PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang
BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS
2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada
pita warna kuning
2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di
Bawah Garis Merah (BGM).
2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median
WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk
dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk
digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS
2
3. Gejala klinis Balita
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah
KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
a. Kwashiorkor
diare.
3
b. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(baggy pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
c. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-
NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
4
Penatalaksanaan
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.
5
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
6
B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI
BURUK
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali.
Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau
pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.
7
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan)
setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP
disebut ReSoMal
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 %
dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
8
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya :
Berikan :
telur ayam
9
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
2 sampai 4 bulan
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg) ½ 2 5 ml 5 ml
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita
penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi
tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi
rujuk ke Rumah Sakit Umum.
10
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan
berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati.
Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare
berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
11
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut
melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap
jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
12
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25
kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume
seperti di atas.
13
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
14
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
MAKANAN KELUARGA
15
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan
mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan
preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai
naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi
dapat memperburuk keadaan infeksinya.
(7 - < 10 Kg)
16
UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
200.000 IU 100.000 IU
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
17
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat
dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di
desa.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan
dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti
pada lampiran 5, dan aktifitas bermain.
18
Tatalaksana diet pada gizi buruk
1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada
anak sesuai dengan kebutuhan
2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak,
jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan
2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat
makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi
minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :
Protein 10 - 15 g
19
Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :
II Beras 70 g Ikan 30 g -
4. Lama PMT-P
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap
hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
5. Cara penyelenggaraan
a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi
(PPG) atau
b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan
pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut
kepada anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket bahan
makanan mentah untuk kebutuhan 6 hari.
C. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk
memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral
secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan
penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi,
penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
20
I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia
diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal 12)
e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi
100 ml/Kg bb/hari
f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik
g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah
serat
i. Terus memberikan ASI
j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat
badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg
dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap
21
Tabel. kebutuhan gizi menurut fase kebutuhan makanan
FASE
22
Tabel. Jadwal jenis dan jumlah makanan yang diberikan
8 x ( dg ASI)
F75/modifikasi/
Hari 3-4 Modisco½ 8 x (tanpa ASI) 65 100 - -
6 x (dg ASI)
Atau II
Makanan 3 x 1 porsi
lumat/makan - - - -
lembik
sari buah
1x
100 100 100 100
23
An biasa
Buah
1 –2 x 1 buah - - - -
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah
24
Tabel. Formula WHO
Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135
FORMULA WHO
Minyak sayur g 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
NILAI GIZI
Protein g 9 29 33
Lactosa g 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Seng Mg 20 23 30
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
25
Tabel. Modifikasi formula
III
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
*) M : Modisco
Keterangan :
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO
135 sampai makanan biasa
26
CARA MEMBUAT
Larutan modifikasi :
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender,
dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air
secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit.
Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75,
Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak
27
tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut
bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat
(400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon (400g).
IV.TINDAK LANJUT
28
DAFTAR PUSTAKA
29