Anda di halaman 1dari 28

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Pengenalan dan Penerapan Peralatan Analisis

Thayban (441413061)
Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

2014

E-mail : Kim_thayban@yahoo.co.id
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

A. Tujuan
Mahasiswa dapat menggunakan Peralatan analisis serta mampu menerapkannya.

B. Dasar Teori

Menggunakan alat dengan betul merupakan syarat untuk memperoleh hasil-


hasil betul pada analisis kuantitatif. Cara penggunaan yang benar ini dinamakan
pada diri dari permulaan, bagi percobaan-percobaan selanjutnya. Dalam
praktikum ini kita akan belajar mengenal dan meggunakan alat: pipet, labu takar,
buret. Dalam Praktukum melatihkan diri untuk memilih alat yang benar bagi
tujuan tertentu, memeriksa alatnya apa bekerja dengan baik, membersihkan
alatnya, mempersiapkan alatnya untuk reagen tertentu, serta mengunakan alatnya.1

(Astin lukum, 2009: 162) Dalam melakukan analisis kimia perlu kiranya
diperlukan peralatan yang kuantitatif dan sesuai dengan metode analisis yang
digunakan. Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang penting dilakukan untuk
seorang praktikan dalam laboratorium:

1) Meja harus dijaga agar bersih dan harus tersedia lap meja sehingga ceceran
bahan kimia padat atau cair dapat segera dibuang.
2) Semua alat kaca harus benar-benar bersih, dan jika telah dibiarkan agak lama,
maka harus dibilas dengan air suling sebelum digunakan.
3) Alat-alat tanpa kecuali tak boleh berserakkan di atas meja kerja, ini sangat
penting untuk menghindari kebingungan bila sedang dilakukan penetapan
duplikat. Alat yang tidak dipakai hendaknya dikembalikan di lemari.
4) Jika suatu larutan, endapan filtrat dan sebagainya dikesampingkan untuk
pengerjaan berikutnya, maka wadah harus dibubuhi etiket sehingga isinya
mudah diidentifikasi, dan wadah harus ditutup.
5) Botol reagensia harus segera dikembalikan setelah digunakan.
6) Semua penetapan dilakukan duplo
7) Harus menyediakan buku catatan untuk merekam pengamatan.

1
Team Teaching. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. (Gorontalo: UNG, 2010). Hal: 1
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

A. Alat-alat yang biasa digunakan dalam percobaan


A. Peralatan dasar
1. Gelas Kimia (beaker)
Berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya.
Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC.
Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Fungsinya :
- Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi
- Menampung zat kimia
- Memanaskan cairan
- Media pemanasan cairan
2. Labu Erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala
sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsinya :
- Untuk menyimpan dan memanaskan larutan
- Menampung filtrat hasil penyaringan
- Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi
3. Gelas ukur
Berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca
atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :

Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang


tinggi dalam jumlah tertentu.

4. Pipet
Alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas.
Jenisnya :
- Pipet seukuran, digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah
tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

- Pipet berukuran, berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya.


Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu
secara tepat.
- Pipet tetes, berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung
bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk
mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
5. Buret
Berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya
mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL
dengan skala 0,05 mL.
Fungsi :Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan
untuk titrasi.
6. Tabung reaksi
Berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca
borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Fungsi :

- Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia


- Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
7. Kaca arloji
Terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi :

- Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel


- Tempat saat menimbang bahan kimia
- Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
8. Corong
Terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara
menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi : Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

9. Cawan
Terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
10. Mortar dan pestle
Terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk
menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless
steel atau alumunium.
Fungsi :

- Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan


- Dipakai untuk mengaduk larutan
11. Batang pengaduk
Terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam
gelas kimia.
12. Kawat kasa
Kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam
penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.
13. Kaki tiga
Besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam
pemanasan.
14. Bunsen / pembakar spiritus
Digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
Dari alat diatas dapat digolongan dengan ketegori-kategori.
Alat kategori 1 adalah alat yang muda pecah dan tidak memerlukan latihan
dalam menggunakan alat tersebut dan tidak tersambung oleh arus listrik. Sebagai
contoh gelas kimia, tabung reaksi dan masih banyak lagi.
Alat kategori 2 adalah alat yang agak sulit dalam menggunakannya,
memerlukn latihan dalam memfungsikannya dan terhubung oleh arus listrik.
Contohnya alat penengas air, lemari asam, neraca analitik, dan masih banyak lagi.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Alat kategori 3 adalah alat yang rumit dan membutuhkan latihan khusus
dalam pengoperasian alat, dan terhubung oleh arus listrik. Contohnya alat
spekrofatometer.

B. Teknik Dasar dalam Laboratorium


2.1 Pengukuran dan Penyaluran Cairan

Banyak cairan yang ditangani di laboratorium bersifat infeksius, korosif,


atau beracun. Prosedur pengaturan dan penyaluran cairan harus benar-benar
dipahami dan diikuti dengan penuh kehati-hatian untuk mencegah terjadinya
kecelakaan. Banyak prosedur baru untuk analisis memerlukan volume cairan yang
sangat kecil dan berbagai jenis alat penetes (pipet) dan penyalur (dispenser) sudah
tersedia. Jadi, volume yang kecil tersebut dapat diukur dengan presisi tinggi.
Volume yang besar dapat diukur menggunakan gelas ukur atau labu volumetrik
(labu takar). Gelas ukur dipakai untuk mengukur berbagai volume cairan, tetapi
tidak begitu akurat. Labu takar dipakai untuk mengukur volume tunggal cairan,
mis., 1 liter, secara akurat.

Volume cairan yang kecil (0,1-10 ml) dapat disalurkan secara cepat dan
akurat menggunakan salah satu alat berikut. Dispenser volume konstan atau
variabel yang terhubung ke reservoir gelas atau polipropilen. Berbagai volume
cairan mulai dari 0,1 sampai 1,0 ml dan dari 2,0 sampai 10,0 ml dapat disalurkan.
Pipet terkalibrasi, dengan karet pengisapnya. Pada pipet berskala, tertera
keterangan di ujung atasnya mengenai volume total yang dapat diukur dan unit
skala pipet (besar volume di antara dua garis skala berurutan).

Terdapat dua macam pipet berskala yaitu Pipet dengan garis skala sampai
ujung bawah CA). Volume total yang dapat diukur yaitu di antara garis skala 0
dan ujung bawah pipet. Serta pipet dengan garis skala tidak sampai ujung bawah
CB). Volume total yang dapat diukur yaitu di antara garis skala 0 dan garis skala
terakhir sebelum ujung bawah pipet Uenis ini direkomendasikan untuk uji kimia
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

kuantitatif). Pipet volumetrik dimaksudkan untuk mengukur sejumlah volume


dengan tingkat akurasi tinggi. Pipet dengan satu garis batas CA), dimaksudkan
untuk diisi sampai batas tersebut. Setelah menyalurkan isinya, pipet dibiarkan
mengering selama 15-45 detik, sesuai ukurannya tertera di badan pipet), kemudian
tetesan terakhir disalurkan melalui dinding wadah resipien. Jangan disemprotkan.

2
Cara pemakaian secara manual: pertama Masukkan pipet volume ke
dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup (perhatian : ujung pipet
harus masuk jauh ke dalam cairan jangan sekedar tercelup atau berada dekat
permukaan cairan). Kemudian Sedot cairan sampai melebihi batas ukur. Langkah
berikutnya Tutup lubang atas dengan jari telunjuk (bila cairan cepat turun
kebawah batas pengukuran sebelum tertutup telunjuk, lakukan dengan cara
tempelkan ujung pipet pada dasar wadah baru tutup ujung pipet dengan telunjuk,
cara ini untuk mencegah cairan turun dengan cepat) lalu turunkan cairan sampai
miniskus tepat pada batas ukur selanjutnya keluarkan pipet dari wadah dan hal
penting yang perlu dilakukan adalah lap bagian luar pipet dengan kertas tissue
untuk mencegah adanya cairan yang nempel di dinding luar ikut turun pada saat
proses pemindahan (proses pengelapan dapat dilakukan sebelum cairan
diturunkan mencapai batas ukur)

Langkah berikutnya pindahkan cairan pada wadah lain dengan posisi tegak
lurus (jangan menyamping) dan ujung pipet ditempelkan pada wadah, proses ini
untuk mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang
nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar. Kemudian ila masih ada
cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun sebelumnya coba
dengan memutar-mutar pipet dengan ujung menempel pada wadah akhirnya
Proses pemindahan selesai.

2.2 Penggunan Labu Volumetrik


Labu volumetrik memiliki skala dan digunakan untuk mengukur sejumlah
volume tertentu sewaktu cairan diisikan ke dalamnya sampai garis skala tertentu.

2
S. Hamdani. Penggunaan Pipet Volume. 2011. http://catatankimia.com
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Labu volumetrik lebih akurat dibandingkan gelas ukur. Labu ini sebaiknya
digunakan untuk membuat reagen. Sebagai contoh: 1 liter larutan natrium klorida
0,85% Creagen no. 53) dibuat dengan melarutkan 8,5 g natrium klorida dalam
1000 ml air suling di dalam gel as piala (gelas beaker), lalu dimasukkan ke dalam
labu volumetrik 1000 ml menggunakan corong dan diencerkan sampai garis skala
1000 ml. Larutan harus dikocok dahulu sebelum digunakan.

Alternatifnya, substansi dilarutkan dalam sebuah wadal1 kecillalu larutan


tersebut dituangkan kedalam labu volumetrik melalui batang pengaduk. Isi labu
sampai garis batas skala yang dikehendaki. (Metode ini direkomendasikan untuk
pembuatan reageI). kimia secara titrasi}. Suhu cairan yang akan diukur tertera di
labu volumetrik (ditulis setelah kapasitas labu; Cairan memuai dengan
pemanasan dan menyusut dengan pendinginan. Jangan sekali-kali mengukur
cairan panas, atau cairan dingin, yang baru saja dikeluarkan dari kulkas. Labu
volumetrik harus memiliki sumbat-penutup plastik; kalau tidak ada, gunakan
sumbat-penutup gelas. Hati-hati jangan sampai hilang.

2.3 Perawatan Buret


Buret merupakan tabung gelas berskala dengan keran gelas di ujung
bawahnya. Buret diisi dengan cairan yang akan diukur dari ujung atasnya .
Kapasitas buret bermacam-macam: 10 ml, 20 ml, 25 ml, dan 50 ml. Keran buret
harus selalu dirawat dan dilumasi. Untuk melumasi keran buret yang bersih secara
tepat, oleskan tipis jelly silikon atau minyak menggunakan ujung jari menyusuri
kedua sisi keran di sekitar lubang kapiler. Selanjutnya, pasang keran pada buret
dan putar sampai seluruh keran terlumasi dengan halus dan merata. Ujung at as
buret harus selalu disumbat atau ditutup.

a) Membaca volume pada gelas ukur


Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai
skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur
tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya
kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.

b) Cara menggunakan buret


Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan
digunakan. Cara mengisinya: Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari
bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi
bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai
agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan
sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak
ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu
buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.

c) Memanaskan Cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya
cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan
batu didih ke dalam gelas kimia. Proses pemanasan pemanasan cairan dalam
tabung reaksi angan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan
baik diri sendiri maupun orang lain. Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan
mulut tabung. Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan
sesekali dikocok. Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan.
Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer, Bagian bawah dapat
kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali
diangkat bila mendidih.3

d) Menggunakan Pipet
Pada saat mengisap cairan pada gelas , dengan cara menekan ibu jari pada
pipet . Tahan pipet tegak pada gelas kaca untuk menyerap cairan dalam gelas
kimia. Kemudian lepaskan tekanan pipet nya, keluarkan pipet dalm gelas kimia

3
Estu Lestari. Manual of Basic Techniques for A Health Laborator (pdf). 2011 hal. 70
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

secara perlahan. Pindahkan pipet ke dalam ( erlenmeyer ) dengan sentuhan ujung


titrasi labu yang miring. tekan karet pipet , biarkan cairan keluar .4

e) Menggunakan Pelarut dan Bahan Lainnya yang Lebih Aman


Laboratorium lebih aman dan terjamin jika mereka mengganti dengan
bahan kimia yang tidak berbahaya, atau kurang berbahaya bila memungkinkan.
Pertimbangkan jalur sintetik dan prosedur alternatif untuk melakukan campuran
reaksi. Ajukan pertanyaan berikut saat memilih bahan reagen atau pelarut untuk
prosedur eksperimen: Saat memilih pelarut organik, pertimbangkan beberapa
faktor penting yaitu hindari pelarut yang terdaftar sebagai toksin produktif,
polutan udara berbahaya, atau karsinogen tertentu (untuk defi nisi karsinogen
tertentu dan Pilih pelarut dengan nilai ambang batas yang relatif tinggi (TLV).
Pelarut pengganti yang paling baik memenuhi kondisi berikut. Pelarut juga
memiliki sifat fi sio-kimia (misalnya, titik didih, titik nyala, konstanta dielektrik)
yang mirip dengan pelarut asli. Pertimbangkan manfaatnya bagi keselamatan,
kesehatan, dan lingkungan serta biayanya.5

C. Alat dan Bahan


N Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
o
1 Labu Takar 1 untuk mengukur
volume larutan
2 Erlenmeyer 1 Untuk menyimpan
larutan
3 Batang 1 Untuk mengaduk
pengaduk larutan
4 Pipet 1 Untuk mengambil
sejumlah larutan

4
A.L. Underwood. Quantitative Chemical analysis 1988., hal 551
5
Lisa Moran. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. 2010. Hal. 98
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

5 Corong biasa 1 Untuk membantu


dalam memindahkan
larutan
7 Standar buret 1 Untuk
mengeluarkan
sejumlah volume
8 Kertas atau lap 1 Untuk
mengeringkan alat
yang basa
9 Lemari asam 2 Untuk menyimpan
digital larutan asam

10 Neraca analitik 2 Untuk menimbang


digital suatu bahan

Bahan
No Nama Bahan Kategori Bahan Sifat fisik Sifat kimia
1 Larutan Bahan Umum Berbusa dan Dapat
Detergen bentuk cair melarutkan
lemak
2 Reagen A Bahan umum
3 HCl 0,1 N Bahan Khusus Gas berwarna Merupakan
kuning, titk didih oksidator kuat
-101 0C
4 NaOH 0,1 N Bahan Khusus Berwarna putih Mudah larut
dalam air dan
etanol
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

D. Prosedur kerja
Cara membersihkan alat

Alat
- mencuci alat dengan air krang dengan bersih
- Membilas alat dengan menggunakan air suling
- Mencuci dengan detergen
- Menghilangkan detergen dengan air
- Menghilangkan air kerang dengan air suling
- Mengeringkan dengan kertas atau lab

Alat siap digunakan

E. Pembahasan
1. Penggunaan alat
a) Gelas ukur

Gambar 4.1.1. Gelas ukur

Alat pertama Gelas Ukur digunakan Sebagai wadah untuk meletakkan


larutan dengan cara melihat meniscus secara tepat. Mata harus sejajar dengan
gelas ukur, kemudian lihat bagian meniscus bawah untuk mentukan volume
larutan. Tampak gelas ukur seperti dilihat pada gambar 1.
b) Labu ukur

Gambar 4.1.2. Labu ukur


Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Labu ukur : berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; seperti
tampak pada gambar 2 terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena
dapat memuai. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2 L. Fungsi :Untuk membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan. Cara menggunakan
: Mengisikan larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan.
Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok
kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya
dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.

c) Buret

Gambar 4.1.3. Buret

Buret digunakan untuk mentitrasi larutan, buret dipasangkan dengan


Erlenmeyer. Fungsi dari Erlenmeyer tersebut untuk menampung hasil titrasi. Pada
gambar 3 adalah gambar buret. Penggunaan buret yaitu Tangan kanan digunakan
untuk memegang dan menggoyangkan Erlenmeyer sedangkan tangan kiri untuk
memegang keran buret.

d) Bunsen

Gambar 4.1.4. Bunsen

Alat yang berhubungan dengan panas adalah bunsen digunakan untuk


keperluan penggunaan api. Selang bunsen harus dihubungkan dengan kerang yang
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

terhubung gas agar dapat mengeluarkan api. Api yang dihasilkan bisa diatur
sesuai kebutuhannya.

e) Corong pisah

Gambar 4.1.5. Corong pisah

Corong Pisah cara menggunakannya masukkkan larutan ke dalam corong


dari atas dalam keadaan keran corong tertutup. Goyangkan corong agar larutan
tercampur. Balikkan corong dan buka kerannya agar gas yang dihasilkan larutan
tersebut keluar. Biasanya digunakan dalam proses ekstraksi. Cara
menggunakannya : Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang
atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang
dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horisontal, kocok agar ekstraksi
berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas, keluarkan larutan bagian bawah
melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah
keluar.

f) Mikropipet

Gambar 4.1.6. Mikropipet

Alat dengan ketelitian yaitu Mikropipet cara menggunakannya tekan


berkali kali thumb knopnya untuk memastikan lancarnya mikropipet. Tekan
thumb knopnya dan masukkan mikropipet ke dalam larutan. Tahan pipet dan
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

lepaskan tekanan pada thumb knop agar larutan tersebut keluar. Kemudian neraca
cara menggunakannnya harus dipastikan bahwa neraca tersebut berada dalam
keadaan yang stabil. Tekan tombol untuk menyalakan neraca, beri alas seperti
perkamen ketika akan mulai menimbang zat. Harus diperhatikan juga kapasitas
minimum dan maksimum bahan yang boleh ditimbang.

g) Batang pengaduk

Gambar 4.1.7. Batang Pengaduk

Batang pengaduk Batang gelas, dengan ujung bulat dan ujung yang lain
pipih. Seperti tampak pada gambar 7. Panjang 15 cm. Kegunaan Pengocok larutan
yang akan direaksikan.

h) Penjepit tabung reaksi

Gambar 4.1.8. Penjepit tabung reaksi

Penjepit tabung reaksi Bentuk rahang: persegi seperti tampak pada


gambar 7 di atas. Pegas : dipoles nikel dengan diameter: 10 -25 mm. Kegunaan
Untuk menjepit tabung reaksi. Tabung reaksi dimasukan atau dijepit pada mulut
penjepit tabung untuk memindahkan tabung reaksi yang biasanya telah
dipanaskan.

i) Pipet tetes
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Gambar 4.1.9. Pipet tetes

Pipet tetes Bahan:Gelas seperti tampak pada gambar. Panjang: 150 mm


dengan karet kualitas baik. Kegunaan Untuk meneteskan larutan dengan jumlah
kecil. Cara menggunakannya adalah dengan menyerap bahan pada wadah tertentu
dan meneteskan bahan cairan tersebut tetes demi tetes pada larutan yang akan
direaksikan.
2. Peralatan Pendukung
Labu bundar : berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang
bundar, ada yang rata. Terbuat dari kaca tahan panas pada suhu 120-300
o
C.Ukurannya mulai dari 250 mL sampai 2000 mL. Fungsinya :Untuk
memanaskan larutan dan menyimpan larutan.

Corong Buchner : berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan


berdiameter besar. Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk
menyaring sampel agar lebih cepat kering. Cara menggunakannya dengan
meletakkan kertas saring yang diameternya sama dengan diameter corong.

Gambar 4.2.1. Erlenmeyer

Erlenmeyer Buchner : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas


semakin mengecil, ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang ke
pompa vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm.
Ukurannya mulai dari 100 mL hingga 2 L. Dipakai untuk menampung cairan hasil
filtrasi. Cara menggunakannya : Diawali dengan memasang corong Buchner di
leher labu, pasang selang yang tersambung ke pompa vakum pada bagian yang
menonjol.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Desikator : berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan
pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena
dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator
vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan
dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika
gel. Fungsi : Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air, Mengeringkan
padatan Cara menggunakannya : Dengan membuka tutup desikator dengan
menggesernya ke samping. Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang
sama.

Cawan petri : berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat


rendah. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah
menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.

Botol semprot : berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik.
Berfungsi sebagai tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan
menekan badan botol sampai airnya keluar.

Krusibel : berupa mangkok kecil yang dilengkapi tutup dan terbuat dari
porselen tahan panas, alumina. Dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan bahan
kimia. Pada saat krus masih dalam keadaan panas, jangan langsung dikenai air.
Perubahan suhu mendadak menyebabkan krus pecah. Berikutnya Kaki tiga krus :
terbuat dari porselen dan berfungsi untuk menaruh krusibel saat akan dipanaskan
langsung di atas api.

Alat pendukung berikutnya adalah Statif dan klem. Statif : terbuat dari besi
atau baja yang berfungsi untuk menegakkan buret, corong, corong pisah dan
peralatan gelas lainnya pada saat digunakan. Dan klem manice : terbuat dari besi
atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai
pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif
menggunakan klem bosshead. Klem bosshead : terbuat dari besi atau alumunium
yang berfungsi untuk menghubungkan statif dengan klem manice atau pemegang
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

corong. Klem buret : terbuat dari besi atau baja untuk memegang buret yang
digunakan untuk titrasi.

Pemegang corong : terbuat dari besi atau baja untuk memegang corong
atau corong pisah yang dipakai pada proses penyaringan atau pemisahan. Bagian
belakang disambungkan dengan statif menggunakan klem bosshead.

3. Simbol bahan berbahaya dalam laboratorium Kimia

6
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya
menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan
berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk
klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua
bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan
konsumer dan kesehatan manusia.

Istilah bahan berbahaya adalah nama umum dan menurut hukum bahan
kimia (kemikalia) (Chemicals Law)19/2 didefinisikan sebagai : pertama bahan
berbahaya atau formulasi menurut hukum kemikalia (Chemicals Law), bahan
formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan atau formulasi
berbahaya selama produksi atau penggunaan, bahan formulasi dan produk bersifat
mudah meledak

Berikut adalah beberapa definisi yang dapat digunakan untuk memahami


tentang masalah hukum : Bahan/zat adalah unsur atau senyawa kimia –
bagaimana terjadinya di alam atau diproduksi dengan cara sintesis (misalnya
asbes, bromin, etanol, timbal, dll) Formulasi adalah paduan, campuran atau
larutan dari dua bahan atau lebih (misalnya cat, larutan formaldehid dll) Produk
adalah bahan/zat atau formulasi yang diperoleh atau terbentuk selama proses

6
Anonim. Simbol berbahaya pada laboratorium kimia. 2013. http://www.mataangin.us
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

produksi. Sifat-sifat ini lebik menentukan fungsi produk daripada komposisi


kimianya

Bahan berbahaya yang didefinisikan di atas memiliki satu sifat atau lebih
yang ditandai dengan simbol-simbol bahaya. Simbol bahaya adalah piktogram
dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan
formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam : Resiko kebakaran
dan ledakan (sifat fisika-kimia), Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
Kombinasi dari keduanya. Label atau simbol bahaya bahan-bahan kimia serta cara
penanganan secara umum dapat diberikan sebagai berikut :

a) Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: E

Gambar 1. Explosive

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala
lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi
keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara
yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang
diberikan dalam Law for Explosive Substances.

Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan


mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat
dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton,
dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak
memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga


sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.
Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3 Sebagai contoh untuk
bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT) Keamanan :
Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik.

b) Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: O

Gambar 2. Oxidizing

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing


biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran
secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti
garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9 Contoh bahan tersebut adalah
kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat. Keamanan
: Hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.

c) Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Huruf kode:F+
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Gambar 3. Extremely flammable

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya extremely


flammable merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah
0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat
sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu
campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan
amat sangat mudah terbakar : R12 Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah
dietil eter (cairan) dan propane (gas) Keamanan: Hindari campuran dengan udara
dan hindari sumber api.

d) Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Huruf kode: F

Gambar 4. Highly flammable

Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya highly flammable


adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik
biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 oC). Beberapa
bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar
di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara
pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar,
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

juga diberi label sebagai highly flammable. Frase-R untuk bahan sangat mudah
terbakar : R11. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam
natrium, yang sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen
pengering. Keamanan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api,
setra hindari pengaruh pada kelembaban tertentu.

e) Flammable (mudah terbakar)

Gambar 5. Flammable

Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi
dengan notasi bahaya FLAMMABLE. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki
titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar
(Flammable). Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10. Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya minyak terpentin. Keamanan : Hindari atau jauhkan dari
api terbuka, sumber api dan loncatan api.

f) Flammable Solid ( padatan mudah terbakar)

Gambar 6. Flammable Solid

Padatan yang mudah terbakar didefinisikan sebagai padatan yang memenuhi


syarat : Merupakan bahan peledak basah, Merupakan zat yang dapat bereaksi
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

sendiri, karena tidak stabil terhadap panas dan terdekomposisi menghasilkan


panas (walaupun tanpa oksigen dari udara), Padatan yang mudah sekali terbakar.

· Pembakaran spontan harus mengikuti salah satu syarat : Bahan yang


bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api (pyrophoric material)
adalah suatu cairan atau padatan (banyak atau sedikit jumlahnya) yang dalam 5
(lima) menit berada di udara bebas tanpa disulut api dapat terbakar (menimbulkan
api) dengan sendirinya.

Keamanan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan reduktor serta hindari
kontak dengan air apabila bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api.

g) Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+

Gambar 7. Very
toxic

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion),atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan sangat beracun
jika memenuhi kriteria berikut:

h) Toxic (beracun)

Huruf kode: T
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Gambar 8. Toxic

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion),atau kontak dengan kulit. Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain
(Frase-R :R48) ditandai dengan simbol bahaya toxic substances dan kode huruf T.

Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan


timbulnya kanker jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak
dengan kulit.Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti
metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik). Keamanan : Hindari Kontak
atau masuk kedalam tubuh, segera barobat kedokter bila kemungkinan keracunan.

i) Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn

Gambar 9. Harmful

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya HARMFUL


memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Sifat-sifat merusak
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

secara kronis yang lain (Frase-R:R48) yang tidak diberi notasi toxic, akan ditandai
dengan simbol bahaya harmful substances dan kode huruf Xn.

Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik, juga akan


ditandai dengan simbol bahaya harmful substanceS dan kode huruf Xn, bahan
pemeka (sensitizing substances) diberi label menurut spektrum efek apakah
dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn atau dengan
simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi.

Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan


kanker dengan probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau
kontak dengan kulit.

j) Irritant (menyebabkan iritasi)

Huruf kode : Xi

Gambar 10. Irritant

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi
dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-
R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41. Contoh bahan dengan sifat
tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer.
Keamanan : Hindari kontaminasi pernafasan, kontak dengan kulit dan mata.

k) Corrosive (korosif)

Huruf kode: C
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

Gambar 11. Corrosive

Bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah merusak jaringan


hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan
R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan
H2SO4maupun basa seperti larutan NaOH (>2%). Keamanan : Hindari
kontaminasi pernafasan, kontak dengan kulit dan mata.

l) Bahan berbahaya bagi lingkungan

Huruf kode: N

Gambar 12. Bahan berbahaya bagi lingkungan

Bahan dan formulasi dengan notasi dangerous for environment adalah


dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme)
dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi
lingkungan : R50, R51, R52 dan R53. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut
misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon
seperti pentana dan petroleum bensin. Keamanan : Hindari kontak atau bercambur
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

dengan lingkungan yang dapat membahayakan makhluk hidup, limbah dijauhkan


dari lingkungan.

F. Kesimpulan
Alat-alat serta bahan yang digunakan di laboratorium saat melakukan
percobaan memiliki fungsi dan peraturan untuk pemakaiannya masing-masing.
Alat-alat digunakan saat melakukan percobaan harus sesuai dengan apa yang akan
diteliti dengan harus memperhatikan kebersihan alat yang digunakan agar tidak
terjadi kekeliruan.

Dalam laboratorium banyak lambang berbahaya pada bahan percobaan


sehingga paraktikan harus dapat mengenali dan memahami semua jenis lambang
berbahaya dalam laboratorium agar keselamatan dalam laboratorium dapat
terjamin. Selain itu dengan memahami teknik dasar dalam laboratorium maka
percobaan atau penelitian yang kita lakukan akan berjalan lancar dan
mendapatkan data yang akurat.
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Modul 1, Tanggal 30 Oktober, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Simbol berbahaya pada laboratorium kimia. [Online] Available:


http://www.mataangin.us diakses tanggal 29/10/2014 pukul 20.13 wita

Anwar, Tonie. (2013). Alat-alat Kimia dan Fungsinya. [Online] Available:


http://halamantonie.blogspot.com diakses tanggal 29/10/2014 pukul 20.09
wita

Bapelkes, Marsito. (2012). Perawatan dan PemeliharaanPeralatan


Laboratorium. [Online] Available: http://bapelkescikarang.or.id diakses
tanggal 29/10/2014 pukul 19.53 wita

Hamdani, S. (2011). Penggunaan Pipet Volume Pada Laboratorium. [Online]


Available: http://catatankimia.blogspot.com diakses tanggal 29/10/2014
pukul 20.05 wita

Lukum. Astin P (2009). Bahan Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo :


UNG

Lestari, Estu. (2011). Manual of Basic Techniques for A Health Laborator.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Moran, Lisa. (2010). Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia


(Terjemahan). Washington: The National Academic Press

Muliono. (2005) Membuat reagen kimia dilaboratorium. Bandung: Bumi Aksara

Rahayu, Suparni. (2009). Membersihkan Peralatan Laboratorium. [Online]


Available: http://www.chem-is-try.org diakses tanggal 8/9/2013 pukul 19.49
wita

Teaching, Team. (2014). Penuntun Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik.


Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Underwood. A.L., Day, R.A Jr. (1990). Analisa Kimia Kuantitatif . Edsi ke 4.
Jakarta: Erlangga,

Anda mungkin juga menyukai