Penelitian Sebelumnya Pemisahan-Co2 PDF
Penelitian Sebelumnya Pemisahan-Co2 PDF
PENDAHULUAN
1
I.1.1 Metode Pemisahan Gas CO2
Berbagai macam proses secara luas telah
dikembangkan untuk mereduksi CO2 dari aliran gas, antara
lain yaitu metode membran, kriogenik, adsorpsi, dan yang
paling umum digunakan adalah metode absorpsi dengan
larutan kimia. Membran merupakan metode pemisahan yang
tidak membutuhkan zat kimia tambahan dan juga kebutuhan
energinya sangat minimum. Membran dapat bertindak sebagai
filter yang sangat spesifik. Hanya molekul-molekul dengan
ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan
sisanya akan tertahan di permukaan membran. Tetapi
penggunaan membran membutuhkan aliran gas yang sangat
murni, dan terbebas dari partikel pengotor. Sementara
kriogenik dapat dipakai untuk tekanan parsial CO2 yang besar
namun dengan adanya proses pendinginan biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit. Bila digunakan untuk kandungan gas
CO2 yang rendah metode ini tidak efektif dari segi ekonomi,
metode ini biasanya hanya digunakan pada aliran gas dengan
kandungan CO2 yang sangat besar. Sedangkan adsorpsi telah
diterapkan namun kapasitas dan selektivitas yang rendah tidak
berpotensi untuk pengambilan CO2 dari aliran gas dengan
baik.
Metode absorpsi adalah metode pemisahan yang
paling ekonomis untuk memisahkan CO2 dari aliran gas.
Absorpsi CO2 dengan larutan kimia atau fisika adalah
teknologi yang dikembangkan dengan baik dan telah
diaplikasikan pada berbagai proses komersial, termasuk
pemurnian gas dan produksi Ammonia. Banyak penelitian
telah dilakukan pada teknologi ini lebih dari 50 tahun yang
lalu, terutama pada pengembangan pengetahuan terhadap
spesifikasi dan karakteristik dari jenis pelarut. Sebagai contoh
yang telah banyak dipublikasikan yaitu jenis pelarut seperti
amine, sedangkan pengembangan pengetahuan mengenai
campuran pelarut yang kompleks masih sedikit dilakukan, di
mana teknologi ini merupakan teknologi yang paling efektif.
2
Salah satu proses absorpsi/stripping yang banyak dipakai dan
dikembangkan adalah dengan sirkulasi larutan kimia. Proses
semacam ini banyak dipakai pada produksi ammonia dan
pemurnian gas alam. Sedangkan untuk proses absorpsi fisika
biasanya diaplikasikan pada tekanan yang tinggi. Beberapa
pelarut yang umum digunakan yaitu Selexol, Rectisol, dan
Purisol. Karena pelarut fisika tidak bereaksi dengan CO2,
maka pelarut tidak terkonsumsi (tidak berkurang). Sebagai
tambahan, panas absorpsi dibatasi pada enthalpy absorpsi
fisika, yang mana nilainya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan menggunakan pelarut yang reaktif. Proses dibatasi
oleh selektivitas dan laju absorpsi yang rendah.
4
rentang dari 0,4 sampai 0,8 mol-CO2/kg-H2O untuk larutan
PZ/K2CO3, sebanding dengan amine yang lain.
Hilliard (2005), melakukan penelitian mengenai
proses penghilangan CO2 dengan pelarut potassium carbonate
(K2CO3) dan piperazine (PZ). Penelitian ini mengukur
kelarutan CO2 pada 40 – 110 oC dengan rentang komposisi
larutan dalam PZ/K2CO3 yang luas. Hilliard menggunakan
model electrolyte-NRTL, di mana ditemukan bahwa panas
absorpsi CO2 yang nampak adalah, secara mengejutkan,
merupakan fungsi dari temperatur. Hilliard memprediksi
volatilitas dari PZ untuk 5 m K+/2,5 m PZ pada 40 dan 60 oC.
Hilliard dapat menyajikan kelakuan/ sifat VLE dari K+/PZ
yang menyimpang sebesar 13%. Prediksi untuk tekanan uap
PZ menunjukkan bahwa walaupun menggunakan model
thermodinamik electrolyte-NRTL yang cukup teliti dapat
memprediksi kelarutan CO2, ternyata terdapat
ketidakkonsistenan antara kemampuan prediksi untuk tekanan
uap PZ karena kurangnya data literatur.
Benamor dan Aroua (2005), melakukan penelitian
mengenai kesetimbangan data konsentrasi CO2 dan carbamate
untuk absorpsi CO2 dalam larutan aqueous dari satu atau
campuran amine dianalisis menggunakan model Deshmukh-
Mather. Data CO2 loading dalam larutan aqueous dari DEA
dan MDEA dan campurannya pada temperatur yang bervariasi
(303 – 323 K) dan tekanan parsial CO2 (0,09 – 100 kPa)
bersama dengan konsentrasi carbamate dalam DEA dan
campurannya dengan MDEA dicocokkan secara simultan
untuk menghasilkan parameter interaksi yang berbeda yang
dibutuhkan untuk menghitung koefisien aktifitas dalam model.
Menggunakan parameter interaksi yang dihasilkan, model
dipakai untuk menghubungkan CO2 loading dalam larutan
DEA dan MDEA dan campurannya yang dilaporkan dalam
literatur, di mana sesuai dengan yang terkandung dalam
percobaan dan dapat memberi estimasi yang baik pada CO2
5
loading dan konsentrasi carbamate di atas rentang yang luas
pada kondisi operasi dalam satu dan campuran larutan amine.
Winarno et al (2008) melakukan penelitian mengenai
proses absorpsi disertai reaksi kimia gas CO2 memakai larutan
K2CO3 atau hot potassium carbonate dan bahan aktivator DEA
(Diethanolamine). Di mana penelitian ini bertujuan
menentukan kesetimbangan sistem CO2-K2CO3-DEA-H2O
memakai kolom absorpsi tipe wetted wall column pada
tekanan atmosfer. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
kenaikan konsentrasi CO2 dalam gas umpan pada temperatur
konstan akan menyebabkan kenaikan CO2 loading, penurunan
kadar K2CO3, kenaikan kadar KHCO3, kenaikan kelarutan CO2
dan kenaikan tekanan parsial kesetimbangan CO2. Hasil
eksperimen juga dikorelasikan dengan model Electrolyte Non-
Random Two Liquids (ENRTL) dengan deviasi absolut 3,5%.
Kuswandi et al (2008), melakukan penelitian
mengenai data kesetimbangan atau solubilitas CO2 dalam
larutan Potassium Karbonat untuk meningkatkan kinerja
proses absorpsi. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen
dengan menggunakan wetted wall column sebagai absorber
dari berbagai konsentrasi potassium karbonat : 10, 15, 20, 25
dan 30 % massa dan suhu operasi 30, 40, 50, dan 60 oC.
Analisa dilakukan dengan menggunakan pH meter dan titrasi.
Perhitungan estimasi menggunakan persamaan kesetimbangan
uap-cair dan reaksi kimia dengan metode ENRTL. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan jumlah mol CO2 yang
terlarut dengan naiknya suhu dan konsentrasi larutan
potassium karbonat. Perbandingan hasil estimasi dengan hasil
eksperimen menunjukkan sedikit perbedaan dan profilnya
cenderung sama.
Leron et al (2009), melakukan penelitian mengenai
data kelarutan CO2 dalam larutan yang mengandung
konsentrasi TEA (Triethanolamine) dan PZ (Piperazine)
berbeda. Data kesetimbangan kelarutan diukur pada 313,2 ;
333,2 ; 353,2 K dan pada tekanan sampai 153 kPa
6
menggunakan kesetimbangan vapor-recirculation.
Konsentrasi TEA dalam campuran pelarut yaitu 2 dan 3
kmol.m-3 dan konsentrasi PZ yaitu 0,5 ; 1,0 ; dan 1,5 kmol.m-3.
Kelarutan CO2 loading (dalam mol CO2 per mol total amine)
diestimasikan antara 2 hingga 3%. Data kelarutan (kapasitas
CO2 loading dalam larutan amine) dikorelasikan sebagai
fungsi dari tekanan parsial CO2, sistem temperatur, dan
komposisi amine menggunakan modifikasi model Kent-
Elsenberg dan perhitungan, secara umum memberikan hasil
yang memuaskan. Data kelarutan dengan hasil perhitungan
menunjukkan hasil yang cukup akurat untuk perhitungan
desain teknik.