3772 9347 1 SM - 2
3772 9347 1 SM - 2
skripsi
oleh
4301410057
JURUSAN KIMIA
2014
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
4301410057
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
PERSEMBAHAN
pembuatan skripsi.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan
Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang”.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
Penulis
iv
ABSTRAK
Respati, Dini Ari. 2014. Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran
Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo,
M.S.
Kimia merupakan mata pelajaran yang masih dirasa sulit oleh kebanyakan siswa.
Diperlukan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat membuat
siswa tertarik mempelajari kimia. Hal ini tergatung dari kreativitas guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia
antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dan metode Snowball Throwing materi
pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang dan apabila ada
perbedaan, hasil belajar mana yang lebih baik diantara keduanya. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5 SMA Kesatrian 1 Semarang.
Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel
penelitian yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen I diberi metode Think Pair
Share dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing.
Penelitian dilakukan dengan memberikan materi dan jam pelajaran yang sama tetapi
dengan metode pembelajaran yang berbeda dan diakhiri dengan post test. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen I 78,53 dengan
ketuntasan klasikal 77% dan kelas eksperimen II 71,78 dengan ketuntasan klasikal 50%.
Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dihasilkan thitung (2,657) > ttabel
(2,000) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu
pihak kiri thitung (2,66) > ttabel (1,67) yang berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas
eksperimen I lebih baik dari kelas eksprimen II. Simpulan dari penelitian ini adalah ada
perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dengan
metode Snowball Throwing dan hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Think Pair
Share lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Snowball
Throwing.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i
PERNYATAAN………………………………………………………...... ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………...... iv
PRAKATA……………………………………………………………...... v
ABSTRAK……………………………………………………………...... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...... x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xi
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………....... 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 4
1.5 Penegasan Penelitian…………………………………………… 5
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....……… 7
2.2 Hasil Penelitian Terkait............................................................... 17
2.3 Kerangka Berfikir……………………………………………… 19
2.4 Hipotesis………………..………………………….................... 21
3. METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian……………………………………………….. 22
3.2 Variabel Penelitian……………………………………............... 23
3.3 Desain Penelitian……………………………………………..... 24
3.4 Instrumen Penelitian …………………………………….......... 25
vi
3.5 Analisis Instrumen Penelitian…………………………………. 27
3.6 Analisis Lembar Observasi……………………………………. 35
3.7 Metode Pengumpulan Data…………………………………... 37
3.8 Analisis Data........................................................................ 37
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………. 49
4.2 Pembahasan…………………………………………………….. 58
5. PENUTUP
5.1 Simpulan……………………………………………………....... 67
5.2 Saran…………………………………………………………..... 67
6. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 69
7. LAMPIRAN………………………………………………………... 71
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian…………………………………………………... 23
3.2 Hasil Analisis Validitas Soal ……………………………………… 28
3.3 Klasifikasi Daya Beda Soal Uji Coba.…………………………...... 29
3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba..………...........…...... 30
3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...................................................... 31
3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ….……….... 32
3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba ……………………………..... 33
3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal........................................................... 34
3.9 Transformasi Nilai Soal Uji Coba Post Tes………………………. 34
3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif ……...…………..………......... 35
3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik…….………………......... 36
3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur …………...….………………....... 39
4.1 Data Awal Populasi ………….…………………………………... 49
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal …….......……………................. 49
4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test ………………. 51
4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ………………. 52
4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test..... 53
4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri..................... 53
4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu...................... 54
4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal...…………..... 54
4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II...........….…….……..….. 55
4.10 Hasil Nilai Psikomotorik ………………….…................................ 57
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir………………………………………………... 20
4.1 Penilaian Afektif Siswa……………………………………......... 56
4.2 Penilaian Psikomotorik Siswa…..……………………………...... 58
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai UAS 5 Tahun …………………………………………....... 71
2. Daftar Nama Siswa......................................................................... 72
3. Silabus…………………………………………............................ 73
4. RPP Kelas Eksperimen I…………………………....................... 75
5. RPP Kelas Eksperimen II...............................………………….. 88
6. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...................................................………. 102
7. Soal Uji Coba……………………………………….................... 105
8. Analisis Soal Uji Coba………...………………………………... 118
9. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...…………………......... 123
10. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba …………………..... 127
11. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ……………….... 129
12. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ….................................. 131
13. Daftar Nilai UAS Siswa …………………………….................. 133
14. Uji Normalitas Data Tahap Awal ………................................... 134
15. Uji Homogenitas...…………………………............................... 140
16. Uji Kesamaan Rata-rata.............................................................. 142
17. Daftar Nilai Post test…………..…………………...................... 145
18. Uji Normalitas Tahap Akhir..................……………...……...…. 146
19. Uji Kesamaan Dua varian……………………………….............. 150
20. Uji Perbedaan Rata-Rata Dua Pihak………..………………….... 152
21. Uji Perbedaan Satu Pihak Kiri...………….................................... 155
22. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen I…….……………...... 157
23. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen II …………................ 159
24. Pedoman Penilaian Aspek Afektif…….……………………….. 161
25. Reliabilitas Aspek Afektif………………………......................... 163
26. Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…..................... 164
27. Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik............................……... 166
28. Reliabilitas Aspek Psikomotorik.................................................... 168
x
29. Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…...................... 169
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting
bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Namun masih banyak ditemui
ketika para siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru dan
dirasakan sangat membosankan dan tidak menarik minat peserta didik. Hal ini
hasil belajar dari peserta didik tersebut. Tujuan dari pendidikan adalah
Indonesia sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha baik dari pemerintah
maupun dari pendidik untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam
1
2
dan melibatkan peserta didik untuk1ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga
kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran
kimia tersebut.
Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil
penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran
2008/2009 sampai 2012/2013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA
Pada tahun ajaran 2008/2009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1
(52,45), IPA 2 (54,74), IPA 3 ( 58,70), dan IPA 4 (55,21) dengan KKM 62
yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun
2009/2010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (54,78), IPA 2 (
51,86), IPA 3 ( 57,38), dan IPA 4 (49,73) sedangkan KKM pada tahun
tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas.
Kemudian pada tahun 2010/2011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1
(60,76), IPA 2 (62,90), IPA 3 (56,48), IPA 4 (61,69), IPA 5 (60,40), IPA 6
(60,68), dan IPA 7 (59,10) dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata
3
keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 2011/2012 yaitu 70
dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 (60,20), IPA 2 (61), IPA
3 (67,10), IPA 4 (58,73), IPA 5 (57), dan IPA 6 (57,70) yang berarti seluruh
kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 2012/2013 terdapat empat
kelas dengan rata-rata IPA 1 (61,30), IPA 2 (60,30), IPA 3 (61,80), dan IPA 4
(62,50) dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum
Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya
kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga
belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu
oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah
antara model TPS dengan model Snowball Throwing. Oleh karena itu peneliti
4
SEMARANG.”
(1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model
TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil
(2) Jika ada perbedaan, manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model
TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi
model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan
(2) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model
TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil
menyelesaikan soal pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.
langsung di sekolah.
1) Hasil Belajar
6
pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan
diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian
berkelompok.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Belajar
dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna
sebagai “... perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku
diungkapkan oleh Meyer dalam Smith dan Ragan (2002) mencakup beberapa
belajar,dan
7
8
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta
melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik (Rifa’i &
Anni ,2010:85).
penilaian.
hidup.
Frank Lyman. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan model ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain
(Isjoni, 2011:112).
kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul
Model ini digunakan untuk melatih konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana
ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan
2013:226).
kepada temannya.
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15
menit.
11
tersebut bergantian
Kelarutan (solubility) suatu zat adalah jumlah maksimum (mol atau gram)
zat yang dapat larut dalam volum pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga
Keterangan:
s = kelarutan (mol/Liter)
n = jumlah mol
v = volume larutan (mL)
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-
mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan)
melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit
akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat
kategori,yaitu:
= (x l )x . (y l )y
= xx . yy . l (x+y)
l = ………………….(1)
Contoh :
13
l AgCl =
l Mg(OH)2 =
kelarutan Ksp. Bila kelarutan ada datanya, maka Ksp dapat ditentukan. Sebaliknya
Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp , maka AxBy belum mengendap
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp , maka larutan AxBy lewat jenuh atau telah terjadi
endapan AxBy
Jika suatu garam diartikan ke dalam larutan yang telah berisi salah satu
ion garam tersebut, maka kelarutan garam lebih kecil daripada kelarutannya dalam
air murni. AgCl lebih sukar larut di dalam larutan NaCl daripada di dalam air.
Berkurangnya kelarutan AgCl tersebut karena adanya pengaruh ion sejenis (Cl-).
Chathelier. Seandainya padatan AgCl dilarutkan di dalam air murni, maka terjadi
perkataan lain AgCl lebih sedikit larut di dalam larutan NaCl daripada air.
Contoh:
Sebelum AgCl larut, telah ada (Cl-) sebanyak 0,010 M. karena NaCl
mengalami disosiasi total. Adanya (Na) dapat diabaikan karena (Na+) tidak
Mula-mula 0 0,010 M
Perubahan xM xM
Kesetimbangan xM 0,010+xM
x = 1,7 . 10-8
Jadi kelarutan AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl adalah sebesar 1,7.10-8
M.
jenis zat. Suatu basa selalu lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam,
dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam
yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat
asam kuat.
Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa lebih sukar larut dalam larutan
Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan
kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada
konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi secara umum, apakah keadaan
suatu larutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, dapat ditentukan
pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion F-
menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah
salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl
yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan
endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan
Cl- nya telah melebihi harga Ksp AgCl. Di bawah sinar, endapan
Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka
ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu
karang.
Pair-Share Focusing On Cube And Cuboid To Improve The Study Result And
Kriswandani. Peneliti melakukan penelitian dengan tiga kali siklus dimana dari
ketiga siklus itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
metode TPS membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Dan
Think Pair Share dengan Metode Praktikum dalam Pembelajaran IPA Fisika
Ismil Ridayatun Winayah, Sudarti, Nuriman pada tahun ajaran 2012/2013. Pada
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa menjadi lebih aktif
kelompok kelompok kecil, serta mampu membuktikan sendiri teori yang ada
Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab. Gowa
19
Muhaedah Rasyid & Sumiati Side tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan
belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa pada materi
penjelasan kepada masing-masing siswa, masih ada beberapa siswa yang kurang
siswa masih merasa kesulitan dengan materi kimia, khususnya materi kelarutan
dan hasil kelarutan yang telah dibuktikan dengan data hasil belajar siswa lima
tahun terakhir. Dan beberapa faktor misalkan cara mengajar guru, metode
pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh
kurang optimal.
siswa untuk mendalami materi kimia, khususnya kelarutan dan hasil kelarutan.
Dua metode tersebut yaitu Think-Pair-Share dan Snowball Throwing yang akan
Hasil Belajar
Dibandingkan
Uji Hipotesis
Kesimpulan
2.4. Hipotesis
1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS
dengan hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing
2. Hasil belajar kimia siswa yang diberi model TPS lebih baik daripada hasil
belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok
METODE PENELITIAN
3.1.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
3.1.2 Sampel
atau cluster, kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Syarat
yang sama pada masing-masing kelas dalam populasi dimana kualitas yang sama
adalah memiliki homogenitas yang sama dan rata-rata yang sama. Dalam
23
24
Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar siswa. Data hasil
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru yang sama,
tertentu dari dua atau lebih sampel. Dalam penelitian ini yang dibandingkan
adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda.
Penelitian ini menggunakan desain post test only control design yaitu
desain penelitian dengan hanya melihat nilai post test antara kelompok
eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Desain penelitian ini dapat dilihat
E1 P1 T
E2 P2 T
Keterangan:
25
E1 : Kelas eksperimen I
E2 : Kelas eksperimen II
T : Tes akhir
aspek afektif, (4) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (5) tes hasil belajar
kognitif.
3.4.1 Silabus
bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP kelas
aspek afektif ini dilakukan oleh tiga observer. Dalam penelitian ini ditetapkan
rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat).
Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan.
26
Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah,
yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi
pada kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini
ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu)
Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan
menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif
(pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas
kemampuan analisis). Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes
90 menit.
Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu:
(1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.
Jumlah butir soal yang diuji cobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.
27
(2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk
pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat.
(7) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat
akan diuji cobakan di kelas XII SMA Kesatrian 1 Semarang karena siswa di kelas
tersebut telah mendapatkan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan
dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diuji cobakan sudah
3.5.1 Validitas
Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah
Keterangan:
Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA
SMA Kesatrian 1 Semarang diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang
diuji cobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf
thitung = 2,279, tampak dari perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka butir soal nomor
1 valid. Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.2.
Valid 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 32 64%
24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40,
Tidak 4, 6, 8,12, 13, 17, 19, 21, 22, 26, 29, 33, 35, 38, 17 36%
Jumlah 50 100%
Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan
dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:
Keterangan:
DB : daya beda
Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah cukup, baik dan sangat
baik.
Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup,
baik, dan sangat baik dapat dilihat pada tabel 3.4. Perhitungan daya beda soal uji
Sangat jelek - 0
Jelek 4, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 29, 33, 35, 38,
15
44, 49, 50
Baik 2, 11, 20, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 43 11
Jumlah 50
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
adalah:
IK =
32
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang,
mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada tabel 3.6. Perhitungan tingkat
kesukaran soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11.
3.5.4 Reliabilitas
memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.
dengan rumus:
Keterangan:
Dari hasil analisis data, didapatkan reliabilitas soal uji coba sebesar
0,854, sehingga apabila dilihat dari tabel kriteria soal uji coba, soal uji
soal post test jika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai
daya pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal
tersebut “reliabel”. Dari analisis uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 32
butir dan 30 butir soal dipakai sebagai soal post test dengan komposisi jenjang
sebagai berikut.
Soal layak 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30,
pakai 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 (32 soal)
1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 30, 31,
Soal dipakai
32, 34, 36, 39,40,41, 42, 43, 46, 47, 48 (30 soal)
Soal yang dipilih sebagai alat ukut aspek kognitif siswa ditransformasikan
ke dalam urutan nomor soal yang baru dan akan dipergunakan sebagai soal post
test. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal post test siswa dimuat pada
tabel 3.8.
Tabel 3.9 Transformasi Nomer Soal Uji Coba Soal Post test
soal uji coba 1 2 3 5 7 9 10 11 14 15 16 18 20 23 24
dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
reliability :
36
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
Vp = varian person
Ve = varian error
K = jumlah observer
Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. Kategori untuk nilai
13 – 16 Sangat baik
10 – 12 Baik
7–9 Cukup
4–6 Kurang
21 – 25 Sangat baik
16 – 20 Baik
11 – 15 Cukup
5 – 10 Kurang
37
Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA
dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA
Kesatrian 1 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis
tahap awal.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang
diberi model TPS dan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Metode tes yang digunakan yaitu post test. Perangkat tes yang
digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.
Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas,
normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai
Keterangan:
= chi kuadrat
K = banyaknya kelas
2 2
H diterima jika hitung (1 ) ( k 3) dengan taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273).
kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama dan memiliki
rata-rata yang sama. Oleh Karena itu sebelum teknik cluster random sampling
39
digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan rata-
berikut:
2 2
(ln 10)[B (ni 1) log S i ]
Keterangan:
S = variansi gabungan
B = koefisien Bartlett
H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 22 = ... = n2)
H diterima jika 2hitung<2tabel (1- )(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti
varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama).
3.8.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)
H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn)
Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1
Keterangan:
diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
kriteria pengujian sama seperti uji normalitas pada analisis data tahap awal.
(homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk
H: A:
Keterangan:
(Soeprodjo, 2012:67)
(dengan derajat kebebasan v1 = n1-1 dan v2 = n2-1 yang berarti varians data
yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah rumus t. Untuk nilai
diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-
rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri. Data yang
digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (post test) antara kelas eksperimen I
H:
A:
43
Pengajuan hipotesis:
(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:
Dengan , dk = n1 + n2 - 2
Keterangan:
5%). Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara
(2) Jika varians kedua kelompok berbeda (S12 S22), maka rumus uji t yang
digunakan adalah:
H diterima jika
dengan
Keterangan:
Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I tidak
lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II. Untuk nilai
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen I
lebih baik dari pada kelas eksperimen II. Tahapan uji ini sama dengan uji
perbedaan dua rata-rata dua pihak, yang berbeda adalah hipotesis yang digunakan
Dengan
Keterangan:
Dengan
belajar kimia pada kedua kelas eksperimen. Data yang digunakan dalam uji ini
adalah nilai post test kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa
H :µ ≥ 75
A : µ < 75
47
(Sudjana, 2006:227)
Keterangan:
s = standar deviasi
n = banyaknya siswa
tolak H.
75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan
sebagai berikut:
Keterangan:
3.8.2.5 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Pada analisis tahap akhir digunakan data belajar efektif dan psikomotorik.
IPA pada bulan April dengan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas
yang digunakan sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen I (XI
IPA 4) dengan jumlah siswa 30 siswa dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II
test. Perbedaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini terdapat pada
diperoleh dari data hasil penelitian. Dari hasil analisis tersebut diketahui apakah
Hasil analisis data tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal
populasi. Selain itu, hasil analisis data tahap awal ini juga sebagai syarat untuk
teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling. Pada analisis tahap
49
50
awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan
rata-rata kelas-kelas dalam populasi. Data awal populasi kelas XI IPA yang
normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai
statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data
sehingga memenuhi syarat dalam menentukan uji statistika yang digunakan yaitu
menggunakan uji statistik parametrik.. Perhitungan uji normalitas data tahap awal
kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan
hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 5,492 dan χ2tabel = 5,99 sehingga diperoleh χ2hitung
< χ2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki homogenitas yang
4.2.2.3. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava)
mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis
uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 1,130 dan
Ftabel = 3,099 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa
Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang
diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah
diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang
diperoleh yaitu data hasil belajar kognitif setelah perlakuan (post test).
Uji yang dilakukan pada tahap ini yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua
varians, uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji
perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri, dan uji ketuntasan hasil belajar sebagai uji
pelengkap.
52
parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data post test disajikan pada Tabel
diperoleh χ2tabel 7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2tabel
Uji kesamaan dua varians data post test digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan varians pada kelas sampel. Hasil uji kesamaan varians data
post test dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test
Data Fhitung F0,975(33;33) F0,025(33;33) Kriteria
Post Kedua kelompok mempunyai
1,189 0,48 2,07
test varians yang sama
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan hasil perhitungan data post test diperoleh harga Fhitung =1,189,
F0,975(33;33) = 0,48, dan F0,025(33;33) = 2,07. Oleh karena itu F0,975(33;33) < F <
53
eksperimen II memiliki varians yang sama. Pehitungan uji kesamaan dua varians
yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t dua
pihak dan uji t satu pihak kiri. Uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri dipilih
belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hasil perhitungan
uji perbedaan dua rata-rata dua pihak data post test disajikan dalam tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test
Rata-rata kelas
Uji t t ttabel Keterangan
Eksperimen 1 Eksperimen 2 hitung
Post test 78,53 71,78 2,657 2,00 Berbeda signifikan
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata post test antara kelas
ttabel = 2,00. Karena berdasarkan analisis data menunjukkan thitung > ttabel, maka H
ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen I
dengan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang
berbeda. Perhitungan uji t dua pihak data post test terdapat pada lampiran 20.
54
4.1.2.4.2. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri (Uji Satu Pihak)
menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen I lebih baik dari
kelas eksperimen II. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri
Kelas Rata-rata Varians dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 78,53 108,94
Kelas eksperimen
Eksperimen II 71,78 91,60 60 2,66 1,671
I lebih baik
(Sumber: olah data hasil penelitian)
dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,671. Karena
thitung > ttabel maka H diterima yang berarti bahwa rata-rata kelas eksperimen I
lebih baik dari kelas eksperiemen II sehingga hasil belajar dengan menggunakan
uji t satu puhak kiri data post test terdapat pada lampiran 21.
thitung > ttabel yang berarti kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar
individu, sedangkan kelas eksperimen II diperoleh thitung < ttabel yang berarti kelas
55
ketuntasan belajar secara klasikal kedua kelas terdapat pada tabel 4.8.
ada 75% dari jumlah siswa yang ada dikelas tersebut yang mencapai ketuntasan
individu. Analisis ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23.
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Terdapat 4 aspek pada ranah afektif
yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa. Tiap aspek dianalisis sacara
diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk
sebesar 0,73. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 25. Nilai afektif
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.9
56
mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek yang mencapai kriteria baik, sedangkan
skor penilaian aspek afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
Keterangan :
1 = Bertanya
2 = Menyampaikan pendapat
3 = Mendengarkan
4 = Bekerjasama
57
siswa pada saat praktikum. Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai
reliabitas aspek psikomotorik terdapat pada lampiran 28. Nilai psikomotorik kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II pada tiap-tiap aspek dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
aspek lain mencapai kategori baik. Pada kelas eksperimen II, 1 aspek mencapai
kriteria sangat baik,dan 4 aspek mencapai kriteria baik. Hasil analsis penilaian
Gambar 4.2.
58
Keterangan :
1 = Persiapan
2 = Bekerjasama
3 = Kecakapan
4 = Kebersihan
5 = Membuat laporan
4.2. Pembahasan
penelitian kelas XI program studi IPA yang terdiri atas tiga kelas yaitu kelas XI
IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
(1) Perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think Pair
Share dengan model Snowball throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali
(2) Manakah yang lebih baik antara model Think Pair Share dengan model
Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA
Kesatrian 1 Semarang.
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan varians rata-rata kelas-kelas
dalam populasi (uji ANAVA) data nilai ujian akhir sekolah (UAS) semester gasal
Pada uji homogenitas diperoleh hasil χ2hitung (5,492) < χ2tabel (7,815) yang berarti
bahwa ketiga kelas anggota populasi memiliki homogenitas yang sama. Pada uji
Fhitung (1,130) < Ftabel (3,099) yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata diantara
homogenitas yang sama, serta memiliki kesamaan rata-rata yang sama itulah yang
menunjukkan bahwa ketiga kelas anggota populasi berasal dari keadaan awal
yang sama.
60
individu maupun kelompok. Dalam model TPS ini siswa diajak untuk berfikir
berdiskusi dengan teman sebangku untuk saling men-Share jawaban yang dimiliki
mampu menjelaskan di depan kelas akan diberikan reward oleh guru. Hal ini
bertujuan agar siswa lebih terpacu untuk berani menyampaikan pendapat mereka
Pada model Think Pair Share ini, guru pada awalnya menjelaskan garis
diskusikan dengan teman sebangku. Kesimpulan dari hasil diskusi yang diperoleh
lain untuk memberikan pendapat dari hasil diskusi yang telah dikemukakan
tersebut. Pada pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan post test guru memberikan
klarifikasi mengenai semua materi dan memberi kesempatan pada siswa untuk
Penerapan model TPS ini membuat siswa sangat aktif dalam bertanya,
mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari
61
siswa yang berusaha menyelesaikan soal dengan mencari berbagai sumber kajian
yang relevan selain dari materi yang telah disampaikan guru misal pada materi
hambatan, yaitu: (1) ada beberapa siswa yang kadang-kadang gaduh dan (2) siswa
Memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2)
pada setiap awal pebelajaran, dan (3) aktif mendampingi siswa dalam diskusi
dengan cara memantau secara langsung dan selalu berpindah dari satu kelompok
ke kelompok lain.
garis besar materi yang akan dipelajari. Siswa kemudian membentuk kelompok
yang telah dibuat akan diberikan kepada siswa lain dengan cara saling melempar,
62
diberikan oleh temannya. Lalu salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk
mengalamai beberapa hambatan, yaitu (1) Siswa laki-laki yang berada di belakang
kurang memperhatikan penjelasan dari kelompok yang maju di depan, dan (3)
kelompok yang maju kurang bisa mengendalikan suasana kelas. Cara yang
memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2)
memberikan nilai tambahan kepada siswa yang bertanya atau bisa menjawab
pertanyaan dari kelompok yang maju di depan , serta (3) ikut membantu
4.2.3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang diberi Model Think Pair
nilai rata-rat post test kelas eksperimen I yang diberi model TPS 78,53 dan kelas
eksperiemn II yang diberi model Snowball Throwing 71,781. Pada penelitian ini,
pencapaian rata-rata nilai post test kimia pada kelas eksperimen I yang diberi
model TPS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai post test kelas
penerapan model TPS membuat siswa lebih memahami konsep materi yang
membuat siswa dapat lebih memahami materi dan dapat menyelesaikan berbagai
jenis tipe soal. Pada penerapan model Snowball Throwing siswa diajak berdiskusi
temannya. Kebiasaan inilah yang membuat siswa harus paham terhadap konsep
tidak sepenuhnya membuat semua siswa paham terhadap konsep materi yang
diajarkan. Ada sebagian siswa terutama siswa pasif yang kurang menyukai model
Snowball Throwing ini. Mereka merasa kesulitan dan grogi untuk menjelaskan
materi di depan kelas. Hal ini menyebabkan ada sebagian dari mereka yang
kesulitan dalam menyelesaikan berbagai tipe soal. Oleh karena itu, rata-rata nilai
post test pada kelas eksperimen II yang dicapai lebih rendah daripada kelas
eksperimen I.
Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I telah mencapai KKM dan kelas
eksperimen II masih belum melampaui KKM. Namun kedua metode ini sama-
belajar siswa tahun lalu. Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I (model TPS)
lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata post test kelas eksperimen II (model
Snowball Throwing) dengan selisih nilai 6,75. Perbedaan rata-rata nilai post test
tidak terlalu jauh karena penerapan kedua metode ini sama-sama baik untuk
64
mengaktifkan siswa mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Namun, model TPS
siswa lebih aktif untuk berdiskusi dari pertanyaan yang diberikan guru dan
bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami dari pernyataan yang
diberikan guru. Siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan soal karena siswa
merasa penasaran dan bersemangat untuk menemukan jawaban. Selain itu, siswa
lebih percaya diri maju ke depan untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada
teman-temannya.
analisis data post test menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan
uji hipotesis perbedaan dua rata-rata dua pihak dan perbedaan dua rata-rata satu
pihak kiri. Data yang digunakan pada analisis tahap akhir in yaitu nilai post test.
Pada uji normalitas tahap akhir, kedua kelas berdistribusi normal dan
memiliki varians yang sama. Oleh karena itu statistika yang digunakan ialah
statistika parametrik. Pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, diperoleh
thitung = 2,567 dan ttabel = 2,00. Karena thitung > ttabel maka H ditolak yang berarti
hipotesis diterima. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas
eksprimen I dengan kelas eksperimen II. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu
pihak kiri, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,67. Karena thiung > ttabel yang berarti
eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II, dengan kata lain pembelajaran
dengan model TPS memberikan hasil belajar kimia yang lebih baik dari pada
65
model Snowball Throwing khususnya pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan.
belum mencapai ketuntasan belajar klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa model
TPS lebih baik dari model Snowball Throwing meskipun kedua-duanya juga
pembelajaran.
Penilaian siswa tidak terbatas pada aspek kognitif saja. Aspek afektif dan
psikomotorik juga dihitung dalam penelitian ini. Untuk analisis deskriptif nilai
eksperimen I terdapat 5 aspek, yaitu 2 aspek mencapai kriteria sangat baik dan 3
aspek mencapai kriteria baik. Sedangkan pada kelas eksperimen II kelima aspek
Aspek afektif siswa dan psikomotorik siswa juga dikaitkan dengan aspek
kognitif siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sebagai contoh,
maka akan diambil beberapa sampel siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
66
eksperimen II. Diambil beberapa contoh siswa, pada siswa kelas eksperimen I
absen 2, nilai kognitif siswa tersebut yaitu 76 dengan aspek afektif dan
dengan siswa yang bernomor absen sama yaitu 2, nilai kognitif siswa tersebut
sebesar 53, dengan aspek afektif dan psikomotorik siswa mencapai kriteria baik.
Sebagai contoh lagi, siswa kelas eksperimen I bernomor absen 25 mendapat nilai
sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II yang memiliki nomor absen
sama yaitu 25, didapatkan nilai kognitif sebesar 66 dengan aspek afektif mencapai
kriteriabaik , dan aspek psikomotorik mencapai kriteria cukup. Pada siswa kelas
eksperimen I dan eksperimen II yang memliki nilai kognitif sama yaitu 83, aspek
nilai kognitif, afektif dan psikomotorik dari kelas eksperimen I dan II maka dapat
dilihat bahwa kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II.
menyampaikan bahwa model TPS membuat hasil belajar kimia pada materi
pokok kelarutan dan hasil kelarutan lebih baik daripada menggunakan model
Snowball Throwing.
67
BAB 5
5.1. Simpulan
(1) Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think-Pair-
Share dengan model Snowball Throwing pada materi kelarutan dan hasil kali
(2) Hasil belajar kimia siswa yang diberi model Think-Pair-Share lebih baik
daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1
Semarang.
5.2. Saran
Share sebaiknya guru tetap memantau kegiatan siswa agar siswa tidak
67
68
mereka.
(4) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Think-Pair-Share dan
model Snowball Throwing terhadap materi pokok yang berbeda agar metode
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kalsum, S. 2009. Kimia SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Kasmadi IS dan Gatot Luhbandjono. 2008. KIMIA DASAR II. Semarang: UNNES
Press.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan. Yogjakarta:
Nuha Medika.
69
70
Soeprodjo. 2012. Hand Out Statistik untuk Pendidikan Kimia. Semarang: FMIPA
UNNES.
Sunarto, W, Woro. S, Eli.S. 2008. Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan Model
Pembelajaran Metode Think Pair Share dan Metode Ekspositori. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia. 2(1): 244-249.
71
Lampiran 2
TAHUN AJARAN
KELAS
No
XI 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013
Lampiran 3
bahan/alat
Menghitung kelarutan
suatu elektrolit yang sukar
larut berdasarkan data
harga Ksp atau sebaliknya
Menentukan konsentrasi
ion suatu larutan dari
harga Ksp-nya
Menjelaskan pengaruh
Menghitung kelarutan suatu penambahan ion senama
elektrolit yang sukar larut dalam larutan
melalui diskusi kelas Memahami hubungan
73
antara Kelarutan dan pH
suatu larutan
Menentukan pH larutan
dari harga Ksp-nya
Memahami proses
terbentuknya endapan
Memperkirakan
terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp
Menyimpulkan kelarutan
suatu garam.
74
75
Lampiran 4
Kelas / Semester : XI / 2
Pertemuan ke :1
I. Standar Kompetensi
III. Indikator
76
A.Kognitif
1. Produk
atau pengendapannya
air
2. Proses
B.Psikomotor
C.Afektif
1. Karakter/ Sikap
a) Santun
b) Jujur
c) Tanggung jawab
77
d) Disiplin
e) Toleransi
f) Gotong royong
g) Percaya diri
h) Cermat
2. Ketrampilan sosial
A.Kognitif
1. Produk
2. Proses
78
B.Psikomotor
C.Afektif
1. Karakter/ Sikap
a) Santun
b) Jujur
c) Tanggung jawab
d) Disiplin
e) Toleransi
f) Gotong royong
g) Percaya diri
h) Cermat
2. Ketrampilan sosial
V. Materi Pembelajaran
1. Kelarutan
79
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya
a. Jenis Pelarut
Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa
b. Temperatur/suhu
yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga
Konstanta kesetimbangan:
Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka
KspCaC2O4(s) = [Ca2+][C2O42-]
Ksp zat tersebut.Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi
Contoh:
Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10.
Penyelesaian:
s s s
1,8x10-10 =sxs
1,8x10-10 = s2
s =
Waktu
(Apersepsi) pelajaran
menyenangkan
tujuan pembelajaran
(Disiplin, santun )
selama diskusi.
dikerjakanoleh siswa
menit
penghargaan )
pembelajaran berlangsung
berlangsung
telah berlangsung
mengucapkan salam
84
IX. Penilaian
a) Kognitif
Prosedur : Tertulis
b) Afektif
X. Alat Evaluasi
a. Mg(OH)2 b. Ag2CrO4
3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk elektrolit
berikut:
a. Ca3(PO4)2 b. AgCl
4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali
5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter
larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar
Ba=137; F=19)
Jawaban
1.a. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut
dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk
kesetimbangan kimia.
1.b. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan
s s 2s
s 2s s
s 3s 2s
= (3s)3 x (2s)2
= 108 s5
86
s s s
=sxs
= s2
4. M Al(OH)3 =
= 5x10-4 mol/L
s s 3s
= 5x10-4 x (15x10-4)3
= 1,69 x 10-12
5. M BaF2 =
= 2x10-3 mol/L
s s 2s
= 2x10-3 x (4x10-3)2
= 3,2x10-8
Mengetahui,
NIM. 4301410057
88
Lampiran 5
Kelas / Semester : XI / 2
Pertemuan ke :1
I. Standar Kompetensi
III. Indikator
A.Kognitif
1. Produk
atau pengendapannya
air
2. Proses
B.Psikomotor
C.Afektif
1. Karakter/ Sikap
a) Santun
b) Jujur
c) Tanggung jawab
d) Disiplin
e) Toleransi
90
f) Gotong royong
g) Percaya diri
h) Cermat
i)
2. Ketrampilan sosial
A.Kognitif
1. Produk
2. Proses
91
B.Psikomotor
C.Afektif
1. Karakter/ Sikap
a) Santun
b) Jujur
c) Tanggung jawab
d) Disiplin
e) Toleransi
f) Gotong royong
g) Percaya diri
h) Cermat
i) Teliti
j) Aktif
2. Ketrampilan sosial
V. Materi Pembelajaran
1. Kelarutan
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya
a. Jenis Pelarut
Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa
b. Temperatur/suhu
yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga
Konstanta kesetimbangan:
Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka
Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi
Contoh:
Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10.
Penyelesaian:
s s s
1,8x10-10 =sxs
1,8x10-10 = s2
s =
Waktu
menyenangkan
cermat
3. Elaborasi
(Cermat,jujur,teliti )
menit.(santun, disiplin)
sekilas.
berlangsung
senama.
mengucapkan salam
IX. Penilaian
c) Kognitif
Prosedur : Tertulis
d) Afektif
X. Alat Evaluasi
b. Mg(OH)2 b. Ag2CrO4
elektrolit berikut:
b. Ca3(PO4)2 b. AgCl
4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali
5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter
larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar
Ba=137; F=19)
Jawaban
1.c. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut
dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk
kesetimbangan kimia.
1.d. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan
s s 2s
s 2s s
s 3s 2s
= (3s)3 x (2s)2
= 108 s5
s s s
=sxs
= s2
6. M Al(OH)3 =
= 5x10-4 mol/L
100
s s 3s
= 5x10-4 x (15x10-4)3
= 1,69 x 10-12
7. M BaF2 =
= 2x10-3 mol/L
s s 2s
= 2x10-3 x (4x10-3)2
= 3,2x10-8
101
Mengetahui,
NIM. 4301410057
102
Lampiran 6
No Kompetensi dasar Sub pokok Indikator soal Indkator pencapaian Jenjang soal Nomor Butir Jumlah soal
materi
C1 C2 C3 C4
4.6 Memprediksi Hasil kali a.Memahami 1.Siswa mampu √ 1
terbentuknya kelarutan pengertian tetapan memahami pengertian 10
endapan dari suatu hasil kali kelarutan tetapan hasil kali
reaksi berdasarkan kelarutan
prinsip kelarutan b.Menjelaskan 2. Siswa mampu
dan hasil kali kesetimbangan dalam Menjelaskan √ √ 2,3,4,5,6
kelarutan larutan jenuh atau kesetimbangan dalam
larutan garam yang larutan jenuh atau
sukar larut larutan garam yang
sukar larut
c. Menghubungkan 3.Siswa mampu
tetapan hasilkali Menghubungkan √ √ 7,8,9,10
kelarutan dengan tetapan hasilkali
tingkat kelarutan atau kelarutan dengan
pengendapannya tingkat kelarutan atau
pengendapannya
102
Kelarutan dalam d. Menuliskan 1.Siswa mampu 11,12
air ungkapan berbagai menuliskan ungkapan √
Ksp elektrolit yang berbagai Ksp elektrolit 10
sukar larut dalam air yang sukar larut dalam
air
3.Siswa mampu
f.Menentukan menentukan
konsentrasi ion suatu konsentrasi ion suatu
larutan dari harga Ksp- larutan dari harga Ksp- √ √ 19,20
nya nya
103
Hubungan Ksp h.Memahami 1.Siswa mampu 31 10
dan Ph hubungan antara memahami hubungan √
Kelarutan dan pH antara kelarutan dan
suatu larutan pH suatu larutan
104
94
107
Lampiran 7
dari data diatas, senyawa garam yang sukar larut dalam air adalah ...
a. AgCl
b. KCl
c. NH₄Cl
d. NaCl
e. Tidak ada
5. Larutan dikatakan tepat jenuh apabila ...
a. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar dari Ksp
b. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil dari Ksp
c. Nilai hasil kali ion-ionnya sama dengan dari Ksp
d. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar sama dengan Ksp
e. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil sama dengan Ksp
108
a. HCl 0,1 M
b. NaCl 0,1 M
c. CuCl2 0,1 M
d. BaCl2 0,1 M
e. AlCl3 0,1 M
e. 5)
Persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari reaksi diatas yaitu ...
a. [Ag+]2
b. [2Ag+] [CrO₄2-]
c. [Ag+]2 [CrO₄2-]
d. [CrO₄2-]
e. [Ag+] [CrO₄2-]
12. Diketahui data sebagai berikut
1. Ksp = [ Ca2+] [OH-]
2. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-]2
3. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-]
4. Ksp = [Ca2+] [OH-]2
Dari data di atas, penulisan Ksp yang benar untuk senyawa Ca(OH)2 yaitu ...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. Semua benar
13. Diketahui data sebagai berikut :
1. Ksp Mg(OH)2 = 4 x 10–12
2. Ksp Cr(OH)2 = 1,08 x 10–19
3. Ksp AgCl = 10–10
4. Ksp PbSO4 = 1,7 x 10–8
5. Ksp CaSO4 = 2,4 x 10–10
Dari data diatas , yang memiliki nilai kelarutan paling kecil yaitu ...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Diketahui data kelarutan sebagai berikut :
1. PbI2 = 1 x 10 -3 molL–1
2. Ag2CrO4 = 1,31 x 10-4 mol L-1
3. Mg(OH)2 = 1 x 10–2 molL–1
110
Dari data diatas , yang memiliki nilai Ksp paling kecil yaitu ...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 1 dan 4
15. Tetapan hasil kali kelarutan Ag2CrO4, PbCrO4 dan SrCrO4 adalah sama
besar pada suhu yang sama.Jika kelarutan dinyatakan dalam s , maka pada
suhu yang sama ... (15)
a. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 > s SrCrO4
b. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 = s SrCrO4
c. s Ag2CrO4 < s PbCrO4 > s SrCrO4
d. s Ag2CrO4 = s PbCrO4 < s SrCrO4
e. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 < s SrCrO4
16. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Kelarutan Ag2CrO4
tersebut dalam mol L-1 yaitu ... (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108) ( 16)
a. 1,31 x 10-5 mol L-1
b. 1,31 x 10-4 mol L-1
c. 1,31 x 10-2 mol L-1
d. 4,35 x 10-4 mol L-1
e. 4,35 x 10-5 mol L-1
17. Bila kelarutan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dalam air adalah a molL–1, maka
harga Ksp dari zat itu adalah ….
a. a2
b. 4a2
c. 27a4
d. 27a3
e. 108a5
18. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 1 x 10–2 molL–1, maka Ksp Mg(OH)2
adalah ….
a. 1 x 10–6
111
b. 2 x 10–6
c. 4 x 10–6
d. 2 x 10–4
e. 4 x 104
19. Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO42- dalam larutan
jenuh Ag2CrO4 adalah ...
a. 1 x 10-4
b. 1 x 10-3
c. 1 x 10-5
d. 5 x 10-4
e. 5 x 10-5
20. Jika konsentrasi Ca2+ dalam larutan jenuh CaF2 = 2 x 10–4 molL–1, maka hasil
kali kelarutan CaF2adalah ….
a. 8 x 10–8
b. 3,2 x 10–11
c. 1,6 x 10–11
d. 2 x 10–12
e. 4 x 10–12
21. Apabila larutan AgCl dilarutkan larutan AgNO3 , maka laruan AgCl akan ...
a. Melebur
b. Mencair
c. Mengendap
d. Melarut
e. Mengembun
Jika ke dalam kelima gelas kimia itu dilarutkan sejumlah perak kloorida
padat, maka perak klorida padat akan paling mudah larut dalam gelas kimia
bernomor.....
a. I c. III e. V
b. II d. IV
25. Dalam suatu larutan jenuh AgCl ditambahkan larutan AgNO3 maka yang
akan terjadi adalah ….
a. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin besar
b. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin kecil
c. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion Ag+
d. Penambahan AgNO3 akan memperbesar konsentrasi ion NO3-
e. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion AgCl
28. Kelarutan AgBr dalam air adalah 3 x 10–6 molL–1, maka kelarutan AgBr
dalam larutan CaBr2 0,05 M adalah ….
a. 6 x 10–9
b. 9 x 10–9
c. 9 x 10–11
d. 3 x 10–9
e. 3 x 10–5
29. Bila Ksp CaF2 = 4 x 10–11, maka kelarutan CaF2 dalam CaCl2 0,01 M adalah
….
a. 1,28 x 10–4 M
b. 2,3 x 10–5 M
c. 3,2 x 10–4 M
d. 4,3 x 10–4 M
e. 3,2 x 10–5 M
30. Jika diketahui Ksp AgCl = 10–10, maka kelarutan AgCl dalam 1 dm3larutan
KCl 0,01 M adalah ….
a. 10–2 M
b. 10–3 M
c. 10–4 M
d. 10–6 M
e. 10–8 M
31. Penambahan ion Pb2+ pada senyawa garam PbCl2 mengakibatkan ...
33. Pada kelarutan Ca(OH)2, bila larutan tersebut berada dalam suasana lebih
asam, maka...
34. Kelarutan garam dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang
berbeda dipengaruhi oleh pH. Seperti pada Kalsium Florida yang memiliki
kesetimbangan :
BaF2 (s) Ba2+ (aq) + 2F- (aq) Ksp = 3,9 x 10-11
36. Larutan jenuh dari L(OH)2 mempunyai pH = 10, Ksp dari L(OH)2 tersebut
adalah…
a. 5×10 -13
b. 2×10-12
c. 5×10-10
d. 2×10-10
e. 2×10-8
a. 8
b. 9
c. 10
d. 11
e. 12
38. Pada suhu 25 °C, Ksp Mg(OH)2 =1 x 10–11. MgCl2 yang harus ditambahkan
ke dalam 1 liter larutan NaOH dengan pH = 12 agar diperoleh larutan yang
jenuh dengan Mg(OH)2 adalah ….
a. 10–11 mol
b. 10–10 mol
c. 10–9 mol
d. 10–8 mol
e. 10–7 mol
39. Larutan jenuh senyawa hidroksida L(OH)3 mempunyai pH = 9,0; harga Ksp
senyawa ini adalah …
116
40. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 5x10-2 mol/L, maka kelarutan jenuh
Mg(OH)2 dalam air mempunyai pH sebesar ....
a. 10,3 c. 1,2 e. 3,7
b. 9,7 d. 13
41. Pembentukan endapan dapat diperkirakan dengan membandingkan antara
hasil kali kelarutan dan ...
a. Basa
b. Asam
c. pH
d. Quation reaksi
e. Konsentrasi molar
42. Reaksi antara Pb(NO3)2 dan KI akan menghasilkan ...
a. Endapan KI
b. Endapan PbI2
c. Endapan KNO3
d. Larutan KCl
e. Larutan kuning KNO3
43. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai hubungan Ksp dengan
terjadinya endapan adalah …. (43)
a. Qc > Ksp , terjadi endapan d. Qc > Ksp , tidak terjadi
endapan
b.Qc < Ksp , terjadi endapan e. Qc ≥ Ksp , tidak terjadi endapan
c. Qc = Ksp , terjadi endapan
44. Penambahan ion Ca2+ pada larutan yang mengadung ion Cl- ternyata
membentuk endapan CaCl2, ini berarti.........
a. [Ca2+][ Cl-] < Ksp d. [Ca2+] < Ksp
b. [Ca2+][ Cl-]2 > Ksp e. [Cl-] < Ksp
c. [Ca2+][ Cl-] = Ksp
117
45. Dalam suatu larutan terdapat mengandung CaCl2, BaCl2, dan CuCl2,, CdCl2,
dan MgCl2 dengan konsentrasi yang sama. Apabila larutan itu ditetesi dengan
larutan Na2CO3 , maka zat yang mula – mula mengendap adalah....
46. Jika 100 mL NaCl 0,002 M dicampurkan dengan 200 mL Pb(NO3)2 0,003 M
(ksp PbCl2 = 1 x 10 -8 ) ,maka yang terjadi adalah ...
a. 1,435 g
b. 2,87 g
c. 4,305 g
d. 5,740 g
e. 7,175 g
48. Jumlah mol NH4OH minimal hanya terdapat dalam 1 liter 0,1 M MgCl2 agar
Mg(OH)2 mulai mengendap adalah ...
A. Mn(OH)2
B. Zn(OH)2
C. Pb(OH)2
D. Zn(OH)2 dan Pb(OH)2
E. Pb(OH)2, Mn(OH)2, dan Zn(OH)2
119
KUNCI JAWABAN
1. A 11.C 21.C 31.B 41.D
JBB 7 4 4 3 1 10 4 0 4
JSA 15 15 15 15 15 15 15 15 15
JSB 15 15 15 15 15 15 15 15 15
DP 0,27 0,53 0,40 0,07 0,40 0,07 0,27 0,27 0,27
Kriteria Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup
JBA + JBB 18 16 14 7 8 21 12 4 12
Kesukaran
Tingkat
2JSA 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IK 0,60 0,53 0,47 0,23 0,27 0,70 0,40 0,13 0,40
Kriteria sedang sedang sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai
121
Rumus :
Mp Mt p
rpbis
St q
Keterangan:
n 2
t hitung rpbis
1 r2
Perhitungan :
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel
= 458
18
127
= 25,44
= 679
30
= 22,63
= 18
30
= 0,60
q = 1-p
= 1- 0,60
= 0,40
St =
= 8,70
rpbis =
= 0,396
128
thitung = 0,396
= 0,396 x 5,76134
= 2,279
Rumus:
Keterangan :
DP : Daya pembeda
Kriteria
Interval Kriteria
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no. 1, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel
1 UC-05 1 1 UC-01 1
2 UC-07 1 2 UC-03 0
3 UC-23 0 3 UC-08 1
4 UC-26 1 4 UC-10 1
5 UC-18 1 5 UC-09 1
6 UC-14 1 6 UC-06 1
7 UC-14 1 7 UC-28 1
8 UC-16 0 8 UC-06 0
9 UC-17 1 9 UC-04 1
10 UC-20 1 10 UC-11 0
11 UC-30 0 11 UC-21 0
12 UC-19 1 12 UC-02 0
13 UC-15 1 13 UC-13 0
14 UC-25 0 14 UC-22 0
15 UC-27 1 15 UC-24 0
Jumlah 11 Jumlah 7
DP =
= 0,27
Rumus :
JB A JB B
IK
JS A JS B
Keterangan :
IK : Iindeks kesukaran
Kriteria
Interval Kriteria
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor satu, selanjutnya untuk butir
soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel
1 UC-05 1 1 UC-01 1
2 UC-07 1 2 UC-03 0
3 UC-23 0 3 UC-08 1
4 UC-26 1 4 UC-10 1
5 UC-18 1 5 UC-09 1
6 UC-14 1 6 UC-06 1
7 UC-14 1 7 UC-28 1
8 UC-16 0 8 UC-06 0
9 UC-17 1 9 UC-04 1
10 UC-20 1 10 UC-11 0
11 UC-30 0 11 UC-21 0
12 UC-19 1 12 UC-02 0
13 UC-15 1 13 UC-13 0
14 UC-25 0 14 UC-22 0
15 UC-27 1 15 UC-24 0
Jumlah 11 Jumlah 7
IK =
= 0,60
Rumus :
k M(k M
r11
k -1 kVt
Keterangan :
Kriteria :
Interval Kriteria
k = 50
M = 22,63
Vt =
= 75,7656
r11 = (1-
= 0,854
XI IPA 3
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei
Rentang = 47 s = 11,71
Bnyak kelas =6 n = 32
139
( Oi -
Batas Z untuk Peluang Luas kelas
kelas Interval Ei Oi Ei)²
kelas batas kelas untuk Z untuk Z
Ei
5,7042
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
XI IPA 4
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei
Rentang = 59 s = 16,12
Bnyak kelas =6 n = 30
141
( Oi -
Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei)²
kelas Interval Ei Oi
kelas batas kelas untuk Z untuk Z
Ei
24,5 -1,93 0,473
25 - 34 34,5 -1,30 0,404 0,0689 2,0658 3 0,4225
35-44 44,5 -0,68 0,253 0,1509 4,5260 5 0,0496
45-54 54,5 -0,06 0,026 0,2276 6,8288 6 0,1006
55-64 64,5 0,56 0,211 0,1854 5,5634 6 0,0343
65-74 74,5 1,18 0,380 0,1693 5,0805 6 0,1664
75-84 84,5 1,80 0,464 0,0835 2,5048 4 0,8926
1,6660
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
XI IPA 5
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei
Rentang = 71 s = 17,90
Bnyak kelas =6 n = 30
143
( Oi -
kelas Batas Z untuk batas Peluang Luas kelas
Ei Oi Ei)²
Interval kelas kelas untuk Z untuk Z
Ei
3,4801
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Hipotesis
H : σ21 = σ 2 2 = σ2 3
Kriteria:
Penguji Hipotesis
S2 =
=
146
= 236,8
Log S2 = 2,374
Harga satuan B
= 2,374 x 89
= 211,3
= 5,492
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka populasi mempunyai varians yang sama (homogen)
147
Lampiran 16
(UJI ANAVA)
Hipotesis
Kriteria
F α(k-1)(n-k)
Pengujian Hipotesis
Jumlah Kuadrat
RY =
= 283272
148
AY =
= 283807,3 – 283272
= 535,28
= 304881
DY = JK tot – RY – AY
= 21073,71
Rata-rata 1 RY k = RY : 1 3,099
Antar Kelompok k-1 AY A = AY : (K-1) A/D
Dalam Kelompok ∑ (ni-1) DY D = DY : (∑ (ni-1))
Total ∑ ni ∑ X2
Eksperimen I Eksperimen II
No. Kode Nilai Kriteria No. Kode Nilai Kriteria
1 E1-01 80 Tuntas 1 E2-01 76 Tuntas
2 E1-02 76 Tuntas 2 E2-02 53 Tidak Tuntas
3 E1-03 63 Tidak Tuntas 3 E2-03 70 Tidak Tuntas
4 E1-04 86 Tuntas 4 E2-04 76 Tuntas
5 E1-05 76 Tuntas 5 E2-05 66 Tidak Tuntas
6 E1-06 56 Tidak Tuntas 6 E2-06 80 Tuntas
7 E1-07 93 Tuntas 7 E2-07 66 Tidak Tuntas
8 E1-08 66 Tidak Tuntas 8 E2-08 80 Tuntas
9 E1-09 90 Tuntas 9 E2-09 83 Tuntas
10 E1-10 86 Tuntas 10 E2-10 66 Tidak Tuntas
11 E1-11 86 Tuntas 11 E2-11 83 Tuntas
12 E1-12 93 Tuntas 12 E2-12 76 Tuntas
13 E1-13 66 Tidak Tuntas 13 E2-13 66 Tidak Tuntas
14 E1-14 76 Tuntas 14 E2-14 80 Tuntas
15 E1-15 83 Tuntas 15 E2-15 73 Tidak Tuntas
16 E1-16 66 Tidak Tuntas 16 E2-16 56 Tidak Tuntas
17 E1-17 83 Tuntas 17 E2-17 53 Tidak Tuntas
18 E1-18 86 Tuntas 18 E2-18 86 Tuntas
19 E1-19 83 Tuntas 19 E2-19 80 Tuntas
20 E1-20 80 Tuntas 20 E2-20 63 Tidak Tuntas
21 E1-21 76 Tuntas 21 E2-21 80 Tuntas
22 E1-22 63 Tidak Tuntas 22 E2-22 66 Tidak Tuntas
23 E1-23 86 Tuntas 23 E2-23 76 Tuntas
24 E1-24 86 Tuntas 24 E2-24 76 Tuntas
25 E1-25 83 Tuntas 25 E2-25 66 Tidak Tuntas
26 E1-26 56 Tidak Tuntas 26 E2-26 86 Tuntas
27 E1-27 90 Tuntas 27 E2-27 53 Tidak Tuntas
28 E1-28 76 Tuntas 28 E2-28 70 Tidak Tuntas
29 E1-29 80 Tuntas 29 E2-29 63 Tidak Tuntas
30 E1-30 86 Tuntas 30 E2-30 80 Tuntas
31 31 E2-31 76 Tuntas
32 32 E2-32 73 Tidak Tuntas
n 30 32
jumlah 2356 2297
rata-rata 78,533 71,781
s² 108,947 91,59577
s 10,4378 9,570568
Xmax 93 86
Xmin 56 53
rentang 37 33
log n 1,47712 1,50515
K hit 5,8745 5,966995
K 6 6
p K hit 6,16667 5,530422
pK 7 6
151
Lampiran 19
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei
Rentang = 37 s = 10,43777
Bnyak kelas =6 n = 30
152
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei
Rentang = 33 s = 9,57057
Bnyak kelas =6 n = 32
154
Z (Oi-Ei)²
Batas untuk Peluang Luas
Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas Untuk Z kelas Z Ei
kls
52,5 -2,0146 0,4780
53 - 58 58,5 -1,3877 0,4174 0,0606 1,9405 4 2,1858
59 - 64 64,5 -0,7608 0,2766 0,1408 4,5049 2 1,3928
65 - 70 70,5 -0,1339 0,0532 0,2234 7,1476 8 0,1017
71 - 76 76,5 0,4930 0,1890 0,1358 4,3444 8 3,0761
77 - 82 82,5 1,1200 0,3686 0,1796 5,7480 6 0,0110
83 88 97,5 2,6873 0,4964 0,1278 4,0884 4 0,0019
2 = 6,7693
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Hipotesis
Uji Hipotesis
F =
F =
= 1,189
v1 = n1-1 = 30-1 = 29
v2 `= n2-1 = 32-1 = 31
F 0,975(35:35) = 0,48
F 0,025(35:35) = 2,07
Karena F pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
Hipotesis
Uji Hipotesis
x1 x 2 Dimana,
t n1 1 s12 n 2 1 s22
1 1 s
s n1 n 2 2
n1 n 2
n 30 32
s =
= 9,819
t =
= 2,011
Karena t berada pada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA SATU PIHAK KIRI NILAI POST TEST
Hipotesis
H : µ1 ≥ µ2
A : µ1 < µ2
Uji Hipotesis
t
x1 x 2 n1 1 s12 n 2 1 s22
Dimana, s
1 1 n1 n 2 2
s
n1 n 2
s =
= 10,00
t =
= 2,66
-1,67 2,66
Karena t berada pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas
Hipotesis
H : µ < 75
A : µ ≥ 75
Uji Hipotesis
x 0
t
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1)
Jumlah 2356
n 30
Rata-rata 78,53
Varians (s2) 108,9471
Standart deviasi (s) 10,44
t =
=1,854
1,70 1,854
Karena t berada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil
% =
= x 100%
= 77%
belajar klasikal.
167
Lampiran `23
Hipotesis
H : µ < 75
A : µ ≥ 75
Uji Hipotesis
x 0
t
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1)
t =
168
=-1,902
-1,902 1,696
Karena t berada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil
% =
= x 100%
= 50%
RATERS
RESPONDEN ∑Xp (∑xP)2
A B C
1 24 25 24 73 5329
2 23 24 24 71 5041 VARIASI JK db MK
3 24 23 25 72 5184 JKT 147,9896 95
4 23 24 24 71 5041 JK antar rater7,270833 2
5 21 21 22 64 4096 JKs 114,6563 31 3,69859
6 22 23 23 68 4624 JKr 26,0625 62 0,42036
7 23 24 24 71 5041 r11 0,72218521
8 24 24 23 71 5041 r11 0,886345053
9 22 23 23 68 4624
10 24 24 25 73 5329
11 24 24 23 71 5041
12 23 25 25 73 5329
13 23 23 24 70 4900
14 21 22 22 65 4225
15 23 23 24 70 4900
16 21 21 22 64 4096
17 22 23 22 67 4489
18 20 21 21 62 3844
19 23 23 24 70 4900
20 21 21 20 62 3844
21 23 23 24 70 4900
22 22 23 22 67 4489
23 21 21 22 64 4096
24 21 23 22 66 4356
25 24 23 23 70 4900
26 22 24 25 71 5041
27 21 20 21 62 3844
28 23 24 24 71 5041
29 22 24 22 68 4624
30 24 23 23 70 4900
31 22 23 24 69 4761
32 22 23 22 67 4489
∑Xp 718 735 738 2191 150359
(∑xP)2 515524 540225 544644