Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada umumnya karakteristik desa pegunungan adalah sama, yaitu
mempunyai udara yang sejuk, potensi alam yang kaya dan keadaan tanah yang
berlereng. Ciri-ciri wilayah pedesaan yaitu:
1) Perbandingan luas tanah dengan jumlah manusia, relatif besar.
2) Lapangan kerja agraris.
3)Hubungan penduduk akrab.
4) Sifat menurut tradisi budaya setempat.
Di wilayah Indonesia kira-kira 80% merupakan pedesaan dan 20%
merupakan perkotaan. Dimana seluruh wilayah Indonesia secara administrative
terbagi habis menjadi desa-desa. Karena Indonesia merupakan negara
kepulauan,maka terdapat desa di tengah pulau dan desa di tepi pantai, di samping
itu terdapat desa yang meliputi pulau kecil. Berhubung permukaan bumi tidak
sama, maka dapat dibedakan pula desa di dataran, desa di lembah, desa di
perbukitan, dan desa di pegunungan. Pada umumnya desa di tengah pulau atau
desa pedalaman mempunyai pemukiman yang terpusat dikelilingi oleh tanah
untuk kegiatan ekonominya, seperti sawah, ladang, hutan dan sebagainya. Desa di
tepi sungai merupakan pemukiman yang linier dengan tempat kegiatan
ekonominya. Sedangkan desa yang terletak di perbukitan sering mempunyai pola
pemukiman tersebar. Jadi secara geografis di Indonesia terdapat desa pedalaman,
desa pantai, dan desa sungai.
Permasalahan prasarana lingkungan permukiman bukan masalah sosial
yang mampu menimbulkan konflik lagi sekedar, tetapi sudah menjadi masalah
kebersihan dan lingkungan, karena itu pembangunan prasarana lingkungan
permukiman harus diarahkan kepada penyelenggaraan pembangunan secara
terpadu yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan memprioritaskan
optimasi terhadap sistem yang ada untuk dapat menciptakan lingkungan
permukiman yang aman dan sehat.

1
2

Dalam upaya memulihkan lingkungan pemukiman yang aman dan sehat,


sering terhalang dengan adanya pencemaran lingkungan akibat aktifitas
masyarakat di pemukiman tersebut. Diantaranya adalah mengenai pembuangan
limbah dari ruma tangga yang tidak melalui pengelolaan terlebih dahulu. Banyak
sampah yang dibuang dsungai atau badan air. Selain itu limbah cair dari aktifitas
rumah tangga jarang yang dimasukan ke dalam septic tank.
Rumah dapat diartikan sebagai tempat perlindungan untuk menikmati
kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah,
penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini.
Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi
kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus
memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala
peristiwa hidupnya.
Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat
tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu :
1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.
2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusi.
3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.
Dari deskripsi diatas, penulis ingin melakukan analisis terhadap kondisi
atau permasalahan yang muncul di permukiman pedesaan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui permasalahan permukiman
2. Untuk mengetahui penyebab permasalahan permukiman
3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi permasalahan permukiman
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian permukiman3
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman
berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan
dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan
kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana
ligkungannya.
Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan
dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan
segala unsur serta kegiatan yang berkaitandan yang ada di dalam pemukiman.
Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika
pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya
dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Perumahan menitik beratkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan
land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitik beratkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda
mati yaitu manusia (human). Akibat yang dapat ditimbulkan dari setiap akitivitas
di dalam pemukiman sendiri yaitu dapat menimbulkan berbagai dampak yang
negatif diantaranya adalah pencemaran.

B. PERMASALAHAN3
Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Kekurangsiapan kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang tepat,
dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan
keragaman, nampaknya menjadi penyebab utama yang memicu timbulnya
permasalahan perumahan dan permukiman.
Secara sederhana permasalahan perumahan dan permukiman ini adalah
tidak sesuainya jumlah hunian yang tersedia jika dibandingkan dengan kebutuhan

3
4

dan jumlah masyarakat yang akan menempatinya. Tetapi apa bila kita melihat
lebih dalam lagi, pokok-pokok permasalahan dalam perumahan dan pemukiman
ini sebenarnya adalah (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Ir. Siswono Yudohusodo,...,
Jakarta, 1991):
1. Kependudukan
Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan faktor utama
yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman ini selalu
menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Pesatnya angka pertambahan
penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan
menyebabkan permasalahan ini semakin pelik dan serius. Permasalahan
kependudukan dewasa ini tidak hanya menjadi isu pada kota-kota dipulau
jawa, tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai memperlihatkan gejala
yang hampir serupa. Meningkatnya arus urbanisasi serta semakin lebarnya
jurang pemisah antara kota dan desa merupakan salah satu pemicu
permasalahan kependudukan ini.
2. Tataruang dan Pengembangan wilayah
Daerah perkotaan dan pedesaan merupakan satu kesatuan wilayah yang
seharusnya menjadi perhatian khusus pihak yang berkepentingan dalam
hal pembangunan ini, khususnya pembangunan perumahan dan
permukiman. Seharusnya hal ini menjadi panduan untuk melaksanakan
pemerataan dalam pembangunan antar keduanya. Tetapi yang kita temui
dilapangan sekarang adalah semakin pesatnya pembangunan yang
dilakukan pada kota, sehingga daerah pedesaan semakin tertinggal.
Pesatnya pembangunan perumahan diperkotaan banyak yang tidak sesuai
dengan rencana umum tataruang kota, inilah yang menyebabkan keadaan
perkotaan semakin hari semakin tidak jelas arah pengembangannya.
3. Pertanahan dan Prasarana
Pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar akan selalu
dihadapkan kepada masalah tanah, yang didaerah perkotaan menjadi
semakin langka dan semakin mahal. Tidak sedikit yang kita jumpai areal
pertanian yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal ini terjadi
karena ketersediaan tanah yang sangat terbatas sedangkan permintaan akan
5

sarana hunian selalu meningkat setiap saatnya. Konsekuensi logis dari


penggunaan tanah pertanian sebagai kawasan perumahan ini menyebabkan
menurunnya angka produksi pangan serta rusaknya ekosistem lingkungan
yang apabila dikaji lebih lanjut merupakan awal dari permasalahan
lingkungan diperkotaan, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.
Alternatif lain dalam menanggulangi permasalahan pertanahan di dalam
kota ini adalah dengan membangun fasilitas-fasilitas hunian didaerah
pinggiran kota, yang relatif lebih murah harganya. Namun permasalahan
baru muncul lagi disana, yaitu jarak antara tempat tinggal dan lokasi
bekerja menjadi semakin jauh sehingga kota tumbuh menjadi tidak efisien
dan terasa mahal bagi penghuninya.
4. Pembiayaan.
Permasalahan biaya merupakan salah satu point penting dalam pemecahan
permasalahan perumahan dan permukiman ini. Secara mikro, hal ini
disebabkan oleh kemampuan ekonomis masyarakat Indonesia untuk
menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih sangat susah
sekali, karena sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, sedangkan secara
makro hal ini juga tidak terlepas dari kemampuan ekonomi nasional untuk
mendukung pemecahan masalah perumahan secara menyeluruh.
Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk permasalahan pembiayaan
ini adalah adanya kecenderungan meningkatnya biaya pembangunan,
termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak sebanding dengan kenaikan
angka pendapatan masyarakat, sehingga standar untuk memenuhi
kebutuhan akan hunian menjadi semakin tinggi.
5. Teknologi, Industri Bahan Bangunan dan Industri Jasa Konstruksi
Faktor lain yang juga merupakan pendukung yang ikut menentukan sukses
atau tidaknya program pembangunan perumahan rakyat ini adalah
produksi bahan bangunan dan distribusinya yang erat kaitannya dengan
harga, jumlah dan mutu serta penguasaan akan teknologi pembangunan
perumahan oleh masyarakat. Berdasarkan kepada tulisan dalam buku
Rumah Untuk Seluruh Rakyat, mengatakan bahwa teknologi dan industri
6

jasa konstruksi, khususnya untuk pembangunan perumahan sederhana


belum banyak kemajuan yang ada.
6. Kelembagaan
Perangkat kelembagaan dibidang perumahan, merupakan satu kesatuan
sistem kelembagaan untuk mewujudkan pembangunan perumahan secara
berencana, terarah dan perpadu, baik itu yang berfungsi sebagai pemegang
kebijaksanaan, pembinaan dan pengaturan pada berbagai tingkat
pemerintahan, maupun lembaga-lembaga pelaksana pembangunan di
sektor pemerintah dan swasta.
7. Peranserta Masyarakat
Berdasarkan kepada kebijaksanaan dasar negara kita yang menyatakan
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas perumahan yang layak,
tetapi juga mempunyai peran serta dalam pengadaannya. Menurut
kebijaksanaan ini dapat kita simpulkan bahwa pemenuhan pembangunan
perumahan adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, baik itu secara
perorangan maupun secara bersama-sama, pada point ini peran pemerintah
hanyalah sebagai pengatur, pembina dan membantu serta menciptakan
iklim yang baik agar masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan
perumahan mereka. Masyarakat bukanlah semata-mata objek
pembangunan, tetapi merupakan subjek yang berperan aktif dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman.
Peran serta masyarakat akan dapat berlangsung lebih baik apabila sejak
awal sudah ada perencanaan pembangunan, agar hasilnya sesuai dengan
aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan kemampuan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan, dengan demikian perumahan dan
pemukiman dapat menciptakan suatu proses kemajuan sosial secara lebih
nyata.
8. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan dan perundang-undangan merupakan landasan hukum bagi
penerapan berbagai kebijaksanaan dasar maupun kebijaksanaan
pelaksanaan di bidang pemerintahan maupun bidang pembangunan.
Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang perumahan telah mulai
7

digagas dan dikeluarkan oleh pemerintah mulai dari periode pra-PELITA


hingga saat sekarang. Namun hal ini belum dapat memberikan dampak
yang cukup berarti dalam pembangunan perumahan, bahkan dalam banyak
hal dikatakan hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan
sekarang dan juga telah tertinggal dengan perkembangan dan tuntutan
pembangunan dewasa ini dan dimasa mendatang, sehingga pembaharuan
dan penyempurnaan dirasakan sangat perlu dan penting.
9. Permasalahan lainnya
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa
kira-kira 28 juta dari rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang
belum memenuhi syarat, baik itu yang ditinjau dari luasan rumahnya
maupun kepadatan huniannya.
Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat dan juga disertai oleh faktor
keterbatasan masyarakat dalam pemenuhannya, sehingga hal ini telah
menyebabkan kecenderungan sarana hunian masyarakat menjadi pemukiman
kumuh yang tidak mudah untuk dikendalikan.
Hal lain yang juga masih berhubungan dengan permasalahan ini adalah
faktor sebaran penduduk Indonesia yang masih belum merata.
Secara garis besar hal-hal tersebut diatas merupakan isu-isu utama yang
menyebabkan munculnya permasalahan perumahan dan permukiman di indonesia
walaupun apabila ditinjau lebih cermat lagi, permasalahan perumahan dan
permukiman yang terdapat di Indonesia bukanlah hal-hal tersebut diatas saja.
Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan yang ditulis oleh
Suparno Sastra M dan Endy Marlina, disana juga dipaparkan beberapa kendala
yang dihadapi mengenai permasalahan perumahan dan permukiman ini, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat
golongan masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.
4. Penyediaan prasana dan sarana perumahan dan permukiman yang serasi
dan berkelanjutan.
8

5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif


dan efisien.
Apabila dilihat dalam kacamata yang lebih sederhana, sebenarnya inti dari
permasalahan perumahan dan permukiman yang dihadapi oleh negara kita dewasa
ini adalah fenomena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat yang disertai
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yang menyebabkan
terus bertambahnya kebutuhan akan perumahan dan permukiman tersebut.
9

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Permasalahan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman pada
masyarakat Indonesia merupakan sebuah permasalahan yang penting dan akan
selalu menjadi agenda setiap saatnya. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang
harus dihadapi oleh bangsa kita sebagai konsekuensi logis dari negara yang
sedang berkembang.
Sebuah bukti nyata bahwa permasalahan ini merupakan sebuah
permasalahan yang serius dan selalu mendapat perhatian khusus sejak dari
dahulunya yaitu dengan selalu dimasukkannya agenda perumahan dan
permukiman ini ditiap-tiap rencana pembangunan negara kita sejak dari
dahulunya.
Penanggulangan permasalahan perumahan dan permukiman ini bukanlah
semata-mata beban penuh dari pihak pemerintah yang notabene merupakan
lembaga yang mengurus negara ini disetiap sendi kehidupannya. Satu hal yang
harus menjadi perhatian penting bagi kita sebagai masyarakat adalah tindakan
proaktif masyarakat merupakan salah satu solusi jawaban dalam penanggulangan
permasalahan perumahan dan permukiman ini. Kita tidak selamanya harus
berpangku tangan dalam melihat negara menyelesaikan permasalahan yang
menimpa negara kita, tetapi kita juga bisa bahu membahu bersama pihak
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan yang kita hadapi bersama ini.
Mengutip dari tulian Ir. Djoko Kirmanto Dipl. HE, dalam Kebijakan dan
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman, yang mengatakan bahwa beberapa
prinsip yang sangat mungkin untuk diterapkan dalam menanggulangi
permasalahan perumahan dan permukiman ini diantaranya adalah:
1. Perlunya komitmen dari para pelaku yang bersangkutan untuk selalu
mengacu pada Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman dalam mengembangkan pembangunan perumahan dan
permukiman.

9
10

2. Perlunya penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman


yang berorientasi pada kebijakan-kebijakan pemerintah.
3. Perlunya penyelengaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang
bersifat multi sektoral yang saling bersinergi melalui koordinasi lintas
sektoral baik secara vertikal maupun horisontal.
4. Perlunya pengembangan seluruh potensi sumber daya yang ada dengan
pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman nasional.
Hal lain yang juga seharusnya muncul didalam masyarakat adalah
terciptanya masyarakat yang mandiri dan berkemampuan memenuhi kebutuhan
hunian yang layak dalam lingkungan yang sehat, tertib dan terencana dan juga
terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia dari masyarakat setempat
yang mampu menata lingkungan permukiman mereka serta yang paling penting
adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Tidak hanya masyarakatnya saja, dilingkungan perkotaanpun seharusnya
terjadi peningkatan juga seperti:
1. Mencegah tumbuhnya lingkungan permukiman kumuh yang baru
2. Meningkatkan / memperbaiki lingkungan permukiman kumuh yang ada
3. Melestarikan / mengembangkan lingkungan permukiman yang sudah baik

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Hendrawan D. 2005. Kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta. Dalam: Makara
Teknologi: 9(1). April 2005. Hal. 13-19.
Kodoatie RJ, Sjarief R. 2010. Tata ruang air. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Round FE. 1981. The ecology of algae. New York : Cambridge University Press.
Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran lingkungan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
RepublikIndonesia
12

MAKALAH
PERMASALAHAN UMUM PERUMAHAN

Disusun Oleh :

NUR AISYAH
NIM: 15030011

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018
13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya
berhasil menyelesaikan makalah “Permasalahan Umum Perumahan”. Penulis
menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, Juli 2018


Penulis

i
14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Permukiman ................................................................. 3
B. Permasalahan .................................................................................. 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
15

Anda mungkin juga menyukai