dengan klem umbilikal dan sudah dipotong.

4. Meletakkan bayi di atas dada ibu (kontak kulit antara ibu dengan bayi/Bounding

Attacment) dan melakukan IMD serta menyelimuti ibu dan bayi dengan kain bersih

dan kering.

Hasil : IMD telah dilakukan.

6. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus globuler, tali pusat memanjang,

adanya semburan darah tiba-tiba.

Hasil: terlihat tanda-tanda pelepasan Plasenta


7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat kontraksi uterus kuat dengan tangan

kanan, sedangkan tangan kiri menekan uterus secara dorso kranial dan meraba

kontraksi uterus, lalu memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari depan

vulva, menarik tali pusat dengan arah sejajar dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso kranial. Setelah plasenta

tampak 2/3 bagian didepan vulva, memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan

hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut.

Hasil : plasenta lahir spontan pukul 09.15 WIB.

8. Melakukan masase uterus untuk mempertahankan kontraksi dan menghindari

pendarahan selama 15 detik hingga uterus teraba keras setra mengajarkan pendamping

untuk memasase perut ibu dengan cara gerakan melingkar searah jarum jam.

Hasil : Kontraksi Uterus baik, dan pendamping bersedia memasase perut ibu.

9. Melakukan pemeriksaan plasenta.

Hasil : Bagian Maternal (selaput korion dan amnion utuh, kotiledon lengkap, diameter

18 x 18 cm), bagian fetal (insersi tali pusat sentalis, panjang tali pusat 50 cm, berat ±

500 gram).

10. Memeriksa robekan vagina dan perineum.

Hasil: tidak ada robekan pada vagina dan perineum.

11. Menganjurkan pendamping untuk memberikan ibu minum atau makan.

Hasil : Ibu sudah minum teh manis hangat.

Kala IV

Pukul 09.20 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan merasa lelah.


O : Keadaan umum baik, kesadaran ComposMentis. Memeriksa TTV, tekanan darah 100/80

mmHg, nadi 82 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 370 C. Palpasi Abdomen, kontraksi

Uterus baik, Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong,

perineum tidak ada robekan, perdarahan kurang lebih 100 cc.

A : Ny S usia 24 tahun P1A0 Partus kala IV

P : 1. Memberitahukan pada ibu bahwa proses persalinan telah selesai dan keadaan ibu dan

bayi baik.

Hasil : Ibu terlihat sangat senang.

2. Membersihkan ibu dengan air Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) lalu menggantikan

pakaian ibu, memakaikan pembalut dan celana dalam serta memakaikan kain panjang.

Hasil : Ibu sudah dibersihkan serta sudah rapi dan merasa nyaman.

3. Merendam alat-alat di dalam larutan Klorin 0,5 % selama 10 menit.

Hasil : semua alat-alat telah direndam dalam larutan Klorin 0,5 %.

4. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

Hasil : Bahan-bahan yang terkontaminasi sudah dibuang.

5. Membersihkan tempat tidur dengan larutan Klorin 0,5 %, lalu mencelupkan sarung

tangan kotor ke dalam larutan Klorin 0,5 % dengan membalikkan bagian dalam keluar

dan merendamnya ke dalam larutan Klorin 0,5 % selama 10 menit.

Hasil : Tempat tidur sudah bersih dan sarung tangan telah direndam.

6. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan saat ini adalah normal karena

rahim ibu berkontraksi untuk mengembalikan kondisi rahim ibu dan mencegah

perdarahan.

Hasil : Ibu mengetahui tentang keadaannya.


7. Mengingatkan ibu untuk melakukan masase pada rahimnya agar tetap berkontraksi dan

mengajarkan cara menilai rahim yang berkontraksi dengan baik yaitu teraba keras,

sedangkan yang tidak berkontraksi dengan baik akan teraba lunak. Jika rahim teraba

lunak, keluarga dan ibu dapat memanggil bidan.

Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan masase rahimnya.

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan menganjurkan suami atau keluarga untuk

memberikan makan dan minum.

Hasil : Ibu beristirahat dan mau makan roti.

9. Memberikan selamat kepada ibu atas kelahiran anak pertamanya.

Hasil : Ibu terlihat sangat senang.

10. Mengobservasi TTV, TFU, Kontraksi, Kandung Kemih dan Perdarahan setiap 15 menit

sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua dan dicatat dalam

lembar partograf.

Hasil : Observasi telah dilakukan dan dapat dilihat pada lembar partograf..

11. Menganjurkan keluarga untuk membantu ibu jika ingin BAK atau BAB.

Hasil : keluarga bersedia membantu ibu

12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan.

Hasil : Semua hasil pemeriksaan dan tindakan telah didokumentasikan


BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Asuhan Persalinan Patologi pada Persalinan Prematur adalah pengeluaran hasil konsepsi yang
dikandung selama 20 – 37 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah
sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan berlangsung kurang dari 15 menit. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam
kondisi baik.

Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang
sehat dan memuaskan.

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang
bersalin prematur sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.

2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam


melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar

http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.

http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html.

LANDASAN TEORI

PERSALINAN NORMAL
1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu.

(APN, 2007 : 37)

Persalinan adalah hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia
luar.

(Sarwono, 2006 : 180)

Partus biasa (normal) disebut juga dengan partus spontan. Partus spontan adalah proses
lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat – alat serta tidak meukai Ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang dikenal beberapa istilah, diantaranya
adalah:

a. Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gram.

b. Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 22 – 28 minggu atau bayi dengan berat lahir
500 – 999 gram.

c. Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 29 – 37 minggu atau bayi dengan berat lahir
antara 1.000 – 2.299 gram

d. Partus maturus / Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 – 42 minggu atau bayi dengan berat badan
lahir 2500 gram atau lebih.

e. Partus post maturus

Pengeluaran buah kehamilan setelah usiah kehamilan lebih dari 42 minggu. (Manuaba, 2000 :
56)

2. Tipe Persalinan

a. Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan Ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forcep atau sectio
secaria.

c. Persalinan anjuran

Persalinan yang dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin, dan prostaglandin.(Manuaba, 2000 : 53)

3. Teori Persalina

a. Teori keregangan

· Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

· Setelah melewati batas – batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.

b. Teori penurunan progesteron

· Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

· Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin.

· Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapainya tingkat penurunan


progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin interna

· Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

· Perubahan keseimbangan progesteron dan esterogen yang dapat mengubah sensitivitas


otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi brakston hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga
persalinan dapat dimulai.

d. Teori prostaglandin

· Konsentrasi prostaglandin saat hamil dapat meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua.
· Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan.

· Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

e. Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalus

· Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anacepalus sering terjadi keterlambatan
persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.

· Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin.

· Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitary dengan
dimulainya persalinan. (Sarwono, 2006 : 186)

4. Permulaan Terjadinya Persalinan

Dengan penurunan hormon progesteron menjelang proses persalinan dapat bterjadi


kontraksi otot rahim yang menyebabkan:

a. Turunnya kepala, masuk PAP, terutama primi gravida minggu ke-36 dapat menimbulkan
sakit pada bagian bawah, diatas sympisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing
karena kandung kemih tertekan oleh kepala.

b. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.

c. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan
tertekannya fleksus frankenhouser yang terletak di sekitar serviks (tanda persalinan palsu).

d. Terjadi pelunakan serviks karena terjadi kontraksi otot rahim

e. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan. (Sarwono, 2006 :
186)

5. Tanda –tanda Persalinan

a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran lendir bercampur darah.

c. Dapat disertai dengan ketuban pecah.

d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks diantaranya adalah pelinakan serviks,
pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks. (Sarwono, 2006 : 186)

6. Faktor – Faktor Penting dalam Persalinan


a. Power

· His (kontraksi otot rahim)

· Kontraksi otot dinding perut

· Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan

· Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum

b. Passanger

Janin, plasenta, dan amnion

c. Passage

Kondisi jalan lahir baik jalan lahir lunak ataupun keras (Varney, 2000 : 75)

7. Tahap – Tahap Persalinan

a. Kala I (pembukaan)

Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pembulu darah kapiler di
sekitar kanalis serviks yang mengalami pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala
pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:

· Fase laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7 – 8 jam.

· Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

o Fase akselerasi

Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

o Fase dilatasi maksimal

Berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung dengan cepat menjadi 9 cm

o Fase deselerasi

Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm

b. Kala II
· Dimulai ketika pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi

· Tanda dan gejala kala II

o Adanya dorongan ingin meneran

o Tekanan pada anus

o Perineum menonjol

o Vulva dan anus membuka

· Setelah pembukaan lengkap ibu dipimpin meneran dan melakukan pertolongan persalinan
bayi.

c. Kala III

· Dimulai setelah bayi lahir hingga lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

· Melakukan management aktif kala III yaitu menyuntikkan oksitosin setelah dipastikan
janin tunggal kemudian melakukan penegangan tali pusat terkendali. Setelah plasenta lahir
melakukan masase uterus untuk memastikan kontraksi uterus.

· Manfaat dilakukan management aktif kala III adalah

o Mengurangi terjadinya retensio plasenta

o Mencegah perdarahan

o Mengendalikan kelahiran plasenta

· Tanda – tanda lepasnya plasenta

o Uterus berbentuk globuler

o Tali pusat memanjang

o Adanya semburan darah yang tiba - tiba

d. Kala IV

· Kala IV berlangsung selama 2 jam pertama setelah persalinan

· Yang dilakukan pada kala IV adalah mengobservasi keadaan ibu karena kala IV disebut
juga dengan kala observasi

· Hal – hal yang perlu di observasi adalah:

o Suhu setiap 1 jam


o Nadi

o Tekanan darah

o Tinggi fundus uteri

o Kontraksi uterus

o Kandung kemih

o perdarahan

· pada satu jam pertama dipantau setiap 15 menit sedangkan pada satu jam kedua observasi
dilakukan setiap 30 menit.

· Mengajarkan pada ibu bagaimana cara menilai kontraksi uterus dan perdarahan serta cara
melakukan masase.

Anda mungkin juga menyukai