Anda di halaman 1dari 1

[Kita dan Tebu: Anteb ing Kalbu]

Teman, aku akan bercerita tentang kita dengan tebu-tebu sebagai backround kita.

Diawali dengan nostalgia dua tahun yang lalu, kita bukanlah siapa-siapa kita hanyalah teman bagi
sebagian dari kita. Bahkan ada diantara kita yang belum kenal satu sama lain atau terhadap yang
lain. ya, itulah kami dua tahun yang lalu. Satu sekolah tanpa kenal baik satu sama lain (read: lawan
jenis). Tapi, bukan berarti itu adalah kegagalan sekolah kami. Justru kami merasakan eksternalitas
dari pergaulan yang sekolah kami ajarkan pada kami mengenai pergaulan.

~ Tebu ~

Mengulik tebu, aku menemukan berbagai filosofi positif yang menyertainya. Berbagai sumber telah
kubaca dan aku menemukan satu sumber yang menarik bagiku untuk aku hubungkan dengan kita.
Ya, kebersamaan kita selama ini.

Ingat kan kalau sebelumnya kita bukan siapa-siapa? Tapi kenapa kita sekarang sering bermain
bersama? Aku mendapatkan filosopi tebu yang pertama yaitu asal nama tebu dari Anteb ing Kalbu
yang berarti kemantapan hati. Ya, aku menghubungkan filosopi ini dengan kita. Bahwa ada
kemantapan hati diantara kita untuk memutuskan saling membantu di tanah rantau ini. Tanah
dimana kita memperjuangkan hidup kita untuk masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya, ada filosopi ruas yang menggambarkan fase dari kita. Bukankah fase akan ada dalam
setiap perjalanan hidup?. Maka dari itu teman, mari kita hadapi setiap fasenya dengan indah.
Sampai fase nanti kita bercerita pada anak cucu kita bahwa kita pernah ada.

Terakhir. Teman semoga ini menjadi formula perjalanan kita.

Hati mantap + kerja keras + kerja cerdas + doa = keberhasilan yang manis.

Inspirasi dari: FB catatan sederhana

Anda mungkin juga menyukai