PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Begitu indah dan lengkap serangkaian ayat-ayat Alquran yang mengungkap tema-
tema ekologi manusia, ekosistem, unsur-unsur lingkungan hidup, aneka sumber daya
alam, peranan manusia, energi, flora dan fauna, lingkungan fisik, fotosintesis, cuaca,
system peredaran planet bulan dan bumi dengan matahari, dan lain-lain seperti
difirmankan dalam sebagian ayat-ayat- Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana alam dan pemanfaatannya dalam al-quran?
2. Bagaimana cara menerapkan memanfaatkan alam?
3. Apa saja kandungan ayat-ayat tentang alam dan peanfaatannya?
4. Apa saja tafsir ayat-ayat tentang alam dan pemanfaatannya?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alam dan pemanfaatannya dalam al-quran
Secara etimologi kata ‘alam berasal dari kata ‘alama yang bermakna
mengecap, merasakan, mengerti dan turunan katanya adalah ‘alam yang berarti alam
jamaknya al-‘alamin. Sementara semesta bermakna keseluruhan dan semua. Dengan
demikian alam semesta semua yang termasuk dalam ciptaan Allah, makhluk hidup
ataupun makhluk non hidup. Sedangkan yang dimaksud kata ‘alamin dalam al-Qur’an
diartikan oleh para ulama sebagai kumpulan sejenis dari mahkluk Tuhan yang berakal
atau yang memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal, seperti
tumbuhan bergerak dan merasa. Pengertian ini didasarkan pada kata ‘alamin yang
menunjukkan jamak dari alam, bermakna yang berakal.
.
Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menginformasikan tentang penciptaan alam
semesta cukup banya dan tersebar dalam berbagai surat, akan tetapi informasi itu
hanya bersifat garis-garis beras atau prinsip-prinsip saja karena al-Qur’an bukanlah
buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan umum yang menguraikan penciptaan
alam semesta secara sistematis. Penjelasan yang ada dalam al-Qur’an mengenai
penciptaan alam semesta ini tidak pernah bertentangandengan temuan-temuan ilmu
modern.
1
Sayid Quthb,Fi Zhilalil Qur’an, vol. 9, terj. As’ad yasin dkk, (Jakarta: Gema Insan Press,2004),h.16
2
banyaknya, dan dari padanyalah kamu makan.Dan pohon kayu yang keluar dari bukit
Thursina, tumbuh dengan minyak dan bumbu campuran untuk orang-orang
makan.Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak adalah sesuatu yang patut
kamu ambil ibarat; Kami beri minum kamu daripada apa yang keluar dari dalam
perutnya dan ada pula yang manfaatnya banyak sekali untuk kamu, daripadanya pula
kamu semua makan”
Oleh karena itu, manusia di bumi dengan mudah memanfaatkan sumber daya
alam yang ada untuk menjadi penghidupan mereka di dunia, sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat al-Mulk ayat 15:
Artinya:
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
Rizki yang diberikan Allah kepada manusia melalui ciptaan-Nya juga
dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 22:
Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.
3
Semua yang diciptakan Allah SWT di dunia merupakan bentuk kasih- Nya
terhadap makhluk-Nya, karena Allah menciptakan apa yang ada di langit dan bumi
maupun diantaranya tidak dengan sia-sia. Alam yang terdiri dari lingkungan biotik
dan abiotik bukan merupakan ciptaan Allah yang sia-sia seperti yang dijelaskan ayat
di atas, karena alam yang diciptakan Allah terbentuk dan terintegrasi sedemikian rupa
menjadikan manusia mudah untuk memanfaatkannya.2
2
I mam Jalaludin Al- Asuyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h.146.
4
e. Penggunaannya berimbang
Penggunaan kekayaan harus senantiasa memperhatikan keseimbangan aspek-
aspek tersebut agar dapat mencapai tingkat kemanfaatan yang optimal.
f. Pemanfaatan sesuai dengan hak
Pemanfaatan kekayaan alam harus disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan
yang tepat. Pilihan prioritas harus diterapkan secara baik, agar dapat mencapai tujuan yang
dinginkan.
g. Kepentingan kehidupan
Islam telah membuat satu aturan yang rapi dan teratur menyangkut
pemanfaatan dan penggunaan kekayaan, termasuk dalam hal pengaturan harta waris.
5
Artinya :
“tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi
penerangan”
c. Surat al-mu’minun ayat 57
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab)
Tuhan mereka”.
d. Surat an-naml ayat 88
Artinya:
“Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya,
Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
6
“(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-
rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu”.
7
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”.
g. Surat an-nahl ayat 78
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur”.
h. Surat al-hajj ayat 46
Artinya:
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
8
kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah
diperbaiki. Karena sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan
kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan
membahayakan semua hamba Allah. Maka Allah Swt. melarang hal tersebut, dan
memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa kepada-Nya serta
berendah diri dan memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman;
َ عوهُ خ َْوفًا َو
}ط َمعًا ُ {وا ْد
َ
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan).
Yakni dengan perasaan takut terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh
harap kepada pahala berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman
selanjutnya disebutkan:
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku
untuk orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 156).
Dalam ayat ini disebutkan qaribun dan tidak disebutkan qaribatun mengingat
di dalamnya (yakni lafaz rahmat) terkandung pengertian pahala; atau karena
disandarkan kepada Allah, karena itu disebutkan qaribun minal muhsinin (amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik). Matar Al-Warraq pernah mengatakan,
"Laksanakanlah janji Allah dengan taat kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia telah
menetapkan bahwa rahmat-Nya amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerusakan di permukaan
bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, merusak pergaulan,
merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya).
9
Padahal bumi tempat hidup ini sudah dijadikan Allah cukup baik. Mempunyai
gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang
semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan. Selain dari itu untuk
manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah menurunkan agama
dan diutusnya para nabi dan rasul-rasul supaya mereka mendapat petunjuk dan
pedoman dalam hidupnya, agar tercipta hidup yang aman dan damai. Dan terakhir
diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran Islam yang
menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik, maka
seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa akan
baik. Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diulang lagi
tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun
ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut,
hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan. Takut kalau-kalau
doanya tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-Nya. Berdoa kepada
Allah dengan cara yang tersebut dalam ayat ini akan mempertebal keyakinan dan akan
menjauhkan diri dari keputus-asaan. Sebab langsung meminta kepada Allah Yang
Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa yang diminta itu tentu akan
dikabulkan-Nya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-orang yang berbuat baik.
Berdoa termasuk berbuat baik, maka rahmat Allah tentu dekat kepadanya. Setiap
orang yang suka berbuat baik, berarti orang itu sudah dekat kepada rahmat Allah.
Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam Alquran. Berbuat baik kepada
tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga dituntut
kepada selain manusia, seperti kepada binatang dan lain-lainnya. Sehingga kalau akan
menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau yang tajam
tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu.
(Tidaklah kalian perhatikan) hai orang-orang yang diajak bicara, tidakkah kalian
ketahui (bahwa Allah telah menundukkan untuk kepentingan kalian apa yang di langit)
yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang supaya kalian mengambil manfaat daripadanya
(dan apa yang di bumi) berupa buah-buahan, sungai-sungai dan binatang-binatang (dan
menyempurnakan) artinya meluaskan dan menyempurnakan (untuk kalian nikmat-Nya
lahir) yaitu diberi bentuk yang baik, anggota yang paling sempurna dan lain sebagainya
(dan batin) berupa pengetahuan dan lain sebagainya. (Dan di antara manusia) yakni
11
penduduk Mekah (ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk) dari Rasul (dan tanpa Kitab yang memberi penerangan) yang telah
diturunkan oleh Allah, melainkan dia melakukan hal itu hanya secara taklid atau
mengikut saja
d. Surah an naml 88
Wataraka al-jiba : (dan kamu lihat gunung itu) yakni kamu saksikan gununggunung itu
sewaktu terjadihnya tiupan malaikat isrofil.Tah sabahaa: kamu sangka dia. Jamidatan: tetap di
tempatnya karena besarnya. Wahiya tamurru marraal-sah} abi : (padahal ia berjalan seperti
jalanya awan) bagaikan hujan yang tertiup anggin, maksudnya gunung-gunung itu tampa
seolaholah tetap, padahal berjalan lambat sanking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur
lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang berterbangan.
un’allahi : (begitulah perbuatan allah) lafadz s}un’a merupakan masdar yang
menguguhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhofkan kepada failnya
sesudah amilnya di buang, bentuk asalnya iala shana’allahu yang kemudian di
shun’an. Selanjutnya hanya di sebutkan lafadz shun’a yang kemudian di
mudhofkan kepada failnya yaitu lafadz allah sehingga jadilah shana’allahu yang artihnya
begitula perbuatan allah. Alladhiatqan : (yang membuat kokoh ) rapih dan kokoh.
Kullishayin : tiap-tiap sesuatu yang di buatnya. Inna khairun bima taf’alun :
(sesunguhnya allah maha mengetahuhi apa yang dibuatnya ) lafadz taf’alu’na dapat di
baca yaf aluna yakni perbuatan maksiat yang di lakukan oleh musuh-musuhnya dan
berbuat taat yang di lakukan oleh kekasihkekasihnya.
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu
sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya
karena besarnya (padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup
12
angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat
saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu
bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a
merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-
kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu
Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian dimudhaf-
kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah
perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang
dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal
Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-
musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
e. Surah al-isra 77
(Hal itu sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus
sebelum kamu) yakni sebagaimana kebiasaan Kami terhadap para rasul Kami, yaitu
membinasakan orang-orang yang mengusir mereka (dan tidak akan kamu dapati
perubahan bagi ketetapan Kami) maksudnya tidak ada pergantian baginya.
13
Dengan mengartikan َماpada perkataan َما ِبقَ ْو ٍمdan َماpada perkataan َما ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم
dengan makna nasib, sehingga makna lengkap ayat di atas adalah : "Sesungguhnya
Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka
sendiri "(Ar Ra’ad: 11) .
Dalam kamus belum kita jumpai “ma” bermakna nasib.Apalagi kalau kita
terjemahkan seperti di atas, sungguh bertentangan dengan kenyataannya. Ada terjadi
dalamkehidupan kita sehari-hari, misalnya orang tidak berusaha apa-apa untuk
mendapatkan lekayaan tetapi tiba-tiba dia menjadi orang yang kaya, tanpa diduga-
duga, dia mendapat hadiah dari seseorang, warisan berlimpah dan lain-lain.
Sebaliknya, ada orang yang berusaha siang dan malam dengan kerja keras banting
tulang tetapi Allah tidak menghendakinya kaya. dan lagi pula itu bertentangan dengan
rukun iman yang ke-enam, percaya kepada qadha dan qadar datang dari Allah.Ilmu-
ilmu alquran mengatakan bahwa ada sebagianAyat al-Qur’an adakalanya ditafsirkan
dengan ayat lain.Mari kita perhatikan ayat yang lain yang mirip dengan ayat ini, yaitu
dalam Surat al-Anfal : 53
س ِمي ٌع َع ِلي ٌم َّ َّللاَ لَ ْم يَكُ ُمغَيِ ًرا نِ ْع َمةً أ َ ْن َع َم َها َعلَى قَ ْو ٍم َحتَّى يُغَيِ ُروا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوأ َ َّن
َ ََّللا َّ ذَلِكَ بِأ َ َّن
Artinya :
Yang demikian itu (siksaan Allah) adalah karena sesungguhnya Allah sekali-
kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu
kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (dengan
berbuat maksiat) dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(Q.S. al-Anfal : 53)
14
Allah swt. menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti
manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas
perintah Allah. Ada malaikat yang menjaganya di malam hari, dan ada yang di siang
hari, menjaga dari berbagai bahaya dan kemudaratan, dan ada pula malaikat yang
mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk. Dua malaikat di
sebelah kanan dan di sebelah kiri yang mencatat amal perbuatan manusia. Yang
sebelah kanan mencatat segala kebaikannya, dan yang sebelah kiri mencatat amal
keburukannya, dan dua malaikat lain lagi yang satu di depan dan yang satu lagi di
belakangnya. Maka setiap orang ada malaikatnya empat pada siang hari dan empat
pada malam hari yang datangnya secara bergiliran.
Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya kalian
tidak ketahui, yaitu setelah Allah mngeluarkan kalian dari perut ibu kalian tanpa
memahami dan mengetahui sesuatu apa pun. Allah mngkaruniakan akal kepada kalian
untuk memahami dan membedakan yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata
kalian agar kalian melihat apa yang kalian tidak lihat sebelumnya, dan memberi
kalian telinga agar kalian dapat mendengar suara-suara sehingga sebagian dari kalian
memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian hati atau َ َواأل َ ْفئِدَةyang kalian
gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga
kalian memahaminya.
Lafadz َ“ لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْونagar kamu bersyukur”, maksudnya adalah kami berbuat
demikian kepada kalian, maka bersyukurlah kepada Allah atas hal-hal yang
dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur kepada tuhan-tuhan dan
tandingannya. Janganlah kalian mejadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam bersyukur,
karena Allah tidak memiliki sekutu dalam melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada
kalian.
Ayat ini menurut tafsir Al-Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah
Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat
15
memahami segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah
memberikan kepadamubeberapa macam anugerah seperti : akal; pendengaran;
penglihatan; perangkat hidup yang lain. Semua yang dianugerahkan kepadamu oleh
Allah tiada maksud lain kecuali agar kamu bersyukur.
Ayat ini membuktikan kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan
makhluk. Tiada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.
Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah
yang bersifat kasbiy, yakni pengetahuan manusia yang diperolah melalui upaya
manusiawinya. Meski demikian manusia tetap membawa ftrah kesucian yang melekat
pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya ‘mengetahui’ bahwa Allah
maha Esa.
Potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia tidak akan berarti apa-apa
jika potensi tersebut tidak digali dan digunakan dengan benar. Maka dari itu, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu
keluarga dan lingkungan.
16
telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu
ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan yang mereka pusakai dari nenek
moyang mereka dahulu, oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan
dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-
umat yang dahulu itu.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua yang diciptakan Allah SWT di dunia merupakan bentuk kasih- Nya
terhadap makhluk-Nya, karena Allah menciptakan apa yang ada di langit dan bumi
maupun diantaranya tidak dengan sia-sia. Alam yang terdiri dari lingkungan biotik
dan abiotik bukan merupakan ciptaan Allah yang sia-sia seperti yang dijelaskan ayat
di atas, karena alam yang diciptakan Allah terbentuk dan terintegrasi sedemikian rupa
menjadikan manusia mudah untuk memanfaatkannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sayid Quthb,Fi Zhilalil Qur’an, vol. 9, terj. As’ad yasin dkk, Jakarta: Gema Insan
Press,2004.
Imam Jalaludin Al- Asuyuti, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru, 1990
19