Makalah Patien Safety Mandiri
Makalah Patien Safety Mandiri
DI RUANG IGD
Disusun Oleh:
Nanik Istifaiyah
NIM: 16.11.4066.E.A.0095
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah Manajemen Patient Safety yang berjudul
“Manajemen Patien Safety di Ruang IGD” ini kita mampu mempelajari dengan baik serta
menyelesaikannya dengan lancar. Sholawat serta salam kita tujukan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang dengan jasanyalah kita mampu terbebas dari belenggu jaman
kejahiliyahan menuju jaman yang terang benderang.
1
Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai
manajemen patient safety di ruang IGD. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 5
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan sistem pelayanan rumah sakit yang
memberikan asuhan pasien secara lebih aman. Termasuk didalamnya prosedur : mengukur
4
(assessing) risiko, identifikasi, dan pengelolaan risiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisasi risiko yang juga melalui komunikasi dengan pasien.
Dapat dikatakan bahwa fokus utama patient safety adalah upaya yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan.(1)
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan rumah sakit yang
dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Adapun fungsi IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai unit
pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, IGD merupakan high clinical
risks areas, oleh karena itu pelayanan di IGD harus dikelola sedemikian rupa sehingga
pasien mendapatkan perawatan yang baik dan aman, salah satu upaya untuk mewujudkan
pelayanan yang aman adalah kembali lagi dengan penerapan patient safety yang baik di
IGD.(4) Belum terdapat data mengenai kejadian terkait keselamatan pasien (patient safety)
di IGD yang lengkap dan akurat di Indonesia, namun berdasarkan data Komite
5
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), tercatat pelaporan insiden keselamatan pasien
(patient safety) yang terjadi di IGD pada 19 Januari 2010. Insiden yang terjadi berupa
kesalahan pemberian obat oleh perawat IGD kepada pasien.
Training keselamatan pasien (patient safety) telah dilaksanakan secara rutin setiap satu
tahun sekali bagi perawat Instalasi Gawat Darurat dengan tujuan meningkatkan dan
merivew (pengulangan kembali) mengenai pengetahuan terkait keselamatan pasien (patient
safety) pada perawat. Meskipun demikian, pada praktik perawat terkait keselamatan pasien
(patient safety) di IGD RS X Semarang, masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai
dengan standar keselamatan pasien (patient safety) yang diterapkan, yang mengacu pada
PERMENKES RI No 1691, yaitu praktik mencuci tangan dan penjelasan penggunaan
gelang identitas pada pasien.
a. Tujuan Umum
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana konsep manajemen patient safety di IGD.
b. Tujuan Khusus
4) serta, membahas strategi manajemen patient safety untuk mencegah dan mengatasi masalah
6
1) untuk memahami konsep patient safety
4) untuk memahami strategi manajemen patient safety untuk mencegah dan mengatasi masalah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
7
Patient safety (keselamatan pasien) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Patient safety merupakan assement resiko, identifikasi yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (Permenkes RI No 1691, 2011).
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit, maka dibuatlah standar keselamatan pasien yang terdiri dari tujuh standar, yaitu :
a. Hak Pasien.
b. Mendidik pasien dan keluarga.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
8
keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Bisnis utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien segera
sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di
rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat
dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta tampak
bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD,
baik yang tidak dapat dicegah (non error) maupun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai
asuhan pelayanan pasien. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi.
Ada beberapa tujuan keselamatan pasien yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
c. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak
diharapkan.
9
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cedera mealui implementasi sistem keselamatan pasien
Sasaran keselamatan pasien diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit BAB IV pasal 8.
Dalam pelaksanaannya, Keselamatan Pasien di Rumah Sakit mengacu pada enam sasaran ( Six
Goals Patient Safety ) yaitu :
Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit
yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di dalamnya mengukur
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, analisa insiden, kemampuan
untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi risiko.
"Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of hospital
quality management " (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO,
2004). Oleh karena itu diperlukan komitmen tenaga medis untuk menjaga keselamatan
pasien ,kompeten dan etis dalam keperawatan(CNA, 2002). Keselamatan pasien merupakan
suatu sistem yang sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien yang dalam
10
penanganannya sangat memprihatikan,dengan adanya sistem ini diharapkan dapat
meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap
maupun pada pasien poliklinik (PERSI,2006)
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Sesuai dengan pasal 32
Undang-undang Republik Indonesia no.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam pelayanan kesehatan tersebut juga harus
dilengkapi dengan peralatan-peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai dengan
jenis pelayanan yang diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan
keselamatan serta mempunya izin edar sesuai dengan ketentuan perundangundangan.
Dalam peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 147/menkes/per/I/2010
tentang perizinan rumah sakit menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional,
rumah sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi : (1) Sarana dan prasarana, (2)
peralatan, (3) sumber daya manusia, dan (4) administrasi dan managemen. Salah satu
persyaratan izin rumah sakit lainnya adalah Rumah sakit memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam sehari. Dalam melakukan
pelayanan juga harus membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam
melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan , khususnya dalam kasus Gawat Darurat, Rumah Sakit telah
dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan sesuai yang dibutuhkan, namun perlu disertai
dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan secara terus menerus dari tenaga
kesehatan yang ada di IGD, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan kegawat
daruratan.
11
Persyaratan fisik yang terdapat di ruang IGD adalah sebagai berikut:
1. Luas bangunan Unit Gawat Darurat disesuaikan dengan beban kerja Rumah Sakit
dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/ bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan Rumah Sakit, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah Sakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur
masuk kendaraan / pasien tidak sama dengan alur keluar.
4. . Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai didepan pintu yang
areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan : untuk lantai Unit Gawat Darurat
yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang dapat menampung lebih dari 2 ambulans
(sesuai dengan beban Rumah Sakit).
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak terjadi
“cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan
Rumah Sakit, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat
kepala jaga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan didepan/ diluar Unit Gawat Darurat atau terpisah
dengan Unit Gawat Darurat.
12
13.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Namun sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
a) Penilaian risiko
13
BAB 3
PEMBAHASAN
TANGERANG - Naas Nasib Ade Firmansyah (33) warga Jalan H. Ikhwan RT 04/03,
Kampung Gebang, Kelurahan Sangiang Jaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. Ia tewas
setelah terjatuh dari tempat tidur di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Tangerang, Sabtu
(14/11/2015).
Informasi yang dihimpun, korban Ade Firmansyah masuk ke RSUD Tangerang untuk
berobat karena ngeluh sakit perut. Setibanya dirumah sakit, Firmasnyah kemudian dirawat
14
di ruang IGD RSUD Tangerang. Diantar istri dan tetangganya, korban kemudian masuk di
IGD pada pukul 04.30 WIB. Namun dokter jaga menyuruh istri dan tetangga korban
meninggalkan pasien untuk istirahat dan dalam pengawasan perawat.
Rekan korban Alamsyah menuturkan, selang dua jam kemudian sekitar pukul 06.30
WIB, istrinya berteriak meminta tolong. Ade Firmansyah yang diketahui sebagai anggota
LSM itu jatuh dari tempat tidur dan mengalami luka di kepala saat akan turun untuk ke
toilet.
"Ini jelas merupakan kelalaian dari pihak RSUD Tangerang, keluarga minta
pertanggung jawaban atas kematian Firmansyah," ujar Alamsyah.
Sementara Humas Rumah Sakit RSUD Tangerang belum bisa dikomfirmasi. Saat
dihubungi melalui telepon genggamnya tidak ada jawaban.
Berdasarkan kasus di atas menjelaskan tentang seorang pasien yang datang ke IGD
di sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis ternyata mengalami insiden
yaitu jatuh dari tempat tidur di ruang IGD tersebut.
Dengan terjadinya insiden tersebut terlihat bahwa manajemen patient safety yang
ada di IGD pada rumah sakit tersebut sangatlah kurang sehingga dapat menimbulkan
insiden yang dapat membahayakan nyawa pasien.
15
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit semakin diperlukan sejalan dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima jasa pelayanan sehingga mampu memilih
berbagai alternatif pelayanan yang bermutu yang dapat memberikan kepuasan bagi dirinya
maupun keluarganya. Rumah sakit akan berkompetensi secara global, sehingga upaya peningkatan
mutu rumah sakit sangatlah menjadi prioritas. Selain itu, dalam rangka mendukung upaya rujukan
dan pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang bermutu dan berkualitas,
oleh karena itu rumah sakit perlu terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya.
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, tidak mudah karena terkait dengan banyak hal.
Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi sumber daya rumah sakit, interaksi pemanfaatan
sumber daya rumah sakit yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu menghasilkan jasa
atau pelayanan. Mutu pelayanan rumah sakit harus dapat dipertanggungjawabkan karena
menyangkut banyak hal, salah satunya adalah keselamatan pasien yang menjadi sasaran utama.
Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindakan lanjutannya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
16
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan rumah sakit yang
dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Adapun fungsi IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis.
Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang menyediakan
penanganan awal bagi pasien yang sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidup pasien tersebut. Pada Instalasi Gawat Darurat terdapat dokter dari berbagai
spesialisasi sejumlah perawat dan asisten dokter.
4.2 Saran
Dengan adanya sistem yang meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalisasi
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh suatu tindakan yang dilakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
17
seharusnya dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Jaladara Vena. 2015. Hubungan Tingat Pengetahuan dan Praktik Perawat Mengenai
Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Instalasi Gawat Darurat RS X Semarang.
Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 3 Nomor 1, Januari 2015
Danu Puguh. 2017. Evaluasi Penerapan Pencegahan Pasien Beresiko Jatuh di Rumah
Sakit. Yogyakarta: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11 Issue 2, September
2017
Sukesi Ida. 2015. Analisis Faktor yang Berhungan dengan Kinerja Perawat Melaksanakan
Keselamatan Pasien. Malang Volume 6 Nomor 1, Januari 2015
18