PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair
pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. merkuri
di industri ini untuk memudahkan (sebagai katalis) proses pencampuran logam dengan
logam lainnya, contohnya dalam proses ekstraksi logam emas dan logam campuran untuk
gigi.
a) Sifat Fiska - Kimia Merkuri
Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-sifat sebagai berikut yaitu
berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah sekitar
0
39 C. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam yang lain.Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga
menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya
listrik.Dapat melarutkan bermacam- macam logam untuk membentuk alloy yang
disebut dengan amalgam. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua
makhluk hidup , baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam
bentuk persenyawaan (Palar, 1994). Merkuri umumnya terdiri dari tiga bentuk
yaitu elemen merkuri (Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organik kompleks
(Selid et.al, 2009).
b) Siklus Merkuri di Dalam Lingkungan
Siklus merkuri di alam dimediasi oleh proses geologi dan biologi. Bentuk
utama merkuri di atmosfer adalah uap merkuri (Hg o) yang mudah menguap dan
dioksidasi menjadi ion merkuri (Hg2+) sebagai hasil dari interaksi terhadap ozon
dengan adanya air. Kebanyakan merkuri yang masuk ke lingkungan perarian
adalah Hg2+.
Organisme predator yang ada di tingkat paling atas dalam rantai makanan umumnya
memiliki konsentrasi merkuri lebih tinggi, yang dikenal sebagai bentuk organik
metylmerkuri. Umumnya bentuk kimia merkuri yang terpapar pada manusia adalah uap
merkuri Hgo dan senyawa metylmerkuri yang merupakan racun yang sangat kuat bagi
semua organisma hidup. Adanya kontaminasi limbah logam berat mengakibatkan beberapa
bakteri, jamur dan tanaman telah berevolusi sehingga memiliki mekanisme resistensi
terhadap beberapa bentuk zat kimia yang berbeda. Bakteri memainkan peran penting dalam
siklus global merkuri dalam lingkungan sekitar.
II.2.1.Bioremediasi Merkuri Menggunakan Bakteri Indigenous Dari Limbah
Penambangan Emas
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan sumber daya emas besar
(Fachri, 2005; Supit, 2009; Karmanto et al., 2013), dimana salah satu lokasinya terletak di
Tumpang Pitu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Setiawan, 2017). Namun pada
proses penambangannya digunakan proses ekstraksi yang berbahaya baik bagi lingkungan
maupun makhluk hidup, yaitu menggunakan logam merkuri untuk proses amalgamasi
karena biaya yang dikeluarkan relatif rendah (Davies, 2014).
Limbah merkuri merupakan suatu limbah berbahaya yang sering digunakan sebagai
proses amalgamasi dalam penambangan emas. Dampak dari merkuri akan semakin
meningkat terlebih para penambang tidak pernah mengolah limbah merkuri tersebut
sebelum dibuang ke lingkungan, sehingga diperlukan suatu metode untuk menjadikan
limbah merkuri tersebut tidak beracun atau bahkan hilang. Salah satu metode yang dapat
dilakukan yaitu melakukan proses bioremediasi.
Pada penelitian ini, proses bioremediasi dilakukan dengan menggunakan bakteri
indigenous yang diisolasi dari limbah penambangan emas Tumpang Pitu, Banyuwangi.
Bakteri indigenous tersebut didapatkan dengan mengambil sampel berupa sedimen dan
sampel cair dari penambangan emas, dan kemudian dilakukan proses isolasi dan seleksi
menggunakan merkuri dengan kadar 0-130 ppm. Proses ini untuk mendapatkan bakteri
yang resisten terhadap kadar merkuri tertinggi dan mampu untuk melakukan proses
degradasi merkuri terbaik. Selanjutnya, dilakukan proses identifikasi bakteri yang terbukti
mampu untuk melakukan proses bioremediasi.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bakteri indigenous dari limbah
penambangan emas pada proses bioremediasi limbah merkuri di suatu lingkungan
sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri
jenis Morganella morganii yang resisten terhadap merkuri dan mampu melakukan
bioremediasi merkuri hingga mencapai 92.46%.
II.2.2. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Menggunakan Lindernia crustacea,
Digitaria radicosaa, dan Cyperus rotundus Serta Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
3. Hasil penelitian Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi Lahan dan Air
Terdegradasi Penambangan Emas menunjukkan beberapa spesies akumulasi Pb dan
sianida dalam konsentrasi tinggi seperti Ipomoea sp. (35,70 ppm cyanida) dan
Mikania cordata (Burm.f.) B.L.Robinson (11,65 ppm Pb). Serangkaian penelitian
diperlukan untuk membuktikan bahwa spesies ini berpotensi sebagai akumulator
logam berat dan sianida.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, G, R. 2014. A toxic free future: is there a role for alternatives to mercury in small-
scale gold mining. Futures. 62:113-119
EPA. 2001. A Citizen’s Guide to Phytoremediation. US Enviroenmental Protection Agency.
Essa, A.M.M., L. E. Macaskie and N. L. Brown. Mechanisms of mercury bioremediation.
Biochemical Society Transactions (2002) Volume 30, part 4
Fachri, F. 2005. Aplikasi kriging sekuensial pada penaksiran cadangan emas. Jurnal
Gradien. 1(1):34-37
Fitter, A. H dan R. K. M. Hay. 2004. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan oleh Sri
Andani dan E. D. Purbayanti. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Ghosh, Amitava, Piyali C, Partha R, Somnath B, Tanushree N and Simli S. Bioremediation
of Heavy Metals from Neem (Azadirachta Indica) Leaf Extract by Chelation
with Dithizone. (A Protective and Effective Method for Pharmaceutical
Industry). AsianJournal of Pharmaceutical and Clinical Research. Volume 2,
issue 1, Jan-March 2009.
Priyanto, B. dan J. Prayitno. 2002. Fitoremediasi Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan
Pencemaran, Khususnya Logam Berat. Dalam
Http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora.htm
Selid, Paul D., Hanying Xu, E. Michael Collins, Marla Striped FC and Julia X Z. Sensing
Mercury for Biomedical and Environmental Monitoring. Sensor.2009.9.5446-
5459
Shaaban, M, T, Ghozlan, H, A, Maghraby, M, M, E. 2012. Susceptibility of bacteria
infecting urinary tract to some antibiotics and essential oils. Journal of Applied
Pharmaceutical Science. 2(4):90-98
Subowo, M., S. Widodo dan A. Nugraha. 2007. Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan
Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding.
Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.
Truu, J., E. Talpsep, E. Vedler, E. Heinaru, and A. Heinaru. 2003. Enhanced Biodegradation
of Oil Shale Chemical Industry Solid Wastes by Phytoremediation and
Bioaugmentation. Estonia Academy Publisher.
Vidali, M. Bioremediation. An overview. Pure Appl. Chem., Vol. 73, No. 7, pp. 1163–1172,
2001.
Bioremediasi Tanah
OLEH :
RISKI APRIYANI
G022181001