Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA

(CAP )

A. Definisi
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan pada paru yang timbul
karena invasi dari beberapa patogen dan salah satu penyebab yang paling
banyak yaitu bakteri sehingga bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
pernapasan seperti kesulitan untuk bernapas karena kekurangan oksigen
(World Health Organization, 2014).
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga
dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.3
Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua
bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired
pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-
RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila
infeksinya didapat di rumah sakit.
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah
pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit , sedangkan
pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih
setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU
tetapi tidak sedang menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan dengan
penggunaan ventilator(ventilator-acquired pneumonia/VAP) adalah
pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal.
Pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan (healthcare-associated
pneumonia) adalah pasien yang dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit
selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal
dirumah perawatan (nursing home atau longterm care facility), mendapatkan
antibiotik intravena, kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari
proses infeksi ataupun datang ke klinik rumah sakit atau
klinik hemodialisa.

1
B. Prevalensi Penyakit
Di benua Eropa angka kejadian pneumonia khususnya pneumonia
komunitas lebih banyak diderita oleh seseorang yang berjenis kelamin laki-
laki dengan rasio yaitu 1,4:1, sedangkan data yang diperoleh dari rumah sakit
dilaporkan dengan rasio yaitu (1,85:1) dan dari hasil survey lain juga
dilaporkan kejadian tambahan mencapai 1,12-3,16 kasus per 1.000 penduduk
(The Assosiation of Physician of India, 2013). Dilaporkan bahwa kasus
kematian yang diakibatkan oleh pneumonia di dunia diperkirakan mencapai
935.000 jiwa pertahun dan bahkan lebih dari 2.500 jiwa perhari meninggal
dunia (World Health Organization, 2014). Hasil survei data yang dilakukan
oleh lembaga di Indonesia pada tahun 2014 melaporkan bahwa angka
kematian yang terjadi akibat penyakit pneumonia mencapai 944.000 jiwa dari
5,9 juta jiwa (Ditjen P2PL, 2015). Apabila tidak segera ditangani maka
pneumonia akan mengancam keselematan jiwa. Oleh karena itu penumonia
masih tergolong dalam penyakit yang mematikan bukan hanya di Indonesia
bahkan di dunia.
C. Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia dibagi menjadi tiga macam berdasarkan penyebab patogen
yang menginvasi sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah pneumonia pada orang
dewasa yang penyebabnya seperti S.pneumoniae, H.influenza,
Respiratory Syncytial virus (RSV), biasanya diperoleh dari luar rumah
sakit. Sedangkan pada anak-anak patogen penyebab pneumonia yang
sering ditemukan seperti M.pneumoniae,C.pneumoniae.
2. Nosokomial Pneumonia adalah pneumonia yang diperoleh dari rumah
sakit. Patogen penyebabnya yaitu bakteri nosokomial yang resisten
terhadap antibiotic yang ada di rumah sakit seperti E.coli, Klebsiella
sp, Proteus sp. Pada pasien yang dahulu mendapatkan terapi
sefalosporin generasi ketiga, umumnya dijumpai bakteri enterik yaitu
Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp., P.aeruginosa adalah
patogen yang jarang dijumpai, tetapi sering dijumpai pada pneumonia

2
yang fulminan. S. aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin
seringkali dijumpai pada pasien yang dirawat di ICU.
3. Pneumonia Aspirasi adalah salah pneumonia yang diakibatkan aspirasi
sekret oropharyngeal dan cairan lambung, biasanya didapat pada
pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan
gangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi pada
Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dari
flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci
anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri
yang lazim dijumpai adalah campuran antara Gram negatif batang dan
S. aureus anaerob.
D. Etiologi
Pneumonia komunitas menginvasi pada seseorang yang berusia dewasa di
Oslo (ibukota dari Norwegia) paling banyak disebabkan oleh berbagai patogen
terutama bakteri yaitu Streptococcus pneumoniae dan virus yaitu rhinovirus,
influenza viral (Holter, 2015).
E. Tanda dan Gejala
Seseorang yang terkena pneumonia akan mengalami beberapa tanda dan
gejala yaitu :
1. batuk,
2. dyspnea,
3. takipnea
4. pucat atau sianosis
5. melemah dan kehilangan suara napas
6. napas cuping hidung
7. nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
di dekatnya
8. demam
9. sakit kepala
10. mengigil
11. berkeringat

3
12. mual muntah
13. dahak berwarna kuning dan perdarahan mukus (Zieve, 2015).

4
F. Patofisiologi

Virus ,bakteri jamur


( Penyebab)

Saluran napas dalam

Gangguan pembersihan di
paru-paru

Radang bronchial

Radang/inflamasi pada HIPERTERMI


bronnkus

Akumulasi Peningkatan produksi Kontraksi


mucus mucus berlebihan

Timbul reaksi Edema/pembengkakan Hiperventilasi paru


balik pada mukosa /sekret

Pengeluaran energy atelektasis


berlebihan KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAPAS hipoxemia
Kelelahan

INTOLERANSI Peningkatan
Anoreksia kompensasi frekuensi
AKTIVITAS
napas

KETIDAKSEIMBANGAN
KETIDAKEFEKTIFAN
NUTRISI KURANG DARI
POLA NAPAS
KEBUTUHAN TUBUH

Sumber :
Nuralif & Kusuma ,2013

5
G. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae;
bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus,
virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease)
oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus
bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada
pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas
sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus
bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau
lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia
pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan
keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin,
Quellung test dan Z. Nielsen.
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik
bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan
untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

6
H. KOMPLIKASI
1. Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka
untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
napas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk
membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut
respiratory distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan
respons inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat
kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan
penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi mekanik
yang membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari
pneumonia. Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah
dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi
pada pneumonia karena bakteri; streptococcus pneumonia merupakan
salah satu penyebabkan individu dengan sepsis atau septik membutuhkan
unit perawatan intensif dirumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus
dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar
tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat meyebabkan kerusakan hati,
ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan
kematian.
2. Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-apru akan
menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang
mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di
rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura
ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum

7
(toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu
pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan selang pada dada.
Pada kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak
dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik
tidak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Bakteri akan
menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses
pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau
CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk
pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh
ahli bedah atau ahli radiologi.
3. Empiema yang memerlukan antibiotik dalam waktu yang lama. ( Astuti &
rahmat, 2010 :112)
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan Gram dan pedoman
antibiotik (pola resistensi, faktor risiko, etiologi harus dipertimbangkan ).
Terapi kombinasi dapat juga digunakan.
2. Terapi suportif mencakup hidrasi, antiseptic, medikasi antitusif,
antihistamin, atau dengan dekongestan nasal.
3. Tirah baring direkomendasikan sampai infeksi menunjukan tanda-tanda
bersih.
4. Terapi oksigen diberikan untuk hipoksemia.
5. Bantuan pernafasan mencakup konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi,
intubasi endotrakea, dan ventilasi mekanis.
6. Terapi atelektasis, efusi pleura, syok, gagal nafas, atau superinfeksi
dilakukan, jika perlu.
7. Untuk kelompok yang beresiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk
melakukan vaksinasi pneumokokus. (Brunner & Suddarth, 2013 :459)

8
FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
 Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
 Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
 Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
 Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3. Integritas ego
 Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.
4. Makanan/cairan
 Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes
melitus.
 Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).
5. Neurosensori
 Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).
 Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
6. Nyeri/eamanan
 Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk;
nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.
 Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
7. Pernapasan
 Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret,
takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
 Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi:
pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal
bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural,
bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau
napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.

9
8. Keamanan
 Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS,
penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi,
ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).
 Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
9. Penyuluhan/pembelajaran
 Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol
kronis.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi
pencetus.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum.
2.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan metabolic
sekunder terhadap demam dan proses infeksi
4. Intoleransi aktivitas b.d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap
pneumonia
5. Hipertermi b.d inflamasi pada jaringan parenkim paru

10
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan NOC NIC
Ketidak efektifan bersihan jalan Noc : NIC :
napas (00031)  respiratory status : ventilation airway suction(3160) :
Definisi : (0403)  Pastikan kebutuhan oral /tracheal suctioning
Ketidakmampuan untuk  respiratory status : airway  Auskultasi suara napas seblum dan sesudah
membersihkan sekresi atau patency (0410) suctioning
obstruksi dan saluran pernapasan criteria hasil :  Iinformasikan kepada klien dan keluarga tentang
untuk mempertahankan kebersihan  mendemostrasikan batuk efektif suctioning
jalan napas. dan suara napas yang  Minta klien untuk napas dalam sebelum suction
Batasan karakteristik : bersih,tidak ada sianosis dan  Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
 Tidak ada batuk dispneu (mampu mengeluarkan menfasilitasi suction nasotrakeal
 Suara napas tambahan sputum ,mampu bernapas  Gunkan alat yang steril setiap melakukan
 Perubahan frekuensi napas dengan mudah dan tidak ada tindakan.
 Perubahan irama napas pursed lips.  Anjurkan pasien untuk istirahat dan naps dalam
 Sianosis  Menunjukan jalan napas yang setelah kateter di keluarkan
 Kesulitan berbicaara atau paten (klien tidak merasa  Monitor status oksigen pasien
mengeluarkan suara. tercekik,irama napas dan  Ajarkan keluarga bagaimna cara melakukan
 Penurunan bunyi napas frekuensi pernapasan dalam suction.
 Dispneu rentang normal,tidak ada nafas  Hentikan suction dan berika oksigen apabila
 Sputum dalam jumlah abnormal. pasien menunjukan brakikardi dan peningkatan
berlebihan  Mampu mengidentifikasi dab saturasi O2
 Batuk yang tidak efektif mencegah factor yang dapat airway management (3140):
menhambat jalan napas.

11
 Orthopneu  Buka jalan naps,gunakan tehnik chin lift atau
 Gelisah jaw thrust bila di perlukan
 Mata terbuka lebar  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Factor yang berhubungan :  Keluarkan secret dengan batuk atau suction
lingkungan  Auskultasi suara napas ,catat adanya suara
 Perokok pasif tambahan.
 Mengisap asap  Monitor respirasi dan status O2.
 Merokok
Obstruksi jalan napas :
 Spasme jalan napas
 Mokus dalam jumlah
berlebihan
 Eksudat dalam jalan alveoli
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi bertambah/sisa
sekresi
 Sekresi dalam bronki
Fisiologis :
 Jalan napas alergik
 Asma
 Penyakit paru obstruksi
kronik
 Hiperplasi dinding
bronchial

12
 Infeksi
 Disfungsineuromuskular
Pola Nafas tidak efektif Setelah diberikan askep selama Monitoring respirasi :
berhubungan dengan penurunan …x24 jam diharapkan pola napas a. Pantau RRirama dan kedalaman pernapasan
ekspansi paru klien efektif dengan kriteria hasil: klien
Status pernapasan: ventilasi b. Pantau adanya penggunaan otot bantu
a. Kedalaman pernapasan normal pernapasan dan retraksi dinding dada pada klien
(skala 5 = no deviation from Memfasilitasi ventilasi :
normal range) a. Berikan posisi semifowler pada klien
b. Tidak tampak penggunaan otot b. Pantau status pernapasan dan oksigen klien
bantu pernapasan (skala 5 = no c. Berikan dan pertahankan masukan oksigen pada
deviation from normal range) klien sesuai indikasi
c. Tidak tampak retraksi dinding
dada (skala 5 = no deviation from
normal
range)
Tanda-tanda vital
a. Frekuensi pernapasan dalam
batas normal (16- 20x/mnt)

13
(skala 5 = no
deviation from normal range)
Domain 2 :nutrisi 1. Status nurtizi 1160 Memantau Nutrisi
Kelas 1 makan a. 10041 terpenuhinya asupan 1. Mengidentifikasi perubahan berat badan
Kode (00002) gizi dan makanan 2. Pantau turgor kulit dan mobilitas
Diagnosa : b. 100405 tidak ada penurunan 3. Pantau adanya mual dan muntah
Ketidakseimbangan nutrizi berat badan 4. Mengidentifikasi kelainan dalam eliminasi usus
kurang dari kebutuhan tubuh c. 100411 tidak tanda-tanda vital (misalnya diare, darah, lendir, dan eliminasi
Batasan karakteritik hidrasi yang tidak teratur)
1. Berat badan 20% atau lebih di 5. Mengidentifikasi perubahan terbaru dalam
bawah rentang berat badan ideal nafsu makan dan aktivitas
2. Bising usus hiperaktif 1120 Terapi Nutrisi
3. Cepat kenyang setelah makan 1. Monitor makanan/cairan yang masuk dan hitung
4. Gangguan sensai rasa asupan kalori setiap hari
5. Kelemahan ototUntuk menelan 2. Berkolaborasi dengan ahli diet, jumlah kalori
6. Kesalahan persepsi dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
7. Ketidakmampuan memakan memenuhi kebutuhan gizi
makanan 3. Pilih suplemen gizi yang tepat
8. Kram abdomen
9. Membran mukosa pucat
10. Nyeri abdomen
Faktor yang berhubungan
1. Faktor bilogis
2. Faktor ekonomi

14
3. Gangguan psikososial
Intoleransi aktivitas  Energi conservation Terapi aktivitas
 Activity tolerance  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
 Self care : ADLs Medik dalam merencanakan program terapi
Kriteria hasil yang tepat.
 Berpartisipasi dalam aktivitas  Bantu kllien untuk mengiidentifikasi aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan yang mampu dilakukan.
tekanan darah, nadi dan RR  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
 Mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sehari-hari (ADLs) secaraa social.
mandiri  Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Tanda-tanda vital normal mendapatkan suumber yang diperlukan untuk
 Energy psikomotor. akktivitas yang diperlukan.

 Level kelemahan  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan

 Mampu berpindah: dengan atau aktivitas seperti kursi roda, krek,.

tanpa bantuan alat.  Bantu untuk mengidentifikasi aktiivitas yang

 Status kardiopulmonari adekuat disukai.

 Sirkulasi status baik.  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di


waktu luang.

15
 Status respirasi: pertukaran gas  Bantu pasien atau keluarga untuk
dan ventilasi adekuat. mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktiifitas.
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktifitas.
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diiri dan penguatan.
 Monitor respon fisik, emosi, social dan
spriritual.
Hipertermia Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
rentang normal  Suhu tubuh dalam rentang  Monitor IWL
normal  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan Karakteristik:  Nadi dan RR dalam rentang  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 kenaikan suhu tubuh diatas normal  Monitor penurunan tingkat kesadaran
rentang normal  Tidak ada perubahan warna  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 serangan atau konvulsi (kejang) kulit dan tidak ada pusing,  Monitor intake dan output
 kulit kemerahan merasa nyaman.  Berikan anti piretik
 pertambahan RR  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
 takikardi demam
 saat disentuh tangan terasa  Selimuti pasien

16
hangat  Lakukan tapid sponge
Faktor faktor yang berhubungan  Berikan cairan intravena
:  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 penyakit/ trauma  Tingkatkan sirkulasi udara
 peningkatan metabolisme  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
 aktivitas yang berlebih menggigil.
 pengaruh medikasi/anastesi Temperature regulation
 ketidakmampuan/penurunan  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
kemampuan untuk  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
berkeringat  Monitor TD, nadi, dan RR
 terpapar dilingkungan panas  Monitor warna dan suhu kulit
 dehidrasi  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 pakaian yang tidak tepat  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

17
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Astuti & Rahmat. (2010). Asuhan keperawatan anak dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Brunner & suddarth (2013). Buku ajar keperawatan medical bedah Edisi 8
volume 2 . Jakarta EGC
Holter, Jan C.,et al, 2015, Etiology of Community-Acquired Pneumonia and
Diagnostic Yields of Microbiological Methods: A 3-Year Prospective Study
in Norway.” BMC Infectious Diseases 15: 64, diakses 19 Mei 2016.
Sumber: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4334764/.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
WHO.2014.pneumonia. http://www.who.int/en. diakses tanggal 17 maret 2015
pukul 21.00 WIB
Zieve, David., et al, 2015, Pneumonia-Adult Community-Acquired, Assosiate
Professor of Medcine, Pulmonary, Allergy and Critical Care, Perelman
School of Medicine, University of Pennsylvania, Philadelphia,
PA,Diakses20Mei2016.Sumber:http://www.ncbi.gov/medlineplus/ency/articlee/00
0145.htm.

20

Anda mungkin juga menyukai