Anda di halaman 1dari 2

Bank Syariah Lebih Membantu Perekonomian Indonesia dibandingkan dengan

Bank Konvensional

Oleh: Siti Munasyita

Bank syariah mulai berdiri di Indonesia sekitar tahun 1991. Bank syariah
pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sejak saat itu mulailah
perkembangan ekonomi syariah dimana-mana bahkan bank-bank konvensional
pun membuka bank syariah. Hal itu juga semakin meningkat setelah terjadinya
krisis moneter 1998 karena ternyata bank yang dapat bertahan menghadapi krisis
moneter adalah bank syariah.

Bank syariah dapat bertahan pada saat krisis moneter karena pada bank
syariah tidak diterapkan riba. Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil. Riba
menjadi gangguan dalam perekonomian negara. Hal tersebut dibuktikan dengan
masalah suntikan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang tidak
kunjung selesai. Selain itu, Obligasi Rekap dan Program Penyehatan Perbankan
yang pada akhirnya merugikan rakyat/negara Indonesia lebih dari Rp.650 triliun.
Hal tersebut diperparah dengan ditemukannya dua konglomerat jahat yang
menerima BLBI sehingga menyebabkan kerugian negara lebih dari Rp. 33 triliun
dan Rp. 28 triliun. Jumlah yang cukup besar jika digunakan untuk kepentingan
rakyat. Namun ternyata sejumlah uang tersebut hanya dapat dinikmati oleh pihak
yang tak bermoral dan tidak peduli pada kesejahteraan bangsa, seandainya saja
dana tersebut digunakan untuk kepentingan pendidikan, kesehatan dan ekonomi
rakyat maka akan sangat bermanfaat dana tersebut.

Lain halnya dengan bank konvensional, bank syariah menunjukkan


kelebihannya yaitu banyaknya sumber yang menyebutkan bahwa bank syariah
lebih tahan /kebal dalam menghadapi krisis moneter pada 1998 dan 2008. Hal
tersebut juga diakui oleh para pakar ekonomi. Kuatnya daya tahan perbankan
syari’ah dalam mengahadapi guncangan krisis setidaknya memberi pelajaran
berharga untuk dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pemberdayaan
ekonomi masyarakat menuju ekonomi yang lebih berkeadilan. Pemicu utama
terjadinya krisis moneter sebenarnya adalah suku bunga. Tingkat suku bunga yang
fluktuatif dan nilainya mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi
penyebab krisis yang sering terjadi dalam sistem perekonomian yang selama ini
diterapkan. Bank syariah mengerti bagaimana dampak penerapan suku bunga
dalam suatu perekonomian dan kehidupan sosial. Maka dari itu, bank syariah
bekerja dengan prinsip sebaliknya yaitu menetapkan diri sebagai lembaga no
interest based. Bank syariah memandang tidak adanya dampak positif baik jangka
pendek maupun jangka panjang dari penerapan bunga dalam perekonomian.

Nilai tambah yang juga dimiliki bank syariah adalah selalu


menyeimbangkan antara kinerja di sektor keuangan dan sektor riilnya. Uang
hanya sebagai alat tukar dan alat transaksi saja, bukan sebagai alat komoditas
yang bisa diperjual belikan. Perputaran uang di bank syariah diiringi perputaran di
sektor riilnya.

Bank syariah sangat berkontribusi dalam perkembangan perekonomian


Indonesia saat pada masa krisis hingga sekarang.

Sumber:

Mersilia H, Elsi.2013.”Analisis Pertahanan Bank Syariah Saat Krisis Ekonomi


2008”.http://elsimhfeb11.web.unair.ac.id/artikel_detail83781Kemajua
n%20Ekonomi%20IslamAnalisis%20Pertahanan%20Bank%20Syaria
h%20Saat%20Krisis%20Ekonomi%202008.html. diunduh 2
September 2016 pukul 22.05

Anda mungkin juga menyukai