Anda di halaman 1dari 11

Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi)

yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan
dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang ada didalam (Internal)
perusahaan maupun pihak yang berada diluar (ekstemal) perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan
dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
keuangan perusahaan, dan karena inilah maka sering disebut juga language of business.

Secara garis besar siklus akuntansl dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Transaksi-transaksi perusahaan dengan buku-bukti atau dokumen dicatatkan kedalam jurnal dan
digolongkan Ialu diklasifnkasikan dalam bentuk buku besar, tahapan ini disebut juga dengan tahap
pencatatan.

2. Data-data akuntansi selanjutnya dianalisis kemudian disesuaikan dan diringkas dan selanjutnya
dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan (neraca, laporan rugi/laba, laporan perubahaan modal/Iaba
ditahan dan laporan arus kas), tahapan ini disebut dengan tahap pengikhtjsamn.

1.2 Pemahaman terhadap laporan Keuangan

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Iaporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan
data keuangan perusahaan. Laporan keuangan berdiri dari empat Iaporan dasar, yaitu

1. neraca, menunjukkan posisi keuangan yang meliputi kekayaan, kewajiban serta modal pada
waktu tertentu seperti 31 Desember 2006;

2. Iaporan rugi laba, menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya
(beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu
seperti periode Januari sampai dengan Desember 2006;

3. laporan perubahan modal/ laba ditahan, yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba
ditahan dalam Neraca untuk menunjukan suatu analisa perubahan bersarnya laba selama jangka
waktu tertentu; laporan arus kas, memperlihatkan aliran kas selama periode tertentu, serta
memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan
dalam periode yang dicakup.

Menurut rerangka konseptual SAK 1994 tujuan pelaporan keuangan dinyatakan sebagai “Tujuan
Laporan Keuangan”. Tujuan tersebut dinyatakan dalam paragraph ke-12, 13, dan 14 seperti
berikut ini:[1]

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi


keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian, agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Perbandingan Terminologi

Ada perbedaan mendasar antara SAK 1994 dan SFAC No. 1 dalam menyatakan tujuan pelaporan
keuangan. SAK 1994 memakai istilah “Tujuan Laporan Keuangan” (financial statement),
sedangkan FASB menyatakan dengan “Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises”. Financial Statement dan financial reporting adalah dua hal yang memiliki makna
yang tidak sama artinya. Financial statement adalah hasil suatu proses sistem akuntansi, atau
hasil suatu kegiatan penyajian laporan keuangan, sehingga laporan keuangan tidak mempunyai
tujuan, tetapi yang mempunyai tujuan adalah penyajian laporan keuangan (financial reporting).
Laporan keuangan adalah seperangkat laporan yang terdiri dari laporan neraca, laba-rugi, dan
perubahan posisi keuangan serta laporan aliran kas. Dengan demikian financial reporting tidak
sama dengan financial statement.

FASB menyadari bahwa antara dua istilah tersebut mempunyai makna berbeda. Hal ini
diungkapkan dalam SFAC No. 1 paragraph ke-5-8. Dalam paragraph ke-6 dijelaskan bahwa
financial statement merupakan fokus utama financial reporting. Dengan demikian financial
reporting mempunyai cakupan yang lebih luas dari financial statement, karena financial
statement hanyalah merupakan central feature dari financial reporting.
Financial statements are a central feature of financial reporting. They are a principal means of
communicating accounting information to those outside of enterprises.[2]

Dalam paragraph ke-7 SFAC No. 1, FASB menyatakan bahwa financial reporting tidak hanya
terdiri dari financial statement, tetapi juga informasi lain yang berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi.

Financial reporting includes not only financial statements, but also other means of
communicating information that relates, direct or indirectly to the information provided by the
accounting system. News release, management’s forecasts or other description of an enterprise’s
social or environment impact are examples of reporting giving financial information other than
financial statements.[3]

Perbandingan Dasar Penetapan Tujuan Pelaporan Keuangan

Conceptual framework dalam SAK 1994 tidak memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang
mendasari terbentuknya konsep-konsep dalam conceptual framework itu sendiri. Padahal
sebelum tujuan pelaporan keuangan ditetapkan harus ada pernyataan tentang karakteristik
lingkungan ekonomi, politik, budaya, dan sosial tempat akuntansi akan diterapkan (lihat langkah-
langkah menurut Hendriksen di Bab-2 hal. 42-43). Itu berarti tujuan pelaporan keuangan harus
diderivasi dari tujuan sosial ekonomik setempat (lihat gambar-2 hal. 52). FASB mengajukan
suatu konsep bahwa tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat kaku, karena tujuan pelaporan
keuangan yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu harus ditetapkan atas dasar hukum, politik,
dan lingkungan sosial tempat pelaporan akan diterapkan.

The objectives of financial reporting are not immutable. They are affected by economic, legal,
political, and social environment in which financial reporting takes place.[4]

Perbandingan Aspek Sosial ke dalam Tujuan Pelaporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelaporan keuangan mempunyai tujuan dan motivasi
yang berbeda. Kepentingannya terhadap pertanggungjawaban manajemen juga berbeda,
tergantung sifat hubungannya dengan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
informasi akuntansi adalah manajemen, investor, kreditor, pelanggan, karyawan, pemerintah, dan
masyarakat luas. Menurut Dopuch dan Sunders (1980), karena begitu banyaknya stakeholders,
maka tujuan pelaporan keuangan harus dapat diinterpretasikan secara fungsional. Tujuan
fungsional pelaporan keuangan di antaranya adalah mengungkap dampak operasi perusahaan
terhadap kualitas lingkungan sosialnya dan membantu pemerintah dalam pelaksanaan undang-
undang antitrust.

Menurut Tujuan Laporan Keuangan dalam SAK 1994, akuntansi akan menghasilkan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Itu berarti laporan
yang akan dihasilkan adalah laporan neraca, laba rugi, perubahan posisi keuangan dan aliran kas.
Dalam SFAC No. 1 diakui adanya aspek sosial ke dalam pelaporan keuangan” (lihat paragraph
ke-7 SFAC No. 1). Dalam financial reporting dimungkinkan adanya pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya.

Dari perbandingan antara tujuan pelaporan keuangan menurut SAK 1994 dan SFAC No.1 di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tujuan pertama SAK 1994, stakeholders yang
memanfaatkan informasi akuntansi hanya terbatas untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi akuntansi yang disediakan juga terbatas pada informasi posisi keuangan (neraca),
kinerja perusahaan (laporan laba/rugi), dan perubahan posisi keuangan. Pada tujuan kedua,
informasi akuntansi hanya membatasi informasi keuangan saja serta elemen-elemen laporan
keuangannya juga terbatas pada informasi yang terdapat dalam tujuan pertama.

Tujuan ketiga merupakan tujuan akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada
pihak luar tentang apa yang telah dilakukan oleh manajemen terhadap sumber daya yang telah
dipercayakan kepadanya. Sekali lagi hanya tanggungjawab ekonomi yang dituju oleh informasi
akuntansi, karena tanggungjawab non keuangan tidak tercakup dalam informasi yang dihasilkan
oleh informasi akuntansi versi tujuan laporan keuangan dalam SAK 94.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyimpanan Laporan Keuangan yang terdapat dalam buku
Standar Akuntansi Keuangan 1994 jika disetarakan dengan sebuah rerangka acuan konseptual
pelaporan keuangan (conceptual framework for financial reporting) maka akan terdapat suatu
kekurangan yang sangat besar. Konsep dalam SAK tersebut tidak diawali dengan gambaran
tentang faktor-faktor yang mendasari terbentuknya konsep-konsep termasuk didalamnya adalah
tujuan pelaporan keuangan itu sendiri. Padahal sebelum tujuan pelaporan keuangan ditetapkan
harus ada pernyataan tentang karakteristik lingkungan ekonomi, politik, budaya dan sosial
tempat akuntansi akan diterapkan. Itu berarti tujuan pelaporan keuangan harus diderivasi dari
tujuan sosial ekonomik setempat.

[1] Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Indonesia 1994, Jakarta: Salemba Empat, 1994,
hal. 5-6.

[2] FASB SFAC No.1: Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, (Stamford
Connecticut 1978), hal. 4.

[3] Ibid

[4] FASB SFAC No.1: Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, (Stamford
Connecticut 1978), hal. vii.

Disarikan dari buku: Tujuan Pelaporan Keuangan, Penulis: Suwaldiman, M.Accy., SE., Akt.,
Hal: 52-55.

http://keuanganlsm.com/tujuan-pelaporan-keuangan-menurut-standar-akuntansi-keuangan-1994/

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. SAK adalah hasil
perumusan Komite Prinsipiil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip
Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar
akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK Syariah dan juga
SAP.

SAK berfungsi untuk keseragaman laporan keuangan, selain itu, SAK juga berfungsi untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, mempermudah auditor serta mempermudah
pembaca laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan laporan keuangan entitas
yang berbeda beda. Ada beberapa penjelasan dari macam macam Standar Akuntansi Keuangan.

PSAK-IFRS

PSAK – IFRS adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – International
Financial Reporting Standards. Sebagian dari Anda mungkin bertanya tanya mengapa Indonesia
mengadopsi IFRS. Hal ini karena Indonesia adalah bagian dari IFAC. Bagian dari IFAC secara
otomatis harus mematuhi SMO (Statement Membership Obligation) yang menjadikan IFRS
sebagai standar akuntansi. Ada beberapa manfaat dari penerapan IFRS. Yang pertama adalah
dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan. IFRS juga dapat memberikan informasi
yang berkualitas di pasar modal Internasional. Manfaat selanjutnya adalah dapat menghilangkan
hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan
keuangan. Manfaat berikutnya adalah mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan
multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis dan yang terakhir adalah dapat
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.

Ada beberapa “Principles Base” yang digunakan IFRS. Yang pertama adalah untuk lebih
menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan
prinsip tersebut. Prinsip kedua adalah standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi
dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. Dan prinsip ketiga
adalah dibutuhkan professional judgement pada penerapan standar akuntansi.

SAK – ETAP

SAK ETAP merupakan Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP di sini berarti Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. SAK ETAP
memiliki banyak manfaat antara lain membantu perusahaan perusahaan kecil menengah dapat
menyusun laporan keuangannya sendiri dan juga dapat pula diaudit dan dan mendapatkan opini
audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usahanya.

Manfaat lainnya dari SAK ETAP adalah bahwa lebih mudah implementasinya dibandingkan
PSAK-IFRS karena lebih sederhana. Meskipun bisa dibilang sederhana namun tetap dapat
memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan. Disusun dengan
mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat
lebih ringkas. Namun, SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak
sebanyak untuk PSAK-IFRS.
PSAK Syariah

Dari namanya, kita bisa tahu bahwa ini adalah SAK yang dilakukan berdasarkan prinsip prinsip
Islam. PSAK Syariah terdiri dari Kerangka Konseptual, Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
Akuntansi Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Salam dan Istishna.

SAP

SAP singkatan dari Standar Akuntansi Pemerintah. SAP ini diterbitkan oleh SAP ini ditetapkan
sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).

http://www.mag.co.id/standar-akuntansi-keuangan/

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang valid dan akuntabel, para akuntan harus
menjalankan proses akuntansi dengan baik, terstruktur, sesuai prosedur serta memenuhi prinsip
akuntansi yang diterima umum. Tujuan dari penggunaan prinsip akuntansi tersebut adalah untuk
menciptkan kesesuaian antara pengguna akuntansi satu dengan lainnya. Sehingga informasi
keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dan memenuhi kebutuhan pengguna informasi
tersebut.

ads

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi. Pemakaian
prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap produk akuntansi sehingga
tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan. Selain itu, laporan keuangan
sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami oleh semua pihak. Karena itu perlu
adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi. Dan terciptalah prinsip akuntansi yang dikenal
dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). (Baca juga : (Jurnal Penerimaan Kas )

Beda negara beda prinsip akuntansinya. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor-faktor
lain yang ada di masing-masing negara. Di Indonesia, prinsip akuntansi diatur oleh IAI
atau Ikatan Akuntansi Indonesia, yaitu badan yang mengatur peraturan dan kebijakan akuntansi
yang berlaku di Indonesia.

ads

Adapun prinsip-prinsip akuntansi berterima umum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini mengakui
konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu perusahaan adalah sebuah
kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik ataupun
entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan
perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan
pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi
keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan
pencatatan pribadi pemilik.

Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan utang
pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung jawab
yang jelas terhadap keuangan perusahaan. (Baca juga : Fungsi Buku Besar )

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah penilaian dan
pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip ini bertujuan
untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode akuntansi yang umum dipakai
dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

Sponsors Link

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam bentuk
mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non kuantitatif ini
seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-faktor ini tidak termasuk
dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam bentuk uang.

Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu yang bisa
diukur dan dinilai dengan satuan uang. (Baca juga : Ruang Lingkup Akuntansi Syariah )

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas suatu
barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa
tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai dan dicatat
adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa digunakan
seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau harga akuisisi
dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua belah pihak
yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah memiliki harga
pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun sebuah perusahaan mampu
membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui dan dicatat adalah Rp
90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan tersebut. (Baca
juga : Perkembangan Akuntansi Syariah)
5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi terus-
menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang menginginkan
usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi keuangan
secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi akuntansi.

Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi
pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan. Maka pada
laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang tidak
terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa catatan kaki atau lampiran
yang berisi :

 Metode akuntansi yang digunakan


 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran,
dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan
perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail
tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material. (Baca juga : Fungsi Buku
Besar dalam Akuntansi)

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan usaha seperti
penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar yang digunakan
untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh atas transaksi
keuangan tersebut.

Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian nilai
nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima
perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga
memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut di
antaranya :

 pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


 pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih
dalam proses produksi
 pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan atau di-
matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk menentukan nilai
penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip pengakuan
pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya tidak bisa
dilakukan. (Baca juga : Manfaat Jurnal Khusus )

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak berhubungan
langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya administrasi
adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski mendukung terjadinya
pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode terjadinya pendapatan
tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.

Sponsors Link

Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan produksi
tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda
pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-
periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung berdasarkan
jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya
jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan.
(Baca juga : Cara Membuat Buku Besar )

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan keuangan
secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan kebijakan yang
digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode bisa
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya, sehingga bisa
memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode dan prosedur secara
konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan cepat.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur akuntansi.
Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan penjelasan alasan
penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas


Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan akuntansi
secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual. Jika tidak
material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

(Baca juga : Sistem Pengendalian Manajemen S

http://dosenakuntansi.com/prinsip-prinsip-akuntansi

Isu-isu dalam Pelaporan Keuangan


Karena banyak kepentingan bisa dipengaruhi oleh implementasi standar akuntansi,
maka tidaklah mengejutkan jka terdapat debat mengenai siapa yang pantas membuat
standar akuntansi dan kepada siapa harus diterapkan. Beberapa isu penting antara
lain:

Penerapan Standar dalam Lingkungan Politik


Standar akuntansi selain merupakan penemuan dari proses yang teliti dan empiris,
juga merupakan produk yang empiris. Apakah proses politik diperlukan dalam
penetapan standar akuntansi dan pelaporan keuangan? Mengapa tidak? Kita berpolitik
di rumah; di sekolah; di perkumpulan mahasiswa pria, wanita, dan asrama; dikantor;
di gereja, kuil, dan mesjid. Politik ada di mana-mana. Penetapan standar adalah
bagian dari dunia nyata, dan kita tidak bisa menghindari politik serta tekanan politik.
Jka kita mempertimbangkan konsekuuensi-konsekuensi ekonomi dari banyak standar
akuntansi, maka tidaklah mengejutkan apabila kelompok tertentu menjadi sangat
kritis dan vokal ketika stanndar dirancang. Hal yanng tidak boleh dilakukan oleh FASB
adalah menerbitkan ketetapan yang semata bermotiff politik.

Kesenjangan Ekspektasi (Harapan)


Pengendalian internal adalah sistem pengecekan dan pencocokan yang dirancang
untuk mencegah serta mendeteksi kecurangan dan kesalahan. Perusahaan
memerlukan suatu pengendalian internal guna menunjukkan apakah ada masalah yang
melekat pada cara perusahaan beroperasi. Namun, masih ada perusahaan yang
dilaporkan memiliki kelemahan pengendalian internal. Kebanyakan masalah muncul
pada saat proses tutup buku, defisiensi pengakuan pendapatan, rekonsiliasi akun,
atau yang menyangkut persediaan. Apakah itu cukup? Kesenjangan Ekspektasi
(expectations gap) merupakan apa yang menurut publik harus dilakukan akuntan, dan
apa yang menurut akuntan bisa mereka lakukan, sulit dihilangkan. Kasus-kasus
pelaporan yang curang selalu menimbulkan tanda tanya apakah profesi akuntansi
telah berbuat secara semestinya. Walaupun bisa berkilah bahwa mereka tidak bisa
bertanggung jawab atas setiap kekacauan keuangan, namun profesi akuntansi harus
terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan sistem yang
benar-benar transparan, jelas, dan terpercaya memerlukan sumber daya yang mahal.

Standar Akuntansi Internasional


Saat ini ada dua standar yang diterima untuk digunakan secara internasional- GAAP
A.S. dan Internasional Financial Report Standards (IFRS) yang diterbitkan oleh
International Accounting Standards Boards (IASB) yang bermarkas di London.
Perusahaan yang terdaftar di pasar saham negara lain masih diperbolehkan
menggunakan GAAP A.S. Sebaliknya, perusahaan asing yang terdaftar di pasar modal
A.S. diwajibkan untuk merekonsiliasi informasi keuangannya dengan GAAP A.S.
Alasannya adalah bahwa GAAP A.S. lebih ekstensif dan rinci daripada standar IASB.

Etika dalam Lingkungan Akuntansi Keuangan


Dalam akuntansi, seperti dalam bidang bisnis lainnya, sering ditemukan dilema etika.
Sebagian dari dilema ini adalah sederhana dan mudah diipecahkan. Namun banyak
diantaranya kompleks dan tidak mudah. Sensitivitas etika dan proses pemiliihan
alternatif ini bisa diperumit oleh tekanan-tekanan yang mungkin berbentuk tekanan
waktu, tekanan kerja, tekanan klien, tekanan pribadi, dan tekanan rekan kerja.

http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/akuntansi-keuangan-akuntansi-keuangan.html

DAMPAK KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI


KEUANGAN
TERHADAP INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING
STANDARDS ( IFRS )
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
( STUDI KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR ) - sumbernya

Anda mungkin juga menyukai