PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional yang di tata dalam Sistem Kesehtan Nasional diarahkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan rpoduktif sebagai
perwujudan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan
Undang-undang dasar 1945 dan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi
setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan
keluarga maupun kesehatan masyarakat.( Depkes RI 2015). Usaha peningkatan
kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan
telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit
yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu
ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak di bawah usia lima tahun
(Rahmalia 2010).
Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah
menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain
kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan
kesehatan (WHO,2013).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang paling banyak terjadi pada anak dinegara sedang berkembang.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ini menyebabkan 4 dari 15 juta
perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya
sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2013). Penyakit
saluran pernafasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula menyebabkan
kecacatan sampai pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2010).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat menyebabkan demam,
batuk, filek dan sakit tenggorokan (Bidulh,2010). Salah satu penyakit yang
diderita oleh masyarakat terutama adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan infeksi
pernafasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang banyak diderita oleh
anak-anak, baik di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2013)
Di Indonesia terjadi 5 kasus dari 1000 bayi atau balita Ispa,
mengakibatkan 150.000 bayi dan balita meninggaltiap tahunnya atau 12.500
korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17 anak perjam atau seorang bayi
tiap 5 menit (Siswono 2007).
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi sejauh mana program P2 ISPA yang
dilaksanakan di Puskesmas Siliwangi dapat berjalan sesuai target yang telah
di tetapkan dan mengetahui perencanaan program P2 ISPA pada tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi angka kematian pneumonia balita di UPT
Puskesmas Siliwangi
b. Untuk mengevaluasi angka kesakitan pneumonia balita di UPT
Puskesmas Siliwangi
c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dari program
ISPA di UPT Puskesmas Siliwangi
d. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di UPT Puskesmas Siliwangi
tahun 2017 untuk perbaikan di tahun berikutnya
e. Mengetahui sasaran desa yang sudah mencapai target
f. Mengetahui rencana kegiatan program ISPA di UPT Puskesmas
Siliwangi pada tahun 2017
g. Untuk melaksanakan pertanggung jawaban di bidang administrasi
dalam bentuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB 1.Pendahuluan
BAB II.Pembahasan
A. PROFIL PUSKESMAS
1. Deskripsi
A. Kelurahan Regol
B. Kelurahan Pakuwon
C. Kelurahan Paminggir
D. Kelurahan Muara Sanding
Yang membawahi 71 Rukun Warga dan 291 Rukun Tetangga serta
telah terbentuk Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu) sebanyak 72 buah
Wilayah kerja puskesmas Siliwangi terdiri dari 4 kelurahan. Aktifitas
penduduk di wilayah puskesmas Siliwangi meliputi PNS, Pegawai swasta,
pekerja kontruksi, pedagang, jasa transportasi, usaha pertanian, buruh dll
Gambar 1
Peta wilayah puskesmas Siliwangi
B. Demografi
Jumlah penduduk di wilayah puskesmas siliwangi pada tahun 2017 berjumlah 38.322
iwa terdiri dari 19.170 jiwa (50.02%) lak i-laki, 19.152 jiwa (49.98.%) perempuan
2. Kebijakan Umum
3. Program
Kesehatan dasar Basic six atau 6 Program pokok puskesmas yaitu :
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit
4. Kesehatan keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. PROMOSI KESEHATAN
2. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
1. Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksiknya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir yang ditukarkan
atau di transmisikan kepada penjamu yang rentan.
2. Kejadian luar biasa adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan atau ketakutan
dikalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap
adanya peningkatan yang brrarti dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut
kepada kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
3. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka ( Undang-undang no.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit yang menular ).
4. Penangulangan kejadian luar biasa penyakit menular ( P2M ) dengan upaya-
upaya :
5. Pengobatan dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
6. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya : abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare dsb.
7. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan dan logistik.
1. Program Pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
2. Cara Penularan Penyakit Menular, dikenal beberapa cara penularan penyakit
menular yaitu :
3. Penularan secara kontak
4. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Penularan melalui vektor
6. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato
Kesehatan keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtera dari suami
istri, anak dan anggota keluarga lainnya ( UU RI no 23 tahun 1992 ).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya ( WHO ).
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur biologik
keluarga termasuk fungsi reproduksi nya serta berperan aktif dalam mencegah dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.
1. Tujuan Khusus
2. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi.
3. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari : obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat.
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
5. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
6. Kehamilan dan persalianan yang direncanakan dan aman
7. Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang tidak dikehendaki.
8. Pelayanan infertilitas
9. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut
Tujuan Khususnya :
Tujuan khusus
Sasarannya adalah masyarakat sekolah di tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama beserta lingkunganya.
Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur
kesehatan keluarga guna membina kesehatan diri dan lingkunganya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktif nya dalam pembangunan
nasional.
Tujuan Khusus
1. Sasarana Remaja
2. Sasaran Pembina Remaja
3. Sasaran Pengelola Kegiatan
Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Tujuan Khusus
Program baik berupa Upaya dan Pencegahan dan penangulangan Perbaikan Gizi di
Puskesmas meliputi :
Tujuan Umum adalah menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.
1. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintah dan swasta
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi puskesmas lain dalam
merencanakan, melaksankan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya
perbaikan gizi masyarakat.
3. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap
pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi.
4. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
1. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain :
5. Bayi, anak balita, anak prasekolah dan anak usia sekolah.
6. Wanita usia subur termasuk calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui
dan usia lanjut.
7. Semua penduduk rawan gizi.
8. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi.
9. Pekerja penghasil rendah.
1. Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan
medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-
masing guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan
permasalahannya secara keseluruhan yang dapat dilaksanakan dalam prosedur
pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat.
2. Tujuan Umum pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatnya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
optimal.
Sasaran pada kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yaitu :
B.PROFIL PROGRAM
1. Program P2P (ISPA)
A. Pengertian ISPA
Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris
Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur
penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah
organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut
adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari
Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas
yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru
beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan
pleura (Habeahan, 2009). Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA
mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut.
Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai
berikut:
4. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
5. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru
termasuk dalam saluran pernafasan(respiratory tract)
B. Upaya Kegiatan ISPA
1) Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA yang dilakukan adalah upaya yang
dimaksudkan agar seseorang terutama anak-anak dapat terhindar
baik itu infeksinya, maupun melawan dengan sistem kekebalan
tubuh, karena vektor penyakit ISPA telah sangat meluas di dunia,
sehingga perlu kewaspadaan diri untuk menghadapi serangan
infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA. Sebagaimana
yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan untuk
melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah dengan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Hal inimenjadi sangat sulit bagi anak-anak karena perlu
pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran kepada
mereka. Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal
yang penting bagi pencegahan penyakit ISPA. Beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk mencegah ISPA antara lain dengan
memberikan gizi yang cukup kepada anak atau dapat juga dengan
melakukan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh. Usaha
untuk memberikan gizi yang baik mungkin akan mudah bagi
orang dewasa yang telah mengerti, namun bagi bayi yang masih
dalam kontrol orang tua harus disusui sampai usia dua tahun
karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Berikan
anak makanan padat sesuai kebutuhannya.
Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk
mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu
diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit
Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.
Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal
utama bagi pencegahan ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak
mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.
Selain dengan mempertahankan sistem kekebalan tubuh
juga melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA yaitu
dengan melakukan penyuluhan ISPA Di posyandu-posyandu dan
melakukan kunjungan rumah pada pasien pneumonia yang ada
diwilayah kerja UPTD Puskesmas Siliwangi. Untuk hasil
kegiatan ISPA dapat dilihat pada lampiran - lampiran
2) Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau
Infeksi Saluran Pernapasan Akut sangat rentan kepada anak-
anak, itulah mengapa kasus ISPA sebagai penyakit dengan
prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka
kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit lainnya
Berdasarkan jenisnya pengobatan ISPA dapat
diklasifikasikan berdasarkan :
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol
peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak
nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan
oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari
3) Penyuluhan ISPA dan Pneumonia, Kunjungan rumah Pasien
Pneumonia, Pelacakan kasus Pneumonia, serta Pemantauan
Kasus Pneumonia
Penyuluhan ISPA dan Pneumonia belum bisa
dilaksanakan oleh pengelola ISPA. Untuk kegiatan Pemantauan
kasus Pneumonia, Pelacakan kasus Pneumonia dan Kunjungan
rumah Pneumonia yaitu dilaksanakan di 4 kelurahan
1) Laporan dari klinik swasta belum semuanya bisa melaporkan, dan yang
melaporkan hanya jumlah dan golongan umur saja tanpa nama dan alamat
yang jelas
2) Kurangnya koordinasi lintas sektor dan lintas program
6.Keterbatasan
Untuk tercapainya suatu program yang optimal masih ada keterbatasan diantaranya
dari segi
1.Lingkungan:masyarakat kurang memahami bahaya ISPA,sosial buidaya
Masyarakat,Faktor cuaca
2.Alat:Masih belum mempunyai ISPA KIT dilapangan,Media Promkes Terbatas
3.Metoda:Sosialisasi penanganan kasus ISPA belum optimal,sosialisasi lintas
program belum optimal
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI