ABSTRAK
Halaman | 22
Jurnal Keperawatan
progresif. Relaksasi otot atau relaksasi dengan menggunakan teknik relaksasi otot
progresif merupakan suatu metode yang progresif tidak pernah dilakukan. Tujuan
terdiri peregangan dan relaksasi sekelompok penelitian ini adalah untuk mengetahui
otot, serta memfokuskan pada perasaan pengaruh teknik relaksasi otot progresif
rileks. Manfaat melakukan relaksasi otot terhadap perubahan tingkat kecemasan
progresif untuk menurunkan ketegangan otot, menghadapi premenstrual syndrome (PMS)
mengurangi tingkat kecemasan. Dengan pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Bendo
begitu orang yang setelah melakukan Kabupaten Magetan
relaksasi otot ini dapat meningkatkan rasa
kebugaran dan konsentrasi, membangun METODE PENELITIAN
emosi positif dan emosi negatif, dan Penelitian ini menggunakan desain Pra-
menurunkan ketegangan otot, kecemasan, Eksperimen, dengan menggunakan
nyeri leher dan punggung. Terapi relaksasi ini pendekatan One Group Pra-Post test design.
tidak memiliki efek samping dan mudah dalam Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
melakukannya (Solehati dan Kosasih, 2015). siswi kelas 7 di SMPN 1 Bendo Kabupaten
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Magetan yang berjumlah 51 siswi. Sampel
peneliti di SMPN 1 Bendo Kecamatan Bendo dalam penelitian ini adalah siswi yang
Kabupaten Magetan dari remaja putri terdapat mengalami kecemasan menghadapi
10 siswi yang mengalami premenstrual premenstrual syndrome (PMS) sebanyak 15
syndrome. Berdasarkan hasil kuesioner responden yang diambil dengan
HARS yang dibagikan ke 10 siswa. Dari 10 menggunakan metode Purposive Sampling.
siswi tersebut diketahui 7 (70%) diantaranya Sebelum dilakukan teknik relaksasi otot
mengalami kecemasan saat gejala progresif dilakukan pengukuran tingkat
premenstrual syndrome terjadi, Sedangkan 3 kecemasan menggunakan skala HARS.
siswi (30%) tidak mengalami kecemasan. Dari kemudian responden melakukan teknik
5 siswi (71,42%) yang mengalami kecemasan relaksasi otot progresif dengan satu kali
akibat premenstrual syndrome, mereka terapi per hari selama 20 menit dan
mengatasinya dengan membiarkan gejala dilaksanakan 3 hari berturut-turur setelah itu
tersebut hilang dengan sendirinya. dilakukan pengukuran tingkat kecemasan
Sedangkan 2 siswi (28,57%) yang lain menggunakan skala HARS kembali. Pada
mengatasi kecemasan dengan beristirahat. penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon
Sementara cara penanganan kecemasan Signed Rank Test.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Kategori Analisis Univariat
Mean Modus Min-Max SD CI-95%
Usia (tahun) 13,33 13 13-14 0,488 13,06-13,60
Usia Pertama Haid 12,67 13 11-14 0,900 12,17-13,16
(menarche)
Lama haid 6,27 7 4-7 1,280 5,56-6,98
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden kelas 7 Di SMPN 1
Bendo Kabupaten Magetan 13,33 tahun, usia responden yang paling banyak adalah 13
tahun. Umur termuda 13 tahun dan yang tertua 14 tahun. Pada data usia pertama haid
(menarche) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata menarche 12,67 tahun, usia
menarche terbanyak responden 13 tahun, usia Menarche termuda responden 11 tahun dan
yang tertua 14 tahun. Untuk data lama haid, dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata
lama haid responden 6,27 hari, lama haid terbanyak responden 7 hari, lama haid responden
terendah 4 hari dan tertinggi 7 hari.
Halaman | 24
Jurnal Keperawatan
pertama haid (menarche) 11 tahun, tingkat bahkan berbagai kesehatan antara lain
kecemasan terendah yang dialami diare, mual muntah dan lain-lain.
responden pada usia 13 tahun sebanyak 2 Masa remaja umumnya memiliki
responden dalam kategori cemas ringan, emosi yang masih labil, mood (suasana
dimana umur 13 tahun masa peralihan dari hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
masa kanak-kanak menuju masa dewasa Perubahan mood yang drastis pada remaja
ini sering dikenal sebagai adolesens. ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan
Dalam masa ini mengalami perkembangan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
fisik maupun psikis (Potter dan Perry, sehari-hari dirumah. Meski mood remaja
2006). Hal ini di dukung oleh Notoatmodjo yang mudah berubah-ubah dengan cepat,
(2005) dalam Laili dan dewi (2014) bahwa hal tersebut belum tentu merupakan gejala
semakin matang usia seseorang, maka atau masalah psikologis (Proverawati dan
semakin baik cara menanggapi masalah. Misaroh, 2009).
Umur yang lebih muda akan mengalami Berdasarkan analisis kuesioner
tingkat stress dan kecemasan yang lebih tingkat kecemasan menggunakan HARS
tinggi dari pada yang berusia tua. Dengan kepada responden, meliputi 4 aspek yaitu
usia pertama haid (menarche) 13 tahun aspek fisiologis, aspek perilaku, aspek
tingkat kecemasan yang dialami lebih kognitif dan aspek afektif. Dari hasil
tinggi. Hal ini dikarenakan responden baru pengukuran menunjukkan adanya
saja mengalami menstruasi (menarche). kecemasan dari aspek afektif dan kognitif
Keadaan ini yang kemungkinan lebih dominan dari pada aspek fisiologis.
menyebabkan tingkat kecemasan yang Dari 12 responden menjawab soal aspek
lebih tinggi saat premenstrual syndrome afektif. Dari aspek kognitif 11 responden
(PMS) di bandingkan dengan responden yang menjawab, sebanyak 4 responden
yang usia pertama haid (menarche) 11 yang menjawab pada aspek perilaku,
tahun. Jadi semakin lama usia pertama sedangkan pada aspek fisiologis yang
haid (menarche) maka seseorang semakin menjawab 4 responden. Dapat diketahui
dapat mentoleransi gejala-gejala PMS bahwa tingkat kecemasan yang dialami
yang muncul sebelum menstruasi. siswi yang paling banyak dari aspek afektif.
Pada hasil penelitian tersebut sesuai Berdasarkan teori Tresna (2011) Dimana
dengan penelitian sebelumnya yang aspek afektif ini merupakan reaksi
dilakukan oleh Ricka dan Wahyuni (2010) emosional yang berkaitan dengan
tentang hubungan tingkat kecemasan perasaan seseorang yang dirasakan
dengan sindroma pramenstruasi pada siswi secara berlebihan. Hal ini ditunjukkan
SMP Negeri 4 Surakarta dengan hasil dengan perasaan mudah terganggu, tidak
tingkat kecemasan remaja putri yang paling sabar, gelisah, tegang, cepat marah.
banyak cemas sedang yaitu 69,7%, Menurut asumsi dari peneliti
sedangkan paling sedikit cemas ringan kecemasan merupakan salah satu dampak
12,2%. Hal ini disebabkan ada sesuatu dari PMS yang dirasakan beberapa
kecenderungan responden bahwa semakin perempuan menjelang menstruasi. Tingkat
ringan tingkat kecemasannya maka kecemasan yang di rasakan berbeda-beda.
semakin ringan PMS nya. Hal ini sesuai Perasaan cemas saat menghadapi PMS
dengan teori Laili dan Dewi (2014) bisa disebabkan karena remaja merasa
Penyebab kecemasan dalam menghadapi takut dengan hal yang akan dialami dan
PMS adalah faktor hormonal pada wanita kurangnya informasi yang diberikan
yaitu ketidakseimbangan antara hormon kepada remaja tentang menstruasi.
estrogen dan progresteron. Beberapa 2. Tingkat Kecemasan Menghadapi
keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu Premenstrual Syndrome (PMS) Sesudah
sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada Dilakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif
payudara. Akibat keluhan yang dirasakan Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Bendo
dapat menimbulkan kecemasan pada Kabupaten Magetan.
wanita yang mengalami PMS. Apabila Berdasarkan hasil penelitian tingkat
kecemasan tidak segera diatasi akan kecemasan menghadapi premenstrual
menimbulkan berbagai respon kecemasan syndrome (PMS) sesudah dilakukan teknik
antara lain gelisah, keringat dingin, takut relaksasi otot progresif yang dilakukan satu
kali terapi per hari selama 20 menit dan
Halaman | 26
Jurnal Keperawatan
dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut selama berjam- jam atau beberapa hari
pada siswi kelas 7 SMPN 1 Bendo dapat (Sukarni dan Wahyu, 2013). Oleh karena
diketahui bahwa tingkat kecemasan itu perlu suatu cara untuk menurunkan
responden setelah diberikan teknik tingkat kecemasan menghadapi
relaksasi otot progresif yang paling banyak premenstrual syndrome (PMS). Dapat
dalam kategori cemas ringan yaitu dilakukan dengan dua cara yaitu
sebanyak 8 responden (53,3%), farmakologi dan non farmakologi,
sedangkan paling sedikit cemas sedang sedangkan penanganan secara non
sebanyak 3 responden (20,0%) pada siswi farmakologi salah satunya dapat dilakukan
kelas 7 SMPN 1 Bendo Kabupaten dengan teknik relaksasi otot progresif,
Magetan. dimana teknik relaksasi ini dapat
Pada hasil penelitian tersebut sejalan mengurangi tekanan dan gejala pada
dengan penelitian yang dilakukan oleh wanita yang mengalami masalah
Saputri (2016) tentang pengaruh relaksasi menstruasi (Proverawati dan Misaroh,
otot progresif terhadap tingkat kecemasan 2009).
ibu primigravida trimester III Di Puskesmas Berdasarkan hasil uraian diatas untuk
Sewon 1 Bantul, menyatakan bahwa mengurangi kecemasan menghadapi
sebelum diberikan intervensi teknik premenstrual syndrome (PMS) dengan dua
relaksasi otot progresif yang paling banyak cara yaitu secara farmakologi dan non
cemas sedang yaitu sebanyak 22 farmakologi. Salah satu cara
responden (64,7%), cemas ringan 7 nonfarmakologi yang digunakan dengan
responden (20,6%), cemas berat 1 berolahraga secara rutin yaitu dapat
responden (2,9%). Sedangkan hasil meringankan rasa tidak nyaman saat
setelah diberikan intervensi relaksasi otot premenstrual syndrome (PMS), khususnya
progresif kecemasan responden yang dengan melakukan teknik relaksasi otot
mengalami cemas ringan sebanyak 24 progresif dapat menurunkan kecemasan
responden (70,6%), cemas sedang 9 saat PMS.
responden (26,5%) dan yang mengalami 3. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
cemas berat 1 responden (2,9%). Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan
Relaksasi otot atau relaksasi Menghadapi Premenstrual Syndrome
progresif merupakan suatu metode yang (PMS) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1
terdiri peregangan dan relaksasi Bendo Kabupaten Magetan.
sekelompok otot, serta memfokuskan Setelah dilakukannya analisis data
perasaan rileks. Dengan begitu setelah dengan menggunakan wilcoxon signed
melakukan relaksasi otot ini dapat rank test, dengan tingkat kesalahan α =
menurunkan ketegangan otot, menurunkan 0.05 diperoleh sig ρ value = 0.001. Hal ini
kecemasan, nyeri leher dan punggung, menunjukkan bahwa ρ value = 0.001 < α =
tekanan darah tinggi, dan meningkatkan 0.05 yang artinya ada pengaruh tingkat
rasa kebugaran dan konsentrasi, kecemasan sebelum dan sesudah
memperbaiki kemampuan untuk mengatasi dilakukan teknik relaksasi otot progresif
stress (Solehati dan Kosasih, 2015). pada siswi kelas 7 SMPN 1 Bendo
Kecemasan pada remaja yang Magetan.
mengalami PMS memerlukan penanganan Sesuai dengan teori yang
bila tidak segera ditangani hal ini tentu saja dikemukakan Herodes, 2010 dalam
sangat berbahaya karena dapat Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa
mengganggu dalam melakukan aktivitas Teknik relaksasi otot progresif memusatkan
remaja sehari-hari apabila tidak tertangani perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
dengan baik. Keadaan ini dapat mengidentifikasi otot yang tegang
menyebabkan remaja mengalami masalah kemudian menurunkan ketegangan dengan
terhadap prestasinya di sekolah, melakukan teknik relaksasi untuk perasaan
terganggunya komunikasi dengan teman, relaks. Teknik relaksasi otot progresif
terjadinya penurunan produktivitas belajar merupakan salah satu cara teknik relaksasi
bahkan tidak hadir disekolah (Andrews, yang mengkombinasi latihan nafas dalam
2010). Premenstruasi Syndrome dapat dan serangkaian relaksasi otot tertentu. Hal
sangat hebat pengaruhnya sehingga harus ini sejalan dengan penelitian Oktavianis
beristirahat dari sekolah atau kantornya (2010) yang menjelaskan bahwa relaksasi
Halaman | 27
Jurnal Keperawatan
Halaman | 29
Jurnal Keperawatan
Halaman | 30