2.2 Sampel
Contoh agregat dikeringkan di udara, dicampur rata, kemudian contoh agregat diambil
sebagian untuk diayak.
Agregat Halus
Sejumlah contoh agregat halus mula-mula diambil sebagian sebanding dengan angka
kehalusannya.
1. Angka kehalusan lebih dari 2,5 diambil contoh agregat 400-800 gram.
2. Angka kehalusan di antara 1,5 - 2,5 diambil contoh agregat 200-400 gram.
3. Angka kehalusan kurang dari 1,5 diambil contoh agregat 100-200 gram.
Agregat Kasar
Jumlah contoh agregat untuk diayak kurang dari 0,4 kali lebih besar butir terbesar dalam
mm dijadikan kg.
Misal : Besar butir maksimum = 50 mm (20kg)
Jadi contoh agregat yang diambil = 0,4 x 20 = 5 kg
Harus diperhatikan, jika yang tembus dari ayakan 4 mm lebih atau sama dengan 500
gram, maka yang tembus harus diayak lagi yaitu dengan menggunakan ayakan agregat
halus dari 4 mm ke bawah.
3. Timbang berat agregat yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan.
4. Hitung prosentase berat benda yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan
terhadap berat total.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Berat jenis : bulk specific gravity adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250C.
Berat jenis (SSD) : atau berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan
antara berat agregat kering - permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 250C.
Berat jenis semu : apparent specific gravity ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C.
Penyerapan (absorption) : ialah presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
• Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 1) gram,
diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
• Saringan No. 4
• Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memasang sampai (110 ± 5)o C.
• Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1oc
• Talam.
• Bejana tempat air.
• Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku
• Air suling
• Desikator
3.2 Sampel
a. Pasir alam/buatan masing-masing seberat 500 gram dalam beberapa benda uji.
b. Pasir lolos oleh saringan no.4 (4,75 mm)
• Rendam piknometer dalam air dan ukuran suhu air untuk perhitungan kepada suhu
standar 25oC.
• Tambahkan air sampai tanda batas.
• Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram ( Bt ).
• Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 ) oC sampai berat tetap,
kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
• Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk)
• Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan
suhu standar 25oC (B)
Penyerapan (absorption)
(500 Bk )
x100%
Bk
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering – permukaan jenuh (gram)
Catatan:
Nilai berat jenis curah (bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan jenuh
(saturated surface dry), berat jenis semu (apparent specific gravity), dan penyerapan
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
2 BJ SSD
3 BJ Semu
(500 Bk )
4 Penyerapan x100%
Bk
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Berat jenis : bulk specfic gravity adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250C.
Berat jenis (SSD) : atau berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan
antara berat agregat kering - permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 250C.
Berat jenis semu : apparent specific gravity ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C.
Penyerapan (absorption) : ialah presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering dinyatakan dalam persen.
3.2 Sampel
a. Kerikil/batu pecah seberat 5,0 kg untuk masing-masing benda uji.
b. Kerikil tertahan oleh saringan no.4 (4,75 mm)
Penyerapan (absorption)
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)
Bt = berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gram)
Catatan:
Nilai berat jenis curah (bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan jenuh
(saturated surface dry), berat jenis semu (apparent specific gravity), dan penyerapan
(absorption) dilaporkan dalam bilangan desimal dua angka di belakang koma.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
1 BJ Bulk
2 BJ SSD
3 BJ Semu
4 Penyerapan
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
Saringan dengan urutan diameter saringan 63,0 mm, 50,0 mm, 37,5 mm, 28,0 mm, 20,0
mm, 14,0 mm, 10,0 mm, dan 6,3 mm.
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai (1105)C
Wadah agregat sebanyak saringan yang ada. Wadah ini sebaiknya terbuat dari besi, seng
atau alumunium atau material lain yang cukup kuat untuk dimasukkan dalam oven sampai
(1105)C.
Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau dengan
sedikit paksaan
Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing-masing
ditimbang
Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat lebih besar
atau sama dengan 5%
Total jumlah sampel yang LEWAT dinyatakan sebagai M3F
dimana :
M2 = Total berat sampel yang memiliki persentase lebih besar atau sama dengan 5%
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
Catatan:
Batas maksimal penggunaan agregat yang pipih dan lonjong sebagai material perkerasan
jalan adalah sebagai berikut:
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Daftar Istilah
Abrasi : proses pengausan/perusakan akibat dari terjadinya proses pelemahan agregat
akibat waktu dan proses alam, merupakan salah satu aspek durabilitas dari
agregat.
Durabilitas : Sifat keawetan/ketahanan material terhadap faktor waktu dan lingkungan
(cuaca).
Tes mekanis : tes durabilitas yang menggunakan cara mekanis dengan diputar (aggregate
attrition value), ditumbuk (los angeles abrasion value), digesek (polished stone
value),
3.2 Sampel
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyiapan sampel adalah sebagai berikut:
Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran, debu, bahan organik atau
terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih kemudian
dikeringkan dalam suhu (110 5) o C.
Pisahkan sampel kedalam masing-masing fraksi kemudian digabungkan sesuai pada Tabel
1.
Tabel 1
Daftar Berat dan Gradasi Sampel
a b
100 %
a
Nilai keausan Los Angeles =
dimana:
a = berat sampel semula (gram)
b = berat sampel tertahan saringan no. 12 (dan No.4) (gram)
Nilai keausan dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.
KEAUSAN AGREGAT
(Los Angeles Abrassion Test)
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
500 putaran
Gradasi Pemeriksaan FRAKSI B (10 -20 mm)
Ukuran Saringan
Lolos Tertahan Lolos Tertahan Berat Sampel 1 Berat Sampel 2
(mm) (mm) (inch) (inch)
76,2 63,5 3" 2,5"
63,5 50,8 2,5" 2"
50,8 38,1 2" 1,5"
38,1 25,4 1,5" 1"
25,4 19,1 1" 3/4"
19,1 13,2 3/4" 1/2" 2500 2500
13,2 9,6 1/2" 3/8" 2500 2500
9,6 6,35 3/8" No. 4
6,35 4.75 No. 4 No. 6
4.75 2.38 No. 6 No. 8
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Beban Tumbukan : Pembebanan dengan waktu kontak (waktu yang diperlukan
untuk memberikan beban) yang sangat singkat
Fraksi agregat : kumpulan agregat yang memiliki karakteristik sama
Crushing Plant : Mesin penghancur batuan untuk mendapatkan agregat dengan
ukuran yang dikehendaki
Aggregate Crushing Machine : Adalah semacam alat kompresor dengan penekan untuk
memberi beban tekanan pada sampel
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan yang tertahan
saringan 10,0 mm. Untuk setiap pengujian dibuat dua sampel.
Saring 1000 gr agregat pada urutan saringan 14,0 mm dan 10,0 mm selama 10 menit.
Sampel yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan tertahan di 10,0
mm.
Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (1105)C selama 4 jam
(kondisi kering oven).
Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 25C) sampel siap untuk digunakan.
Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel
3805 mm.
Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu pada posisi
semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali dengan
tenggang waktu tumbukan tudak lebih dari satu detik.
Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang
berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan sebagai B gr dan yang
tertahan sebagai C gr. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika
jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan berbeda 1 gram dengan berat awal (A) maka
pengujian harus diulangi.
Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Berat (gram)
Berat sampel semula
Sampel 1 Sampel 2
Berat sampel (A)
Berat sampel setelah penekanan dan LOLOS saringan
2,36 mm (B)
Berat sampel setelah penekanan dan TERTAHAN
saringan 2,36 mm (C)
Aggregate Impact Value = B/A (%)
Rata-rata AIV
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
1. Tujuan Umum
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek dengan
memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen
pada suhu tertentu.
2. Terminologi
PEN : Singkatan dari Nilai Penetrasi, yang didefinisikan sebagai kedalaman
tembus (dalam ratusan cm) jarum standar dengan berat standar, pada
material aspal, pada rentang waktu standar dan dalam suhu standar
Stainless Steel : Bahan baja anti karat, yang dipilih sebagai bahan dasar jarum penetrasi.
Bahan ini dipilih untuk menghindari atau paling tidak meminimasi
terjadinya korosi pada jarum penetrasi, yang senantiasa terendam air. Hal
tersebut karena, korosi pada jarum penetrasi sesungguhnya akan
merancukan hasil pengujian penetrasi, karena adanya gesekan tambahan
antara jarum dan material aspal
Duplo : Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah dua (ganda) dan
dipersiapkan, dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
Waterbath : Bak air/ bejana yang memiliki perangkat pengatur suhu yang dapat
mempertahankan suhu dengan ketelitian yang relatif tinggi dan
dipergunakan sebagai tempat menyimpan sampel yang akan diuji.
Suhu Ruang : Temperatur ruangan rata-rata, 25C
5. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-
rata berukuran sebagai berikut :
Penetrasi Diameter Dalam
dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 300 70 mm 45 mm
6. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan
dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC. Bejana dilengkapi
dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak
kurang dari 100 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air dalam bejana.
7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
8. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak.
9. Pengukur waktu (stopwatch). Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop
watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi
0,1 detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
10. Pengukur suhu (thermometer)
3.2 Sampel
1. Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60 oC di atas titik lembek, dan
untuk bitumen tidak lebih dari 90oC di atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh
melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
2. Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam tempat contoh dan diamkan hingga
dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah
10 mm. Buatlah dua benda uji (duplo).
3. Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai
1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.
Toleransi 2 4 6 8
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
No Kegiatan Uraian
Contoh dipanaskan Pembacaan suhu oven
1 Pembukaan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Didiamkan di suhu ruangan
2 Mendinginkan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = ……………
Direndam pada suhu 25 0C Pembacaan suhu waterbath
Mencapai suhu
3 Mulai jam = ……………
pemeriksaan
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Penetrasi pada suhu 25 0C Pembacaan suhu penetrometer
4 Pemeriksaan Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Nilai
No Penetrasi pada 250C, 100 gr, 5 detik
Sampel 1 Sampel 2
1 Pengamat 1
2 Pengamat 2
3 Pengamat 3
4 Pengamat 4
5 Pengamat 5
Rata-rata
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
1. Tujuan Umum
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan angka titi lembek aspal dan ter yang berkisar
antara 300C sampai dengan 2000C dengan cara ring dan ball.
2. Terminologi
Duplo : Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah ganda dan
dipersiapkan, dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
Ring & Ball : Istilah umum yang digunakan untuk menyatakan jenis praktikum ini
(pemeriksaan titik lembek aspal dan ter), karena peralatan utama yang
digunakan adalah seperangkat cincin kuningan dan bola baja.
Gambar 1
Alat Masak
Gambar 2
Bejana Gelas Tahan Panas dan Alat “Ring and Ball”
3.2 Sampel
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram.
2. Panaskan contoh aspal perlahan -lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair merata.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara
cepat keluar.
3. Waktu pemanasan ter tidak lebih dari 30 menit sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2
jam.
4. Setelah cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan aspal
tidak melebihi 56oC diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111oC diatas
titik lembeknya.
5. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua cincin
diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan clyceron.
6. Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu kurang-kurangnya 5oC dibawah
titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
7. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
Gambar 3.
Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
Catatan :
1. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam point sebelumnya maka
pekerjaan diulang.
2. Apabila dari suatu pekerjaan double perbedaan suhu dalam cara pengujian ini melebihi
1oC maka pekerjaan diulangi.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
No Kegiatan Uraian
Contoh dipanaskan Pembacaan suhu oven
1 Pembukaan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Didiamkan di suhu ruangan
2 Mendinginkan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = ……………
Direndam pada suhu 5 0C Pembacaan suhu awal
Mencapai suhu
3 Mulai jam = ……………
pemeriksaan
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Titik Lembek
4 Pemeriksaan Mulai jam = ……………
Selesai jam = ……………
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Duplo : Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah ganda dan
dipersiapkan, dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
Pilot : Pemancing terjadinya nyala api (flash point), berupa titik api yang digerak-
gerakkan diatas sampel yang dipanaskan, pada suhu mendekati nilai titik nyala
api
Bunsen : Alat pengatur nyala api yang berfungsi sebagai pengatur laju pemanasan,
terutama menjelang dicapainya suhu titik nyala
Aspal cair : Aspal dalam bentuk cair, yang didapatkan dengan cara mengembalikannya pada
bentuk semula, sebelum kehilangan unsur pencairnya (minyak). Pengembalian
bentuk tersebut dilakukan dengan mencampurkan kembali aspal padat dengan
unsur yang dihilangkan pada proses penyulingan minyak bumi mentah (crude
oil). Unsur tersebut dapat berupa:
1. Bensin
2. Minyak tanah
3. Minyak solar
Pemilihan campuran disesuaikan dengan sifat aspal cair yang ingin didapatkan.
Makin tinggi potensi penguapan dari unsur pencampur, makin cepat aspal cair
tersebut kembali menjadi bersifat padat.
7. Stop watch
8. Penahan angin; alat yang menahan angin apabila sebagai pemanasan
Gambar 1
Cleveland Open Cup
3.2 Sampel
1. Panaskan contoh aspal antara 148,9oC sampai 176oC sampai cukup cair.
2. Kemudian isikan cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan) gelembung
udara yang ada pada permukaan cairan.
6. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ±
1) per menit sampai benda uji mencapai 56oC di bawah titik nyala perkiraan.
7. Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5o sampai 6oC per menit pada suhu antara 56 oC
dan 28oC di bawah titik perkiraan.
8. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2
sampai 4,8 mm.
9. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2oC.
10. Lanjutkan pekerjaan diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji.
11. Bacalah suhu pada termometer dan catat sebagai titik nyala.
12. Lanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat
sebagai titik bakar.
Titik Nyala dan Titik Bakar Ulangan oleh Satu Orang Ulangan oleh Beberapa
dengan Satu Alat Orang dengan Satu Alat
Titik Nyala 175oF sampai 5 oF (2oC) 10 oF (5,5oC)
550oF
Titik Bakar lebih dari 550oF 10 oF (5,5oC) 15 oF (8oC)
Catatan
Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi dianggap gagal sehingga harus diulangi.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
No Kegiatan Uraian
Contoh dipanaskan Pembacaan suhu oven
Pembukaan
1 Mulai jam = …………………………….………
contoh
Selesai jam = ………………………………….… = ……………………….....oC
Menentukan Penuangan contoh Pembacaan suhu menuang
2 titik nyala Mulai jam = ……….……………………………
contoh Selesai jam = …………….……………………… = ……………………….....oC
Sampai 56 0C di bawah titik nyala 15oC/menit
Contoh 1 Contoh 2
Mulai jam = …………… ……………
Kenaikan Selesai jam = …………… ……………
3
suhu 2 contoh Antara 56 0C sampai 28 0C di bawah titik nyala 5oC - 6oC /menit
Contoh 1 Contoh 2
Mulai jam = …………… …………… Titik nyala perkiraan :
Selesai jam = …………… …………… …………………………… oC
0
C di bawah titik 0
Waktu C Titik nyala
nyala
56
51
46
41
36
31
26
21
16
11
6
1
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Aspal Keras : adalah aspal yang berbentuk padat pada saat keadaan
penyimpanan (suhu ruang);
Ter : material yang mirip dengan bitumen hanya saja merupakan hasil
proses penyulingan dari batu bara;
Nilai penetrasi bitumen : nilai yang menyatakan derajat kekerasan bitumen. Umumnya
dipakai pada bitumen jenis penetration grade bitumen;
Cutback grades bitumen : jenis bitumen yang sudah berbentuk cair karena telah dicampur
dengan bahan pencair yang mudah menguap seperti bensin,
solar dan minyak tanah.
Air suling sebanyak 1000 cm3
Bejana gelas
3.2 Sampel
Panaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai menjadi cair dan aduklah untuk
mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 56°
C di atas titik lembek;
Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian.
(C A) Berat Contoh
BJ
Hitunglah berat jenis dengan persamaan :
(B A) (D C) Isi Bitumen
dimana :
A = berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Kegiatan Uraian
Contoh dipanaskan Pembacaan suhu pemanasan
Pembukaan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Didiamkan di suhu ruangan Pembacaan suhu ruang
Mendinginkan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Direndam pada suhu 25 0C
Mencapai suhu
Mulai jam = ……………
pemeriksaan
Selesai jam = ……………
Pengujian pada suhu 25 0C
Pemeriksaan Mulai jam = ……………
Selesai jam = ……………
Sampel I Sampel II
Berat piknometer + air = ………….…… gr = ………….…… gr
Berat piknometer = …………….… gr = …….………… gr
Berat air/isi piknometer = ………………. gr = ……….……… gr
Berat piknometer + contoh = ………….…… gr = …….………… gr
Berat piknometer = …………….… gr = …….………… gr
Berat contoh = ………………. gr = ……………… gr
Berat piknometer + air + contoh = ……….……… gr = …….………… gr
Berat piknometer + contoh = ………….…… gr = …….………… gr
Berat air = …………….… gr = …….………… gr
Isi Bitumen = …….………… gr = …….………… gr
Berat Jenis = ……….… gr/cm3 = …….…… gr/cm3
=
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Kekuatan tarik : salah satu sifat bahan yang menyatakan besarnya kekuatan bahan
tersebut dalam menahan gaya tarik (tensile stress). Biasanya
dinyatakan dalam kN atau kg.
Bitumen keras : bitumen yang berbentuk padat pada saat keadaan penyimpanan (suhu
ruang)
bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organik lain yang mungkin tumbuh
di dalam bak;
Termometer;
Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan serta dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap;
3.2 Sampel
1. Susun bagian-bagian cetakan kuningan;
2. Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta seluruh permukaan pelat alas cetakan dengan
bahan campuran dextrin dan glicerin atau amalgam;
3. Pasang cetakan daktilitas di atas pelat dasar;
4. Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang. Untuk
menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan
sampai suhu antara 80 sampai 100° C di atas titik lembek;
5. Saring contoh dengan saringan no.50 dan aduk serta tuangkan dalam cetakan;
6. Tuangkan contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan daktilitas dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan;
7. Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu pindahkan seluruhnya ke
dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan
spesifikasi) selama 30 menit;
8. Ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan
terisi penuh dan rata.
Kelompok : Tanggal :
Jurusan : Asisten :
Universitas :
Kegiatan Uraian
Contoh dipanaskan Pembacaan suhu pemanasan
Pembukaan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Didiamkan di suhu ruangan Pembacaan suhu ruang
Mendinginkan contoh Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Direndam pada suhu 25 0C Pembacaan suhu waterbath
Mencapai suhu
Mulai jam = ……………
pemeriksaan
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Pengujian pada suhu 25 0C Pembacaan suhu alat
Pemeriksaan Mulai jam = ……………
Selesai jam = …………… = …………………………….....oC
Persetujuan Asisten:
Tanda Tangan,
( )
2. Terminologi
Stabilitas : Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
Flow : (Kelelehan); Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi
akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
VIM : Voids in Mixture (Rongga didalam Campuran); Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
VMA : Voids in Mineral Aggregate (Rongga didalam Agregat); Volume rongga
yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal yang
telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan rongga
yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
VFB : Voids Filled with Bitumen (Rongga terisi Aspal); Bagian dari volume rongga
didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam %
VMA.
Aspal Efektif : Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang
hilang karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.
Agregat
Aspal
Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari spek
ini akan diperoleh keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang
harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh pemadatan.
Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap kadar aspal tersebut
dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini menggunakan Metoda Marshall,
dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji tersebut. Jumlah
tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana (dapat dilihat pada Kriteria
Perencanaan, Tabel 2 dan Tabel 3).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat jenis
untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah semua perhitungan
selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum berdasarkan kriteria perencanaan
yang diambil.
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan
berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
b. landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran 20,32
20,32 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 30,48 2,54 cm dan
dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya
c. pemegang cetakan benda uji
3. Alat pengeluar benda uji
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji
dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
4. Alat Marshall lengkap dengan :
a. kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung
b. cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji
(dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm
c. arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta perlengkapannya
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200 oC (
3oC).
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 – 60o C ( 1oC).
7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan 100oC dengan
ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain :
a. panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
b. sendok pengaduk dan spatula
c. kompor dan pemanas (hot plate)
d. sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernapasan atau
masker
e. kantong plastik kapasitas 2 kg
f. kompor gas elpiji atau minyak tanah
Tabel 1
Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat Dan Aspal Cair
Viskositas Pencampuran (C.ST) Viskositas Pemadatan (C.ST)
Alat
Aspal Padat Aspal Cair Aspal Padat Aspal Cair
Kinematik Viscosimeter 170 20 170 20 280 30 280 30
Saybolt Furol Viscometer 85 10 85 10 140 15 140 15
3. Persiapan pencampuran
a. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan
tinggi benda uji kira-kira 6,25 + 0,125 cm (2,5” + 0,05”)
b. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280C di atas suhu pencampur
untuk aspal panas dan ter, lalu aduk sampai merata. Untuk aspal dingin panaskan
sampai 140C di atas suhu pencampuran.
c. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran.
d. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut.
e. Aduklah dengan cepat sesuai butir sebelumnya sampai agregat terlapis merata.
Tabel 2
Kriteria Perencanaan Campuran Aspal Beton (Bina Marga)
Tabel 3
Kriteria Perencanaan Campuran Aspal Beton (Asphalt Institute)
Sifat Campuran Lalulintas Berat Lalulintas Sedang Lalulintas Ringan
(2x75 tumb.) (2x50 tumb.) (2x35 tumb.)
Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks.
Stabilitas (lb.) 1800 - 1200 - 750 -
Stabilitas (N) 3336 5338 8006
Kelelehan, 0,25 mm (0,01 in) 8 18 8 16 8 14
Rongga dalam Campuran (%) 3 5 3 5 3 5
Rongga Terisi Aspal (%) 75 - 75 - 75 -
Persentase Minimum Rongga Dalam Agregat
Ukuran Maksimum Nominal VIM Desain VIM Desain VIM Desain
Agregat 3% 4% 5%
No. 16 (1,18 mm) 21,5 22,5 23,5
No. 8 (2,36 mm) 19 20,0 21
No. 4 (4,75 mm) 16 17,0 18
3/8 inch (9,50 mm) 14 15,0 16
1/2 inch (12,50 mm) 13 14,0 15
3/4 inch (19,00 mm) 12 13,0 14
1 inch (25,00 mm) 11 12,0 13
1½ inch (37,50 mm) 10 11,0 12
2 inch (50,00 mm) 9,5 10,5 11,5
2 ½ inch (63,00 mm) 9 10 11
9. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
10. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
11. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm per menit
sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti yang
ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
(stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian yang
bersangkutan dari Tabel 4 bila benda uji tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
12. Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan pada
saat pembebanan maksimum tercapai.
Tabel 4
Faktor Korelasi Stabilitas
Volume Tinggi Faktor Volume Tinggi Faktor
Benda Uji, Benda Uji, Korelasi Benda Uji, Benda Uji, Korelasi
cm3 mm cm3 mm
200-213 25.4 5.56 421-431 52.4 1.39
214-225 27.0 5.00 432-443 54.0 1.32
226-237 28.6 4.55 444-456 55.6 1.25
238-250 30.2 4.17 457-470 57.2 1.19
251-264 31.8 3.85 471-482 58.7 1.14
265-276 33.3 3.57 483-495 60.3 1.09
277-289 34.9 3.33 496-508 61.9 1.04
290-301 36.5 3.03 509-522 63.5 1.00
302-316 38.1 2.78 523-535 65.1 0.96
317-328 39.7 2.50 536-546 66.7 0.93
329-340 41.3 2.27 547-559 68.3 0.89
341-353 42.9 2.08 560-573 69.8 0.86
354-367 44.4 1.92 574-585 71.4 0.83
368-379 46.0 1.79 586-598 73.0 0.81
380-392 47.6 1.67 599-610 74.6 0.78
393-405 49.2 1.56 611-625 76.2 0.76
406-420 50.8 1.47
Keterangan:
a = % aspal terhadap batuan
b = % aspal terhadap campuran
c = berat (gram)
d = berat dalam keadaan jenuh (gram)
e = berat dalam air (gram)
f = isi (mL) = d – e
g = berat isi benda uji
h = berat jenis maksimum (teoritis)
100
= % agregat dalam campuran % aspal dalam campuran
+
BJ agregat BJ aspal
b g
i = BJ aspal
(100 b) g
j = BJ agregat
k = jumlah kandungan rongga = 100 – i – j
l = prosen rongga tehadap agregat = 100– j
m = prosen rongga terisi aspal = 100 – i / j
g
n = prosen rongga terhadap campuran = 100 – 100
h
o = pembacaan arloji stabilitas
p = stabilitas ( x kalibrasi alat)
q = stabilitas ( x koreksi benda uji )
r = kelelehan (0,01”)
s = tebal benda uji
Catatan :
Suhu pencampuran = 1600C
Suhu pemadatan = 1400C
Suhu percobaan = 600C
3.5 Pelaporan
a. Laporkan kondisi pengukuran dalam Form Hasil Pengujian Campuran dengan alat
Marshall:
Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka di belakang koma
Berat isi dilaporkan dalam ton/m3 dua angka di belakang koma
Persentase rongga terhadap agregat dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka di
belakang koma
2. Prosedur Praktikum
2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Reflux extractor
2. Tabung gelas
3. Saringan kerucut
4. Tabung pendingin
5. Pemanas
6. Kertas saring
7. Kawat asbes
8. Cairan pencampur
9. Oven pemanas
10. Pendingin