Anda di halaman 1dari 3

Kimia Permukaan: Surfaktan

2.1 Surfaktan

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus hidrofilik
dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki
bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak
(hidrofobik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-
air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air
dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak. Umumnya bagian non polar (hidrofobik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang
”ekor”, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak
sebagai “kepala” surfaktan. Representasi surfaktan ditunjukan paga Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 2. Representasi struktur surfaktan

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Pada
suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Molekul-molekul
surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila gugus
polarnya yang lebih dominan. Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non
polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat
oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut critical
micelle concentration (cmc). Tegangan permukaan akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah
cmc tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi
jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.

Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul
surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam lemak dari
sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit natrium dedosil sulfat dapat dilihat pada Gambar
2.

Gambar 2 Sifat koloid pada natrium dodesil sulfat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog surfaktan
rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai.
Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai cmc dan juga memperbesar
kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan cmc hanya
bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun cmc-
nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik seperti telihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Struktur misel (a) sterik dan (b) lamelar

Karena pada cmc terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan cmc dapat
menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan perubahan dari keadaan
ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan diatasnya cmc
larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat digunakan ialah tekanan osmosa, titik beku
larutan, hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias, hamburan
cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka.

Anda mungkin juga menyukai