Anda di halaman 1dari 23

OKULAR MOTILITAS BINOKULARITAS

VISUAL DEVELOPMENTAL
Oleh : dr. Linda Trisna, SpM(K)
Bagian Ilmu Kesehatan Mata FK UNSRI / RSMH Palembang

PERKEMBANGAN VISUS DAN BINOKULAR PADA ANAK

VISUS : Rangkaian proses stimulasi cahaya, sensasi dan persepsi.

Sistem Penglihatan : Monokular & Binokular.

VISUS :
- Visus sentral  makula
- Visus perifer  ekstra makula
- Berbeda struktur & fisiologi dari tingkat retina “visual pathway” sampai ke
tingkat kortek.
- Berbeda kematangan pada tingkat usia.
- Sistem makula secara anatomis belum matang pada waktu lahir & mulai
berfungsi pada usia 2 -3 bulan.

KETAJAMAN PENGLIHATAN MONOKULER  tergantung 3 faktor :

- Kematangan refleks fiksasi yang nomal pada aspek sensoris & motoris.
- Stimulasi yang tepat.
- Perhatian yang penuh terhadap aspek yang dilihat.
- Refleks fiksasi mulai usia 5 – 6 minggu
- Bayi akan mengikuti obyek yang terang & berpaling bila terputus.
- Pada usia 3 bulan fiksasi lebih stabil & kembali setelah terputus.

Sensoris Motor Refleks  memelihara fiksasi.

- Bila terjadi gangguan fiksasi pada usia 3 bulan pertama  fiksasi tidak
akan berkembang
- Koreksi gangguan fiksasi pada 6 bulan pertama
- Refleks fiksasi berkembang & matang pada usia 9 tahun
- Gangguan sensoris dapat pada retina / “visual payhway”
VISUS
Dengan optokinetik nystagmus  Visus anak - anak :

- 2 minggu : 20/400
- 5,5 bulan : 20/100
- 3 tahun : >/20/50
- 5-6 tahun : 20/30 – 20/20.

Perkembangan tajam penglihatan :

bayi baru lahir : 1/~


- 4 bulan : 6/768
- 6 bulan : 6/288
- 9 bulan : 6/72
- 1 tahun : 6/36
- 1,5 tahun : 6/24
- 2 tahun : 6/28
- 2,5 tahun : 6/18
- 3-4 tahun : 6/9
- 6 tahun : 6/6

 Penglihatan Binokular Tunggal :


- Fusi dari sensoris yang di hasilkan simulasi cahaya pada tiap mata
menjadi satu kesatuan persepsi.
- Derajat Penglihatan Binokular Tunggal :
1. Persepsi Simultan Binokular
2. Fusi
3. Stereopsis.

1. Persepsi Simultan Binokular : - adalah saling tumpang dua obyek tidak sama yang
dilihat oleh kedua mata

2. Fusi :

- Fusi Sensoris : kemampuan menggabungkan menjadi satu kesatuan bayangan


yang sama dari 2 mata.
- Fusi Motoris : kemampuan untuk mempersatukan fusi sensoris melalui pengaturan
Vergence

3. Stereopsis : - Pandangan 3 Dimensi : adalah fusi dari bayangan obyek yang


berada dalam area “Panum”.
AMBLIOPIA
Ambliopia : - amblyos : - kabur / suram & -opia : - penglihatan.

Ambliopia :
Penurunan ketajaman penglihatan tanpa ditemukannya kelainan secara
oftalmoskopik maupun pada jalur visual aferen penglihatan.

- Dapat terjadi pada 1 atau ke 2 mata


- Tujuan Pengobatan Ambliopia :
1. Memperoleh visus normal pada ke 2 mata
2. Memperoleh posisi bola mata yang sempurna
3. Memperoleh kemampuan stereoskopis yang sempurna.

Visus yang baik akan membantu mempertahankan posisi bola mata sejajar.

Stereoskopis baik mempertahankan bola mata sejajar.

Posisi bola mata sejajar akan mencegah rekurensi Ambliopia

● DASAR PENGOBATAN AMBLIOPIA :

1. Menjernihkan media optik

2. Koreksi terhadap kelainan refraksi

3. Menggunakan cara/tehnik yang memaksa penderita melihat dengan mata

ambliopia

4. Meluruskan posisi bola mata sebaik mungkin


FAAL PENGLIHATAN MATA
ASPEK2 Penglihatan Mata yang terpenting :

1. Visus
2. Fiksasi
3. Proyeksi

- ACIES VISUS : Ukuran bagi seseorang untuk membeda2kan bentuk benda

- PENGLIHATAN :

a. Penglihatan Warna : kemampuan seseorang untuk membedakan warna


(color sense)

b. Penglihatan Cahaya : kemampuan untuk membedakan kekuatan cahaya


(light sense)

c. Penglihatan Bentuk : kemampuan seseorang untuk dapat melihat dua buah titik
sebagai titik – titik yang terpisah (form sense)

 Visus adalah sempurna atau 100% --- > apabila 2 buah titik yang berjarak 1
menit (one minute of arch) bisa dilihat sebagai 2 buah titik yang terpisah
sebelum/sesudah koreksi.

 Penglihatan sempurna --- > bayangan benda jatuh tepat di atas fovea.

 FIKSASI : - kemampuan untuk menempatkan bayangan benda yang menjadi


pusat perhatian tepat diatas fovea.
- Fiksasi Monokular & Fiksasi Binokular (Bifoveal Fixation).
- Conjugate Fixation ---> Bifoveal fiksasi terdapat pada setiap jurusan/arah
pandangan.
- Conjugate Fixation --- > Common Denominater : - penting karena yang
menjadi dasar dari setiap keadaan strabismus tidak adanya ini.

 PROYEKSI : - Seseorang mampu melempar batu & tepat mengenai sasaran


disebabkan karena orang normal mampu memproyektir rangsang2 cahaya
yang jatuh pada retian-nya kembali dalam ruang bebas (space) secara tepat.
- Proyeksi secara tepat --- > dipengaruhi tonus otot2 mata luar & impuls
syaraf.
POSISI & PERGERAKAN MATA
- Optic Axis : Adalah garis lurus yang menghubungkan polus posterior bola mata
dengan polus anterior bola mata.
- Visual Axis : Adalah garis lurus yang melewati fovea dan benda yang menjadi
perhatiannya.
- Nodal Point : Adalah titik persilangan antara visual axis dengan optic axis
- Pupillary Axis : Adalah garis yang melewati nodal point dengan titik
pertengahan pupil.
- Angle Kappa : Adalah sudut yang terbentuk antara visual axis dan pupillary
axis.

 Posisi bola mata adalah normal apabila bayangan benda yang menjadi
perhatiannya jatuh tepat pada kedua fovea bersamaan . Dan posisi ini harus
terus menerus dipertahankan dalam semua arah pandang. (Posisi
fungsionali)
 Position of complete rest : Terjadi apabila seseorang berada dalam narcosis
yang dalam atau coma.
 Position of rest : Adalah posisi bola mata dalam keadaan tidur.
 Posisi bola mata dipengaruhi oleh faktor anatomis dan tonus otot2.
 Posisi binokular terutama dipengaruhi oleh keadaan refleks2 sensori – visuil.
 Pergerakan bola mata : Pergerakan bola mata dimungkinkan adanya
koordinasi otot2 luar bolamata (6 untuk masing2 mata).
 Hukum2 dalam pergerakan bolamata.
1. Hukum Sherrington
2. Hukum Hering.
OTOT EKSTRAOKULAR YANG MENGONTROL
PERGERAKAN MASING-MASING MATA ADA 6 YAITU :

NO NAMA OTOT NK PRIMER SEKUNDER TERSIER


1 REKTUS MEDIAL III ADUKSI
2 REKTUR LATERAL VI ABDUKSI
3 REKTUS SUPERIOR III ELEVASI INTORSI ADUKSI
4 REKTUS INFERIOR III DEPRESI EKSTORSI ADUKSI
5 OBLIKUS IV DEPRESI INTORSI ABDUKSI
SUPERIOR
6 OBLIKUS INFERIOR III ELEVASI EKSTORSI ABDUKSI

● ASPEK MOTORIK
Fungsi masing – masing otot :
- Tunggal

- Sekunder Tergantung posisi bola mata

- Tersier

● GERAK SATU MATA


● HUKUM SHERINGTON :
Pada setiap gerakan mata terjadi hambatan pada otot antagonis
dari otot yang berkontraksi.

● PERGERAKAN DUA MATA (BINOKULAR)


● HUKUM HERING :
Pada setiap arah gerakan mata secara sadar terdapat rangsangan
simultan dan seimbang pada setiap otot luar kedua bola mata sehingga
gerakan lancar dan tepat.
● YOKE MUSCLES :
- Pada setiap gerakan mata yang terkoordinasi otot dari satu mata akan
berpasangan dengan otot mata yang lain untuk menghasilkan gerakan
mata dalam 6 arah kardinal.
- Otot yang berpasangan ini YOKE MUSCLES mendapat intervasi sama
kuat (Hukum Hering).

YOKE MUSCLES
ARAH GERAKAN YOKE MUSCLES
KANAN ATAS REKTUS SUPERIOR KANAN DAN OBLIKUS
INFERIOR KIRI
KANAN REKTUS LATERAL KANAN DAN REKTUS
MEDIUS KIRI
KANAN BAWAH REKTUS INFERIOR KANAN DAN OBLIKUS
SUPERIOR KIRI
KIRI ATAS OBLIKUS INFERIOR KANAN DAN REKTUS
SUPERIOR KIRI
KIRI REKTUS MEDIUS KANAN DAN REKTUS
LATERAL KIRI
KIRI BAWAH OBLIKUS SUPERIOR KANAN DAN REKTUS
INFERIOR KIRI

RS OI RS

RL RM RL

RI OS RI

OD OS
EVOLUSI GERAKAN BINOKULAR & VISUS PADA ANAK

WAKTU LAHIR IREGULER DAN TAK TERKOORDINASI :


VISUS 1/~

UMUR 2 MINGGU VISUS 3/60 (DENGAN OPTOKINETIK


DRUM)

UMUR 5-6 MINGGU WONDERING EYE MOVEMENT MULAI


FIKSASI PADA OBJEK TERANG
(FIKSASI MATANG USIA 9 TAHUN)

UMUR 5,5 BULAN VISUS 6/30

UMUR 6 BULAN JIKA WONDERING EYE MOVEMENT (+)


 STRABISMUS
 PERLU PEMERIKSAAN

UMUR 3 TAHUN VISUS 6/9

UMUR 5-6 TAHUN VISUS 6/7,5 – 6/6


GANGGUAN GERAKAN :
●BILA 1/> OTOT PENGGERAK MATA TIDAK
SEBANDING GERAK OTOT LAINNYA, TERJADI :
- Gangguan keseimbangan
- Gerak kedua mata
- Sumbu penglihatan menyilang
-  Strabismus
- Diplopia

● DIPLOPIA : Melihat ganda


- Diplopia ada dua :
1. Diplopia Monokular : Disebabkan oleh efek media
refraksi atau retina, yang menyebabkan pecahnya
bayangan.

2. Diplopia Binokular : Disebabkan kelainan pasangan


bola mata. Dan diplopia ini akan hilang bila salah satu
mata ditutup.

Diplopia Homonim : Diplopia tidak menyilang


Diplopia Heteronim : Diplopia bersilang
● GANGGUAN GERAKAN MATA DAPAT BERUPA :
1. Tonus yang berlebihan
2. Paretik / Paralitik
3. Hambatan Mekanik (Otot terjepit, tertekan)

● ASPEK SENSORIK
- Penglihatan Binokular :
1. Penglihatan binokular yang normal bayangan objek
yang menjadi perhatian jatuh pada kedua fovea mata
2. Impuls akan berjalan sepanjang optik pathway
menuju korteks oksipitalis dan diterima sebagai
bayangan tunggal  proses ini disebut FUSI

● SAAT LAHIR : 
- Perkembang penglihatan masing-masing mata belum
normal, karena perkembangan anatomi dan faal mata
belum sempurna.
- Demikian juga dengan BINOKULAR VISION

● Dalam perkembang diperlukan rangsangan normal 


tidak ada hambatan masuknya cahaya sampai di fovea /
makula
● Bila ada hambatan  perkembangan penglihatan
tidak sempurna & bila tidak segera diperbaiki 
AMBLIOPIA STRABISMUS
● HAMBATAN DAPAT BERUPA :
1. Kelainan Organik :
- katarak kongenital
- Sikatrik kornea
- Ptosis yang berat

2. Gangguan Fungsional
- Perbedaan hipermetropia kiri dan kanan lebih dari
2 D.
- Perbedaan refraksi yang menimbulkan
anisokonia
STRABISMUS
STRABISMUS :
Keadaan dimana sumbu penglihatan kedua mata tidak ber-sama2
menuju pada benda yang menjadi pusat perhatiannya.
STRABISMUS = SQUINT = MATA JULING
STRABISMUS = VISUAL SENSORY MOTOR ANOMALY
 Syarat Penglihatan Binokular Yang Normal :
1. Visus ke 2 mata sebelum/sesudah koreksi anomali refraksi
tidak terlalu berbeda, tidak ada aniseikonia.
2. Otot2 ekstrinsik ke 2 bola mata seluruhnya dapat bekerja
sama dengan baik, yakni dapat menggulirkan ke 2 mata
sehingga ke 2 sumbu penglihatan menuju pada benda yang
menjadi pusat perhatiannya.
3. Susunan saraf pusat baik, yakni sanggup
memfusi/mensintesa 2 bayangan yang datang dari ke 2
retina menjadi 1 bayangan tunggal.

 Tujuan Pengobatan Strabismus :


1. Membangun/mengembalikan penglihatan binokular yang
normal.
2. Segi kosmetik adalah persoalan kedua.
● TERMINOLOGI

Angle Kappa : Sudut yang dibentuk antara sumbu penglihatan


( Visual Axis dan Central Pupillary Line)
Duksi : Gerakan pada 1 mata ( mata sebelah ditutup )
- Aduksi : Gerakan ke nasal
- Abduksi : Gerakan ketemporal
- Supraduksi : Gerakan keatas
- Infraduksi : Gerakan kebawah

● HETEROFORIA : Strabismus Laten

● HETEROTROPIA : Strabismus Manifes

- Eksotropia : Strabismus Devergen

- Esotropia : Strabismus Konvergen


- Hipertropia : Juling keatas
- Hipotropia : Juling kebawah

● ORTOFORIA : Tidak Juling


● PRISMA DIOPTRI : Besarnya sudut deviasi
● TORSI : Gerakan mata mengelilingi sumbu antero-posterior
● VERGEN : Gerakan mata kearah yang berlawanan
● VERSI : Gerakan mata kearah yang sama
● KONVERGEN EKSES : Esotropia lebih besar waktu melihat dekat
● DIVERGEN EKSES : Eksotropia lebih besar waktu melihat jauh
● KONVERGEN INSUFISIENSI : Eksotropia lebih besar waktu melihat
dekat
● DIVERGEN INSUFISIENSI : Esotropia lebih besar waktu melihat
jauh
PENYEBAB STRABISMUS
1. Faktor keturunan
2. Kelainan anatomi :
- Kelainan otot ekstra okuler dan tendon-tendonnya
- Kelainan fascial structure
- Kelainan tulang-tulang orbita
3. Kelainan sensoris ( sensory anatomical defect )  Defek yang
mencegah pembentukan bayangan di retina dengan baik, yaitu :
- Kekeruhan media
- Lesi di retina
- Ptosis berat
- Anomali refraksi  terutama yang tidak dikoreksi
4. Kelainan inervasi
A. Gangguan proses transisi dan persepsi  menyebabkan prose
fusi gagal
B. Ganguan inervasi motorik
Kelainan diatas dapat berupa :
- Insufisiensi atau eksesive tonik inervasi dari bagian
supranuklear atau salah satu ataupun beberapa otot.
MENENTUKAN VISUS / TAJAM PENGLIHATAN
● VISUS  Harus dievaluasi meskipun secara kasar atau
membandingkan kedua mata
● PEMERIKSAAN DENGAN :
E-CHART  Pada umur 3-3,5 tahun
SNELLEN CHART (Alfabet/Angka)  umur 5-6 tahun
● UNTUK ANAK < 3 TAHUN DAPAT DENGAN CARA :
A. Obyektif  Dengan Oftalmoskop, Retinoskop ( Streak )
B. Observasi perhatian anak terhadap sekelilingnya
C. Oklusi satu mata  Bila anak berusahan membuka tutup mata 
mata yang terbuka visusnya jelek.

MENENTUKAN ANOMALI REFRAKSI


● Sampai usia 5 tahun  ditentukan secara obyektif dengan
retinoskop setelah atropinisasi
● >5 tahun  secara subyektif

MENENTUKAN ADANYA / BESARNYA DEVIASI


1. Secara kualitatif dengan :
A. Cover Test : Menentukan Heterotropia
B. Cover Uncover Test : Menentukan Heteroforia
2. Secara kuantitatif dengan :
A. Hischberg Test
B. Krimsky Test
C. Prisma + Cover Test
D. Synophtophore
PEMERIKSAAN GERAKAN MATA
1. Pemeriksaan pergerakan monokular ( Tes Duksi )
2. Pemeriksaan pergerakan binokular ( Tes Versi, Tes Hess
Screen )

PEMERIKSAAN LAIN UNTUK BINOKULAR VISION :


1. Tes Worth Four Dots
2. Tes Maddox Rod
3. Tes Stereo
4. Tes Synoptophore

 Klasifikasi Strabismus :
1. Menurut Status Fusi :

a. Foria : Deviasi laten dimana kontrol fusi selalu ada


b. Foria Intermitten : ada kontrol fusi tetapi tidak terus menerus
c. Tropia : deviasi manifes dimana kontrol fusi tidak ada

2. Menurut variasi dari deviasi dengan arah posisi memandang atau


mata fiksasi
a. Komitan : deviasi tidak berubah dengan arah pandang atau mata
fiksasi
b. Inkomitan : deviasi berubah dengan arah pandang atau mata fiksasi
( kebanyakan adalah paralitik, bila akuisita boleh jadi neurologic
atau penyakit orbita)

3. Menurut Fiksasi
a. Alternan : ganti berganti secara spontan
b. Monokular : fiksasi hanya dengan satu mata saja
4. Menurut usia terjadinya
a. Kongenital : usia kurang dari 6 bulan
b. Didapat (Akuisita) : usia lebih dari 6 bulan

5. Menurut jenis deviasinya


a. Horizontal : esodeviasi atau eksodeviasi
b. Vertikal : hyperdeviasi atau hypodeviasi
c. Torsional : insiklodeviasi atau eksiklodeviasi
d. Kombinasi : horizontal, vertikal, dan atau torsional
6. Menurut hubungan jarak jauh – dekat
a. AC / A ratio normal : deviasi jarak jauh sama dengan jarak dekat
b. AC / A ratio tinggi :
1. Esodeviasi : jarak dekat > jauh
2. Eksodeviasi : jarak jauh > dekat
c. AC / A ratio rendah :
1. Esodeviasi : jarak jauh > dekat
2. Eksodeviasi : jarak dekat > jauh

KOMPLIKASI STRABISMUS
DAPAT BERUPA :
1. Supresi
2. Ambliopia
3. Anomalous retinal correspondence
4. Defek pada otot
5. Adaptasi posisi kepala
Contoh Kasus strabismus beserta Penatalaksanaanya

1.Esotrofi

Gambar atas. Pre op : Esotropia associated with High Myiopa

Gambar bawah. Post Op Reses - Resek - Transposisi atas


indikasi Esotropia Associated with High Myopia
2.

Gambar 1 dan 2. Pre Op : Large exotropia Divergen


Excess Alternan
Gambar 3. Pos Op Bilateral Reses atas Indikasi Large
exotropia Divergen excess Alternan
3.

Gambar 1. Pre op : Large exotropia Divergen Excess


Gambar 2. Post Op Bilateral Reses + Resek Rectus
Medius OD atas indikasi Large Exotropia Divergen
Excess
4

Gambar atas : Exotropia akomodatif


Gambar Bawah : Penatalaksanaan Kacamata untuk
exotropia akomodatif
5.

Gambar 1 dan 2 . Pre Op : Large exotropia Divergen


excess Alternan ( Pre Op)
Gambar 3. Pos Op bilateral Recess atas indikasi Large
exotropia Divergen Excess Alternan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai