Anda di halaman 1dari 26

BABI I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional yang di tata dalam Sistem Kesehtan Nasional diarahkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan rpoduktif sebagai
perwujudan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan
Undang-undang dasar 1945 dan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi
setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan
keluarga maupun kesehatan masyarakat.( Depkes RI 2015). Usaha peningkatan
kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan
telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit
yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu
ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak di bawah usia lima tahun
(Rahmalia 2010).
Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah
menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain
kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan
kesehatan (WHO,2013).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang paling banyak terjadi pada anak dinegara sedang berkembang.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ini menyebabkan 4 dari 15 juta
perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya
sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2013). Penyakit
saluran pernafasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula menyebabkan
kecacatan sampai pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2010).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat menyebabkan demam,
batuk, filek dan sakit tenggorokan (Bidulh,2010). Salah satu penyakit yang
diderita oleh masyarakat terutama adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan infeksi
pernafasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang banyak diderita oleh
anak-anak, baik di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2013)
Di Indonesia terjadi 5 kasus dari 1000 bayi atau balita Ispa,
mengakibatkan 150.000 bayi dan balita meninggaltiap tahunnya atau 12.500
korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17 anak perjam atau seorang bayi
tiap 5 menit (Siswono 2007).
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi sejauh mana program P2 ISPA yang
dilaksanakan di Puskesmas Siliwangi dapat berjalan sesuai target yang telah
di tetapkan dan mengetahui perencanaan program P2 ISPA pada tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi angka kematian pneumonia balita di UPT
Puskesmas Siliwangi
b. Untuk mengevaluasi angka kesakitan pneumonia balita di UPT
Puskesmas Siliwangi
c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dari program
ISPA di UPT Puskesmas Siliwangi
d. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di UPT Puskesmas Siliwangi
tahun 2017 untuk perbaikan di tahun berikutnya
e. Mengetahui sasaran desa yang sudah mencapai target
f. Mengetahui rencana kegiatan program ISPA di UPT Puskesmas
Siliwangi pada tahun 2017
g. Untuk melaksanakan pertanggung jawaban di bidang administrasi
dalam bentuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui sumber penyakit yang kaitannya dengan penyakit


berbasis lingkungan salah satunya ISPA

b. Untuk mengetahui definisi dari penyakit ISPA

c. Untuk mengetahui media transmisi penyakit ISPA

d. Untuk mengetahui prilaku pemajanan penyakit ISPA

e. Untuk mengetahui kejadian penyakit ISPA

f. Untuk mengetahui upaya penanggulangan penyakit ISPA

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan
BAB 1.Pendahuluan

BAB II.Pembahasan

BAB III. Kesimpulan dan Rekomendasi


BAB II PEMBAHASAN

A. PROFIL PUSKESMAS
1. Deskripsi

Kondisi fisik geografis wilayah kerja Puskesmas Siliwangi terletak


pada 070, 13,00,4 LS (Lintang Selatan) dan 1070, 54,-13.1, BT ( Bujur
Timur) dengan luas wilayah 467.873 Ha yang terdiri dari :
 Daratan 241,73 Ha
 Pesawahan 164,3 Ha
 Lapangan 2,55 Ha
 Tanah pekuburan dan Sungai 59,291 Ha

Batas wilayah kerja Puskesmas Siliwangi terdiri dari :

 Sebelah Utara : Kelurahan Sukamentri


 Sebelah Selatan : Kelurahan Bayongbong
 Sebelah Timur : Kelurahan Ciwalen
 Sebelah Barat : Kelurahan Tarogong Kidul

Secara Administratif wilayah kerja Puskesmas Siliwangi terdiri dari 4


Kelurahan yaitu :

A. Kelurahan Regol
B. Kelurahan Pakuwon
C. Kelurahan Paminggir
D. Kelurahan Muara Sanding
Yang membawahi 71 Rukun Warga dan 291 Rukun Tetangga serta
telah terbentuk Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu) sebanyak 72 buah
Wilayah kerja puskesmas Siliwangi terdiri dari 4 kelurahan. Aktifitas
penduduk di wilayah puskesmas Siliwangi meliputi PNS, Pegawai swasta,
pekerja kontruksi, pedagang, jasa transportasi, usaha pertanian, buruh dll
Gambar 1
Peta wilayah puskesmas Siliwangi

B. Demografi
Jumlah penduduk di wilayah puskesmas siliwangi pada tahun 2017 berjumlah 38.322
iwa terdiri dari 19.170 jiwa (50.02%) lak i-laki, 19.152 jiwa (49.98.%) perempuan
2. Kebijakan Umum
3. Program
Kesehatan dasar Basic six atau 6 Program pokok puskesmas yaitu :

1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit
4. Kesehatan keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. PROMOSI KESEHATAN

Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan pengalaman belajar


atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam
berbagai tatanan dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku dengan
melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga atau memelihara,meningkatkan dan melindungi
kesehatannya.tujuannya untuk Tercapainya perubahan prilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta
berperan sdalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran dari promosi kesehatan adalah :

1. Pelaksanaan posyandu dan pembinaan kader


2. Penyuluhan kesehatan
3. Prilaku hidup bersih dan sehat
4. Advokasi program dan program prioritas
5. Promosi kesehatan tentang narkoba
6. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
7. Pembinaan dana sehat

2. KESEHATAN LINGKUNGAN

Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang


pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan bersifat fisik, kimia dan biologi.

Sejalan dengan kebijaksanaan ‘ Paradigma Sehat ‘ yang mengutamakan upaya-


upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan
lingkungan sangat penting. Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan
oleh para staf puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta
dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan
sampai pemeliharaan.

1. Tujuan Umum

Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas


lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya
kesehatan menuju derajat keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai


derajat kesehatan yang optimal.
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor lain yang
bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
pemukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukimam yang
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sasaran sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan makanan, perusahaan dan tempat-
tempat umum.
6. Kegiatan

Kegiatan-kgiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas


meliputi :

1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

3. PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

1. Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksiknya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir yang ditukarkan
atau di transmisikan kepada penjamu yang rentan.
2. Kejadian luar biasa adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan atau ketakutan
dikalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap
adanya peningkatan yang brrarti dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut
kepada kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
3. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka ( Undang-undang no.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit yang menular ).
4. Penangulangan kejadian luar biasa penyakit menular ( P2M ) dengan upaya-
upaya :
5. Pengobatan dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
6. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya : abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare dsb.
7. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan dan logistik.
1. Program Pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
2. Cara Penularan Penyakit Menular, dikenal beberapa cara penularan penyakit
menular yaitu :
3. Penularan secara kontak
4. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Penularan melalui vektor
6. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato

1. Surveilans epidemiologi Penyakit Menular adalah suatu kegiatan pengumpulan


data atau informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan atau kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara sistematik,
terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi
hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Program Pemberantasan Penyakit
Menular : 1. Program imunisasi
2. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
3. Program malaria dengan angka insiden malaria ( AMI )
4. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan pneumonia
5. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
6. Program rabies
7. Program surveilans
8. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4.KESEHATAN KELUARGA DAN REPRODUKSI

Kesehatan keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtera dari suami
istri, anak dan anggota keluarga lainnya ( UU RI no 23 tahun 1992 ).

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya ( WHO ).

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur biologik
keluarga termasuk fungsi reproduksi nya serta berperan aktif dalam mencegah dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.

1. Tujuan Khusus
2. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi.
3. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari : obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat.
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
5. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
6. Kehamilan dan persalianan yang direncanakan dan aman
7. Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang tidak dikehendaki.
8. Pelayanan infertilitas
9. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut

1. Kebijakan Penyelenggaraan Pembinaan kesehatan keluarga dan reproduksi


sesuai dengan intervensi nasional. Kegiatan Pelayanan reproduksi adalah :
2. Kesehatan Ibu dan Anak
3. Kesehatan Anak Usia Sekolah
4. Kesehatan Remaja
5. Keluarga Berencana
6. Kesehatan Usia Lanjut

1. Indikator keberhasilan program diwilayah kerja dinilai dari :


2. Angka Kematian Bayi
3. Angka kematian Ibu
4. Presentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan tinggi yang normal
5. Presentase ibu hamil dengan anemia
6. Presentase balita dengan berat badan dan tinggi sesuai
7. Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi
yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan
perlindungan bayi, anak bawah lima tahun dan anak usia prasekolah dalam
proses tumbuh kembang. Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah
meningkatkan derajat anak dan ibu dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Pelayanan KIA puskesmas terdiri dari :
8. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah puskesmas
9. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Tujuan Umumnya agar terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi penuh


pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak kehamilan, melahirkan bayi sehat
yang aman dalam lingkungan yang kondusif dan sehat, dengan asuhan antenatal yang
ade kuat dengan gizi dan persiapan menyusui yang baik.

Tujuan Khususnya :

1. Memberikan pelayanan kebidanan dasar kepada ibu hamil termasuk KB berupa


pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan
bayi baru lahir.
2. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta m,erujuk ke fasilitasa rujukan primer sesuai kebutuhan.
3. Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar dan penanganan kedaruratan
kebidanan neonatal
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KIA
6. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang
meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini
dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit.
7. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatan bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin,
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi.
8. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang meliputi perkembangan motorik,
kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandiriran anak.
9. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya.
10. Kesehatan Anak Usia Sekolah adalah upaya terpadu lintas program dan lintas
sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk prilaku
hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan agama.
Anak usia sekolah ( 7-21 tahun ) sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3
kelompok yaitu :
11. Pra remaja ( 7-9 tahun )
12. Remaja ( 10-19 tahun )
13. Dewasa muda ( 20-21 tahun )

Tujuan umum meningkatkan derajat peserta didik, sehingga memungkinkan


pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan khusus

1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsisp


hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan
sekolah, perguruan agama, rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.
2. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah
gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.
3. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik
sekolah dan diluar sekolah.
4. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah.

Sasarannya adalah masyarakat sekolah di tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama beserta lingkunganya.

1. Kesehatan Remaja adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian,


bimbingan dan pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan
remaja dan peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri
dan kesehatan keluarga dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur
kesehatan keluarga guna membina kesehatan diri dan lingkunganya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktif nya dalam pembangunan
nasional.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang terjadi


pada dirinya.
2. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
3. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
4. Menurunnya angka kejadian penyakit akibat hubungan seksual di kalangan
remaja
5. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya
pembinaan kesehatan remaja

Sasaran untuk wilayah puskesmas adalah :

1. Sasarana Remaja
2. Sasaran Pembina Remaja
3. Sasaran Pengelola Kegiatan

Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.

Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan


usia subur dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak
antara kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional.
Tujuan Umum adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh bagi
pengguna jasa pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan
usia subur mempunyai kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan
jarak antara kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

Tujuan Khusus

1. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan


usia subur dan keluarganya.
2. Memberikan pertolongan pertama penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan
kebutuhan.
3. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metode kontrasepsi.
4. Menigkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan.
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KB.
6. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia
subur serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas
kesehatan fungsi reproduksinya.

Sasaran pelayanan KB adalah :

1. Pasangan usia subur


2. Calon pasangan usia subur
3. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menopause
4. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
5. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB

5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Adalah kegiatan mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelilaan
terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif
masyarakat.

Program baik berupa Upaya dan Pencegahan dan penangulangan Perbaikan Gizi di
Puskesmas meliputi :

1. Upaya perbaikan gizi keluarga


2. Upaya perbaikan gizi Institusi
3. Upaya penanggulangan kelainan gizi
4. Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium
5. Pencegahan dan penanggulangan anemia besi
6. Pencegahan dan penanggulangan kurang kalori energi protein dan kurang energi
kronis
7. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A
8. Pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan gizi mikro lain
9. Pencegahan dan penenggulangan masalah gizi lebih

Tujuan Umum adalah menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.

Tujuan Khususnya :Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga


dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benar sesuai
dengan gizi seimbang.

1. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintah dan swasta
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi puskesmas lain dalam
merencanakan, melaksankan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya
perbaikan gizi masyarakat.
3. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap
pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi.
4. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
1. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain :
5. Bayi, anak balita, anak prasekolah dan anak usia sekolah.
6. Wanita usia subur termasuk calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui
dan usia lanjut.
7. Semua penduduk rawan gizi.
8. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi.
9. Pekerja penghasil rendah.

6. PENYEMBUHAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN


7. Pelayanan Medik Rawat Jalan
8. Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan baik secara
sendiri ataupuan atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun
pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya
untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkanpenyakit yang
ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan dengan tidak memandang
umur dan jenis kelamin yang dapat di selenggarakan pada ruang praktek.
9. Tujuan Umum pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa
dan keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan
ekonomi dengan baik.
10. Tujuan Khusus Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga
dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri terutama
melalui peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit.
11. Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan dan komunikasi yang
dilayani oleh puskesmas.
12. Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan partisipasi
keluarga terhadap perawatan.
13. Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja puskesmas.
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan puskesmas adalah semua
anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak membedakan strata
sosial.

1. Pelayanan Kedaruratan Medik

1. Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan kecelakaan


dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan perubahan keadaan baik
fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan yang
terjadi mendadak yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di
mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk
menyelamatkan kehidupan.
2. Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan
untuk mengambil fungsi vital tubuh serta meringankan penderitaan dari
pengguna pelayanan.

1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

1. Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan
medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-
masing guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan
permasalahannya secara keseluruhan yang dapat dilaksanakan dalam prosedur
pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat.
2. Tujuan Umum pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatnya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
optimal.

3. Tujuan Khusus Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam


kemampuan pemeliharaan diri di bidang kesehatan gigi dan mulut dalam
mencari pertolongan sedini mungkin.
4. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan
komunikasinya.
5. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan.
6. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

Sasaran pada kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yaitu :

1. Anak sekolah dasar


2. Kelompok ibu hamil dan menyusui
3. Anak pra sekolah
4. Kelompok masyarakat lain berpenghasilan rendah
5. Lansia

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih


menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai tetapi juga dari
segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh karena itu diperlukan perhatian
khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan serta komitmen untuk
merubah sistem pelayanan kesehatan yang dinilai buruk oleh masyarakat, selain itu
puskesmas juga memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

4.Struktur Organisasi Puskesmas Siliwangi


1.Kepala puskesmas:dr.H.Asep Maryaman
2.Kepala tata usaha :Agus Setiawan, SE
-Sistem Ayi Toni
-Kepegawaian:Ratnawati
-Rumah tangga :Iseu Setiari,SST
-Keuangan :Siti Widya RW,SKM
3.Unit Pelaksana Teknis Fungsional
a.Penanggungjawab jaringan pelayanan puskesmas

B.PROFIL PROGRAM
1. Program P2P (ISPA)
A. Pengertian ISPA
Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris
Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur
penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah
organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut
adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari
Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas
yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru
beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan
pleura (Habeahan, 2009). Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA
mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut.
Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai
berikut:
4. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
5. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru
termasuk dalam saluran pernafasan(respiratory tract)
B. Upaya Kegiatan ISPA
1) Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA yang dilakukan adalah upaya yang
dimaksudkan agar seseorang terutama anak-anak dapat terhindar
baik itu infeksinya, maupun melawan dengan sistem kekebalan
tubuh, karena vektor penyakit ISPA telah sangat meluas di dunia,
sehingga perlu kewaspadaan diri untuk menghadapi serangan
infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA. Sebagaimana
yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan untuk
melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah dengan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Hal inimenjadi sangat sulit bagi anak-anak karena perlu
pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran kepada
mereka. Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal
yang penting bagi pencegahan penyakit ISPA. Beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk mencegah ISPA antara lain dengan
memberikan gizi yang cukup kepada anak atau dapat juga dengan
melakukan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh. Usaha
untuk memberikan gizi yang baik mungkin akan mudah bagi
orang dewasa yang telah mengerti, namun bagi bayi yang masih
dalam kontrol orang tua harus disusui sampai usia dua tahun
karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Berikan
anak makanan padat sesuai kebutuhannya.
Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk
mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu
diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit
Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.
Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal
utama bagi pencegahan ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak
mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.
Selain dengan mempertahankan sistem kekebalan tubuh
juga melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA yaitu
dengan melakukan penyuluhan ISPA Di posyandu-posyandu dan
melakukan kunjungan rumah pada pasien pneumonia yang ada
diwilayah kerja UPTD Puskesmas Siliwangi. Untuk hasil
kegiatan ISPA dapat dilihat pada lampiran - lampiran
2) Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau
Infeksi Saluran Pernapasan Akut sangat rentan kepada anak-
anak, itulah mengapa kasus ISPA sebagai penyakit dengan
prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka
kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit lainnya
Berdasarkan jenisnya pengobatan ISPA dapat
diklasifikasikan berdasarkan :
 Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
 Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol
peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak
nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan
oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari
3) Penyuluhan ISPA dan Pneumonia, Kunjungan rumah Pasien
Pneumonia, Pelacakan kasus Pneumonia, serta Pemantauan
Kasus Pneumonia
Penyuluhan ISPA dan Pneumonia belum bisa
dilaksanakan oleh pengelola ISPA. Untuk kegiatan Pemantauan
kasus Pneumonia, Pelacakan kasus Pneumonia dan Kunjungan
rumah Pneumonia yaitu dilaksanakan di 4 kelurahan

C.Kasus Kematian Pada Bayi Akibat Pneumonia


Untuk kasus Pneumonia yang meninggal pada tahun 2017 tidak terjadi
kematian baik bayi maupun balita akibat pneumonia
D.Pneumonia di wilayah puskesmas Siliwangi tahun 2017
No Jenis Kegiatan Sasaran Pencapaian Cakupan Target Ket
1 Cakupan 365 287 78,63% 86% -7,37%
penemuan
Pneumonia
balita

Menunjukan Penderita Pneumonia yang ditemukan dan ditangani di puskesmas


siliwangi sebanyak 287 orang
(78,63%) dari perkiraan penderita yaitu sebesar 365 orang.Perlu terus ditingkatkan
penemuan penderita pneumonia terutama pada balita sehingga segera dapat
ditangani.Penderita pneumonia lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang
gizi,status imunisasi yang tidak lengkap,terlalu sering membedumg anak,kurang
diberiakanASI,riwayat penyakit kronispada orangtua bayi/balita,sanitasi lingkungan
yang tempat tinggal yang kurang memenuhi kesehatan,orangtua perokok dan
sebagainya.Upaya yang telah dilakukanuntuk menanggulangi kasus pneumonia pada
bayi/balita adalah menghilangkan faktor penyebab itu sendiri melalui peningkatan status
gizi bayi/bvalita,PHBS,peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta
peningkatan status imunisasi bayi/balita
2.Tujuan dan sasaran
a.Tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia
b.Tujuan khusus
1.Pengendalian Pneumonia Balita
2.Kesiapsiagaan dan Respobn terhadap pendemi influensa serta penyakit saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah
3.Pengendalian ISPA umur >5thn
4.Faktor resiko ISPA
.Sasaran
1.Pengendalian Pneumonia Balita
 Balita (<5thn)
2.Kesiapsiagaan dan respon terhadap pendemi influensa serta penyakit saluran
pernafasan lain yang berpotensi wabah
 Pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah.
 Unit2 esensial,swasta,media massa serta lembaga swadaya masyarakat
3.Pengendalian ISPA umur >5tahun di fasilitas pelayanan kesehatan
4.Faktor Resiko ISPA
 Lintas Program dan lintas sektor
 Masyarakat
3.Waktu pelaksanaan
Dilaksanakn pada tanggal 25 Mei 2018 s/d26 Juli 2018
4.Hasil Pelaksanaan
-Penemuan ISPA masih dibawah target
-Kerjasama lintas program dan sektor belum optimal
5.Hambatan

1) Laporan dari klinik swasta belum semuanya bisa melaporkan, dan yang
melaporkan hanya jumlah dan golongan umur saja tanpa nama dan alamat
yang jelas
2) Kurangnya koordinasi lintas sektor dan lintas program
6.Keterbatasan
Untuk tercapainya suatu program yang optimal masih ada keterbatasan diantaranya
dari segi
1.Lingkungan:masyarakat kurang memahami bahaya ISPA,sosial buidaya
Masyarakat,Faktor cuaca
2.Alat:Masih belum mempunyai ISPA KIT dilapangan,Media Promkes Terbatas
3.Metoda:Sosialisasi penanganan kasus ISPA belum optimal,sosialisasi lintas
program belum optimal

4.Manusia:Tingkat kepatuhan petugas masih kurang

5.Material:Ruangan khusus ISPA belum Ada,Operasional luar gedung masih terbatas

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pemantauan pengendalian ISPA dan kesiapsiagaan menghadapi pendemi influensa


perlu dilakukan untuk menjamin proses pelaksanaan sesuai dengan jalur yang
telah ditetapkan sebelumnya.Apabila terdapat ketidaksesuaian maka tindakan
korektif dapat dilakukan dengan segera.Monitoring dilaksanakan secara
berkala(mingguan,bulanan,triwulan)
Rekomendasi lebih menitikberatkan pada hasil atau keuaran/output yang diperlukan
yntuk koreksi jangka waktu yang lebih lama misalnya 6 bulan,tahunan dan lima
tahunan.keberhasilan pelaksanaan seluruh kegiatan Pengendalian ISPA akan
menjadi masukan bagi puskesmas khususnya puskesmas siliwangi

Anda mungkin juga menyukai