Anda di halaman 1dari 32

BAB II

REKAM MEDIS

2.1 Identitas
Nama : Tn. H. Musa Komar
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat :JL. Cahaya Berlian Kel. Pangkalan Balai,
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 11 Desember 2018 dan 03 Januari 2018
Tempat Pemeriksaan : Rumah pasien

2.2 Anamnesa
A. Keluhan Utama
Kaki Bengkak
B. Keluhan Tambahan
Nyeri kepala dan nyeri uluhati.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 10 tahun yll. Pasien mengeluh sering sakit kepala, pasien
memeriksakan dirinya ke puskesmas diketahui pasien menderita Darah
tinggi, namun pasien tidak meminum obat secara rutin, pasien hanya
minum obat darah tinggi jika nyeri kepala saja. Pasien hanya
mengontrol makan, dengan diet rendah garam, rendah kolesterol, dan
makanan berminyak.
Sejak 2011 pasien mulai rutin mengkonsumsi obat darah tinggi,
namun pasien alergi dengan obat yang dikonsumsi, pasien jadi bantuk.

2
Os memeriksakan diri ke puskes dan dokter mengganti obat darah
tinggi yang lain.
Selama + 7 tahun pasien mengkonsumsi obat darah tinggi
amlodipin 5 mg. Tapi sekarang pasien merasa kakinya membengkak.
Pasien memeriksakan diri kepuskes. Dan dokter puskes mengganti obat
darah tinggi rutin pasien.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Hipertensi ada
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat penyakit asma disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi pada keluarga ada
F. Riwayat Pengobatan
Pasien baru rutin mengkonsumsi obat darah tinggi captopril 25 mg sejak
tahun 2011. Namun pasien alergi dan sering batuk. Os mengkonsumsi
amlodipin 5 mg sejak 2011 hingga 2018. Obat baru diganti dengan
valsartan dan furosemid sejak kaki pasien bengkak.
G. Riwayat Alergi
Pasien mempunyai riwayat alergi obat Captopril.
H. Riwayat Psikososial
Pasien mengaku seringkali lupa minum obat, dan terkadang pasien
mengkonsumsi makanan yang bersantan seperti opor, rending, jeroan.
Paisen juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang
mengkonsumsi buah dan sayur serta jarang berolahraga.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
TD : 160/100 mmHg

3
HR : 76 x/menit
RR : 20 x/m
Suhu : 36,0o C
GDS : 130 mg/dl
AU : 6,0 mg/dl
Cholesterol : 159 mg/dl
Kepala : Normochepali
Mata : Palpebra cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik(-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Tidak ada kelainan, KGB tidak teraba, JVP 5+2 cm
H2O
Thorax : Simetris, retraksi (-), hipersonor (-/-), bunyi napas
vesikuler (+) Normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-),
suara jantung S1 & S2 (+) Normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan abdomen (-), timpani (-),
bunyi usus (+) normal
Ekstremitas : hangat, crt <2’’, edema (+/+)

2.4 Diagnosa
Hipertensi

2.5 Penatalaksanaan
Medikametosa
 Valsartan 1 x 80 mg (malam)
 Furosemid 1x20 mg (pagi)
Non medikamentosa
 Diet rendah gula dan rendah garam
 Mengurangi konsumsi makanan yang berlemak dan bersantan.

4
 Olahraga teratur
 Makan buah dan sayur-sayuran
 Kontrol teratur dan minum obat teratur
2.6 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

TEMUAN HOME VISITE


Pada tanggal 11 Desember 2018, dilakukan kunjungan pertama ke rumah
pasien di desa Pangkalan Balai, Kec.Banyuasin III, Kab.Banyuasin pada pukul
13.30 WIB. Pada saat kunjungan pertama dilakukan pendataan identitas dari
pasien beserta pengisian data anggota keluarganya, anamnesis, dan pemeriksaan
fisik terhadap pasien.

2.7 Karakteristik Demografi Keluarga


Nama Kepala Keluarga : Tn. H. Musa Komar
Alamat lengkap :JL. Cahaya Berlian Kel. Pangkalan Balai,
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan
Bentuk Keluarga : Extended family

Tabel 2.1 Daftar Anggota Keluarga


Umur
No Nama Kedudukan L/P Pendidikan Pekerjaan Ket.
(th)
1 Tn. Zainal Kepala L 40 SMA Wiraswasta Suami
keluarga
2 Ny. Rini Istri P 36 SMP Ibu Rumah Istri
Tangga
3 An. Amar Anak L 8 SD Pelajar Anak

5
4 Tn. Musa Bapak L 76 SR - Bapa
Komar

2.8 Identifikasi Lingkungan Rumah


Gambaran Lingkungan Rumah
Ukuran rumah keluarga Ny. Zainaya adalah 10 x 9 m Lingkungan tempat
tinggal merupakan pemukiman padat penduduk dengan jalan aspal. Atap
rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat dari beton, lantai terbuat dari
keramik. Jumlah ventilasi rumah sekitar 75% dari luas ruangan,
pencahayaan yang masuk ke dalam rumah cukup baik.
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1
dapur, dan 1 kamar mandi. Sumber air minum, mandi dan cuci dari Sumur
dan PAM. Pasien dan keluarga tinggal di lantai 2. Lantai 1 Rumah Pasien
untuk kosan (kontrakan).

6
Gambar 2.1 Rumah Ny. Zainaya

2.9 Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga


1. Masalah organobiologik
Tn. H. Musa Komar Hipertensi
2. Masalah psikologik
Tidak ditemukan
3. Rencana pembinaan keluarga
Non medikamentosa
- Memberikan penjelasan pasien mengenai penyakit Hipertensi yang
diderita pasien
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari makanan yang banyak
mengandung garam, minyak, dan santan
- Menjelaskan komplikasi yang akan timbul jika pasien tidak berobat
secara teratur dan benar
- Menjelaskan kepada pasien tata cara makan obat secara teratur.
Terhadap keluarga:
a. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, gejala,
kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu kekambuhan,

7
dan prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan kepada
pasien.
b. Menyarankan pada keluarga untuk tidak memasak terlalu banyak
menggunakan garam dan santan

2.10 Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada home visit ke 2 pada tanggal 03 Januari 2019. Pada
saat kunjungan yang kedua keadaan pasien membaik.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
TD : 130/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20 x/m
Suhu : 36,8o C
AU : 5,4 mg/dl
GDS : 94 mg/dl
Kepala : Normochepali
Mata : Palpebra cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik(-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Tidak ada kelainan , KGB tidak teraba, JVP 5+2
cm H20
Thorax : Simetris, retraksi (-), hipersonor (-/-), bunyi napas
vesikuler (+) normal, ronkhi(-/-), wheezing (-/-),
suara jantung S1&S2 (+) Normal, murmur (-), gallop
(-).
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan abdomen (-), timpani (-),
bunyi usus (+) normal

8
Ekstremitas : Hangat, edema (-/-)

2.11 Daftar masalah kesehatan keluarga dan rencana pembinaan


No. Kegiatan Rencana Sasaran Hasil yang
pembinaan pembinaan diharapkan
1. Aspek personal Evaluasi: Pasien dan Keluhan dan
keluhan, keluarga kekhawatiran
kekhawatiran dapat
dan harapan berkurang,
pasien serta harapan
sembuh
meningkat
2. Aspek klinik. Edukasi: Pasien Pasien
Hipertensi  Pasien harus mengerti
minum obat tentang
secara teratur. Hipertesi
pengobatan,
dan
komplikasi
3 Aspek Edukasi: Pasien dan Pasien dan
psikososial.  Memberi keluarga keluarga
Kesadaran edukasi dapat
mengenai menerapkan
perilaku hidup perilaku
bersih dan hidup bersih
sehat dan sehat.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan
jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

10
3.2 Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
dua. Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang
kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar
tiroid. Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari
kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak dapat
dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).

3.3 Jenis Hipertensi


Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri,
tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas,
dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan,
2001). Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai
tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan
para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

11
Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan
resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan,
2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal,
penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam
dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
3.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

12
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

3.5 Klasifikasi Hipertensi


a) Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90
mmHg.
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama
dengan 95mmHg.
b) Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi

13
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg : Normal
2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4) >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
3.6 Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
3.7 Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi
hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1) Jenis kelamin

14
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih
dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar
56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55
tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut
harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause.

15
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan
menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40
% dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah
tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari
orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda
akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama
hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka
peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

16
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
1. Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan
kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena
kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas
dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,
dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan,
yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus
perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat
badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30%
memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung
dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang
Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang resiko
kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga
mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai
berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang
berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya
normal. (Marliani,2007).

17
2. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung
harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot
jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki
selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga
jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi,
jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health
Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik
dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar
6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting
penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236
subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

18
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak
pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari (Rahyani, 2007).
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi
(Marliani, 2007).
6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir
kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota

19
(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal
c. Komplikasi Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan
jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding
pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan
resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di
tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.
Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras
ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana
jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.
Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik
jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah
yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh
darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat

20
kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan
darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.
Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan
dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan
diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di
mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
d. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain
menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam
dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat
badan lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian,
akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi.
d. Olahraga teratur.

21
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik
sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan
seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,
indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan
mendengarkan musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,
tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban
stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau
besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan
sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi.
Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang
positif adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu
untuk kegiatan santai.

22
3. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
4. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5. Cobalah menolong orang lain.
6. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
f. Makanan Yang Diperbolehkan
1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan
darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh
dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
3. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat
tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi
yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga
menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
4. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan
Anda. Salah satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan
darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
5. Kentang

23
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang
sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
6. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam
cokelat dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan
merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-
otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran
darah meningkat.
g. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
1. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan
dengan menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan
kaleng, kornet, dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi
asin, asinan, acar.
4. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
5. Margarin dan mentega biasa.
6. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat,
petis, tauco.
Keterangan:
Makanan nomor 1, 3, 4, 6 adalah pangan yang mengandung
garam (terutama mengandung ion natrium atau Na+). Ion natrium yang
tinggi dalam darah dapat meningkatkan kandungan air sehingga kerja
jantung meningkat dan dapat meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan makanan nomor 2, 5, adalah pangan yang
mengandung lemak/minyak dan kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan
minyak yang tinggi akan meningkatkan kandungan kolesterol dalam
darah (terutama pangan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi).
Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya

24
penyumbatan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi tinggi
(hipertensi).

BAB IV
KESIMPULAN

 Aspek personal:
Pasien berobat dengan keluhan bengkak pada kaki kanan dan kiri. Diharapkan
pasien mengalami perbaikan gejala.
 Aspek Klinis:
Diagnosa kerja: Hipertensi
Aspek Resiko Internal:
a) Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit Hipertensi, untuk penyebab,
dan pencegahan serta pengobatannya.
b) Kekhawatiran pasien akan penyakitnya yang bertambah parah.
 Aspek psikososial keluarga dan lingkugan
Faktor pendukung terselesaikan masalah kesehatan pasien
- Pasien mau berobat dan kontrol secara teratur.
- Anak dan menantu pasien dapat diajak kerjasama dalam menyelesaikan
masalah yang dialami oleh pasien.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan pasien
- Pola makan pasien yang sulit untuk diubah dan pasien tidak mau olahraga.
Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya

25
- Memotivasi pasien agar menghindari faktor pencetus penyakitnya.

4.1 Analisis hasil home visite (9 Fungsi Keluarga)


a. Fungsi holistik
Fungsi holistik merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
b. Fungsi Biologis
Anak dan menantu pasien mengetahui jika pasien rajin memeriksa
tekanan darah di puskesmas dan bidan desa, Tn. Musa bisa mengkontrol
makanan dan minuman sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa fungsi biologis keluarga Tn. Zainal cukup baik.
c. Fungsi Psikologis
Tn. Musa menyatakan bahwa terdapat kerjasama yang baik di dalam
anggota keluarga. Apabila terdapat masalah, maka akan diselesaikan
dengan cara musyawarah dan saling memberikan dukungan mental
maupun spiritual satu sama lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.
d. Fungsi Sosial-Ekonomi
Tn. Musa merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Saat ini Tn.
Musa tinggal bersama anak, menantu dan cucunya. Kegiatan Tn. Musa
sendiri, sehari-harinya hanya dirumah saja. Mereka mengaku tidak
pernah mengalami konflik dengan tetangga sekitar dan sering ikut
berpartisipasi di dalam kegiatan di sekitar rumahnya. Dari sudut pandang
sosial, keluarga Tn. Musa memiliki sosialisasi yang baik.
e. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang selain. APGAR score meliputi:
 Adaptation

26
Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama
yang lainnya.
 Partnership
Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling berbagi
informasi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah
yang dialami oleh keluarga tersebut.
 Growth
Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga
tersebut.
 Affection
Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
 Resolve
Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan
selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anggota keluarga
lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 9,5 dengan interpretasi
Baik.
f. Fungsi Patologis
Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian
sebagai berikut.
 Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.
 Culture, keluarga ini memberikan feedback yang baik terhadap
budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
 Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
 Economic, status ekonomi keluarga ini cukup.
 Educational, tingkat pendidikan keluarga ini tergolong cukup, semua
anak dan menantu dari Tn Rusdi tamatan SMA.

27
 Medical, keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai dan segera mencari pengobatan ke poskesdes/bidan
desa bila mengalami penurunan kondisi kesehatan.
g. Fungsi hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga maupun antar keluarga
dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik dibuktikan dengan
seringnya keluarga Tn. Musa berpartisipasi di dalam kegiatan sosial di
lingkungan tempat tinggalnya.
h. Fungsi Keturunan (genogram)
Tn. Musa merupakan anak kedua dari Lima bersaudara. Hubungan
dengan saudara yang lain cukup baik. Fungsi keturunan ini dalam
keadaan baik.

i. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)


Fungsi perilaku keluarga, cukup baik. Namun demikian, masih
terdapat tindakan yang kurang tepat di dalam menghadapi penyakit Tn.
Musa karena kurang memperhatikan pentingnya minum/mengkonsumsi
makanan sehari-hari..
j. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan rumah cukup sehat dan para tetangga juga menjalin
kerjasama dengan baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke
tempat pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit
tidak terlalu jauh.
k. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan di dalam rumah cukup memenuhi syarat-
syarat kesehatan, lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi,
sirkulasi udara dan pencahayaan baik, sumber air bersih cukup terjamin
karena menggunakan air sumur dan PAM, pengelolaan sampah dan limbah
cukup baik.
l. Fungsi outdoor

28
Gambaran lingkungan di luar rumah cukup baik, jarak rumah
keluarga Tn. Musa dengan rumah tetangganya terlalu rapat sekitar 2
meter, tidak ada kebisingan di sekitar rumah, jarak rumah dengan jalan
raya cukup dekat, kebersihan di sekitar perumahan kurang bersih, jamban
berada di dalam rumah.

4.2 Upaya Pencegahan dan Pembinaan


Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina
kesehatan keluarga Tn. Musa dapat ditinjau dari beberapa aspek.
a. Diseased-oriented point of view
Dalam rangka tatalaksana penyakit Tn. Musa adalah Hipertensi,
saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu
penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Pada
penatalaksanaan non farmakologis, saya menekan pada konsep
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan kepada penderita
bahwa harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya minum obat dan
pentingnya memeriksakan tekanan darah ke puskesmas/bidan terdekat,
serta pasien harus mengurangi makanan yang mengandung tinggi garam,
minyak, dan santan. Penatalaksaan farmakologi yang diberikan yaitu
Valsartan dan furosemid

Pembinaan yang telah dilakukan :


Kegiatan yang Anggota keluarga
Waktu & tempat Hasil kegiatan
dilakukan yang terlibat
11 Desember Kunjungan 1 Pasien, anak pasien  Mengetahui
2018 pukul  Anamnesa dan menantu riwayat
13.30 WIB di  Pemeriksaan pasien. perjalanan
rumah pasien fisik penyakit
 Edukasi pasien dan
pemeriksaan

29
fisik
 Mengetahui
riwayat hidup
pasien
 Pengetahuan
pasien dan
keluarga
tentang
penyakit yang
diderita pasien.
03 Januari 2019 Kunjungan 2 Pasien dan  Berkurangnny
pukul 13.00.00  Evaluasi keluarga pasien a gejala yang
WIB di rumah keadaan dialami pasien
pasien pasien  Kebersihan
 Memberikan pasien, rumah
motivasi dan
kepada pasien lingkungan
untuk tetap sekitar tetap
rajin kontrol terjaga baik
berobat dan dan semakin
mengkonsums bertambah.
i obat  Berkurangnya
konsumsi
garam dan
makanan
berlemak

30
LAMPIRAN

Foto Kunjungan Rumah Pasien

31
32
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/38398817/Hipertensi-Proposal-2010

http://www.scribd.com/doc/84708121/BAB-I-Proposal-Hipertensi

http://obatherbal-jellygamat.com/category/pantangan-makanan-
penderita-darah-tinggi/

http://www.masjavas.com/konsumsi-makanan-untuk-penderita-
hipertensi-kolesterol-jantung-dan-asam-urat/

http://blog-penyakit.blogspot.com/2011/12/makanan-sehat-untuk-
penderita-darah.html

2003 World Health Organization (WHO) / International


Society of Hypertension Statement on Management of Hypertension. J
Hypertens 2003;21:1983-1992
Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness,
Treatment, And Control Of Hypertension In The United States, 1998 –
2000. JAMA 2003;290:199-206
Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA.
Lecture Note: kardiologi. Edisi ke-4.Jakarta: Erlangga; 2003.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009 Sudoyo AW,

33

Anda mungkin juga menyukai