Anda di halaman 1dari 193

KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAAN MODEL

THINK PAIR SHARE DAN SNOWBALL THROWING


MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Dini Ari Respati

4301410057

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Juli 2014

Dini Ari Respati

4301410057

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Selalu percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin

2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.

3. Optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah apapun.

PERSEMBAHAN

1. Bapak, ibu dan adek tercinta, atas doa dan

dukungan yang selalu tercurah untukku

2. Sahabat-sahabatku Mas Wahyu, mbak Musa,

Waridi, Nino, Ita, Fika, Lidia, Krisna, Ersa

Mastoni, yang selalu menyemangatiku dalam

pembuatan skripsi.

3. Teman-teman rombel 3 pendidikan kimia 2010

yang aku sayangi

4. Sahabat-sahabat Kost Fortuna, sahabat PPL serta

sahabat KKN yang aku sayangi.

5. Dan semuanya yang telah memberikan motivasi

dan menemani tiap langkah penelitian ini.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan
Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang”.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang


2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan
kemudahan dalam penelitian,
4. Drs Soeprodjo, M.S dosen pembimbing yang telah sabar memberikan
bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi,
5. Dra. Saptorini, M.Pi dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran,
6. Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan
dan saran,
7. Dra. Indriani Kuswandari dan guru mata pelajaran kimia SMA Kesatrian 1
Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,
8. Siswa-siswi kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian
ini dengan baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan
perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Juli 2014

Penulis

iv
ABSTRAK

Respati, Dini Ari. 2014. Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran
Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo,
M.S.

Kata Kunci : Komparasi, Think Pair Share, Snowball Throwing.

Kimia merupakan mata pelajaran yang masih dirasa sulit oleh kebanyakan siswa.
Diperlukan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat membuat
siswa tertarik mempelajari kimia. Hal ini tergatung dari kreativitas guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia
antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dan metode Snowball Throwing materi
pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang dan apabila ada
perbedaan, hasil belajar mana yang lebih baik diantara keduanya. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5 SMA Kesatrian 1 Semarang.
Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel
penelitian yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen I diberi metode Think Pair
Share dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing.
Penelitian dilakukan dengan memberikan materi dan jam pelajaran yang sama tetapi
dengan metode pembelajaran yang berbeda dan diakhiri dengan post test. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen I 78,53 dengan
ketuntasan klasikal 77% dan kelas eksperimen II 71,78 dengan ketuntasan klasikal 50%.
Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dihasilkan thitung (2,657) > ttabel
(2,000) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu
pihak kiri thitung (2,66) > ttabel (1,67) yang berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas
eksperimen I lebih baik dari kelas eksprimen II. Simpulan dari penelitian ini adalah ada
perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dengan
metode Snowball Throwing dan hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Think Pair
Share lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Snowball
Throwing.

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i
PERNYATAAN………………………………………………………...... ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………...... iv
PRAKATA……………………………………………………………...... v
ABSTRAK……………………………………………………………...... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...... x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xi
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………....... 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 4
1.5 Penegasan Penelitian…………………………………………… 5
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....……… 7
2.2 Hasil Penelitian Terkait............................................................... 17
2.3 Kerangka Berfikir……………………………………………… 19
2.4 Hipotesis………………..………………………….................... 21
3. METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian……………………………………………….. 22
3.2 Variabel Penelitian……………………………………............... 23
3.3 Desain Penelitian……………………………………………..... 24
3.4 Instrumen Penelitian …………………………………….......... 25

vi
3.5 Analisis Instrumen Penelitian…………………………………. 27
3.6 Analisis Lembar Observasi……………………………………. 35
3.7 Metode Pengumpulan Data…………………………………... 37
3.8 Analisis Data........................................................................ 37
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………. 49
4.2 Pembahasan…………………………………………………….. 58
5. PENUTUP
5.1 Simpulan……………………………………………………....... 67
5.2 Saran…………………………………………………………..... 67
6. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 69
7. LAMPIRAN………………………………………………………... 71

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian…………………………………………………... 23
3.2 Hasil Analisis Validitas Soal ……………………………………… 28
3.3 Klasifikasi Daya Beda Soal Uji Coba.…………………………...... 29
3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba..………...........…...... 30
3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...................................................... 31
3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ….……….... 32
3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba ……………………………..... 33
3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal........................................................... 34
3.9 Transformasi Nilai Soal Uji Coba Post Tes………………………. 34
3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif ……...…………..………......... 35
3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik…….………………......... 36
3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur …………...….………………....... 39
4.1 Data Awal Populasi ………….…………………………………... 49
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal …….......……………................. 49
4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test ………………. 51
4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ………………. 52
4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test..... 53
4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri..................... 53
4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu...................... 54
4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal...…………..... 54
4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II...........….…….……..….. 55
4.10 Hasil Nilai Psikomotorik ………………….…................................ 57

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir………………………………………………... 20
4.1 Penilaian Afektif Siswa……………………………………......... 56
4.2 Penilaian Psikomotorik Siswa…..……………………………...... 58

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Nilai UAS 5 Tahun …………………………………………....... 71
2. Daftar Nama Siswa......................................................................... 72
3. Silabus…………………………………………............................ 73
4. RPP Kelas Eksperimen I…………………………....................... 75
5. RPP Kelas Eksperimen II...............................………………….. 88
6. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...................................................………. 102
7. Soal Uji Coba……………………………………….................... 105
8. Analisis Soal Uji Coba………...………………………………... 118
9. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...…………………......... 123
10. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba …………………..... 127
11. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ……………….... 129
12. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ….................................. 131
13. Daftar Nilai UAS Siswa …………………………….................. 133
14. Uji Normalitas Data Tahap Awal ………................................... 134
15. Uji Homogenitas...…………………………............................... 140
16. Uji Kesamaan Rata-rata.............................................................. 142
17. Daftar Nilai Post test…………..…………………...................... 145
18. Uji Normalitas Tahap Akhir..................……………...……...…. 146
19. Uji Kesamaan Dua varian……………………………….............. 150
20. Uji Perbedaan Rata-Rata Dua Pihak………..………………….... 152
21. Uji Perbedaan Satu Pihak Kiri...………….................................... 155
22. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen I…….……………...... 157
23. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen II …………................ 159
24. Pedoman Penilaian Aspek Afektif…….……………………….. 161
25. Reliabilitas Aspek Afektif………………………......................... 163
26. Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…..................... 164
27. Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik............................……... 166
28. Reliabilitas Aspek Psikomotorik.................................................... 168

x
29. Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…...................... 169

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting

untuk menunjang sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya

pendidikan yang berkualitas maka dapat membentuk generasi yang mampu

bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Namun masih banyak ditemui

pembelajaran yang bersifat pasif learning. Pasif learning adalah keadaan

ketika para siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru dan

guru sebagai pusatnya. Penyebabnya yaitu guru hanya menerangkan tidak

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir. Pembelajaran seperti ini

dirasakan sangat membosankan dan tidak menarik minat peserta didik. Hal ini

menjelaskan bagaimana seorang peserta didik tidak dapat menyerap

pembelajaran secara maksimal sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi

hasil belajar dari peserta didik tersebut. Tujuan dari pendidikan adalah

membangun karakter suatu bangsa, apabila pendidikan masih saja bersifat

pasif learning, maka akan berpengaruh terhadap karakter dari bangsa

Indonesia sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha baik dari pemerintah

maupun dari pendidik untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam

sistem pembelajaran. Usaha tersebut diharapkan dapat membawa dampak

yang lebih baik dalam sistem pendidikan di Indonesia.

1
2

Kimia merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa.

Dikarenakan mereka masih kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran

tersebut. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran kimia yang menyenangkan

dan melibatkan peserta didik untuk1ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga

diperlukan dukungan penuh dari pendidik untuk memfasilitasi peserta didik

pada proses pembelajaran. Ditunjang dengan metode-metode pembelajaran

kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran

kimia tersebut.

Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil

kali kelarutan” sebagai materi yang akan digunakan untuk melakukan

penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan

meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran

2008/2009 sampai 2012/2013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA

di SMA KESATRIAN 1 masih kurang dari nilai ketuntasan minimal (KKM).

Pada tahun ajaran 2008/2009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1

(52,45), IPA 2 (54,74), IPA 3 ( 58,70), dan IPA 4 (55,21) dengan KKM 62

yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun

2009/2010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (54,78), IPA 2 (

51,86), IPA 3 ( 57,38), dan IPA 4 (49,73) sedangkan KKM pada tahun

tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas.

Kemudian pada tahun 2010/2011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1

(60,76), IPA 2 (62,90), IPA 3 (56,48), IPA 4 (61,69), IPA 5 (60,40), IPA 6

(60,68), dan IPA 7 (59,10) dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata
3

keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 2011/2012 yaitu 70

dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 (60,20), IPA 2 (61), IPA

3 (67,10), IPA 4 (58,73), IPA 5 (57), dan IPA 6 (57,70) yang berarti seluruh

kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 2012/2013 terdapat empat

kelas dengan rata-rata IPA 1 (61,30), IPA 2 (60,30), IPA 3 (61,80), dan IPA 4

(62,50) dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum

tuntas. Disamping itu juga, pembelajaran kimia di SMA KESATRIAN 1

Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya

apabila belum mengerti.

Dari penjabaran diatas, dapat dinyatakan bahwa siswa masih merasa

kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga

masih perlu pembelajaran yang tidak menegangkan, dan berakibat hasil

belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu

diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan mampu melaksanakan

metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkatkan pemahaman siswa

yang tentunya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari pemaparan diatas, maka model pembelajaran yang akan diterapkan

oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah

model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran kooperatif ini dinilai

sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah, model tersebut

yaitu TPS ( Think Pair Share) dan Snowball Throwing.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk membandingkan

antara model TPS dengan model Snowball Throwing. Oleh karena itu peneliti
4

mengambil judul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Model

Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA KESATRIAN 1

SEMARANG.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model

TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil

kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?

(2) Jika ada perbedaan, manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model

TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil

kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi

model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan

dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.

(2) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model

TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil

kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:


5

(1) Bagi Siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

b. Meningkatkan hasil belajar siswa

c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

d. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar kimia lebih giat

e. Meningkatkan pemahaman tentang konsep kimia dan kemampuan

menyelesaikan soal pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

(2) Bagi Guru

a. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih

metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam

membuat suatu metode pembelajaran supaya menjadi lebih efektif dan

menarik dari sebelumnya.

(3) Manfaat bagi peneliti

a. Sarana latihan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam

proses pembelajaran kimia di SMA

b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian pendidikan secara

langsung di sekolah.

1.5 Penegasan Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah maka

perlu dilakukan batasan- batasan sebagai berikut :

1) Hasil Belajar
6

Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2009:85).

2) Model Think Pair Share (TPS)

TPS merupakan suatu model yang menekankan gagasan tentang

waktu”tunggu atau berfikir” (wait or think time) pada elemen interaksi

pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh

dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Siswa dituntut

untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri kemudian mendiskusikan

masalah tersebut dengan teman sebangku, dan permasalahan tersebut di di

persentasikan di depan kelas (Miftahul Huda, 2013:206) .

3) Model Snowball Throwing

Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang melatih siswa

untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan

pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya. Pada pembelajaran ini,

siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing masing kelompok

diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian

masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang

dibentuk seeperti bola lalu dilemparkan kepada siswa lain untuk

dikerjakan oleh masing-masing siswa kemudian di diskusikan secara

berkelompok.

4) Siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang

Dalam hal ini peneliti menggunakan siswa kelas XI semester 2 SMA

Kesatrian 1 Semarang sebagai objek penelitian.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki

kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga

dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna

yang dilakukan oleh individu (Benny. A Pribadi ,2009 : 6).

Melengkapi pandangan tentang belajar seperti yang dikemukakan di atas,

Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan mennemukakan pengertian belajar

sebagai “... perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku

seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Definisi belajar yang

diungkapkan oleh Meyer dalam Smith dan Ragan (2002) mencakup beberapa

konsep penting yang meliputi :

1. Durasi perubahan perilaku bersifat relatif permanen,

2. Perubahan terjadi pada struktur dan isi pengetahuan orang yang

belajar,dan

3. Penyebab terjadinya perubahan pengetahuan dab perilaku adalah

pengalaman yang dialami oleh siswa,bukan pertumbuhan atau

perkembangan.Proses belajar dapat berlangsung baik dalam situs

formal maupun situs informal (Benny.A.Pribadi, 2009:8).

7
8

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta

didikan,perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah

melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik (Rifa’i &

Anni ,2010:85).

Benyamin S. Bloom dalam Rifa’i & Anni (2010:86) menyampaikan tiga

taksonomi yang disebut dengan ranah belajar,yaitu :

1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup

kategori pengetahuan ,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

2. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.

Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan,

penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola

hidup.

3. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti

keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi

syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena sering

kali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.


9

2.1.3 Model TPS

Model Think Pair Share yaitu model pembelajaran yang dikembangkan

Frank Lyman. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan model ini adalah optimalisasi

partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada

siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain

(Isjoni, 2011:112).

Menurut Miftahul Huda (2011:136) model TPS sebaiknya dilakukan dengan

mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut :

1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok.Setiap kelompok terdiri

dari empat anggota/siswa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok

3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap

pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-

masing untuk menshare hasil diskusinya.

2.1.4 Model Snowball Throwing

Metode pembelajaran Snowball Throwing ( ST ) atau yang juga sering

dikenal dengan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama

kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul

orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan


10

melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab

soal dari guru (Miftahul Huda,2013:226).

Model ini digunakan untuk melatih konsep pemahaman materi yang sulit

kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Model pembelajaran

ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan

menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya (Miftahul Huda,

2013:226).

Sintaks langkah-langkah metode pembelajaran Snowball Throwing menurut

Santoso (2011:114) yaitu:

1) Guru menyampaikan materi yang disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-

masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-

masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,

untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi

yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15

menit.
11

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

tersebut bergantian

7) Evaluasi dan penutup

2.1.5 Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

2.1.5.1 Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kelarutan (solubility) suatu zat adalah jumlah maksimum (mol atau gram)

zat yang dapat larut dalam volum pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga

membentuk kesetimbangan larutan. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol L-1

atau M, dapat dirumuskan:

Keterangan:
s = kelarutan (mol/Liter)
n = jumlah mol
v = volume larutan (mL)
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Ksp disebut sebagai konstanta hasil kelarutan (solubility product constant)

yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-

masing. Ksp senyawa CaF2 dan Al(OH)3 ialah:

CaF2 (s) Ca2+(aq) + 2F-(aq)


Ksp CaF2 = [Ca2+] [F-]2
Al(OH)3 (s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)
12

Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3


Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan

mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan)

sampai keadaan tepat jenuh. Kemampuan pelarut telah maksimum untuk

melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit

akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat

kelarutan sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk

menghitung massa yang terlarut.

2.1.5.2 Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Perhitungan yang mellibatkan Ksp dapat dikelompokkan menjadi 3

kategori,yaitu:

a. Perhitungan Ksp dari data kelarutan

b. Perhitungan kelarutan dari Ksp

c. Masalah terjadinya pengendapan

Untuk padatan AxBy yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion

hasil disosiasinya dalam larutan jenuh, berlaku:

Ax By (s) xAy+(aq) + yBx-(aq)

Kelarutan lM xlM ylM

Ksp = (Ay+)x . (Bx-)y

= (x l )x . (y l )y

= xx . yy . l (x+y)

l = ………………….(1)

Contoh :
13

l AgCl =

l Mg(OH)2 =

Persamaan (1) menggambarkan hubungan kelarutan dan hasil kali

kelarutan Ksp. Bila kelarutan ada datanya, maka Ksp dapat ditentukan. Sebaliknya

jika harga Ksp diketahui, maka kelarutannya dapat ditentukan.

Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y

Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp , maka AxBy belum mengendap

Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp , maka larutan mencapai jenuh

Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp , maka larutan AxBy lewat jenuh atau telah terjadi

endapan AxBy

(Kasmadi, 2008: 20)

2.1.5.3 Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan

Jika suatu garam diartikan ke dalam larutan yang telah berisi salah satu

ion garam tersebut, maka kelarutan garam lebih kecil daripada kelarutannya dalam

air murni. AgCl lebih sukar larut di dalam larutan NaCl daripada di dalam air.

Berkurangnya kelarutan AgCl tersebut karena adanya pengaruh ion sejenis (Cl-).

Akibat adanya ion sejenis dengan mudah dapat diketahui prinsip Le

Chathelier. Seandainya padatan AgCl dilarutkan di dalam air murni, maka terjadi

kesetimbangan sebagai berikut :

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Jika larutan garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan

AgCl, maka (Cl-) dalam larutan akan bertambah dan mengakibatkan


14

kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan AgCl mengendap. Dengan

perkataan lain AgCl lebih sedikit larut di dalam larutan NaCl daripada air.

Contoh:

Berapa kelarutan molar AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl ?

Ksp = (Ag+) (Cl-) = 1,7 . 10-10

Sebelum AgCl larut, telah ada (Cl-) sebanyak 0,010 M. karena NaCl

mengalami disosiasi total. Adanya (Na) dapat diabaikan karena (Na+) tidak

terlibat dalam sistem kesetimbangan:

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Mula-mula 0 0,010 M

Perubahan xM xM

Kesetimbangan xM 0,010+xM

Harga 0,010 + x ≈ 0,010 (Karena nilai x dianggap sangat kecil)

Maka (x) (0,010) = 1,7 . 10-10

x = 1,7 . 10-8

Jadi kelarutan AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl adalah sebesar 1,7.10-8

M.

(Kasmadi, 2008: 21)


15

2.1.5.4 Pengaruh pH Terhadap kelarutan

Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai

jenis zat. Suatu basa selalu lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam,

dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam

yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat

asam kuat.

2.1.5.4.1. pH dan Kelarutan Basa

Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa lebih sukar larut dalam larutan

yang bersifat basa daripada dalam larutan netral.

2.1.5.4.2. pH dan Kelarutan Garam

Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan

HCl. Fakta ini diterapkan sebagai berikut:

Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan berikut:

CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO32-(aq)

Jika pH larutan kita perkecil dengan menambahkan asam, maka H+ dari

asam akan mengikat ion karbonat membentuk ion HCO3-.

CO32-(aq) + H+(aq) HCO3-(aq)

Berdasarkan azas Le Chatelier, pengurangan [CO32-] mengakibatkan

kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada

reaksi tersebut penurunan pH akan menambah kelarutan (Kalsum, 2009: 242).

2.1.5.5 Reaksi Pengendapan

Sebagaimana telah diketahui ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil

kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan


16

konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi secara umum, apakah keadaan

suatu larutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, dapat ditentukan

dengan mencari nilai Qc-nya dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Qc < Ksp larutan belum jenuh

Jika Qc = Ksp larutan tepat jenuh

Jika Qc > Ksp lewat jenuh (Purba, 2006: 149)

2.1.5.6 Kegunaan Ksp dalam kehidupan sehari-hari

a. Pembuatan pasta gigi

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

termasuk bagian pH terhadap kelarutan. Menyikat gigi dengan pasta gigi

yang mengandung fluorida (F-) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit

menjadi fluoroapatit. Senyawa fluoroapatit, Ca5(PO4)3F(s) memiliki

Ksp 3,16×10-60, dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil

dari harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan

pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion F-

sehingga membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam

suasana asam dibandingkan dengan hidroksiapatit.

b. Menghilangkan kesadahan air

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

termasuk bagian pengaruh penambahan ion senama. Karena untuk

menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah

dengan menambahkan ion senama.

c. Digunakan untuk mendeteksi sidik jari seseorang


17

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

termasuk bagian kelarutan. Sewaktu tangan memegang suatu benda,

salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl

yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan

larutan AgNO3. AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk

endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan

Cl- nya telah melebihi harga Ksp AgCl. Di bawah sinar, endapan

AgCl putih ini akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna

hitam. Endapan ini akan menampilkan sidik jari.

d. Pembentukan batu karang

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

termasuk bagian reaksi pengendapan. Batu karang berasal dari senyawa

CaCO3. Pembentukan CaCO3 berawal dari karbondioksida yang berada

di atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat.

Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka

asam karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi dengan

ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu

karang.

2.2. Hasil Penelitian terkait

Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul Reforming Mathematic

Through The Concept Of Cooperative Learning By Using The Technique Think-

Pair-Share Focusing On Cube And Cuboid To Improve The Study Result And

Activity Of Students From Banyubiru 1 State Middle School Class Of Viiie In


18

Semarang District On Their Second Semester Year Of 2010/2011 yang

dilaksanakan oleh Evi Suharyanti, Theofelus Galih S., Margi Rahayu,

Kriswandani. Peneliti melakukan penelitian dengan tiga kali siklus dimana dari

ketiga siklus itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan

metode TPS membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Dan

memacu keaktifan siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat.

Jurnal yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share dengan Metode Praktikum dalam Pembelajaran IPA Fisika

Kelas VIII B SMPN 7 JEMBER Tahun Pelajaran 2012/2013 dilakukan oleh

Ismil Ridayatun Winayah, Sudarti, Nuriman pada tahun ajaran 2012/2013. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus untuk mengetahui keefektifan

metode TPS. Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa selama

pembelajaran dari pra siklus sampai siklus 2 yaitu aktivitas memperhatikan

penjelasan dari pra siklus sampai siklus 1 mengalami peningkatan sebesar

37,18%, dari siklus 1 sampai siklus 2 sebesar 5,12%. Dimana dalam

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa menjadi lebih aktif

dalam pembelajaran khususnya dalam memecahkan masalah, aktif dalam diskusi

kelompok kelompok kecil, serta mampu membuktikan sendiri teori yang ada

dengan melakukan praktikum.

Jurnal lain yang berjudul Pengaruh Penerapan Pembelajaran Snowball

Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab. Gowa
19

(Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon) dilakukan oleh

Muhaedah Rasyid & Sumiati Side tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan

model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh positif terhadap hasil

belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa pada materi

pokok senyawa Hidrokarbon. Walaupun demikian masih ada beberapa aktifitas

siswa yang masih kurang. Seperti ketika ketua kelompok memberikan

penjelasan kepada masing-masing siswa, masih ada beberapa siswa yang kurang

mengerti penjelasan dari ketua kelompok.

2.3. Kerangka Berfikir

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dimana pada kenyataannya

siswa masih merasa kesulitan dengan materi kimia, khususnya materi kelarutan

dan hasil kelarutan yang telah dibuktikan dengan data hasil belajar siswa lima

tahun terakhir. Dan beberapa faktor misalkan cara mengajar guru, metode

pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh

kurang optimal.

Dengan demikian peneliti menawarkan dua metode yang dapat membantu

siswa untuk mendalami materi kimia, khususnya kelarutan dan hasil kelarutan.

Dua metode tersebut yaitu Think-Pair-Share dan Snowball Throwing yang akan

dibandingkan untuk mengetahui metode mana yang paling efektif digunakan

pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.


20

Hasil belajar kimia Pembelajaran kimia Siswa yang masih


materi Ksp masih yang cenderung masih tegang pada proses
rendah teacher centered, siswa pembelajaran
pasif

Nilai ketuntasan materi Ksp lima tahun


terakhir masih kurang dari KKM

Dilakukan penelitian untuk meningkatkan


hasil belajar kimia materi Ksp dengan
menggunakan dua metode pembelajaran

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Pembelajaran dengan metode Pembelajaran dengan metode


TPS Snowball Throwing

Hasil Belajar

Dibandingkan

Uji Hipotesis

Kesimpulan

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir


21

2.4. Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis bahwa:

1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS

dengan hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing

materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Hasil belajar kimia siswa yang diberi model TPS lebih baik daripada hasil

belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok

kelarutan dan hasil kali kelarutan.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2006:215).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kesatrian 1

Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

3.1.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster

random sampling. Teknik cluster random sampling ini merupakan teknik

pengambilan sampel dimana populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok

atau cluster, kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Syarat

diijinkannya penggunaan teknik cluster random sampling yaitu memiliki kualitas

yang sama pada masing-masing kelas dalam populasi dimana kualitas yang sama

adalah memiliki homogenitas yang sama dan rata-rata yang sama. Dalam

penelitian ini diambil dua kelas anggota populasi sebagai sampel.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

(1) Variabel Bebas

23
24

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan

metode TPS dan metode Snowball Throwing.

(2) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar siswa. Data hasil

belajar diperoleh melalui tes tertulis di akhir proses pembelajaran.

(3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru yang sama,

materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian

komparasi. Penelitian komparasi bersifat membandingkan harga parameter

tertentu dari dua atau lebih sampel. Dalam penelitian ini yang dibandingkan

adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda.

Penelitian ini menggunakan desain post test only control design yaitu

desain penelitian dengan hanya melihat nilai post test antara kelompok

eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Desain penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Perlakuan Tes Akhir

E1 P1 T

E2 P2 T

Keterangan:
25

E1 : Kelas eksperimen I

E2 : Kelas eksperimen II

P1 : Pembelajaran dengan metode TPS

P2 : Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing

T : Tes akhir

3.4 Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan meliputi(1)

silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) lembar pengamatan

aspek afektif, (4) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (5) tes hasil belajar

kognitif.

3.4.1 Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP.

Silabus untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara terperinci.

3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan

bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II.

3.4.3 Lembar Pengamatan Aspek Afektif

Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai

tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.Pengamatan

aspek afektif ini dilakukan oleh tiga observer. Dalam penelitian ini ditetapkan

rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat).

Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan.
26

Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah,

yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi

skor tertinggi, yaitu 4.

3.4.4 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik

Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan

menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses

pembelajaran saat praktikum. Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum

pada kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini

ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu)

sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran sama dengan penskoran pada

lembar pengamatan afektif.

3.4.5 Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan

menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif

(pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas

soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan

pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan) dan C4 (jenjang

kemampuan analisis). Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes

90 menit.

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu:

(1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.

Jumlah butir soal yang diuji cobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.
27

(2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk

pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat.

(3) Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes

yang akan diuji cobakan terdiri atas 50 butir soal yaitu:

a. Aspek pengetahuan (C1) terdiri atas 8 soal = 16 %

b. Aspek pemahaman (C2) terdiri atas 25 soal = 50 %

c. Aspek penerapan (C3) terdiri atas 16 soal = 32 %

d. Aspek penerapan (C4) terdiri atas 1 soal = 2%

(4) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal

(5) Menyusun butir-butir soal

(6) Mengujicobakan soal

(7) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat

kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.

3.5 Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini

akan diuji cobakan di kelas XII SMA Kesatrian 1 Semarang karena siswa di kelas

tersebut telah mendapatkan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan

dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diuji cobakan sudah

memenuhi syarat tes yang baik atau belum.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) validitas,

(2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran, dan (4) reliabilitas.


28

3.5.1 Validitas

Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu

validitas isi soal dan validitas butir soal.

(1) Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah

disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun

kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan

dengan guru pengampu dan dosen penguji.

(2) Validitas Butir Soal

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point

biserial yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

rp bis = koefisien korelasi point biserial

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal

q = proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p

Mp = rata-rata skor siswa menjawab benar pada butir soal

Mt = rata-rata skor seluruh siswa

St = standar deviasi skor total

(Arikunto, 2007: 78-79)

Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikansi

(thitung) dengan rumus:


29

(Sudjana, 2005: 380)

Dengan taraf signifikansi 5%, jika thitung>t(1- α) dengan dk (n-2) dan n

jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid.

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA

SMA Kesatrian 1 Semarang diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang

diuji cobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf

kepercayaan 95% (฀ =5%) dan dk = 30-2 = 28 diperoleh ttabel = 1,701 dan

thitung = 2,279, tampak dari perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka butir soal nomor

1 valid. Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal


Kriteria Nomor Soal Jumlah %

Valid 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 32 64%

24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40,

41, 42, 43, 46, 47, 48

Tidak 4, 6, 8,12, 13, 17, 19, 21, 22, 26, 29, 33, 35, 38, 17 36%

valid 44, 45, 49, 50

Jumlah 50 100%

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.


30

3.5.2 Daya Pembeda

Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan

dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DB : daya beda

BA : banyaknya jawaban benar kelompok atas

BB : banyaknya jawaban benar kelompok bawah

JA : banyaknya siswa kelompok atas

JB : banyaknya siswa kelompok bawah

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya

bedanya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal


Interval Kriteria

DP 0,00 Sangat jelek (very poor)

0,00< DP 0,20 Jelek (poor)

0,20< DP 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40< DP 0,70 Baik (good)

0,70< DP 1,00 Sangat baik (excellent)

(Arikunto 2007: 218)


31

Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah cukup, baik dan sangat

baik.

Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup,

baik, dan sangat baik dapat dilihat pada tabel 3.4. Perhitungan daya beda soal uji

coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10.

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba


Kriteria Daya Jumlah
Nomor Soal
Beda Butir Soal

Sangat jelek - 0

Jelek 4, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 29, 33, 35, 38,
15
44, 49, 50

Cukup 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 25, 26,


19
32, 36, 40, 41, 42, 45

Baik 2, 11, 20, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 43 11

Sangat baik 24, 39, 46, 47, 48 5

Jumlah 50

(Sumber: olah data hasil penelitian)

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit.Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan

adalah:

IK =
32

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar

Js = Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal


Interval Kriteria

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

(Arikunto, 2007: 210)

Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang,

mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada tabel 3.6. Perhitungan tingkat

kesukaran soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba

Kriteria Tingkat Jumlah


Nomor Soal
Kesukaran Butir Soal
Sangat sukar -
Sukar 4, 5, 8, 14, 15, 16, 17, 29, 32, 33, 35, 36,
18
38, 40, 41, 42, 49, 50
Sedang 1, 2, 3, 6, 7,9, 10, 12, 13, 18, 20, 24, 27,
24
28, 30, 31, 34, 37, 39,43, 44, 46, 47, 48
Mudah 11, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 45 8
Sangat mudah -
Jumlah 50

(sumber: olah data hasil penelitian)


33

3.5.4 Reliabilitas

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila

memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan

dengan rumus:

Jika r11> rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel

Keterangan:

r11 = reliabilitas soal

M = rata-rata skor total

k = banyaknya butir soal

Vt = varians skor total (Arikunto, 2007:101)

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen

berdasarkan reliabilitasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba


Interval Kriteria

r ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi


34

Dari hasil analisis data, didapatkan reliabilitas soal uji coba sebesar

0,854, sehingga apabila dilihat dari tabel kriteria soal uji coba, soal uji

coba tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dipakai.

3.5.5 Hasil Analisis Soal Uji Coba

Soal-soal yang telah diujicobakan dan dianalisis tersebut dipakai sebagai

soal post test jika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai

daya pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal

tersebut “reliabel”. Dari analisis uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 32

butir dan 30 butir soal dipakai sebagai soal post test dengan komposisi jenjang

sebagai berikut.

Aspek pengetahuan (C1) sebanyak 8 soal = 27%

Apek pemahaman (C2) sebnyak 15 soal = 50%

Aspek penerapan (C3) sebanyak 7 soal = 23%

Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal


Kriteria Nomor Soal

Soal layak 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30,

pakai 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 (32 soal)

1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 30, 31,
Soal dipakai
32, 34, 36, 39,40,41, 42, 43, 46, 47, 48 (30 soal)

(Sumber: olah data hasil penelitian)


35

3.5.6 Transformasi Soal

Soal yang dipilih sebagai alat ukut aspek kognitif siswa ditransformasikan

ke dalam urutan nomor soal yang baru dan akan dipergunakan sebagai soal post

test. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal post test siswa dimuat pada

tabel 3.8.

Tabel 3.9 Transformasi Nomer Soal Uji Coba Soal Post test
soal uji coba 1 2 3 5 7 9 10 11 14 15 16 18 20 23 24

soal post test 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

soal uji coba 25 27 30 31 32 34 36 39 40 41 42 43 46 47 48

soal post test 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

(Sumber: olah data hasil penelitian)

3.6 Analisis Lembar Observasi

3.6.1 Validitas Lembar Observasi

Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi

afektif dan psikomotorik. Pengujian validitas instrumen lembar observasi yaitu

dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008: 352).

3.6.2 Reliabilitas Lembar Observasi

Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus intereters

reliability :
36

(Mardapi, 2012: 88 – 89)

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

Vp = varian person

Ve = varian error

K = jumlah observer

Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. Kategori untuk nilai

afektif disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif


Jumlah skor Kriteria

13 – 16 Sangat baik

10 – 12 Baik

7–9 Cukup

4–6 Kurang

Tabel 3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik


Jumlah skor Kriteria

21 – 25 Sangat baik

16 – 20 Baik

11 – 15 Cukup

5 – 10 Kurang
37

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Metode Dokumentasi

Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA

dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA

Kesatrian 1 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis

tahap awal.

3.7.2 Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif

dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok eksperimen I

dan eksperimen II dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam

lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan

untuk mengukur kedua aspek hasil belajar.

3.7.3 Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang

diberi model TPS dan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan

hasil kali kelarutan. Metode tes yang digunakan yaitu post test. Perangkat tes yang

digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Data Tahap awal


38

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi.

Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas,

dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi.

3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai

statistik parametrik atau non parametrik.Rumus yang digunakan dalam uji

normalitas adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

2 2
H diterima jika hitung (1 ) ( k 3) dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273).

3.8.1.2 Uji Homogenitas Populasi

Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua

kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama dan memiliki

rata-rata yang sama. Oleh Karena itu sebelum teknik cluster random sampling
39

digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan rata-

rata.Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai

berikut:

2 2
(ln 10)[B (ni 1) log S i ]

Keterangan:

Si2 = variansi masing-masing kelas

S = variansi gabungan

ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas

B = koefisien Bartlett

χ2 = harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana 2006: 263)

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (฀12 = ฀22 = ... = ฀n2)

H diterima jika ฀2hitung<฀2tabel (1-฀ )(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti

varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama).

Untuk nilai selain itu tolak H.

3.8.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas

dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:


40

H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn)

A : terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (μ1 ≠ μ2 =….=μn)

Pengujiannya dilakukan dengan uji F menggunakan bantuan tabel F

dengan analisis varians sebagai berikut:

Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur


Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1

Antar kelompok k-1 Ay A = Ay / (k-1)

Dalam kelompok ∑(ni-1) Dy D = Dy / ∑(ni-1)

Total ∑ni ∑Y2 - -

Keterangan:

(1) Ry = jumlah kuadrat rata-rata

(2) Ay = jumlah kuadrat antar kelompok

(3) JKtot = jumlah kuadrat total

(4) Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompokDy = Jktot – RY – AY

(5) R = Kuadrat tengah ratarata

(6) A = Kuadrat tengah antar kelompok

(7) D = Kuadrat tengah dalam kelompok


41

Kriteria pengujiannya adalah H diterima jika Fhitung< Ftabel฀ (k-1) (n-k).

3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian

diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan

untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau

non parametrik. Hipotesis yang diajukan:

H : data berdistribusi normal

A : data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas data akhir menggunakan rumus, langkah-langkah, dan

kriteria pengujian sama seperti uji normalitas pada analisis data tahap awal.

3.8.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai tingkat varians yang sama

(homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk

menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.

Pasangan hipotesis yang akan diuji:

H: A:

Keterangan:

= varians kelas eksperimen I


42

= varians kelas eksperimen II

Rumus yang digunakan adalah:

(Soeprodjo, 2012:67)

Kriteria pengujian ialah H diterima jika harga F0,975(v1;v2)<F < F0,025(v1;v2)

(dengan derajat kebebasan v1 = n1-1 dan v2 = n2-1 yang berarti varians data

kelompok eksperimen I sama dengan varians data kelompok II sehingga rumus

yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah rumus t. Untuk nilai

selain itu H ditolak.

3.8.2.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-

rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri. Data yang

digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (post test) antara kelas eksperimen I

dengan kelas eksperimen II.

3.8.2.3.1 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II.

Pasangan hipotesis yang diajukan:

H:

A:
43

: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen I

: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen II

(Sugiyono, 2006: 118)

Pengajuan hipotesis:

(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:

Dengan , dk = n1 + n2 - 2

Keterangan:

1 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen I

2 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen II

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I

n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II

= varians data kelompok eksperimen I

= varians data kelompok eksperimen II

= varians gabungan (Sudjana, 2006:239)

Kriteria pengujian sebagai berikut:

H diterima apabila– t(1-1/2α)(n1 +n2-2)< thitung< t(1-1/2α)(n1 +n2-2) (taraf signifikan

5%). Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara

kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Untuk nilai

selain itu tolak H.


44

(2) Jika varians kedua kelompok berbeda (S12 S22), maka rumus uji t yang

digunakan adalah:

(Sudjana, 2006: 241)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H diterima jika

dengan

Keterangan:

= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I

= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I

n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II

S1 = simpangan baku kelompok eksperimen I

S2 = simpangan baku kelompok eksperimen II

S = simpangan baku gabungan

Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I tidak

lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II. Untuk nilai

selain itu H ditolak.


45

3.8.2.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen I

lebih baik dari pada kelas eksperimen II. Tahapan uji ini sama dengan uji

perbedaan dua rata-rata dua pihak, yang berbeda adalah hipotesis yang digunakan

yaitu sebagai berikut:

H :µ 1 ≥ µ2 A : µ 1< µ 2 (Soeprodjo, 2012:69-70)

(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus

uji t yang digunakan adalah:

Dengan

Keterangan:

1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen I

2 = nilai rata-rata kelompok eksperimen II

n1 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen I

n2 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen II

= varians data pada kelompok eksperimen I

= varians data pada kelompok eksperimen II

= varians gabungan (Soeprodjo, 2012:70-71)

Kriteria pengujiannya adalah terima H jika t ≥ -t1-α(taraf signifikan 5%),

dimana t1-α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2).


46

(2) Jika varians kedua kelompok berbeda, maka

rumus uji t yang digunakan adalah:

Kriteria yang digunakan terima H jika:

Dengan

Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t adalah (1-α), sedangkan dk

nya masing-masing (n1-1) dan (n2-2) (Sudjana, 2005: 245).

3.8.2.4 Uji Ketuntasan Hasil Belajar ( Sebagai Uji Pelengkap )

Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil

belajar kimia pada kedua kelas eksperimen. Data yang digunakan dalam uji ini

adalah nilai post test kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa

kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2013/2014.

Hipotesis yang diuji dalam analisis:

H :µ ≥ 75

A : µ < 75
47

Rumus t yang digunakan:

(Sudjana, 2006:227)

Keterangan:

µ 0 = rata-rata batas ketuntasan belajar

s = standar deviasi

n = banyaknya siswa

= rata-rata nilai yang diperoleh

Kriteria pengujian adalah H diterima jikathitung ≥ t(1-α)(n-1). Untuk selain itu

tolak H.

Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar

individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).Menurut

Djamarah (2010:108) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya

75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan

individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah

sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah seluruh siswa

= jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar


48

3.8.2.5 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik

Pada analisis tahap akhir digunakan data belajar efektif dan psikomotorik.

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui nilai efektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen I

maupun kelompok eksperimen II.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang kelas XI

IPA pada bulan April dengan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas

yang digunakan sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen I (XI

IPA 4) dengan jumlah siswa 30 siswa dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II

(XI IPA 3) dengan jumlah siswa 32 siswa.

Masing-masing kelas diberi perlakuan yaitu proses pembelajaran dan post

test. Perbedaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini terdapat pada

metode pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen I diberi metode Think

Pair Share dan kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing.

Hasil penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis data yang

diperoleh dari data hasil penelitian. Dari hasil analisis tersebut diketahui apakah

hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.

4.2.1. Hasil Analisis Tahap Awal

Hasil analisis data tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal

populasi. Selain itu, hasil analisis data tahap awal ini juga sebagai syarat untuk

teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling. Pada analisis tahap

49
50

awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan

rata-rata kelas-kelas dalam populasi. Data awal populasi kelas XI IPA yang

berjumlah 3 kelas disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Awal Populasi


Kelas N Rata-rata SD Skor Skor
Tertinggi Terendah
XI IPA 3 32 58,313 11,707 84 37
XI IPA 4 30 55,533 16,118 84 25
XI IPA 5 30 52,433 17,899 92 21
(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran
2013/2014)
4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai

statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data

tahap awal disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal


No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria
1 XI IPA 3 5,7042 7,815 Berdistribusi normal
2 XI IPA 4 1,6660 7,815 Berdistribusi normal
3 XI IPA 5 3,4801 7,815 Berdistribusi normal
(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan uji normalitas data populasi diperoleh χ2hitung ≤ χ2tabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kelas telah berdistribusi normal

sehingga memenuhi syarat dalam menentukan uji statistika yang digunakan yaitu

menggunakan uji statistik parametrik.. Perhitungan uji normalitas data tahap awal

terdapat pada lampiran 14.


51

4.2.2.2. Hasil Uji Homogenitas Populasi

Teknik cluster random sampling dapat digunakan apabila data memiliki

kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan

hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 5,492 dan χ2tabel = 5,99 sehingga diperoleh χ2hitung

< χ2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki homogenitas yang

sama sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster

random sampling. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.

4.2.2.3. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava)

Uji kesamaan rata-rata antar kelas dalam populasi dilakukan untuk

mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis

uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 1,130 dan

Ftabel = 3,099 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga anggota populasi tersebut.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16.

4.2.2. Hasil Analisis Tahap Akhir

Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang

diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah

diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang

diperoleh yaitu data hasil belajar kognitif setelah perlakuan (post test).

Uji yang dilakukan pada tahap ini yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua

varians, uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji

perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri, dan uji ketuntasan hasil belajar sebagai uji

pelengkap.
52

4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk

menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data post test disajikan pada Tabel

4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test


No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria
1 Eksperimen I 7,6821 7,81 Berdistribusi normal
2 Eksperimen II 6,7693 7,81 Berdistribusi normal
(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung kelas eksperimen I dan

eksperimen II masing-masing 7,6821 dan 6,7693. Untuk α = 5% dengan dk = 3,

diperoleh χ2tabel 7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2tabel

sehingga H diterima yang berarti data berdistribusi normal, sehingga uji

selanjutnya memakai satatistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data post

test terdapat pada lampiran 18.

4.2.2.2. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians data post test digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan varians pada kelas sampel. Hasil uji kesamaan varians data

post test dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel 4.4

berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test
Data Fhitung F0,975(33;33) F0,025(33;33) Kriteria
Post Kedua kelompok mempunyai
1,189 0,48 2,07
test varians yang sama
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan hasil perhitungan data post test diperoleh harga Fhitung =1,189,

F0,975(33;33) = 0,48, dan F0,025(33;33) = 2,07. Oleh karena itu F0,975(33;33) < F <
53

F0,025(33;33) sehingga H diterima yang berarti kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II memiliki varians yang sama. Pehitungan uji kesamaan dua varians

post test terdapat pada lampiran 19.

4.2.2.3. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis

yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t dua

pihak dan uji t satu pihak kiri. Uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri dipilih

karena data berdistribusi normal.

4.1.2.4.1. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hasil perhitungan

uji perbedaan dua rata-rata dua pihak data post test disajikan dalam tabel 4.5

berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test
Rata-rata kelas
Uji t t ttabel Keterangan
Eksperimen 1 Eksperimen 2 hitung
Post test 78,53 71,78 2,657 2,00 Berbeda signifikan
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata post test antara kelas

eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,657 dan

ttabel = 2,00. Karena berdasarkan analisis data menunjukkan thitung > ttabel, maka H

ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen I

dengan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang

berbeda. Perhitungan uji t dua pihak data post test terdapat pada lampiran 20.
54

4.1.2.4.2. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri (Uji Satu Pihak)

Uji t satu pihak kiri digunakan untuk membuktikan hipotesis yang

menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen I lebih baik dari

kelas eksperimen II. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri
Kelas Rata-rata Varians dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 78,53 108,94
Kelas eksperimen
Eksperimen II 71,78 91,60 60 2,66 1,671
I lebih baik
(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen I

dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,671. Karena

thitung > ttabel maka H diterima yang berarti bahwa rata-rata kelas eksperimen I

lebih baik dari kelas eksperiemen II sehingga hasil belajar dengan menggunakan

metode Think-Pair-Share lebih baik dari metode Snowball Throwing. Perhitungan

uji t satu puhak kiri data post test terdapat pada lampiran 21.

4.1.2.4.3. Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Hasil Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar individu kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu


Kelas Rata-rata kelas thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 78,53 1,854 1,70 Tuntas
Eksperimen II 71,78 -1,902 1,696 Belum tuntas
(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan uji ketuntasan belajar individu kelas eksperimen I diperoleh

thitung > ttabel yang berarti kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar

individu, sedangkan kelas eksperimen II diperoleh thitung < ttabel yang berarti kelas
55

eksperimen II belum mencapaiketuntasan belajar individu. Sementara itu, hasil uji

ketuntasan belajar secara klasikal kedua kelas terdapat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal


Jumlah Rata-rata Jumlah % ketuntasan
Kelas Kriteria
siswa kelas siswa ≥ 75 belajar
Eksperimen I 30 78,53 23 77% Tuntas
Eksperimen II 32 71,78 16 50% Belum
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas eksperimen I mencapai

ketuntasan belajar klasikal dengan persentase ketuntasan belajarnya sebesar 77%.

Sedangkan pada kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan klasikal karena

persentase ketuntasan belajarnya sebesar 50%. Hal tersebut menandakan belum

ada 75% dari jumlah siswa yang ada dikelas tersebut yang mencapai ketuntasan

individu. Analisis ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23.

4.2.2.4. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik

4.1.2.4.1. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif

Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktifitas siswa

kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Terdapat 4 aspek pada ranah afektif

yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa. Tiap aspek dianalisis sacara

diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk

dibina dan dikembangkan. Hasil analisis reliabilitas aspek penilaian afektif

sebesar 0,73. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 25. Nilai afektif

kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.9
56

Tabel 4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II


No Aspek Kelas eksperimen I Kelas Eksperimen II
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Bertanya 114 Sangat Baik 89 Baik
2 Menyumbangkan 93 Baik 94 Baik
ide
3 Menjadi pendengar 105 Baik 101 Baik
yang baik
4 Bekerjasama 109 Baik 111 Baik
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen I terdapat 1 aspek yang

mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek yang mencapai kriteria baik, sedangkan

pada kelas eksperimen II keempat aspek mencapai kriteria baik. Perbandingan

skor penilaian aspek afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan

pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Penilaian afektif

Keterangan :

1 = Bertanya

2 = Menyampaikan pendapat

3 = Mendengarkan

4 = Bekerjasama
57

4.1.2.4.2. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari hasil observasi terhadap

siswa pada saat praktikum. Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai

ada 5 aspek. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran

dengan menggunakan instrumen berupa lembar obsevasi psikomotorik, diperoleh

hasil reliabilitas intrumen penilaian psikomotorik sebesar 0,79. Perhitungan

reliabitas aspek psikomotorik terdapat pada lampiran 28. Nilai psikomotorik kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II pada tiap-tiap aspek dapat dilihat pada

Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotorik


Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
No Aspek
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Persiapan siswa dalam 149 Sangat 135 Baik
melaksanakan praktikum Baik
2 Kemampuan siswa dalam 110 Baik 110 Baik
bekerja sama dengan
kelompok
3 Kecakapan siswa dalam 113 Baik 113 Baik
melakukan percobaan
4 Kebersihan dan kerapian 142 Sangat 133 Baik
tempat serta alat Baik
percobaaan
5 Kemampuan siswa dalam 115 Baik 112 Baik
membuat laporan
Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai psikomotorik pada kelas

eksperimen I terdapat 2 aspek mencapai nilai kategori sangat baik, sedangkan 3

aspek lain mencapai kategori baik. Pada kelas eksperimen II, 1 aspek mencapai

kriteria sangat baik,dan 4 aspek mencapai kriteria baik. Hasil analsis penilaian

psikomotorik antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada

Gambar 4.2.
58

Gambar 4.2 Penilaian Psikomotorik

Keterangan :

1 = Persiapan

2 = Bekerjasama

3 = Kecakapan

4 = Kebersihan

5 = Membuat laporan

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Populasi

penelitian kelas XI program studi IPA yang terdiri atas tiga kelas yaitu kelas XI

IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

(1) Perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think Pair

Share dengan model Snowball throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali

kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang.


59

(2) Manakah yang lebih baik antara model Think Pair Share dengan model

Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA

Kesatrian 1 Semarang.

4.2.1. Kondisi Awal Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas

eksperimen I dengan jumlah siswa 30 dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas

eksperimen II dengan jumlah siswa 32. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik cluster random sampling dengan terlebih dahulu melakukan

uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan varians rata-rata kelas-kelas

dalam populasi (uji ANAVA) data nilai ujian akhir sekolah (UAS) semester gasal

kelas XI IPA tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan perhitungan normalitas data nilai ujian akhir semester gasal

siswa menunjukkan bahwa ketiga kelas dalam populasi berdistribusi normal

sehingga analisis statistik untuk uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik.

Pada uji homogenitas diperoleh hasil χ2hitung (5,492) < χ2tabel (7,815) yang berarti

bahwa ketiga kelas anggota populasi memiliki homogenitas yang sama. Pada uji

kesamaan varians rata-rata kelas-kelas dalam populasi diperoleh hasil bahwa

Fhitung (1,130) < Ftabel (3,099) yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata diantara

kelas-kelas dalam populasi. Adanya sebaran data yang normal, memiliki

homogenitas yang sama, serta memiliki kesamaan rata-rata yang sama itulah yang

menunjukkan bahwa ketiga kelas anggota populasi berasal dari keadaan awal

yang sama.
60

4.2.2. Proses Pembelajaran

4.2.2.1. Proses Pembelajaran dengan Model Think Pair share

Model Think Pair Share merupakan metode yang menggabungkan kerja

individu maupun kelompok. Dalam model TPS ini siswa diajak untuk berfikir

secara mandiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, kemudian

berdiskusi dengan teman sebangku untuk saling men-Share jawaban yang dimiliki

dan menyelesaikan secara bersama-sama. Setelah itu siswa diharapkan mampu

memjelaskan jawaban mereka di depan teman-teman mereka dan siswa yang

mampu menjelaskan di depan kelas akan diberikan reward oleh guru. Hal ini

bertujuan agar siswa lebih terpacu untuk berani menyampaikan pendapat mereka

di depan teman-teman mereka.

Pada model Think Pair Share ini, guru pada awalnya menjelaskan garis

besar materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan suatu permasalahan

kepada siswa untuk diselesaikan secara individu terlebih dahulu kemudian di

diskusikan dengan teman sebangku. Kesimpulan dari hasil diskusi yang diperoleh

siswa kemudian dikemukakan di depan kelas dan guru mempersilahkan kelompok

lain untuk memberikan pendapat dari hasil diskusi yang telah dikemukakan

tersebut. Pada pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan post test guru memberikan

klarifikasi mengenai semua materi dan memberi kesempatan pada siswa untuk

bertanya apabila masih ada materi yang belum jelas.

Penerapan model TPS ini membuat siswa sangat aktif dalam bertanya,

mengemukakan pendapat, dan aktif dalam melaksanakan diskusi untuk

mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari
61

siswa yang berusaha menyelesaikan soal dengan mencari berbagai sumber kajian

yang relevan selain dari materi yang telah disampaikan guru misal pada materi

pengaruh ion senama.

Peneliti dalam melaksanakan model TPS ini juga mengalamai beberapa

hambatan, yaitu: (1) ada beberapa siswa yang kadang-kadang gaduh dan (2) siswa

kurang terbiasa dengan pelaksanaan permainan dalam pembelajaran. Cara yang

dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: (1)

Memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2)

Menjelaskan kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan dilakukan

pada setiap awal pebelajaran, dan (3) aktif mendampingi siswa dalam diskusi

dengan cara memantau secara langsung dan selalu berpindah dari satu kelompok

ke kelompok lain.

4.2.2.2. Proses Pembelajaran dengan Model Snowball Throwing

Model Snowball Throwing merupakan metode yang menyenangkan dan

menggali pemahaman siswa. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah

sendiri dan mampu membuat permasalahan sendiri secara diskusi kemudian

menerangkan kembali kepada teman-temannya didepan kelas.

Pada model Snowball Throwing ini, guru terlebih dahulu menjelaskan

garis besar materi yang akan dipelajari. Siswa kemudian membentuk kelompok

untuk mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru, masing-masing ketua

kelompok menjelaskan materi yang telah diberikan. Kemudian dari materi

tersebut siswa dituntut untuk bisa membuat suatu permasalahan. Permasalahan

yang telah dibuat akan diberikan kepada siswa lain dengan cara saling melempar,
62

kemudian siswa lain bertugas untuk mengerjakan permasalahan yang telah

diberikan oleh temannya. Lalu salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk

menjelaskan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok lain di persilakan untuk

bertanya atau menanggapi.Dengan penerapan metode ini siswa tidak hanya

bermain tetapi juga belajar dengan cara yang lebih menyenangkan.

Peneliti dalam melaksanakan model Snowball Throwing ini juga

mengalamai beberapa hambatan, yaitu (1) Siswa laki-laki yang berada di belakang

kadang-kadang bermain sendiri dengan melempar-lemparkan kertas, (2) Siswa

kurang memperhatikan penjelasan dari kelompok yang maju di depan, dan (3)

kelompok yang maju kurang bisa mengendalikan suasana kelas. Cara yang

dilakukan peneliti untuk mengatasi hambatan-hamabatan tersebut ialah: (1)

memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2)

memberikan nilai tambahan kepada siswa yang bertanya atau bisa menjawab

pertanyaan dari kelompok yang maju di depan , serta (3) ikut membantu

menjelaskan materi supaya kelompok yang maju di depan tidak grogi.

4.2.3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang diberi Model Think Pair

Share dengan Model Snowball Throwing.

Setelah diberikan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh

nilai rata-rat post test kelas eksperimen I yang diberi model TPS 78,53 dan kelas

eksperiemn II yang diberi model Snowball Throwing 71,781. Pada penelitian ini,

pencapaian rata-rata nilai post test kimia pada kelas eksperimen I yang diberi

model TPS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai post test kelas

eksperimen II yang diberi model Snowball Throwing. Hal ini dikarenakan


63

penerapan model TPS membuat siswa lebih memahami konsep materi yang

disampaikan. Pemecahan permasalahan melalui diskusi membuat siswa lebih aktif

dalam mempelajari materi. Pembelajaran yang menyenangkan ini yang akhirnya

membuat siswa dapat lebih memahami materi dan dapat menyelesaikan berbagai

jenis tipe soal. Pada penerapan model Snowball Throwing siswa diajak berdiskusi

untuk mempelajari dan meyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh

temannya. Kebiasaan inilah yang membuat siswa harus paham terhadap konsep

materi karena sewaktu-waktu mereka bisa ditunjuk untuk maju ke depan

menjelaskan materi kepada teman-temannya. Namun, model Snowball Throwing

tidak sepenuhnya membuat semua siswa paham terhadap konsep materi yang

diajarkan. Ada sebagian siswa terutama siswa pasif yang kurang menyukai model

Snowball Throwing ini. Mereka merasa kesulitan dan grogi untuk menjelaskan

materi di depan kelas. Hal ini menyebabkan ada sebagian dari mereka yang

kesulitan dalam menyelesaikan berbagai tipe soal. Oleh karena itu, rata-rata nilai

post test pada kelas eksperimen II yang dicapai lebih rendah daripada kelas

eksperimen I.

Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I telah mencapai KKM dan kelas

eksperimen II masih belum melampaui KKM. Namun kedua metode ini sama-

sama dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswajika dibandingkan hasil

belajar siswa tahun lalu. Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I (model TPS)

lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata post test kelas eksperimen II (model

Snowball Throwing) dengan selisih nilai 6,75. Perbedaan rata-rata nilai post test

tidak terlalu jauh karena penerapan kedua metode ini sama-sama baik untuk
64

mengaktifkan siswa mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Namun, model TPS

membuat siswa lebih aktif dibandingkan dengan model Snowball Throwing.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat pembelajaran dengan model TPS

siswa lebih aktif untuk berdiskusi dari pertanyaan yang diberikan guru dan

bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami dari pernyataan yang

diberikan guru. Siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan soal karena siswa

merasa penasaran dan bersemangat untuk menemukan jawaban. Selain itu, siswa

lebih percaya diri maju ke depan untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada

teman-temannya.

Komparasi hasil belajar kimia secara statistika pun dilakukan melalui

analisis data post test menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan

uji hipotesis perbedaan dua rata-rata dua pihak dan perbedaan dua rata-rata satu

pihak kiri. Data yang digunakan pada analisis tahap akhir in yaitu nilai post test.

Pada uji normalitas tahap akhir, kedua kelas berdistribusi normal dan

memiliki varians yang sama. Oleh karena itu statistika yang digunakan ialah

statistika parametrik. Pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, diperoleh

thitung = 2,567 dan ttabel = 2,00. Karena thitung > ttabel maka H ditolak yang berarti

hipotesis diterima. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas

eksprimen I dengan kelas eksperimen II. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu

pihak kiri, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,67. Karena thiung > ttabel yang berarti

H diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia kelas

eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II, dengan kata lain pembelajaran

dengan model TPS memberikan hasil belajar kimia yang lebih baik dari pada
65

model Snowball Throwing khususnya pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

kelarutan.

Pada uji ketuntasan hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa kelas

eksperimen I mencapai batas ketuntasan individu dengan KKM 75 dari standar

persentase ketuntasan ≥ 75% sehingga mencapai ketuntasan belajar

klasikal,sedangkan kelas eksperimen II belum mencapai batas ketuntasan

individu dengan KKM 75 dari standar persentase ketuntasan ≥ 75% sehingga

belum mencapai ketuntasan belajar klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa model

TPS lebih baik dari model Snowball Throwing meskipun kedua-duanya juga

merupakan model pembelajaran yang sama-sama baik untuk diterapkan pada

pembelajaran.

Penilaian siswa tidak terbatas pada aspek kognitif saja. Aspek afektif dan

psikomotorik juga dihitung dalam penelitian ini. Untuk analisis deskriptif nilai

afektif kelas eksperimen I terdapat 4 aspek, 1 aspek mencapai kriteria sangat

baik,dan 3 aspek lainnya mencapai kriteria baik, sedangkan pada kelas

eksperimen II keempat aspek memiliki kriteria baik.

Pada analisis deskriptif nilai psikomotorik pada saat praktikum, kelas

eksperimen I terdapat 5 aspek, yaitu 2 aspek mencapai kriteria sangat baik dan 3

aspek mencapai kriteria baik. Sedangkan pada kelas eksperimen II kelima aspek

mencapai kriteria baik.

Aspek afektif siswa dan psikomotorik siswa juga dikaitkan dengan aspek

kognitif siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sebagai contoh,

maka akan diambil beberapa sampel siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
66

eksperimen II. Diambil beberapa contoh siswa, pada siswa kelas eksperimen I

absen 2, nilai kognitif siswa tersebut yaitu 76 dengan aspek afektif dan

psikomotorik mencapai kriteria sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II

dengan siswa yang bernomor absen sama yaitu 2, nilai kognitif siswa tersebut

sebesar 53, dengan aspek afektif dan psikomotorik siswa mencapai kriteria baik.

Sebagai contoh lagi, siswa kelas eksperimen I bernomor absen 25 mendapat nilai

kognitif sebesar 83 dengan aspek afektif dan psikomotorik mencapai kriteria

sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II yang memiliki nomor absen

sama yaitu 25, didapatkan nilai kognitif sebesar 66 dengan aspek afektif mencapai

kriteriabaik , dan aspek psikomotorik mencapai kriteria cukup. Pada siswa kelas

eksperimen I dan eksperimen II yang memliki nilai kognitif sama yaitu 83, aspek

afektif dan psikomotorik kelas eksperimen I mencapai kriteria sangat baik,

sedangkan pada kelas eksperimen II mencapai kriteria baik. Jika dibandingkan

nilai kognitif, afektif dan psikomotorik dari kelas eksperimen I dan II maka dapat

dilihat bahwa kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti dapat

menyampaikan bahwa model TPS membuat hasil belajar kimia pada materi

pokok kelarutan dan hasil kelarutan lebih baik daripada menggunakan model

Snowball Throwing.
67

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan:

(1) Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think-Pair-

Share dengan model Snowball Throwing pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.

(2) Hasil belajar kimia siswa yang diberi model Think-Pair-Share lebih baik

daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing

pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1

Semarang.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu:

(1) Dalam pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair

Share sebaiknya guru tetap memantau kegiatan siswa agar siswa tidak

membuat gaduh dan suasana belajar mengajar tetap kondusif.

(2) Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Snowball Throwing

sebaiknya guru mengkondisikan agar ketika model tersebut dilaksanakan

siswa tidak bermain sendiri dengan melempar- lemparkan kertas. Ketika

siswa menyampaikan hasil diskusinya, sebaiknya Guru mengajak siswa lain

67
68

untuk memperhatikan kelompok yang sedang menyampaikan hasil diskusi

mereka.

(3) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Think-Pair-Share dan model

Snowball Throwing, guru hendaknya tetap memantau aktivitas siswa baik di

kelas atau saat praktikum untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

memahami konsep oleh siswa.

(4) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Think-Pair-Share dan

model Snowball Throwing terhadap materi pokok yang berbeda agar metode

tersebut dapat berkembang dan bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan( Edisi Revisi). Jakarta:


Bumi Aksra.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


Huda, M. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Winayah, I. R, Sudarti & Nuriman. 2013. Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Metode Praktikum Dalam
Pembelajaran IPA Fisika Kelas VIII B SMPN 7 Jember Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSN 2301-9794.

Kalsum, S. 2009. Kimia SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Kasmadi IS dan Gatot Luhbandjono. 2008. KIMIA DASAR II. Semarang: UNNES
Press.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan. Yogjakarta:
Nuha Medika.

Marhaeni, M, Afan , A. A. I. N, & N. Dantes. 2013. The Effect of Think Pair


Share Technique on The English Reading Achievement of Students
Differing in Achievement Motivation At Grade Eight of SMPN 13. e-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Pribadi , B. A. 2009.Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Purba, M. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga


Rasyid, M & S. Side. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Snowball
Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab.
Gowa (Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon) . Jurnal
Chemica. 12: 69-76

Rifa’i, A & Anni, C. T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES


Press.

69
70

Santoso, J.T.B. 2011. Strategi Pembelajaran Akuntansi. Semarang: Ghyyas Putra.

Soeprodjo. 2012. Hand Out Statistik untuk Pendidikan Kimia. Semarang: FMIPA
UNNES.

Sudjana. 2006. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, W, Woro. S, Eli.S. 2008. Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan Model
Pembelajaran Metode Think Pair Share dan Metode Ekspositori. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia. 2(1): 244-249.
71
Lampiran 2

DAFTAR NILAI SISWA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

Mata Pelajaran :KIMIA

Materi pelajaran :kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

TAHUN AJARAN
KELAS
No
XI 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013

1 IPA 1 52,45 54,78 60,76 60,2 61,3


2 IPA 2 54,74 51,86 62,9 61 60,3
3 IPA 3 58,70 57,36 56,48 67,1 61,8
4 IPA 4 55,21 49,73 61,69 58,73 62,5
5 IPA 5 - - 60,4 57 -
6 IPA 6 - - 60,68 57,7 -
7 IPA 7 - - 59,1 - -
KKM 62 65 68 70 72
72
Lampiran 2

DAFTAR NAMA SISWA

No. Nama Siswa No. Nama Siswa

1 Afik Sausan Fiqriyah 1 Aditya Ismi Yulanda


2 Aini Indah Widiandari 2 Aditya Septiawan Satria W.
3 Alfonsus Damar Ari P. 3 Annisa Firmana Dewi
4 Alif Karisma Dohan 4 April Lia Tuzti Indahsari
5 Aulia Azarine Rizqy 5 Arsinta Destyani
6 Bagas Prasetyo Utomo 6 Ayuni Trisma
7 Bellatrik Rahma Putri 7 Bagas Ryan Prasetya
8 Candra Aini Roro Rias 8 Cahyaning Dwi Utami
9 Denty Menuria Mawanti 9 Dewi Fajar Handayani
10 Destya Khairuna 10 Dina Mustika Sari
11 Ega Adhi Atma 11 Egi Aliyul Rahmasari
12 Fatmah Baharun 12 Eka Saputri Joha P.
13 Findy Tiara Anantasari 13 Farah Fauzia Ulfah
14 Ganang Tri Utomo 14 Fiorentina Chelsea
15 Ilham Nalasyarif 15 Hyunda Lintangsari
16 Mela Dwiky Zahrina 16 Ika Kurnia Dewi
17 Mohammad Wildan Abizar 17 Lara Sekti Iribowo
18 Monika Larasati Dara H. 18 Mochamad Ivan Setya N.
19 Muhammad Arif Aditya 19 Mohammad Ilham
20 Natalia Krisnawati 20 Muhammad Edi Setyantono
21 Novelia Nurzalni A. 21 Nada Della Safira
22 Oktavianti Ayu Santika 22 Nelly Jazalatul Matrifah
23 Putri Nur Hayyuningsih 23 Ni Komang Thalia Gita S.
24 Rifqoty Rifqul Hasna 24 Puri Fitriani
25 Risma Anisa Syfani 25 Ragita Arditya Elvitasari
26 Rizky Kurniawan 26 Rian Widiutomo
27 Rosa Putriana 27 Rycho Rosa Timur
28 Ruzaldy Tegar K. 28 Saras Nurkaromah
29 Ryan Sukma Anggara 29 Very Yuni Suryansyah
30 Viva Ani Viyani Ali 30 Wahyu Aji Sapitra
31 Yogi Muhammad Ikhsan
32 Yusuf
Materi Alokasi Sumber/
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu
Pembelajaran

Lampiran 3
bahan/alat

Kelarutan dan  Menjelaskan  Memahami pengertian  Jenis tagihan 10 jam  Sumber


4.6
Hasil Kali kesetimbangan dalam tetapan hasil kali Tugas individu Buku kimia
Memprediksi
Kelarutan larutan jenuh atau larutan kelarutan
terbentuknya  Bahan
garam yang sukar larut  Menjelaskan Tugas kelompok
endapan dari melalui diskusi kelas. kesetimbangan dalam Lembar
suatu reaksi larutan jenuh atau larutan Ulangan kerja,
berdasarkan garam yang sukar larut
prinsip  Menghubungkan tetapan  Bentuk Bahan/
kelarutan dan hasilkali kelarutan dengan instrumen alat untuk
hasil kali tingkat kelarutan atau Performans
praktek
kelarutan. pengendapannya (kinerja dan
 Menuliskan ungkapan sikap), laporan
berbagai Ksp elektrolit tertulis, Tes
yang sukar larut dalam air tertulis

 Menghitung kelarutan
suatu elektrolit yang sukar
larut berdasarkan data
harga Ksp atau sebaliknya
 Menentukan konsentrasi
ion suatu larutan dari
harga Ksp-nya
 Menjelaskan pengaruh
 Menghitung kelarutan suatu penambahan ion senama
elektrolit yang sukar larut dalam larutan
melalui diskusi kelas  Memahami hubungan

73
antara Kelarutan dan pH
suatu larutan
 Menentukan pH larutan
dari harga Ksp-nya
 Memahami proses
terbentuknya endapan
 Memperkirakan
terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp

 Merancang dan melakukan


percobaan untuk
menentukan kelarutan
garam dan
membandingkannya dengan
hasil kali kelarutan

 Menyimpulkan kelarutan
suatu garam.

74
75
Lampiran 4

RPP – Kelas Eksperimen I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Kesatrian 1 Semarang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : XI / 2

Pertemuan ke :1

Materi Pokok : Kelarutan dan hasil Kali kelarutan

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi

Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya

II. Kompetensi Dasar

Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali kelarutan

III. Indikator
76

A.Kognitif

1. Produk

a) Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan

b) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam

yang sukar larut

c) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan

atau pengendapannya

d) Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam

air

e) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan

data harga Ksp atau sebaliknya

2. Proses

a) Melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali

kelarutan dan kelarutan

b) Menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok

B.Psikomotor

a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa.

C.Afektif

1. Karakter/ Sikap

a) Santun

b) Jujur

c) Tanggung jawab
77

d) Disiplin

e) Toleransi

f) Gotong royong

g) Percaya diri

h) Cermat

2. Ketrampilan sosial

a) Mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik

b) Bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok

c) Aktif memberikan tanggapan saat diskusi

IV. Tujuan Pembelajaran

A.Kognitif

1. Produk

a. Siswa dapat memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan

b. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau

larutan garam yang sukar larut

c. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat

kelarutan atau pengendapannya

d. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar

larut dalam air

e. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

2. Proses
78

a) Siswa dapat melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan

hasil kali kelarutan dan kelarutan

b) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok

B.Psikomotor

a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa.

C.Afektif

1. Karakter/ Sikap

a) Santun

b) Jujur

c) Tanggung jawab

d) Disiplin

e) Toleransi

f) Gotong royong

g) Percaya diri

h) Cermat

2. Ketrampilan sosial

a) Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik

b) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok

c) Siswa dapat aktif memberikan tanggapan saat diskusi

V. Materi Pembelajaran

1. Kelarutan
79

Kelarutan (solubility) suatu zat dalam pelarut menyatakan jumlah

maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya

kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Jenis Pelarut

Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa

non-polar yang lebih mudah larut di pelarut non-polar.

b. Temperatur/suhu

Kelarutan suatu zat akan semakin besar jika suhu dinaikkan.

2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara ion-ion dengan zat

yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga

terjadi reaksi kesetimbangan. Contohnya reaksi kesetimbangan pada larutan

jenuh CaC2O4 dalam air adalah:

Konstanta kesetimbangan:

Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka

konsentrasi CaC2O4 dianggap tetap. Sesuai dengan harga K untuk

kesetimbangan heterogen, konstanta reaksi ini dapat ditulis:

KspCaC2O4(s) = [Ca2+][C2O42-]

3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


80

Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga

Ksp zat tersebut.Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi

ion-ion zat terlarut diketahui.

Contoh:

Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10.

Penyelesaian:

Misal kelarutan AgCl = s mol/L

AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

s s s

Ksp AgCl(s) = [Ag+] [Cl-]

1,8x10-10 =sxs

1,8x10-10 = s2

s =

s = 1,3 x 10-5 mol/L

Kelarutan AgCl(s) = 1,3x10-5 mol/L

VI. Metode Pembelajaran

Metode :TPS, diskusi, tanya jawab


81

VII. Kegiatan Pembelajaran

No. Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal 1. Guru memberi salam dan membuka 10 menit

(Apersepsi) pelajaran

2. Guru mengabsen kehadiran siswa

3. Guru mempersiapkan kondisi siswa

dengan cara memberikan motivasi

pembelajaran kimia yang

menyenangkan

4. Guru menyampaikan metode dan

tujuan pembelajaran

5. Guru memberikan apersepsi kepada

siswa dengan cara menghubungkan

materi dengan peristiwa kimia yang

terjadi disekitar kita, seperti memberi

contoh larutan jenuh, dengan

memisalkan teh yang diberi gula terus

menerus maka lama-lama gula tersebut

tidak melarut lagi.

2. Kegiatan Inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan 70 menit

1. Eksplorasi materi dari guru dengan cermat

2. Siswa diberi kesempatan oleh guru


82

untuk bertanya apa bila belum jelas

dengan penjelasan yang diberikan oleh

guru. (Aktif ,percaya diri)

3. Siswa membentuk kelompok sesuai

arahan yang diberikan oleh guru. Tiap

kelompok beranggotakan 2 orang

(Disiplin, santun )

4. Guru menjelaskan langkah-langkah

apa saja yang harus dilakukan siswa

selama diskusi.

2. Elaborasi 1. Guru memberikan soal yang harus

dikerjakanoleh siswa

2. Siswa mulai mengerjakan soal secara

individu mengenai materi Ksp.

Kurang lebih selama 5 menit.

(Bekerjasama , aktif , disiplin )

3. Masing-masing kelompok kemudian

mendiskusikan hasil pekerjaannya,

waktu yang diberikan oleh guru 3-4

menit

4. Beberapa kelompok diminta

mempresentasikan hasil diskusinya di


83

depan kelas. (bagi kelompok yang mau

mempresentasikan akan memperoleh

penghargaan )

5. Kelompok lain menanggapi atau

memberikan pertanyaan kepada

kelompok yang maju didepan

1. Guru memberikan klarifikasi dan

3. Konfirmasi penguatan mengenai konsep materi

yang telah diberikan selama

pembelajaran berlangsung

2. Siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan hasil diskusi yang telah

berlangsung

3. Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan 10 menit

refleksi terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung

2. Guru memberikan tugas kepada siswa

untuk mempelajari materi pertemuan

selanjutnya yaitu pengaruh ion senama

dan hubungan Ksp dengan pH

3. Guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam
84

VIII. Media dan Sumber Belajar

Media : Media elektronik, LCD, spidol,Whiteboard.

Sumber Belajar : Buku Kimia yang relevan.

IX. Penilaian

a) Kognitif

Prosedur : Tertulis

Instrumen : Latihan soal dan tugas rumah

b) Afektif

Prosedur : Observasi langsung

Instrumen : Lembar observasi aspek afektif

X. Alat Evaluasi

1. Jelaskan arti dari masing-masing istilah berikut ini:

a. Kelarutan (s) b. Hasil kali kelarutan (Ksp)

2. Tulislah persamaan kesetimbangan senyawa-senyawa berikut dan persamaan tetapan

hasil kali kelarutannya!

a. Mg(OH)2 b. Ag2CrO4

3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk elektrolit

berikut:

a. Ca3(PO4)2 b. AgCl

4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali

kelarutan Al(OH)3. (Ar Al=27; O=6; H=1)


85

5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter

larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar

Ba=137; F=19)

Jawaban

1.a. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut

dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk

kesetimbangan kimia.

1.b. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan

dengan koefisien masing-masing.

2.a. Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq)

s s 2s

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2

2.b. Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

s 2s s

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]

3.a. Ca3(PO4)2 (s) 3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq)

s 3s 2s

Ksp Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3 [PO43-]2

= (3s)3 x (2s)2

= 108 s5
86

3.b. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

s s s

Ksp MgF2 = [Ag+] [Cl-]

=sxs

= s2

4. M Al(OH)3 =

= 5x10-4 mol/L

Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)

s s 3s

5x10-4 5x10-4 15x10-4

Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3

= 5x10-4 x (15x10-4)3

= 1,69 x 10-12

5. M BaF2 =

= 2x10-3 mol/L

BaF2(s) Ba2+(aq) + 2F-(aq)


87

s s 2s

2x10-3 2x10-3 4x10-3

Ksp BaF2 = [Ba2+] [F-]2

= 2x10-3 x (4x10-3)2

= 3,2x10-8

Semarang, Maret 2014

Mengetahui,

Guru Kimia Praktikan,

Dra.Indriana Kuswandari Dini Ari Respati

NIM. 4301410057
88
Lampiran 5

RPP – Kelas Eksperimen II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Kesatrian 1 Semarang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : XI / 2

Pertemuan ke :1

Materi Pokok : Kelarutan dan hasil Kali kelarutan

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi

Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya

II. Kompetensi Dasar

Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali kelarutan

III. Indikator

A.Kognitif

1. Produk

a) Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan


89

b) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam

yang sukar larut

c) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan

atau pengendapannya

d) Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam

air

e) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan

data harga Ksp atau sebaliknya

2. Proses

a) Melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali

kelarutan dan kelarutan

b) Menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok

B.Psikomotor

a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa.

C.Afektif

1. Karakter/ Sikap

a) Santun

b) Jujur

c) Tanggung jawab

d) Disiplin

e) Toleransi
90

f) Gotong royong

g) Percaya diri

h) Cermat

i)

2. Ketrampilan sosial

a) Mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik

b) Bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok

c) Aktif memberikan tanggapan saat diskusi

IV. Tujuan Pembelajaran

A.Kognitif

1. Produk

a. Siswa dapat memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan

b. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau

larutan garam yang sukar larut

c. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat

kelarutan atau pengendapannya

d. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar

larut dalam air

e. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

2. Proses
91

a) Siswa dapat melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan

hasil kali kelarutan dan kelarutan

b) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok

B.Psikomotor

a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa.

C.Afektif

1. Karakter/ Sikap

a) Santun

b) Jujur

c) Tanggung jawab

d) Disiplin

e) Toleransi

f) Gotong royong

g) Percaya diri

h) Cermat

i) Teliti

j) Aktif

2. Ketrampilan sosial

a) Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik

b) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok


92

c) Siswa dapat aktif memberikan tanggapan saat diskusi

V. Materi Pembelajaran

1. Kelarutan

Kelarutan (solubility) suatu zat dalam pelarut menyatakan jumlah

maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya

kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Jenis Pelarut

Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa

non-polar yang lebih mudah larut di pelarut non-polar.

b. Temperatur/suhu

Kelarutan suatu zat akan semakin besar jika suhu dinaikkan.

2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara ion-ion dengan zat

yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga

terjadi reaksi kesetimbangan. Contohnya reaksi kesetimbangan pada larutan

jenuh CaC2O4 dalam air adalah:

Konstanta kesetimbangan:

Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka

konsentrasi CaC2O4 dianggap tetap. Sesuai dengan harga K untuk

kesetimbangan heterogen, konstanta reaksi ini dapat ditulis:


93

Ksp CaC2O4(s) = [Ca2+][C2O42-]

3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga

Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi

ion-ion zat terlarut diketahui.

Contoh:

Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10.

Penyelesaian:

Misal kelarutan AgCl = s mol/L

AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

s s s

Ksp AgCl(s) = [Ag+] [Cl-]

1,8x10-10 =sxs

1,8x10-10 = s2

s =

s = 1,3 x 10-5 mol/L

Kelarutan AgCl(s) = 1,3x10-5 mol/L

VI. Metode Pembelajaran


94

Metode : Snowball Throwing, diskusi, tanya jawab

VII. Kegiatan Pembelajaran

No. Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam dan 10 menit

(Apersepsi) membuka pelajaran

2. Guru mengabsen kehadiran siswa

3. Guru mempersiapkan kondisi siswa

dengan cara memberikan motivasi

pembelajaran kimia yang

menyenangkan

4. Guru menyampaikan materi, metode

dan tujuan pembelajaran

5. Guru memberikan apersepsi kepada

siswa dengan cara menghubungkan

materi dengan peristiwa kimia yang

terjadi disekitar kita, seperti memberi

contoh larutan jenuh, dengan

memisalkan air yang diberi garam

terus menerus maka lama-lama garam

tersebut tidak melarut lagi.

2. Kegiatan Inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan 70 menit


95

2. Eksplorasi materi secara sekilas dari guru dengan

cermat

2. Siswa diberi kesempatan oleh guru

untuk bertanya apabila belum jelas

dengan penjelasan yang diberikan oleh

guru. (Aktif ,percaya diri)

3. Siswa membentuk kelompok sesuai

arahan yang diberikan oleh guru.tiap

kelompok beranggotakan 4 sampai 5

orang (Disiplin, santun )

4. Guru memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan

penjelasan tentang materi dan langkah-

langkah apa saja yang harus dilakukan

siswa selama diskusi.

3. Elaborasi

1. Ketua kelompok menjelaskan kembali

materi yang telah diberikan oleh guru

kepada anggota kelompoknya.

2. Masing-masing siswa diberikan satu

lembar kertas untuk menuliskan

pertanyaan apa sata yang menyangkut

tentang materi yang sudah dijelaskan.


96

(Cermat,jujur,teliti )

3. Siswa membentuk kertas itu seperti

bola dan dilemparkan ke siswa lain

untuk dikerjakan. Waktu yang

diberikan untuk melempar 5

menit.(santun, disiplin)

4. Setelah Masing-masing siswa

menerima lemparan bola soal, maka

siswa diberi waktu untuk mengerjakan

5. Masing – masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas.(aktif ,gotog royong )

6. Kelompok lain menanggapi atau

memberikan pertanyaan kepada

kelompok yang maju di depan

7. Kelompok yang berani

mempresentasikan pekerjaannya akan

4. Konfirmasi diberi penghargaan oleh guru.

1. Guru menjelaskan kembali soal yang

sudah dikerjakan oleh siswa secara

sekilas.

2. Siswa dengan bimbingan guru


97

menyimpulkan hasil diskusi yang telah

berlangsung

3. Penutup 1. Guru memberikan soal-soal yang harus 10 menit

dikerjakan dirumah oleh siswa.

2. Guru memberikan tugas kepada siswa

untuk mempelajari materi pertemuan

selanjutnya yaitu penambahan ion

senama.

3. Guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam

VIII. Media dan Sumber Belajar

Media : Media elektronik, LCD, spidol,Whiteboard.

Sumber Belajar : Buku Kimia yang relevan.

IX. Penilaian

c) Kognitif

Prosedur : Tertulis

Instrumen : Latihan soal dan tugas rumah

d) Afektif

Prosedur : Observasi langsung

Instrumen : Lembar observasi aspek afektif


98

X. Alat Evaluasi

1. Jelaskan arti dari masing-masing istilah berikut ini:

b. Kelarutan (s) b. Hasil kali kelarutan (Ksp)

2. Tulislah persamaan kesetimbangan senyawa-senyawa berikut dan persamaan

tetapan hasil kali kelarutannya!

b. Mg(OH)2 b. Ag2CrO4

3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk

elektrolit berikut:

b. Ca3(PO4)2 b. AgCl

4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali

kelarutan Al(OH)3. (Ar Al=27; O=6; H=1)

5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter

larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar

Ba=137; F=19)

Jawaban

1.c. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut

dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk

kesetimbangan kimia.

1.d. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan

dengan koefisien masing-masing.


99

2.c. Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq)

s s 2s

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2

2.d. Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

s 2s s

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]

3.c. Ca3(PO4)2 (s) 3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq)

s 3s 2s

Ksp Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3 [PO43-]2

= (3s)3 x (2s)2

= 108 s5

3.d. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

s s s

Ksp MgF2 = [Ag+] [Cl-]

=sxs

= s2

6. M Al(OH)3 =

= 5x10-4 mol/L
100

Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)

s s 3s

5x10-4 5x10-4 15x10-4

Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3

= 5x10-4 x (15x10-4)3

= 1,69 x 10-12

7. M BaF2 =

= 2x10-3 mol/L

BaF2(s) Ba2+(aq) + 2F-(aq)

s s 2s

2x10-3 2x10-3 4x10-3

Ksp BaF2 = [Ba2+] [F-]2

= 2x10-3 x (4x10-3)2

= 3,2x10-8
101

Semarang, Maret 2014

Mengetahui,

Guru Kimia Praktikan,

Dra. Indriana Kuswandari Dini Ari Respati

NIM. 4301410057
102
Lampiran 6
No Kompetensi dasar Sub pokok Indikator soal Indkator pencapaian Jenjang soal Nomor Butir Jumlah soal
materi
C1 C2 C3 C4
4.6 Memprediksi Hasil kali a.Memahami 1.Siswa mampu √ 1
terbentuknya kelarutan pengertian tetapan memahami pengertian 10
endapan dari suatu hasil kali kelarutan tetapan hasil kali
reaksi berdasarkan kelarutan
prinsip kelarutan b.Menjelaskan 2. Siswa mampu
dan hasil kali kesetimbangan dalam Menjelaskan √ √ 2,3,4,5,6
kelarutan larutan jenuh atau kesetimbangan dalam
larutan garam yang larutan jenuh atau
sukar larut larutan garam yang
sukar larut
c. Menghubungkan 3.Siswa mampu
tetapan hasilkali Menghubungkan √ √ 7,8,9,10
kelarutan dengan tetapan hasilkali
tingkat kelarutan atau kelarutan dengan
pengendapannya tingkat kelarutan atau
pengendapannya

102
Kelarutan dalam d. Menuliskan 1.Siswa mampu 11,12
air ungkapan berbagai menuliskan ungkapan √
Ksp elektrolit yang berbagai Ksp elektrolit 10
sukar larut dalam air yang sukar larut dalam
air

e. Menghitung 2.Siswa mampu


kelarutan suatu menghitung kelarutan √ √ 13,14,15,16,17,18
elektrolit yang sukar suatu elektrolit yang
larut berdasarkan data sukar larut berdasarkan
harga Ksp atau data harga Ksp atau
sebaliknya sebaliknya

3.Siswa mampu
f.Menentukan menentukan
konsentrasi ion suatu konsentrasi ion suatu
larutan dari harga Ksp- larutan dari harga Ksp- √ √ 19,20
nya nya

Pengaruh ion g. Menjelaskan 1.Siswa mampu 21,22,23,24,25, 10


sejenis pengaruh penambahan menjelaskan pengaruh √ √ √ 26,27,28,29,30
ion senama dalam penambahan ion
larutan senama dalam larutan

103
Hubungan Ksp h.Memahami 1.Siswa mampu 31 10
dan Ph hubungan antara memahami hubungan √
Kelarutan dan pH antara kelarutan dan
suatu larutan pH suatu larutan

i.Menentukan pH 2.Siswa mampu


larutan dari harga Ksp- menentukan pH larutan √ √ 32,33,34,35
nya dan sebaliknya dari harga Ksp-nya dan ,36,37,38,39,40
sebaliknya

Pengendapan k.Memahami proses 1.Siswa mampu √ 41 10


terbentuknya endapan memahami proses
terbentuknya endapan
l. Memperkirakan
terbentuknya endapan 2.siswa mampu
berdasarkan harga Ksp memperkirakan √ √ √ 42,43,44,45,46,47,48
terbentuknya endapan 49,50
berdasarkan harga Ksp
JUMLAH 8 25 16 1 50 50

104
94
107
Lampiran 7

SOAL KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

1. Tetapan Kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang


sedikit larut disebut ...
a. Hasil Kali Kelarutan
b. Kelarutan
c. pH
d. hidrolisis
e. Buffer
2. Bila suhu dinaikkan, kelarutan zat padat dalam air menjadi ...
a. Semakin kecil
b. Semakin rendah
c. Semakin tinggi
d. Sama saja
e. Tetap
3. Berdasarkan nilai kelarutannya dalam air ,zat dapat dikelompokkan menjadi
...
a. Polar dan non polar
b. Elektrolit dan non elektrolit
c. Asam dan basa
d. Mudah larut dan sukar larut
e. Pekat dan encer
4. diketahui senyawa sebagai berikut :
a. NaCl b.KCl
c. AgCl d.NH₄Cl

dari data diatas, senyawa garam yang sukar larut dalam air adalah ...

a. AgCl
b. KCl
c. NH₄Cl
d. NaCl
e. Tidak ada
5. Larutan dikatakan tepat jenuh apabila ...
a. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar dari Ksp
b. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil dari Ksp
c. Nilai hasil kali ion-ionnya sama dengan dari Ksp
d. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar sama dengan Ksp
e. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil sama dengan Ksp
108

6. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu ...


a. suhu dan massa jenis
b. suhu dan luas permukaan
c. suhu dan jenis pelarut
d. jenis larutan dan konsentrasi
e. jenis larutan dan massa jenis
7. Perubahan harga Ksp suatu senyawa yang sukar larut, dikarenakan ...
a. Perubahan suhu
b. Jenis pelarut
c. Zat terlarut
d. Kesetimbangan bergeser
e. Kelarutan menurun

8. Kelarutan garam AgCl yang terkecil terdapat pada larutan ….

a. HCl 0,1 M
b. NaCl 0,1 M
c. CuCl2 0,1 M
d. BaCl2 0,1 M
e. AlCl3 0,1 M

9. Garam dengan kelarutan paling besar adalah ….

a. AgCl; Ksp = 10–10


b. Agl; Ksp = 10–16
c. Ag2CrO4; Ksp = 3,2 x 10–12
d. Ag2S; Ksp = 1,6 x 10–49
e. Ag2C2O4; Ksp = 1,1 x 10–11

10. Diketahui harga Ksp dari garam:


1) CaCO3 = 1,69×10-8
2) CaCrO4 = 7,58 x 10-11
3) CaSO4 = 1,21×10-4
4) SrSO4 = 7,9×10-7
5) SrCO3 = 4,9×10-9
Garam yang paling mudah larut dalam air adalah ….
a. 1)
b. 2)
c. 3)
d. 4)
109

e. 5)

11. Diketahui reaksi berikut :

Ag₂CrO₄(S) 2Ag+(Ag) + CrO₄2-(Ag)

Persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari reaksi diatas yaitu ...

a. [Ag+]2
b. [2Ag+] [CrO₄2-]
c. [Ag+]2 [CrO₄2-]
d. [CrO₄2-]
e. [Ag+] [CrO₄2-]
12. Diketahui data sebagai berikut
1. Ksp = [ Ca2+] [OH-]
2. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-]2
3. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-]
4. Ksp = [Ca2+] [OH-]2

Dari data di atas, penulisan Ksp yang benar untuk senyawa Ca(OH)2 yaitu ...

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. Semua benar
13. Diketahui data sebagai berikut :
1. Ksp Mg(OH)2 = 4 x 10–12
2. Ksp Cr(OH)2 = 1,08 x 10–19
3. Ksp AgCl = 10–10
4. Ksp PbSO4 = 1,7 x 10–8
5. Ksp CaSO4 = 2,4 x 10–10

Dari data diatas , yang memiliki nilai kelarutan paling kecil yaitu ...

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Diketahui data kelarutan sebagai berikut :
1. PbI2 = 1 x 10 -3 molL–1
2. Ag2CrO4 = 1,31 x 10-4 mol L-1
3. Mg(OH)2 = 1 x 10–2 molL–1
110

4. AgBr = 3 x 10-6 molL–1

Dari data diatas , yang memiliki nilai Ksp paling kecil yaitu ...

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 1 dan 4

15. Tetapan hasil kali kelarutan Ag2CrO4, PbCrO4 dan SrCrO4 adalah sama
besar pada suhu yang sama.Jika kelarutan dinyatakan dalam s , maka pada
suhu yang sama ... (15)
a. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 > s SrCrO4
b. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 = s SrCrO4
c. s Ag2CrO4 < s PbCrO4 > s SrCrO4
d. s Ag2CrO4 = s PbCrO4 < s SrCrO4
e. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 < s SrCrO4

16. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Kelarutan Ag2CrO4
tersebut dalam mol L-1 yaitu ... (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108) ( 16)
a. 1,31 x 10-5 mol L-1
b. 1,31 x 10-4 mol L-1
c. 1,31 x 10-2 mol L-1
d. 4,35 x 10-4 mol L-1
e. 4,35 x 10-5 mol L-1

17. Bila kelarutan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dalam air adalah a molL–1, maka
harga Ksp dari zat itu adalah ….

a. a2
b. 4a2
c. 27a4
d. 27a3
e. 108a5

18. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 1 x 10–2 molL–1, maka Ksp Mg(OH)2
adalah ….

a. 1 x 10–6
111

b. 2 x 10–6
c. 4 x 10–6
d. 2 x 10–4
e. 4 x 104

19. Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO42- dalam larutan
jenuh Ag2CrO4 adalah ...

a. 1 x 10-4
b. 1 x 10-3
c. 1 x 10-5
d. 5 x 10-4
e. 5 x 10-5

20. Jika konsentrasi Ca2+ dalam larutan jenuh CaF2 = 2 x 10–4 molL–1, maka hasil
kali kelarutan CaF2adalah ….

a. 8 x 10–8
b. 3,2 x 10–11
c. 1,6 x 10–11
d. 2 x 10–12
e. 4 x 10–12

21. Apabila larutan AgCl dilarutkan larutan AgNO3 , maka laruan AgCl akan ...

a. Melebur
b. Mencair
c. Mengendap
d. Melarut
e. Mengembun

22. Disediakan: Gelas I : 0,01 M AgNO3 Gelas IV : 0,20 M


AgNO3
Gelas II : 0,10 M AgNO3 Gelas V : 2,00 M
AgNO3

Gelas III : 1,00 M AgNO3


112

Jika ke dalam kelima gelas kimia itu dilarutkan sejumlah perak kloorida
padat, maka perak klorida padat akan paling mudah larut dalam gelas kimia
bernomor.....

a. I c. III e. V
b. II d. IV

23. Pengaruh ion sejenis dapat dimanfaatkan untuk ...

a. Menghilangkan kesadahan air


b. Pembuatan antasid
c. Terbentuknya stalagtit dan stalagmit
d. Pembuatan pupuk
e. Balon udara

24. Pernyataan berikut ini yang benar yaitu ..........

a. Penambahan ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke arah produk


b. Penambahan kation sejenis memperbesar kelarutan suatu zat
c. Harga kelarutan suatu zat tetap jika dilakukan penambahan anion sejenis
d. Penambahan ion sejenis memperkecil kelarutan suatu zat
e. Penambahan ion sejenis memperbesar kelarutan suatu zat

25. Dalam suatu larutan jenuh AgCl ditambahkan larutan AgNO3 maka yang
akan terjadi adalah ….
a. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin besar
b. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin kecil
c. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion Ag+
d. Penambahan AgNO3 akan memperbesar konsentrasi ion NO3-
e. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion AgCl

26. Kelarutan garam Ag2CrO4 bertambah kecil dalam larutan … .


a. KCl dan AgNO3 d. K2CrO4 dan AgNO3
b. NaCN dan AgNO3 e. NH4OH pekat
113

c. AgNO3 dan NH4OH


27. Larutan AgI memiliki kelarutan sebesar 9,5 x 10-9 mol/L. Bila larutan AgI ini
dimasukkan kedalam larutan Ag2CrO4 0,05 M, maka kelarutan AgI dalam
Ag2CrO4 tersebut adalah....

a. 9,02 x 10-16 mol/L d. 1,55 x 10-14 mol/L


b. 2,00 x 10-15 mol/L e. 5,02 X 10-10 mol/L
c. 2,01 x 10-14 mol/L

28. Kelarutan AgBr dalam air adalah 3 x 10–6 molL–1, maka kelarutan AgBr
dalam larutan CaBr2 0,05 M adalah ….

a. 6 x 10–9
b. 9 x 10–9
c. 9 x 10–11
d. 3 x 10–9
e. 3 x 10–5

29. Bila Ksp CaF2 = 4 x 10–11, maka kelarutan CaF2 dalam CaCl2 0,01 M adalah
….
a. 1,28 x 10–4 M
b. 2,3 x 10–5 M
c. 3,2 x 10–4 M
d. 4,3 x 10–4 M
e. 3,2 x 10–5 M
30. Jika diketahui Ksp AgCl = 10–10, maka kelarutan AgCl dalam 1 dm3larutan
KCl 0,01 M adalah ….

a. 10–2 M
b. 10–3 M
c. 10–4 M
d. 10–6 M
e. 10–8 M

31. Penambahan ion Pb2+ pada senyawa garam PbCl2 mengakibatkan ...

a. Kesetimbangan bergeser ke kanan


b. Kelarutan PbCl2 menurun
114

c. Kelarutan PbCl2 meningkat


d. Perubahan harga Ksp
e. Kelarutan tetap

32. Suatu Mg(OH)2 umumnya sukar larut dalam larutan....


a. alkohol d. eter
b. HNO3 e. Benzena
c. Air

33. Pada kelarutan Ca(OH)2, bila larutan tersebut berada dalam suasana lebih
asam, maka...

a. Konsentrasi ion hidroksida berkurang


b. Konsentrasi ion hidroksida bertambah
c. Konsentrasi ion hidroksida tetap
d. Konsentrasi ion Ca2+ (aq) berkurang
e. kalsium hidroksida lebih sukar larut

34. Kelarutan garam dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang
berbeda dipengaruhi oleh pH. Seperti pada Kalsium Florida yang memiliki
kesetimbangan :
BaF2 (s) Ba2+ (aq) + 2F- (aq) Ksp = 3,9 x 10-11

Jika larutan dibuat lebih asam, maka .......

a. Konsentrasi ion barium akan turun


b. Konsentrasi ion barium akan naik
c. Konsentrasi ion Florida bertambah
d. ion barium bereaksi dengan ion hidronium
e. Kelarutan garam Florida turun
115

35. Kenaikan harga pH pada suatu larutan basa mengakibatkan ...

a. kelarutan zat semakin besar


b. kelarutan zat semakin kecil
c. harga Ksp turun
d. Kenaikan suhu
e. Kesetimbangan ionnya tetap

36. Larutan jenuh dari L(OH)2 mempunyai pH = 10, Ksp dari L(OH)2 tersebut
adalah…

a. 5×10 -13
b. 2×10-12
c. 5×10-10
d. 2×10-10
e. 2×10-8

37. Dalam larutan MgBr2 0,002 M ditambah


NH4OH sehingga terbentuk endapan Mg(OH)2 (Ksp = 2 x 10-11) .maka
Mg(OH)2 akan mengendap pada pH ...

a. 8
b. 9
c. 10
d. 11
e. 12

38. Pada suhu 25 °C, Ksp Mg(OH)2 =1 x 10–11. MgCl2 yang harus ditambahkan
ke dalam 1 liter larutan NaOH dengan pH = 12 agar diperoleh larutan yang
jenuh dengan Mg(OH)2 adalah ….

a. 10–11 mol
b. 10–10 mol
c. 10–9 mol
d. 10–8 mol
e. 10–7 mol

39. Larutan jenuh senyawa hidroksida L(OH)3 mempunyai pH = 9,0; harga Ksp
senyawa ini adalah …
116

a. 3,3 × 10–21 c. 1,0 × 10–10 e. 3,3 × 10–37


b. 3,0 × 10–20 d. 3,0 × 10–36

40. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 5x10-2 mol/L, maka kelarutan jenuh
Mg(OH)2 dalam air mempunyai pH sebesar ....
a. 10,3 c. 1,2 e. 3,7
b. 9,7 d. 13
41. Pembentukan endapan dapat diperkirakan dengan membandingkan antara
hasil kali kelarutan dan ...
a. Basa
b. Asam
c. pH
d. Quation reaksi
e. Konsentrasi molar
42. Reaksi antara Pb(NO3)2 dan KI akan menghasilkan ...

a. Endapan KI
b. Endapan PbI2
c. Endapan KNO3
d. Larutan KCl
e. Larutan kuning KNO3
43. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai hubungan Ksp dengan
terjadinya endapan adalah …. (43)
a. Qc > Ksp , terjadi endapan d. Qc > Ksp , tidak terjadi
endapan
b.Qc < Ksp , terjadi endapan e. Qc ≥ Ksp , tidak terjadi endapan
c. Qc = Ksp , terjadi endapan
44. Penambahan ion Ca2+ pada larutan yang mengadung ion Cl- ternyata
membentuk endapan CaCl2, ini berarti.........
a. [Ca2+][ Cl-] < Ksp d. [Ca2+] < Ksp
b. [Ca2+][ Cl-]2 > Ksp e. [Cl-] < Ksp
c. [Ca2+][ Cl-] = Ksp
117

45. Dalam suatu larutan terdapat mengandung CaCl2, BaCl2, dan CuCl2,, CdCl2,
dan MgCl2 dengan konsentrasi yang sama. Apabila larutan itu ditetesi dengan
larutan Na2CO3 , maka zat yang mula – mula mengendap adalah....

a. CaCO3 ( Ksp = 6,9 x 10-9)


b. CuCO3 ( Ksp = 2,5 x 10-10)
c. BaCO3 ( Ksp = 1,6 x 10-9)
d. CdCO3 (ksp = 5,2 x 10-12)
e. MgCO3 (ksp = 4 x 10-5)

46. Jika 100 mL NaCl 0,002 M dicampurkan dengan 200 mL Pb(NO3)2 0,003 M
(ksp PbCl2 = 1 x 10 -8 ) ,maka yang terjadi adalah ...

a. Tidak terbentuk endapan


b. Terjadi endapan NaCl
c. Larutan tepat jenuh
d. Terjadi endapan PbCl2
e. Terjadi endapan NaNO3

47. Direaksilkan 100 mL larutan Ag2SO4 0,1 M


dengan 100 mL larutan NaCl 0,2 M. Jika Ksp AgCl =1,7x 10 -10 ,maka
banyaknya endapan yang terbentuk adalah ...
(Ar Ag = 108 , Cl = 35,5 , Na = 23, O = 16)

a. 1,435 g
b. 2,87 g
c. 4,305 g
d. 5,740 g
e. 7,175 g
48. Jumlah mol NH4OH minimal hanya terdapat dalam 1 liter 0,1 M MgCl2 agar
Mg(OH)2 mulai mengendap adalah ...

(Ksp Mg(OH)2 = 3 x 10-11 dan Kb NH4OH = 1,8 x 10-5)

a. 1,8 x 10-5 mol


b. 1,6 x 10-5 mol
c. 1,8 x 10-4 mol
d. 3,6 x 10-4 mol
118

e. 3,6 x 10-3 mol


49. Larutan yang mengandung ion Cl- dan Br-
dengan konsentrasi masing-masing 0,02 M ,kemudian ditambahkan larutan
AgNO3 tetes demi tetes.Berapa konsentrasi Ag+ yang terdapat dalam larutan
agar terjadi endapan AgBr ...
Ksp AgCl = 1,6 x 10-10 Ksp AgBr = 7,7 x 10-13
a. 0,8 x 10 -10
b. 3,85 x 10-12
c. 8 x 10-8
d. 8 x 10-9
e. 3,85 x 10-11
50. Suatu larutan mengandung garam Pb(NO3)2, Mn(NO3)2, dan
Zn(NO3)2masing-masing konsentrasinya 0,01 M. Pada larutan ini dilarutkan
sejumlah NaOH padat hingga pH larutan menjadi 8. Berdasar data Ksp:
Pb(OH)2 = 2,8 x 10–16
Mn(OH)2 = 4,5 x 10–14
Zn(OH)2 = 4,5 x 10–17
Hidroksida yang mengendap adalah ….

A. Mn(OH)2
B. Zn(OH)2
C. Pb(OH)2
D. Zn(OH)2 dan Pb(OH)2
E. Pb(OH)2, Mn(OH)2, dan Zn(OH)2
119

KUNCI JAWABAN
1. A 11.C 21.C 31.B 41.D

2. C 12.D 22.A 32.C 42.B

3. D 13.B 23.A 33.A 43.A

4. A 14.B 24.D 34.C 44.B

5.C 15.B 25.B 35.B 45.D

6.C 16.B 26.D 36.A 46.A

7.A 17.E 27.A 37.A 47.B

8.E 18.C 28.C 38.E 48.B

9.E 19.A 29.E 39.A 49.E

10.E 20.B 30.E 40.D 50.D


120
Lampiran 8

Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas


No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 UC-05 1 0 1 0 0 0 1 0 1
2 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 0 1
3 UC-23 0 1 1 1 1 1 1 0 1
4 UC-26 1 1 0 0 1 1 0 0 1
5 UC-18 1 0 1 0 0 0 1 1 0
6 UC-29 1 1 1 0 0 1 1 0 1
7 UC-14 1 1 0 0 1 1 0 0 0
8 UC-16 0 1 1 0 0 0 1 0 1
9 UC-17 1 1 0 1 1 1 0 1 0
10 UC-20 1 1 1 1 1 1 0 0 0
11 UC-30 0 1 0 0 1 1 0 0 1
12 UC-19 1 0 1 0 0 1 1 1 0
13 UC-15 1 1 0 0 0 0 1 1 1
14 UC-25 0 1 1 0 0 1 0 0 0
15 UC-27 1 1 1 0 0 1 0 0 0
16 UC-01 1 0 0 0 0 0 1 0 1
17 UC-03 0 0 1 0 0 1 0 0 0
18 UC-08 1 0 0 0 0 1 1 0 0
19 UC-10 1 1 0 0 0 1 0 0 1
20 UC-09 1 0 1 0 0 1 1 0 1
21 UC-12 1 1 1 0 0 1 0 0 0
22 UC-28 1 0 0 0 0 1 0 0 1
23 UC-06 0 1 0 0 1 1 0 0 0
24 UC-04 1 0 0 0 0 0 1 0 0
25 UC-11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 UC-21 0 0 1 0 0 1 0 0 0
27 UC-02 0 0 0 1 0 0 0 0 0
29 UC-13 0 0 0 0 0 1 0 0 0
28 UC-22 0 1 0 1 0 0 0 0 0
30 UC-24 0 0 0 1 0 1 0 0 0
Jumlah 18 16 14 7 8 21 12 4 12
Mp 25,44 26,00 26,86 23,86 29,63 23,19 27,17 29,50 27,33
Mt 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63
p 0,60 0,50 0,44 0,22 0,25 0,66 0,38 0,13 0,38
q 0,40 0,50 0,56 0,78 0,75 0,34 0,63 0,88 0,63
Validitas

pq 0,2400 0,2500 0,2461 0,1709 0,1875 0,2256 0,2344 0,1094 0,2344


St 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704
rpbis 0,396 0,387 0,428 0,074 0,464 0,088 0,403 0,298 0,418
thitung 2,279 2,219 2,506 0,395 2,770 0,470 2,333 1,653 2,437
ttabel 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048
Kriteria Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid
JBA 11 12 10 4 7 11 8 4 8
Daya Pembeda

JBB 7 4 4 3 1 10 4 0 4
JSA 15 15 15 15 15 15 15 15 15
JSB 15 15 15 15 15 15 15 15 15
DP 0,27 0,53 0,40 0,07 0,40 0,07 0,27 0,27 0,27
Kriteria Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup
JBA + JBB 18 16 14 7 8 21 12 4 12
Kesukaran
Tingkat

2JSA 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IK 0,60 0,53 0,47 0,23 0,27 0,70 0,40 0,13 0,40
Kriteria sedang sedang sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai
121

Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas


No Soal
10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 0 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 0 0 0 1
0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 0 0 1
0 1 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 0 1 1
1 1 1 0 0 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0
17 22 21 20 4 6 6 8 13
25,76 25,64 24,10 20,55 34,50 30,67 30,67 23,13 26,54
22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63
0,53 0,69 0,66 0,63 0,13 0,19 0,19 0,25 0,41
0,47 0,31 0,34 0,38 0,88 0,81 0,81 0,75 0,59
0,2490 0,2148 0,2256 0,2344 0,1094 0,1523 0,1523 0,1875 0,2412
8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704
0,383 0,512 0,232 -0,309 0,515 0,443 0,443 0,033 0,371
2,194 3,152 1,262 -1,719 3,181 2,617 2,617 0,173 2,115
2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048
Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid
11 15 11 9 4 5 5 3 9
6 7 10 11 0 1 1 5 4
15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15 15 15 15 15 15
0,33 0,53 0,07 -0,13 0,27 0,27 0,27 -0,13 0,33
Cukup Baik Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup
17 22 21 20 4 6 6 8 13
30 30 30 30 30 30 30 30 30
0,57 0,73 0,70 0,67 0,13 0,20 0,20 0,27 0,43
Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang
Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai
122

Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas


No Soal
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
29 17 28 26 22 18 24 23 21 15 1 14 16
22,90 26,24 23,36 23,69 25,77 28,72 24,58 24,35 25,24 27,33 20,00 26,64 27,94
22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63
0,91 0,53 0,88 0,81 0,69 0,56 0,75 0,72 0,66 0,47 0,03 0,44 0,50
0,09 0,47 0,13 0,19 0,31 0,44 0,25 0,28 0,34 0,53 0,97 0,56 0,50
0,0850 0,2490 0,1094 0,1523 0,2148 0,2461 0,1875 0,2021 0,2256 0,2490 0,0303 0,2461 0,2500
8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704
0,094 0,441 0,220 0,253 0,535 0,793 0,388 0,315 0,413 0,507 -0,054 0,406 0,609
0,500 2,597 1,193 1,385 3,350 6,892 2,228 1,755 2,403 3,114 -0,288 2,352 4,067
2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048
Tidak Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid
15 12 15 14 15 15 15 14 14 12 0 11 13
14 5 13 12 7 3 9 9 7 3 1 3 3
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
0,07 0,47 0,13 0,13 0,53 0,80 0,40 0,33 0,47 0,60 -0,07 0,53 0,67
Jelek Baik Jelek Jelek Baik Baik sekali Cukup Cukup Baik Baik Jelek Baik Baik
29 17 28 26 22 18 24 23 21 15 1 14 16
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
0,97 0,57 0,93 0,87 0,73 0,60 0,80 0,77 0,70 0,50 0,03 0,47 0,53
Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang
Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai
123

Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas


No Soal
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 0 1 0 1 1 0
0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 2 18 2 7 18 2 16 6 6
31,17 28,50 27,06 26,00 30,86 27,33 33,50 28,75 31,83 33,33
22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63
0,19 0,06 0,56 0,06 0,22 0,56 0,06 0,50 0,19 0,19
0,81 0,94 0,44 0,94 0,78 0,44 0,94 0,50 0,81 0,81
0,1523 0,0586 0,2461 0,0586 0,1709 0,2461 0,0586 0,2500 0,1523 0,1523
8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704
0,471 0,174 0,576 0,100 0,500 0,612 0,322 0,703 0,508 0,591
2,825 0,935 3,729 0,531 3,055 4,098 1,802 5,226 3,119 3,872
2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048
Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
5 1 14 1 6 14 2 14 5 5
1 1 4 1 1 4 0 2 1 1
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
0,27 0,00 0,67 0,00 0,33 0,67 0,13 0,80 0,27 0,27
Cukup Jelek Baik Jelek Cukup Baik Jelek Baik sekali Cukup Cukup
6 2 18 2 7 18 2 16 6 6
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
0,20 0,07 0,60 0,07 0,23 0,60 0,07 0,53 0,20 0,20
Sukar Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar
Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai
124

Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas


No Soal Y Y2
42 43 44 45 46 47 48 49 50
1 1 1 1 1 1 1 0 0 36 1296
0 1 0 1 1 1 1 0 0 37 1369
1 1 1 1 1 1 1 0 0 36 1296
1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 1369
1 1 1 1 1 1 1 0 0 34 1156
0 0 0 0 1 1 0 0 0 30 900
0 0 0 1 1 1 1 0 0 28 784
0 1 0 1 1 1 1 0 0 27 729
0 1 0 1 1 1 1 0 0 28 784
0 0 0 1 1 1 1 0 0 30 900
1 1 0 1 1 1 1 0 0 28 784
0 1 0 1 1 1 1 0 0 29 841
0 0 0 1 1 1 1 0 0 27 729
0 0 0 1 1 1 1 0 0 25 625
0 0 0 1 1 1 1 0 0 25 625
0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 400
0 0 0 1 1 1 1 0 0 20 400
0 1 1 0 0 1 0 1 0 20 400
0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 324
0 0 0 0 1 0 0 1 1 18 324
0 0 1 0 0 0 0 0 0 15 225
0 0 1 0 0 0 0 0 0 14 196
0 0 1 1 0 0 0 0 1 13 169
0 0 1 1 0 0 0 0 1 12 144
0 0 1 1 0 0 0 0 1 11 121
0 1 1 0 0 1 0 0 0 14 196
0 0 0 1 0 0 0 0 0 13 169
0 0 1 1 0 0 0 0 1 11 121
0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 144
0 0 1 1 0 0 0 0 1 11 121
5 11 15 22 17 18 15 3 7 679 17641
34,20 29,64 20,13 24,09 29,12 28,39 29,80 25,00 16,14
22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63 22,63
0,16 0,34 0,47 0,69 0,53 0,56 0,47 0,09 0,22
0,84 0,66 0,53 0,31 0,47 0,44 0,53 0,91 0,78
0,1318 0,2256 0,2490 0,2148 0,2490 0,2461 0,2490 0,0850 0,1709
8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704 8,704
0,572 0,582 -0,270 0,248 0,793 0,750 0,773 0,087 -0,395
3,688 3,790 -1,483 1,357 6,889 5,996 6,456 0,465 -2,272
2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048
Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak Tidak
5 9 4 14 15 15 14 1 1
0 2 11 8 2 3 1 2 6
15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15 15 15 15 15 15
0,33 0,47 -0,47 0,40 0,87 0,80 0,87 -0,07 -0,33
Cukup Baik Jelek Cukup Baik sekali Baik sekali Baik sekali Jelek Jelek
5 11 15 22 17 18 15 3 7
30 30 30 30 30 30 30 30 30 k= 50
0,17 0,37 0,50 0,73 0,57 0,60 0,50 0,10 0,23 M= 22,633
Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Vt = 75,766
Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang r11 = 0,854
125
Lampiran 9

PERHITUNGAN VALIDITAS SOAL UJI COBA

Rumus :

Mp Mt p
rpbis
St q
Keterangan:

Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt = Rata-rata skor total

St = Standart deviasi skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Kriteria Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.

n 2
t hitung rpbis
1 r2

Perhitungan :

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal

yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel

analisis butir soal.


126

Butir soal no Skor Total


No Kode Y2 XY
1 (X) (Y)
1 UC-05 1 36 1296 36
2 UC-07 1 37 1369 37
3 UC-23 0 36 1296 0
4 UC-26 1 37 1369 37
5 UC-18 1 34 1156 34
6 UC-29 1 30 900 30
7 UC-14 1 28 784 28
8 UC-16 0 27 729 0
9 UC-17 1 28 784 28
10 UC-20 1 30 900 30
11 UC-30 0 28 784 0
12 UC-19 1 29 841 29
13 UC-15 1 27 729 27
14 UC-25 0 25 625 0
15 UC-27 1 25 625 25
16 UC-01 1 20 400 20
17 UC-03 0 20 400 0
18 UC-08 1 20 400 20
19 UC-10 1 18 324 18
20 UC-09 1 18 324 18
21 UC-12 1 15 225 15
22 UC-28 1 14 196 14
23 UC-06 0 13 169 0
24 UC-04 1 12 144 12
25 UC-11 0 11 121 0
26 UC-21 0 14 196 0
27 UC-02 0 13 169 0
28 UC-13 0 11 121 0
29 UC-22 0 12 144 0
30 UC-24 0 11 121 0
Jumlah 18 679 17641 458

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh

Mp = Jumlah skor total yang menjawab benar pada soal no. 1


Banyaknya siswa yang menjawab benar pada soal no. 1

= 458
18
127

= 25,44

Mt = Jumlah skor total


Banyaknya siswa

= 679
30

= 22,63

p = Jumlah skor yang menjawab benar pada no. 1


Banyaknya siswa

= 18
30

= 0,60

q = 1-p

= 1- 0,60

= 0,40

St =

= 8,70

rpbis =

= 0,396
128

thitung = 0,396

= 0,396 x 5,76134

= 2,279

Pada α = 5% dengan dk = n - 2 = 30 - 2 diperoleh t tabel = 1.701

Karena t hitung > t tabel, maka soal nomer 1 valid


129
Lampiran 10

PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL UJI COBA

Rumus:

Keterangan :

DP : Daya pembeda

BA : Banyaknya jawaban yang benar pada butir soal kelompok atas

BB : Banyaknya jawaban yang benar pada butir soal kelompok bawah

JA : Jumlah siswa kelompok atas

JB : Jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria

Interval Kriteria

DP 0,00 Sangat jelek (very poor)

0,00< DP 0,20 Jelek (poor)

0,20< DP 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40< DP 0,70 Baik (good)

0,70< DP 1,00 Sangat baik (excellent)


130

Perhitungan

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no. 1, selanjutnya untuk butir soal

yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel

analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah

No Kode Skor No Kode Skor

1 UC-05 1 1 UC-01 1

2 UC-07 1 2 UC-03 0

3 UC-23 0 3 UC-08 1

4 UC-26 1 4 UC-10 1

5 UC-18 1 5 UC-09 1

6 UC-14 1 6 UC-06 1

7 UC-14 1 7 UC-28 1

8 UC-16 0 8 UC-06 0

9 UC-17 1 9 UC-04 1

10 UC-20 1 10 UC-11 0

11 UC-30 0 11 UC-21 0

12 UC-19 1 12 UC-02 0

13 UC-15 1 13 UC-13 0

14 UC-25 0 14 UC-22 0

15 UC-27 1 15 UC-24 0

Jumlah 11 Jumlah 7

DP =

= 0,27

Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai daya pembeda cukup.


131
Lampiran 11

PERHITUNGAN INDEKS KESUKARAN SOAL UJI COBA

Rumus :

JB A JB B
IK
JS A JS B

Keterangan :

IK : Iindeks kesukaran

JBA : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas

JBB : Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah

JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria

Interval Kriteria

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah


132

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor satu, selanjutnya untuk butir

soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel

analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah

No Kode Skor No Kode Skor

1 UC-05 1 1 UC-01 1

2 UC-07 1 2 UC-03 0

3 UC-23 0 3 UC-08 1

4 UC-26 1 4 UC-10 1

5 UC-18 1 5 UC-09 1

6 UC-14 1 6 UC-06 1

7 UC-14 1 7 UC-28 1

8 UC-16 0 8 UC-06 0

9 UC-17 1 9 UC-04 1

10 UC-20 1 10 UC-11 0

11 UC-30 0 11 UC-21 0

12 UC-19 1 12 UC-02 0

13 UC-15 1 13 UC-13 0

14 UC-25 0 14 UC-22 0

15 UC-27 1 15 UC-24 0

Jumlah 11 Jumlah 7

IK =

= 0,60

Maka soal nomor 1 termasuk dalam kriteria Indeks Kesukaran sedang.


133
134
Lampiran 12

PERHITUNGAN RELIABILITAS SOAL UJI COBA

Rumus :

k M(k M
r11
k -1 kVt
Keterangan :

r11 : reliabilitas soal

k : banyaknya butir soal

M : rata-rata skor total soal

Vt : varians skor total

Kriteria :

Apabila r11 > r11 tabel, maka instrumen tersebut reliabel

Interval Kriteria

r ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan tabel pada analisis uji coba diperoleh :


135

k = 50

M = 22,63

Vt =

= 75,7656

r11 = (1-

= 0,854

Maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel


136
137
Lampiran 13

Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal tahun pelajaran 2013/2014

No Ipa 3 Ipa 4 Ipa 5


1 54 38 49
2 49 31 31
3 45 59 70
4 62 47 92
5 56 65 31
6 64 60 67
7 62 84 83
8 56 37 30
9 49 70 59
10 69 75 21
11 69 77 56
12 59 69 43
13 70 74 64
14 81 84 61
15 70 67 57
16 72 51 33
17 68 33 61
18 70 25 61
19 62 62 39
20 49 67 71
21 45 44 31
22 37 55 36
23 47 51 70
24 59 64 46
25 84 59 73
26 46 52 37
27 48 45 71
28 39 35 41
29 45 39 51
30 58 47 38
31 57
32 65
∑ 1866 1666 1573
x 58,3125 55,53333 52,43333
s² 137,0605 259,7747 320,392
s 11,70728 16,11753 17,8995
n 32 30 30
138
Lampiran 14

UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS

XI IPA 3

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei

Kriteria yang diigunakan

Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Nilai maksimum = 84 Panjang kelas = 8

Nilai minimum = 37 Rata-rata = 58,31

Rentang = 47 s = 11,71

Bnyak kelas =6 n = 32
139

( Oi -
Batas Z untuk Peluang Luas kelas
kelas Interval Ei Oi Ei)²
kelas batas kelas untuk Z untuk Z
Ei

36,5 -1,86 0,469

37 - 44 44,5 -1,18 0,381 0,0878 2,8101 2 0,2335

45 - 52 52,5 -0,50 0,190 0,1907 6,1037 9 1,3744

53 - 60 60,5 0,19 0,074 0,1161 3,7156 7 2,9032

61 -68 68,5 0,87 0,308 0,2338 7,4813 6 0,2933

69 - 76 76,5 1,55 0,440 0,1320 4,2224 6 0,7483

77 -84 84,5 2,24 0,487 0,0475 1,5201 2 0,1515

5,7042

Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81

Daerah penerimaan H 5,7042 7,81 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.


140

UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS

XI IPA 4

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei

Kriteria yang diigunakan

Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Nilai maksimum = 84 Panjang kelas = 10

Nilai minimum = 25 Rata-rata = 55,53

Rentang = 59 s = 16,12

Bnyak kelas =6 n = 30
141

( Oi -
Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei)²
kelas Interval Ei Oi
kelas batas kelas untuk Z untuk Z
Ei
24,5 -1,93 0,473
25 - 34 34,5 -1,30 0,404 0,0689 2,0658 3 0,4225
35-44 44,5 -0,68 0,253 0,1509 4,5260 5 0,0496
45-54 54,5 -0,06 0,026 0,2276 6,8288 6 0,1006
55-64 64,5 0,56 0,211 0,1854 5,5634 6 0,0343
65-74 74,5 1,18 0,380 0,1693 5,0805 6 0,1664
75-84 84,5 1,80 0,464 0,0835 2,5048 4 0,8926
1,6660

Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81

Daerah penerimaan H 5,7042 7,81 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.


142

UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS

XI IPA 5

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei

Kriteria yang diigunakan

Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Nilai maksimum = 92 Panjang kelas = 12

Nilai minimum = 21 Rata-rata = 52,43

Rentang = 71 s = 17,90

Bnyak kelas =6 n = 30
143

( Oi -
kelas Batas Z untuk batas Peluang Luas kelas
Ei Oi Ei)²
Interval kelas kelas untuk Z untuk Z
Ei

20,5 -1,78 0,463

21-32 32,5 -1,11 0,367 0,0955 2,8653 5 1,5903

33-44 44,5 -0,44 0,171 0,1961 5,8825 7 0,2123

45-56 56,5 0,23 0,090 0,0813 2,4399 4 0,9975

57-68 68,5 0,90 0,315 0,2254 6,7631 7 0,0083

69-80 80,5 1,57 0,442 0,1263 3,7878 5 0,3880

81-92 92,5 2,24 0,487 0,0458 1,3753 2 0,2838

3,4801

Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81

Daerah penerimaan H 5,7042 7,81 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.


144
145
Lampiran 15

UJI HOMOGENITAS POPULASI

Hipotesis

H : σ21 = σ 2 2 = σ2 3

A : Tidak semua σ2i, untuk i = 1,2,3

Kriteria:

H diterima jika χ2hitung < χ2 tabel (1-α)(k-1)

Penguji Hipotesis

Kelas ni dk = ni - 1 Si2 (dk) Si2 log Si2 (dk) log Si2

XI IPA 3 32 31 137,06 4248,88 2,137 66,244

XI IPA 4 30 29 259,77 7533,47 2,415 70,023

XI IPA 5 30 29 320,39 9291,37 2,506 72,665

Jumlah 92 89 717,227 21073,71 7,057 208,932

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah :

S2 =

=
146

= 236,8

Log S2 = 2,374

Harga satuan B

B = (Log S2) ∑ (ni-1)

= 2,374 x 89

= 211,3

χ2 = (ln 10) {B-∑(ni-1)logSi2 }

= 2,303 ( 211,3- 208,932)

= 5,492

Untuk α = 5 % dengan dk = k-1 =3-1 = 2 diperoleh χ2tabel = 5,99

Daerah penerimaan H 5,492 5,99 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka populasi mempunyai varians yang sama (homogen)
147
Lampiran 16

UJI KESAMAAN RATA-RATA KEADAAN AWAL POPULASI

(UJI ANAVA)

Hipotesis

H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (µ1=µ2=µ3=µ4)

A :terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (µ1≠µ2=µ3=µ4)

Kriteria

H diterima jika F hitung < F α(k-1)∑(n-1)

F α(k-1)(n-k)

Daerah penerimaan H Daerah penolakan H

Pengujian Hipotesis

Jumlah Kuadrat

1. Jumlah Kuadrat Rata-Rata (RY)

RY =

= 283272
148

2. Jumlah kuadrat antar kelompok (AY)

AY =

= 283807,3 – 283272

= 535,28

3. Jumlah kuadrat total (JK tot)

JK tot = 542 + 492 + 452 + ...+ 382

= 304881

4. Jumlah kuadrat dalam (DY)

DY = JK tot – RY – AY

= 304881 – 283272 – 535,281

= 21073,71

Tabel Ringkasan ANAVA


Sumber Variasi dk Jk KT F hitung F tabel

Rata-rata 1 RY k = RY : 1 3,099
Antar Kelompok k-1 AY A = AY : (K-1) A/D
Dalam Kelompok ∑ (ni-1) DY D = DY : (∑ (ni-1))
Total ∑ ni ∑ X2

Sumber Variasi dk Jk KT F hitung F tabel

Rata-rata 1 283272,011 283272,011


Antar Kelompok 2 535,281 267,640 1,130 3,099
Diperoleh F
Dalam Kelompok (tabel)
89 dengan dk pembilang
21073,708 = (k-1)
236,783 = 3-1 = 2,
Total 92 304881,000
149

dk penyebut = ∑(n-1) = 89, dan α = 5% Sebesar = 3,099


150
Lampiran 17

NILAI HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA (POST TEST)

KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS EKSPERIMEN II

Eksperimen I Eksperimen II
No. Kode Nilai Kriteria No. Kode Nilai Kriteria
1 E1-01 80 Tuntas 1 E2-01 76 Tuntas
2 E1-02 76 Tuntas 2 E2-02 53 Tidak Tuntas
3 E1-03 63 Tidak Tuntas 3 E2-03 70 Tidak Tuntas
4 E1-04 86 Tuntas 4 E2-04 76 Tuntas
5 E1-05 76 Tuntas 5 E2-05 66 Tidak Tuntas
6 E1-06 56 Tidak Tuntas 6 E2-06 80 Tuntas
7 E1-07 93 Tuntas 7 E2-07 66 Tidak Tuntas
8 E1-08 66 Tidak Tuntas 8 E2-08 80 Tuntas
9 E1-09 90 Tuntas 9 E2-09 83 Tuntas
10 E1-10 86 Tuntas 10 E2-10 66 Tidak Tuntas
11 E1-11 86 Tuntas 11 E2-11 83 Tuntas
12 E1-12 93 Tuntas 12 E2-12 76 Tuntas
13 E1-13 66 Tidak Tuntas 13 E2-13 66 Tidak Tuntas
14 E1-14 76 Tuntas 14 E2-14 80 Tuntas
15 E1-15 83 Tuntas 15 E2-15 73 Tidak Tuntas
16 E1-16 66 Tidak Tuntas 16 E2-16 56 Tidak Tuntas
17 E1-17 83 Tuntas 17 E2-17 53 Tidak Tuntas
18 E1-18 86 Tuntas 18 E2-18 86 Tuntas
19 E1-19 83 Tuntas 19 E2-19 80 Tuntas
20 E1-20 80 Tuntas 20 E2-20 63 Tidak Tuntas
21 E1-21 76 Tuntas 21 E2-21 80 Tuntas
22 E1-22 63 Tidak Tuntas 22 E2-22 66 Tidak Tuntas
23 E1-23 86 Tuntas 23 E2-23 76 Tuntas
24 E1-24 86 Tuntas 24 E2-24 76 Tuntas
25 E1-25 83 Tuntas 25 E2-25 66 Tidak Tuntas
26 E1-26 56 Tidak Tuntas 26 E2-26 86 Tuntas
27 E1-27 90 Tuntas 27 E2-27 53 Tidak Tuntas
28 E1-28 76 Tuntas 28 E2-28 70 Tidak Tuntas
29 E1-29 80 Tuntas 29 E2-29 63 Tidak Tuntas
30 E1-30 86 Tuntas 30 E2-30 80 Tuntas
31 31 E2-31 76 Tuntas
32 32 E2-32 73 Tidak Tuntas
n 30 32
jumlah 2356 2297
rata-rata 78,533 71,781
s² 108,947 91,59577
s 10,4378 9,570568
Xmax 93 86
Xmin 56 53
rentang 37 33
log n 1,47712 1,50515
K hit 5,8745 5,966995
K 6 6
p K hit 6,16667 5,530422
pK 7 6
151
Lampiran 19

UJI NORMALITAS DATA NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN I

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei

Kriteria yang diigunakan

Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Nilai maksimum = 93 Panjang kelas = 7

Nilai minimum = 56 Rata-rata = 78,5333

Rentang = 37 s = 10,43777

Bnyak kelas =6 n = 30
152

Batas Z untuk Peluang Luas Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei
Kelas batas kls Untuk Z kelas Z Ei
55,5 -2,2067 0,4863
56 - 62 62,5 -1,5361 0,4377 0,0486 1,4578 2 0,2017
63 - 69 69,5 -0,8654 0,3066 0,1311 3,9342 5 0,2888
70 - 76 76,5 -0,1948 0,0772 0,2294 6,8813 5 0,5143
77 - 83 83,5 0,4758 0,1829 0,1057 3,1703 7 4,6262
84 - 90 90,5 1,1465 0,3742 0,1913 5,7389 9 1,8531
91 97 97,5 1,8171 0,4654 0,0912 2,7360 2 0,1980
2 = 7,6821

Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81

Daerah penerimaan H 7,6821 7,81 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.


153

UJI NORMALITAS DATA NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN II

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

k 2
2 Oi Ei
i 1 Ei

Kriteria yang diigunakan

Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Nilai maksimum = 86 Panjang kelas = 6

Nilai minimum = 53 Rata-rata = 71,7813

Rentang = 33 s = 9,57057

Bnyak kelas =6 n = 32
154

Z (Oi-Ei)²
Batas untuk Peluang Luas
Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas Untuk Z kelas Z Ei
kls
52,5 -2,0146 0,4780
53 - 58 58,5 -1,3877 0,4174 0,0606 1,9405 4 2,1858
59 - 64 64,5 -0,7608 0,2766 0,1408 4,5049 2 1,3928
65 - 70 70,5 -0,1339 0,0532 0,2234 7,1476 8 0,1017
71 - 76 76,5 0,4930 0,1890 0,1358 4,3444 8 3,0761
77 - 82 82,5 1,1200 0,3686 0,1796 5,7480 6 0,0110
83 88 97,5 2,6873 0,4964 0,1278 4,0884 4 0,0019
2 = 6,7693

Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81

Daerah penerimaan H 6,7693 7,81 Daerah penolakan H

Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.


155
156
Lampiran `19

UJI KESAMAAN DUA VARIANS

NILAI POST TEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN I DAN II

Hipotesis

H : s12 = s22 ( kedua kelompok mempunyai varianns yang tidak berbeda )

A : s12 ≠ s22 ( kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda )

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

F =

H diterima apabila F 0,975(v1:v2) < F < F 0,025(v1:v2)

Daerah penolakan H Daerah penolakan H

Dari data diperoleh :


Kelas
Sumber variasi Kelas Ekperimen I
Eksperimen II
Jumlah 2356 2297
n 30 32
Rata-rata 78,53333 71,78125
2
Varians (s ) 108,94713 91,59577
Standar deviasi (s) 10,43777 9,57057
157

Berdasarkan rumus diatas diperoleh:

F =

= 1,189

v1 = n1-1 = 30-1 = 29

v2 `= n2-1 = 32-1 = 31

F 0,975(35:35) = 0,48

F 0,025(35:35) = 2,07

Daerah penolakan H 0,048 1,19 2,07 Daerah penolakan H

Karena F pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas

eksperimen mempunyai varians yang sama.


158
159
Lampiran `20

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DUA PIHAK NILAI POST TEST

ANTARA KELAS EKSPERIMEN I DAN II

Hipotesis

H : µ1 = µ2 (kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda)

A : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok mempunyai varians yang berbedaa)

Uji Hipotesis

Untuk meenguji hipotesis digunakan rumus :

x1 x 2 Dimana,
t n1 1 s12 n 2 1 s22
1 1 s
s n1 n 2 2
n1 n 2

H ditolak apabila –t (1-1/2α)(ni+n2-2) > t > t (1-1/2α)(n1+n2-2)

Daerah penolakan H Daerah penolakan H


160

Dari data diperoleh:

Sumber variasi Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Jumlah 2304 2297

n 30 32

Rata-rata 76,80 71,78

Varians (s2) 101,54 91,60

Standart deviasi (s) 10,08 9,57

s =

= 9,819

t =

= 2,011

Pada α = 5% dengan dk =30+32 -2 = 60 diperoleh t (0,975)(60) = 2,00

Daerah Penolakan H -2,00 2,00 2,657 Daerah Penolakan H


161

Karena t berada pada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen I berbeda dengan kelas eksperimen II.


162
Lampiran `21

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA SATU PIHAK KIRI NILAI POST TEST

ANTAR KELAS EKSPERIMEN I DAN II

Hipotesis

H : µ1 ≥ µ2

A : µ1 < µ2

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

t
x1 x 2 n1 1 s12 n 2 1 s22
Dimana, s
1 1 n1 n 2 2
s
n1 n 2

H diterima apabila t ≥ -t 1-α

Dari data diperoleh:


Sumber variasi Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Jumlah 2356 2297


n 30 32
Rata-rata 78,53 71,78
Varians (s2) 108,95 91,60
Standart deviasi (s) 10,44 9,57
163

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:

s =

= 10,00

t =

= 2,66

Pada α= 5% dengan dk = 30 +32-2 = 60 diperoleh –t(0,95) = -1,7

-1,67 2,66

Karena t berada pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II


164
165
Lampiran `22

UJI KETUNTASAN BELAJAR KELAS EKSPERIMEN I

Hipotesis

H : µ < 75

A : µ ≥ 75

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

x 0
t
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1)

Dari data diperoleh:


Sumber variasi Kelas Eksperimen I

Jumlah 2356
n 30
Rata-rata 78,53
Varians (s2) 108,9471
Standart deviasi (s) 10,44

Berdasarkan rumus diatas diperoleh:


166

t =

=1,854

Untuk α = 5% dengan dk =30-1 = 29 diperoleh t (0,95) = 1,70

1,70 1,854

Karena t berada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil

belajar kelas eksperimen I mencapai ketuntasan.

Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Eksperimen I

Tuntas jika % ≥ 75%

Tidak tuntas jika % < 75%

% =

= x 100%

= 77%

Karena persentase belajar 77% maka kelas eksperimen I mencapai ketuntasan

belajar klasikal.
167
Lampiran `23

UJI KETUNTASAN BELAJAR KELAS EKSPERIMEN II

Hipotesis

H : µ < 75

A : µ ≥ 75

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

x 0
t
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1)

Dari data diperoleh:


Sumber variasi Kelas Eksperimen I
Jumlah 2297
n 32
Rata-rata 71,78
Varians (s2) 91,5958
Standart deviasi (s) 9,57

Berdasarkan rumus diatas diperoleh:

t =
168

=-1,902

Untuk α = 5% dengan dk =32-1 = 31 diperoleh t (0,95) = 1,696

-1,902 1,696

Karena t berada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil

belajar kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan.

Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Eksperimen II

Tuntas jika % ≥ 75%

Tidak tuntas jika % < 75%

% =

= x 100%

= 50%

Karena persentase belajar 50% maka kelas eksperimen II belum mencapai

ketuntasan belajar klasikal.


169
170
Lampiran `24

RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF SISWA

No. Aspek yang Indikator yang sering muncul Gradasi tingkat


dinilai ketercapaian
1. Bertanya Bertanya dengan mengacungkan 4 = apabila 3
jari indikator
Memulai pertanyaan setelah muncul
dipersilahkan 3 = apabila 2
Pertanyaan disampaikan dengan indikator
runtut dan jelas muncul
Pertanyaan logis sesuai dengan 2 = apabila 1
topik bahasan yang sedang indikator
dibahas muncul
1 = apabila tidak
ada indiKator
yang muncul
2. Menyumbangkan Berpendapat dengan 4 = apabila 3
ide atau pendapat mengacungkan jari indikator
Mengemukakan pendapat setelah muncul
dipersilahkan 3 = apabila 2
Pendapat disampaikan secara indikator
runtut dan jelas muncul
Pendapat logis dan sesuai dengan 2 = apabila 1
topik bahasan yang dibahas indikator
muncul
1 = apabila tidak
ada indikator
yang muncul
3. Menjadi Mendengarkan teman yang 4 = apabila 3
pendengar yang sedang menyampaikan hasil indikator
baik Mendengarkan teman yang muncul
sedang mengajukan pertanyaan 3 = apabila 2
Mendengarkan jawaban teman indikator
Mendengarkan pendapat yang pro muncul
maupun yang kontra 2 = apabila 1
indikator
muncul
1 = apabila tidak
ada indikator
yang muncul
4. Bekerjasama Kemauan dalam membantu teman 4 = apabila 3
kelompoknya indikator
Kemauan membagi tugas dalam muncul
kelompoknya 3 = apabila 2
171

Kemampuan untuk mengorganisir indikator


kelompoknya muncul
Kemampuan berkomunikasi 2 = apabila 1
dengan teman kelompoknya indikator
muncul
1 = apabila tidak
ada indikator
yang muncul
172
173
Lampiran `25
174
Lampiran `26

ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN I

Aspek yang dinilai


No Kode Siswa Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4
1 PE-01 4 3 4 4 15 sangat baik
2 PE-02 4 2 3 4 13 sangat baik
3 PE-03 4 2 4 3 13 sangat baik
4 PE-04 3 4 3 4 14 sangat baik
5 PE-05 4 2 4 3 13 sangat baik
6 PE-06 4 4 3 4 15 sangat baik
7 PE-07 4 3 3 4 14 sangat baik
8 PE-08 4 4 4 4 16 sangat baik
9 PE-09 4 3 4 4 15 sangat baik
10 PE-10 4 4 4 4 16 sangat baik
11 PE-11 3 3 3 3 12 baik
12 PE-12 4 2 4 4 14 sangat baik
13 PE-13 4 3 4 4 15 sangat baik
14 PE-14 4 4 3 3 14 sangat baik
15 PE-15 4 4 4 4 16 sangat baik
16 PE-16 4 3 4 4 15 sangat baik
17 PE-17 3 3 3 4 13 sangat baik
18 PE-18 4 3 3 4 14 sangat baik
19 PE-19 4 4 3 4 15 sangat baik
20 PE-20 4 4 3 4 15 sangat baik
21 PE-21 3 3 3 3 12 baik
22 PE-22 4 3 4 3 14 sangat baik
23 PE-23 3 2 3 3 11 baik
24 PE-24 4 4 4 4 16 sangat baik
25 PE-25 4 2 4 4 14 sangat baik
26 PE-26 4 3 3 3 13 sangat baik
27 PE-27 4 3 4 3 14 sangat baik
28 PE-28 3 2 3 4 12 baik
29 PE-29 4 4 3 3 14 sangat baik
30 PE-30 4 3 4 3 14 sangat baik
Jumlah 114 93 105 109
rata-rata 3,352941 2,73529 3,08824 3,20588
Kriteria sangat baik baik baik baik
175

ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN II

Aspek yang dinilai


No Kode Siswa Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4
1 PE-01 3 3 4 3 13 sangat baik
2 PE-02 4 4 3 3 14 sangat baik
3 PE-03 3 2 2 3 10 baik
4 PE-04 3 2 3 4 12 baik
5 PE-05 3 3 4 3 13 sangat baik
6 PE-06 3 4 3 4 14 sangat baik
7 PE-07 3 3 3 4 13 sangat baik
8 PE-08 2 4 3 3 12 baik
9 PE-09 2 2 3 4 11 baik
10 PE-10 3 3 4 4 14 sangat baik
11 PE-11 2 3 3 3 11 baik
12 PE-12 2 3 3 4 12 baik
13 PE-13 4 3 2 3 12 baik
14 PE-14 2 3 2 3 10 baik
15 PE-15 3 4 3 4 14 sangat baik
16 PE-16 3 3 4 3 13 sangat baik
17 PE-17 2 3 2 4 11 baik
18 PE-18 4 3 3 4 14 sangat baik
19 PE-19 2 2 3 3 10 baik
20 PE-20 4 3 4 4 15 sangat baik
21 PE-21 2 3 4 3 12 baik
22 PE-22 3 3 4 3 13 sangat baik
23 PE-23 3 2 3 4 12 baik
24 PE-24 4 3 2 4 13 sangat baik
25 PE-25 2 3 3 3 11 baik
26 PE-26 2 3 4 4 13 sangat baik
27 PE-27 3 3 2 3 11 baik
28 PE-28 3 2 3 3 11 baik
29 PE-29 3 4 4 3 14 sangat baik
30 PE-30 2 3 4 4 13 sangat baik
31 PE-31 3 2 3 4 12 baik
32 PE-32 2 3 4 3 12 baik
Jumlah 89 94 101 111
rata-rata 2,61765 2,76471 2,97059 3,2647059
Kriteria baik baik baik baik
176
177
Lampiran 27

PEDOMAN PENYEKORAN ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA

No. Aspek Skor Kriteria


1. Persiapan siswa dalam 5 Membawa buku pedoman praktikum,
melaksanakan membawa buku kimia lain, membuat
praktikum rancangan praktikum dan menyelesaikan
lembar prediksi
4 Tidak melaksanakan satu diantaranya
3 Tidak melaksanakan dua diantaranya
2 Tidak melaksanakan tiga diantaranya
1 Tidak melaksanakan semuanya.
2. Kemampuan siswa 5 Siswa mampu bekerja sama dengan
dalam bekerja sama memberi bantuan kepada anggota
dengan kelompok kelompoknya maupun anggota kelompok
lain
4 Siswa hanya mampu memberi bantuan
kepada kelompokknya jika sedang sibuk
3 Siswa mampu memberi bantuan kepada
anggota kelompoknya dan anggota
kelompok lain jika tidak sibuk
2 Siswa mampu memberi bantuan kepada
anggota kelompoknya jika tidak sibuk
1 Siswa tidak mau memberi bantuan
kepada siapapun
3. Kecakapan siswa dalam 5 Siswa mampu melakukan percobaan
melakukan percobaan tanpa bantuan guru dan temannya
4 Siswa mampu melakukan percobaan
setelah mendapat bantuan dari guru
3 Siswa mampu melakukan percobaan
setelah mendapat bantuan dari temannya
2 Siswa mampu melakukan percobaan
setelah mendapat bantuan dari guru dan
temannya.
1 Siswa tidak mampu melakukan
percobaan
4. Kebersihan dan 5 Membersihkan dan merapikan kembali
kerapian tempat serta tempat kerja dan alat tanpa perintah guru
alat percobaan 4 Membersihkan dan merapikan kembali
tempat kerja dan alat setelah diperintah
guru.
3 Hanya membersihkan kembali tempat
kerja dan alat
2 Hanya marapikan kembali tempat kerja
saja
178

1 Tidak membersihkan dan merapikan


kembali tempat kerja dan alat.
5. Kemampuan siswa 5 Siswa mampu membuat pembahasan dan
dalam membuat laporan simpulan dengan benar tanpa bantuan
dari guru.
4 Siswa mampu membuat simpulan dengan
benar tanpa bantuan dari guru
3 Siswa mampu membuat pembahasan
tanpa bantuan dari guru.
2 Siswa mampu membuat pembahasan dan
simpulan dengan benar setelah mendapat
bantuan dari guru.
1 Siswa tidak dapat membuat simpulan dan
pembahasan dengan benar
179
180
Lampiran 28

PERHITUNGAN RELIABILITAS UJI COBA LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK

RATERS
RESPONDEN ∑Xp (∑xP)2
A B C
1 24 25 24 73 5329
2 23 24 24 71 5041 VARIASI JK db MK
3 24 23 25 72 5184 JKT 147,9896 95
4 23 24 24 71 5041 JK antar rater7,270833 2
5 21 21 22 64 4096 JKs 114,6563 31 3,69859
6 22 23 23 68 4624 JKr 26,0625 62 0,42036
7 23 24 24 71 5041 r11 0,72218521
8 24 24 23 71 5041 r11 0,886345053
9 22 23 23 68 4624
10 24 24 25 73 5329
11 24 24 23 71 5041
12 23 25 25 73 5329
13 23 23 24 70 4900
14 21 22 22 65 4225
15 23 23 24 70 4900
16 21 21 22 64 4096
17 22 23 22 67 4489
18 20 21 21 62 3844
19 23 23 24 70 4900
20 21 21 20 62 3844
21 23 23 24 70 4900
22 22 23 22 67 4489
23 21 21 22 64 4096
24 21 23 22 66 4356
25 24 23 23 70 4900
26 22 24 25 71 5041
27 21 20 21 62 3844
28 23 24 24 71 5041
29 22 24 22 68 4624
30 24 23 23 70 4900
31 22 23 24 69 4761
32 22 23 22 67 4489
∑Xp 718 735 738 2191 150359
(∑xP)2 515524 540225 544644

JKT 50153 147,99


DB 95
JKTR 50012,3 7,27083
DB 2
JKS 50119,7 114,656
DB 31
JKR 26,0625
DB 62
181
Lampiran 29

ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN 1

Aspek yang dinilai


No Kode Siswa Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4 5
1 P-K01 5 4 4 5 3 21 sangat baik
2 P-K02 5 3 5 4 5 22 sangat baik
3 P-K03 5 4 3 5 5 22 sangat baik
4 P-K04 5 3 5 5 4 22 sangat baik
5 P-K05 5 4 5 5 3 22 sangat baik
6 P-K06 5 3 3 4 5 20 baik
7 P-K07 5 5 3 5 4 22 sangat baik
8 P-K08 4 3 3 5 3 18 baik
9 P-K09 5 5 3 5 4 22 sangat baik
10 P-K10 5 3 4 5 5 22 sangat baik
11 P-K11 5 3 3 4 4 19 baik
12 P-K12 5 4 3 5 3 20 baik
13 P-K13 5 3 5 5 4 22 sangat baik
14 P-K14 5 3 3 4 3 18 baik
15 P-K15 5 4 5 5 3 22 sangat baik
16 P-K16 5 3 4 5 4 21 sangat baik
17 P-K17 5 3 3 4 4 19 baik
18 P-K18 5 3 3 5 3 19 baik
19 P-K19 5 4 5 5 5 24 sangat baik
20 P-K20 5 3 4 4 3 19 baik
21 P-K21 5 3 3 5 4 20 baik
22 P-K22 5 4 4 4 4 21 sangat baik
23 P-K23 5 4 3 5 5 22 sangat baik
24 P-K24 5 3 4 4 4 20 baik
25 P-K25 5 4 3 5 3 20 baik
26 P-K26 5 4 5 5 4 23 sangat baik
27 P-K27 5 5 4 5 3 22 sangat baik
28 P-K28 5 4 3 5 4 21 sangat baik
29 P-K29 5 5 4 5 4 23 sangat baik
30 P-K30 5 4 4 5 3 21 sangat baik
Jumlah 149 110 113 142 115
Rata-rata 4,3823529 3,23529 3,32353 4,176471 3,38235
Kriteria sangat baik baik baik sangat baik baik
182

ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN II

Aspek yang dinilai


No Kode Siswa Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4 5
1 P-K01 5 4 4 5 3 21 sangat baik
2 P-K02 5 3 3 4 5 20 baik
3 P-K03 3 3 5 4 3 18 baik
4 P-K04 3 3 3 4 4 17 baik
5 P-K05 5 3 4 4 3 19 baik
6 P-K06 3 3 3 4 4 17 baik
7 P-K07 5 3 3 4 3 18 baik
8 P-K08 5 3 3 5 5 21 sangat baik
9 P-K09 5 3 5 5 4 22 sangat baik
10 P-K10 5 3 4 5 3 20 baik
11 P-K11 5 3 3 4 4 19 baik
12 P-K12 5 3 5 5 3 21 sangat baik
13 P-K13 5 3 3 4 3 18 baik
14 P-K14 4 5 3 5 3 20 baik
15 P-K15 4 4 3 3 3 17 baik
16 P-K16 5 3 4 5 4 21 sangat baik
17 P-K17 3 3 3 4 4 17 baik
18 P-K18 3 5 3 3 3 17 baik
19 P-K19 5 4 3 4 3 19 baik
20 P-K20 5 3 3 5 3 19 baik
21 P-K21 5 3 3 2 4 17 baik
22 P-K22 4 5 4 4 4 21 sangat baik
23 P-K23 4 4 3 5 4 20 baik
24 P-K24 2 3 4 4 4 17 baik
25 P-K25 2 3 3 4 3 15 cukup
26 P-K26 2 4 3 2 2 13 cukup
27 P-K27 5 3 5 5 3 21 sangat baik
28 P-K28 5 4 3 4 4 20 baik
29 P-K29 5 3 4 5 4 21 sangat baik
30 P-K30 5 4 4 5 3 21 sangat baik
31 P-K31 5 3 3 4 4 19 baik
32 P-K32 3 4 4 3 3 17 baik
Jumlah 135 110 113 133 112
Rata-rata 3,97059 3,23529 3,32353 3,91176 3,29412
Kriteria baik baik baik baik baik

Anda mungkin juga menyukai