Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Begitu indah dan lengkap serangkaian ayat-ayat Alquran yang mengungkap tema-
tema ekologi manusia, ekosistem, unsur-unsur lingkungan hidup, aneka sumber daya
alam, peranan manusia, energi, flora dan fauna, lingkungan fisik, fotosintesis, cuaca,
system peredaran planet bulan dan bumi dengan matahari, dan lain-lain seperti
difirmankan dalam sebagian ayat-ayat- Nya.

Sebenarnya jika sumber daya alam dimanfaatkan kalau hanya mengikuti


kebutuhan masing-masing secara individu, ia akan memiliki kemampuan
meregenerasi dengan sendirinya. Hanya yang terjadi, penggunaan sumber daya alam
tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, akibatnya lingkungan rusak dimana-
mana dan besar kemungkinan tidak terselamatkan.Persoalan ini logis terjadi. Jumlah
populasi manusia yang meningkat, jelas akan diikuti meningkatnya konsumsi atas
sumber daya alam (SDA). Agar batas daya dukung tidak terlampaui, maka
diupayakan agar laju konsumsi sumber daya dan pencemaran menurun relatif
terhadap kenaikan kualitas lingkungan hidup. Jadi, syarat kenaikan kualitas hidup
harus diupayakan bersamaan dengan ditekannya konsumsi SDA dan pencemaran
Agama begitu jauh dalam melihat ekosistem dan unsur-unsurnya sertamengajarkan
sejauh mana peranan dan kedudukan manusia di dalamnya, dalamn berhubungan
dengan unsur lain tersebut secara timbal balik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana alam dan pemanfaatannya dalam al-quran?
2. Bagaimana cara menerapkan memanfaatkan alam?
3. Apa saja kandungan ayat-ayat tentang alam dan peanfaatannya?
4. Apa saja tafsir ayat-ayat tentang alam dan pemanfaatannya?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alam dan pemanfaatannya dalam al-quran
Secara etimologi kata ‘alam berasal dari kata ‘alama yang bermakna
mengecap, merasakan, mengerti dan turunan katanya adalah ‘alam yang berarti alam
jamaknya al-‘alamin. Sementara semesta bermakna keseluruhan dan semua. Dengan
demikian alam semesta semua yang termasuk dalam ciptaan Allah, makhluk hidup
ataupun makhluk non hidup. Sedangkan yang dimaksud kata ‘alamin dalam al-Qur’an
diartikan oleh para ulama sebagai kumpulan sejenis dari mahkluk Tuhan yang berakal
atau yang memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal, seperti
tumbuhan bergerak dan merasa. Pengertian ini didasarkan pada kata ‘alamin yang
menunjukkan jamak dari alam, bermakna yang berakal.
.
Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menginformasikan tentang penciptaan alam
semesta cukup banya dan tersebar dalam berbagai surat, akan tetapi informasi itu
hanya bersifat garis-garis beras atau prinsip-prinsip saja karena al-Qur’an bukanlah
buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan umum yang menguraikan penciptaan
alam semesta secara sistematis. Penjelasan yang ada dalam al-Qur’an mengenai
penciptaan alam semesta ini tidak pernah bertentangandengan temuan-temuan ilmu
modern.

Islam sebagai agama paripurna, memiliki ajaran yang universal dan


komprehensif.Islam sejak dirisalahkan oleh para utusan Tuhan telah memusatkan
perhatian pada masalah lingkungan. Terlebih dalam misi yang disampaikan Nabi
Muhammad Saw, baik melalui kitab Alquran mapun hadis. Alquran memuat banyak
informasi tentang apa yang ada di langit dan dibumi.1 Memberikan petunjuk bagi
manusia dalam berkehidupan di bumi yang menyimpan banyak sumber daya alam.
Sumber daya alam ini yang bbakal menjadi penopang hidup manusia di bumi dengan
memanfaatkannya. Seperti dalam firman-Nya surat al-Mu’minun ayat 19-21:
Artinya:
“Maka Kami timbulkan di dalamnya kebun-kebun untuk kamu, dari korma
dan anggur-anggur.Dan untuk kamu pula buah-buahan bermacam-macam

1
Sayid Quthb,Fi Zhilalil Qur’an, vol. 9, terj. As’ad yasin dkk, (Jakarta: Gema Insan Press,2004),h.16

2
banyaknya, dan dari padanyalah kamu makan.Dan pohon kayu yang keluar dari bukit
Thursina, tumbuh dengan minyak dan bumbu campuran untuk orang-orang
makan.Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak adalah sesuatu yang patut
kamu ambil ibarat; Kami beri minum kamu daripada apa yang keluar dari dalam
perutnya dan ada pula yang manfaatnya banyak sekali untuk kamu, daripadanya pula
kamu semua makan”
Oleh karena itu, manusia di bumi dengan mudah memanfaatkan sumber daya
alam yang ada untuk menjadi penghidupan mereka di dunia, sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat al-Mulk ayat 15:
    
   
   
  
Artinya:
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
Rizki yang diberikan Allah kepada manusia melalui ciptaan-Nya juga
dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 22:
   
  
   
   
     
  

Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.

3
Semua yang diciptakan Allah SWT di dunia merupakan bentuk kasih- Nya
terhadap makhluk-Nya, karena Allah menciptakan apa yang ada di langit dan bumi
maupun diantaranya tidak dengan sia-sia. Alam yang terdiri dari lingkungan biotik
dan abiotik bukan merupakan ciptaan Allah yang sia-sia seperti yang dijelaskan ayat
di atas, karena alam yang diciptakan Allah terbentuk dan terintegrasi sedemikian rupa
menjadikan manusia mudah untuk memanfaatkannya.2

B. Cara menerapkan memanfaatkan kekayaan alam.


Islam menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek pengelolaan dan
pemanfaatan ialah:
a. Pemanfaatan Kekayaan Alam
Kekayaan yang dimiliki baik dalam lingkup pribadi, masyarakat, dan negara
harus benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kesjahteraan hidup manusia. Islam sangat
menentang sikap hidup masyarakat dan kebijakan negara yang membiarkan dan
menelantarkan sumber ekonomi dan kekayaan alam.

b. Pemanfaatan harta benda hasil kekayaan alam secara berfaedah


Pemanfaatan sumber-sumber kekayaan alam harus benar-benar digunakan
untuk kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Islam sangat mencela setiap
tindakan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan mengancam
kelestarian hidup manusia.

c. Penggunaan harta benda tanpa merugikan orang lain


Penggunaan aset dalam kekayaan alam senantiasa diorientasikan bagi
kepentingan hidup manusia secara keseluruhan. Dalam perspektif ekonomi,
pemanfaatan sumber kekayaan alam disamping efisien juga harus mencapai pareto
optimality, artinya bahwa sumber daya kekayaan alam benar-benar dapat digunakan
bagi kemaslahatan hidup masyarakat.

d. Memiliki harta benda secara sah


Seseorang harus menggunakan harta bendanya sendiri bukan milik orang lain
dan dengan benar-benar memperhatikan kaidah syariat islam.

2
I mam Jalaludin Al- Asuyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h.146.

4
e. Penggunaannya berimbang
Penggunaan kekayaan harus senantiasa memperhatikan keseimbangan aspek-
aspek tersebut agar dapat mencapai tingkat kemanfaatan yang optimal.
f. Pemanfaatan sesuai dengan hak
Pemanfaatan kekayaan alam harus disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan
yang tepat. Pilihan prioritas harus diterapkan secara baik, agar dapat mencapai tujuan yang
dinginkan.

g. Kepentingan kehidupan
Islam telah membuat satu aturan yang rapi dan teratur menyangkut
pemanfaatan dan penggunaan kekayaan, termasuk dalam hal pengaturan harta waris.

C. Kandungan ayat alquran tentang alam dan pemanfaatannya


a. Surah Al-A’raf ayat 56
   
  
    
  
 
Artinya :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik”.

b. Surah al-lukman ayat 20


    
    
  
  
   

5
    
    
 
Artinya :
“tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi
penerangan”
c. Surat al-mu’minun ayat 57
    
  
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab)
Tuhan mereka”.
d. Surat an-naml ayat 88
  
   
    
     
  
Artinya:
“Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya,
Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.

e. Surat al-isra ayat 77


     
    
 
Artinya:

6
“(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-
rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu”.

f. Surat al-radd ayat 8 dan 11


1. Surat ar-radd ayat 8
    
   
    
  
Artinya:
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan, dan
kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu
pada sisi-Nya ada ukurannya”.
2. Surat ar-radd ayat 11
   
  
    
     
  
   
    
      
 
Artinya:
“ bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap

7
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”.
g. Surat an-nahl ayat 78
  
  
  
  
  
 

Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur”.
h. Surat al-hajj ayat 46
   
   
   
    
  
  
 
Artinya:
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.

D. Tafsir ayat al-quran mengenai alam dan pemanfaatannya

a. Surah Al A’raf Ayat 56

Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya. (Al-A'raf: 56). Allah Swt melarang perbuatan yang menimbulkan

8
kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah
diperbaiki. Karena sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan
kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan
membahayakan semua hamba Allah. Maka Allah Swt. melarang hal tersebut, dan
memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa kepada-Nya serta
berendah diri dan memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman;
َ ‫عوهُ خ َْوفًا َو‬
}‫ط َمعًا‬ ُ ‫{وا ْد‬
َ
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan).
Yakni dengan perasaan takut terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh
harap kepada pahala berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman
selanjutnya disebutkan:

} َ‫َّللاِ قَ ِريبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِين‬


َّ َ‫{إِ َّن َرحْ َمة‬
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik. (Al-A'raf: 56).
Maksudnya, sesungguhnya rahmat Allah selalu mengincar orang-orang yang
berbuat kebaikan, yaitu mereka yang mengikuti perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
َ‫سأ َ ْكتُبُ َها ِللَّذِينَ يَتَّقُون‬ ْ ‫ت ُك َّل ش‬
َ َ‫َيءٍ ف‬ ْ َ‫َو َرحْ َمتِي َو ِسع‬

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku
untuk orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 156).

Dalam ayat ini disebutkan qaribun dan tidak disebutkan qaribatun mengingat
di dalamnya (yakni lafaz rahmat) terkandung pengertian pahala; atau karena
disandarkan kepada Allah, karena itu disebutkan qaribun minal muhsinin (amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik). Matar Al-Warraq pernah mengatakan,
"Laksanakanlah janji Allah dengan taat kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia telah
menetapkan bahwa rahmat-Nya amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerusakan di permukaan
bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, merusak pergaulan,
merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya).

9
Padahal bumi tempat hidup ini sudah dijadikan Allah cukup baik. Mempunyai
gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang
semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan. Selain dari itu untuk
manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah menurunkan agama
dan diutusnya para nabi dan rasul-rasul supaya mereka mendapat petunjuk dan
pedoman dalam hidupnya, agar tercipta hidup yang aman dan damai. Dan terakhir
diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran Islam yang
menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik, maka
seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa akan
baik. Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diulang lagi
tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun
ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut,
hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan. Takut kalau-kalau
doanya tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-Nya. Berdoa kepada
Allah dengan cara yang tersebut dalam ayat ini akan mempertebal keyakinan dan akan
menjauhkan diri dari keputus-asaan. Sebab langsung meminta kepada Allah Yang
Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa yang diminta itu tentu akan
dikabulkan-Nya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-orang yang berbuat baik.
Berdoa termasuk berbuat baik, maka rahmat Allah tentu dekat kepadanya. Setiap
orang yang suka berbuat baik, berarti orang itu sudah dekat kepada rahmat Allah.
Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam Alquran. Berbuat baik kepada
tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga dituntut
kepada selain manusia, seperti kepada binatang dan lain-lainnya. Sehingga kalau akan
menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau yang tajam
tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu.

b. Surah lukman ayat 20

Kata sakhkhara berarti menundukkan sesuatu sehingga melakukan apa yang


dikehendaki oleh yang menundukkannya. Yang menundukkan alam raya ini adalah Allah
SWT. Penundukannya terhadap manusia, Allah menundukannya dengan hukum-hukum
alam, lalu manusia diilhami-Nya pengetahuan sehingga mampu menggunakan hukum-
hukum alam itu untuk menjadikan alam dapat melakukan apa yang dikehendaki manusia
atas izin Allah.
10
Selanjutnya, karena penundukkan Allah itu dimaksudkanNya untuk kepentingan
manusia, maka Allah memberikan kewenangan dan kemampuan untuk mengelola alam
raya.Dia Yang Maha Kuasa itu memerintahkan manusia untuk melaksanakannya sesuai
dengan “konsep”yang dikehendakinnya. Namun dalam saat yang sama”konsep” itu
menjadi ujian bagi manusia. Dia dapat melaksanakannya dan untuk itu mendapat
ganjaran, atau mengabaikannya dan ini mendapat kesengsaraan paling tidak di akhirat
nanti.
Kata asbagha di ambil dari kata sabagha yang pada mulanya berarti sempurna
atau luas. Yang di makud disini adalah nikmat-nikmat yang sangat luas mencukupi
bahkan melimpah melebihi apa ang di butuhkan manusia, jika mereka mau
menggunakannya secara adil dan benar. Memang, boleh jadi kini terasa bahwa nikmat
Allah terbatas, tetapi sebab utamanya adalah kepincangan distribusi serta penggunannya
yang idak benar.
Disisi lain boleh jadi kekurangan yang di alami oleh seorang, penyebabnya
adalah menzalimi atau menghalangi orang lain memperoleh haknya, atau mengambil
melebihi dari yang seharusnya di ambil, atau bersifat mubazir.
Huruf wauw pada firmannya di pahami oleh Ibn Asyr dalam arti dalam keadaan.
Makna penggalan ayat ini menurutnya adalah: kamu telah melihat Allah menundukkan
apa yang ada dilangit buat kamu dan melimpahkan aneka nikmat yang sempurna, dalam
keadaan sebagian dari kamu membantah Keesaan_Nya dan menutup mata akan bukti-
bukti keesaan itu.
Kata‘ilm dipahami oleh Ibnu Asyur dalam arti upaya menuntu ilmu dan berijtihad.
Kata hudan adalah perolehan pengetahuan melalui guru. Sedang kitab adala membaca
buku-buku yang bermanfaat. Thabathaba’i menjadikan yang pertama apa yang diperoleh
dari usaha mendapatkan argmen akliah, sedang hudan adalah apa yang di anugrahkan
Allah melalui wahyu atau ilham .

(Tidaklah kalian perhatikan) hai orang-orang yang diajak bicara, tidakkah kalian
ketahui (bahwa Allah telah menundukkan untuk kepentingan kalian apa yang di langit)
yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang supaya kalian mengambil manfaat daripadanya
(dan apa yang di bumi) berupa buah-buahan, sungai-sungai dan binatang-binatang (dan
menyempurnakan) artinya meluaskan dan menyempurnakan (untuk kalian nikmat-Nya
lahir) yaitu diberi bentuk yang baik, anggota yang paling sempurna dan lain sebagainya
(dan batin) berupa pengetahuan dan lain sebagainya. (Dan di antara manusia) yakni

11
penduduk Mekah (ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk) dari Rasul (dan tanpa Kitab yang memberi penerangan) yang telah
diturunkan oleh Allah, melainkan dia melakukan hal itu hanya secara taklid atau
mengikut saja

c. Surah al-mu’minun ayat 57

Allah Ta’ala berfirman: innal ladziinaHum min khasy-yati rabbiHim musy-fiquun


(“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka.”)
Maksudnya, dengan kebaikan, keimanan, dan amal shalih mereka, mereka takut kepada
Allah Ta’ala dan merasa khawatir akan kebencian-Nya terhadap mereka. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh al-Hasan al-Bashri: “Sesungguhnya orang mukmin
mengumpulkan kebaikan dan rasa khawatir, sedangkan orang munafik mengumpulkan
keburukan dan rasa aman.”.

d. Surah an naml 88
Wataraka al-jiba : (dan kamu lihat gunung itu) yakni kamu saksikan gununggunung itu

sewaktu terjadihnya tiupan malaikat isrofil.Tah sabahaa: kamu sangka dia. Jamidatan: tetap di

tempatnya karena besarnya. Wahiya tamurru marraal-sah} abi : (padahal ia berjalan seperti
jalanya awan) bagaikan hujan yang tertiup anggin, maksudnya gunung-gunung itu tampa
seolaholah tetap, padahal berjalan lambat sanking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur
lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang berterbangan.
un’allahi : (begitulah perbuatan allah) lafadz s}un’a merupakan masdar yang
menguguhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhofkan kepada failnya
sesudah amilnya di buang, bentuk asalnya iala shana’allahu yang kemudian di
shun’an. Selanjutnya hanya di sebutkan lafadz shun’a yang kemudian di
mudhofkan kepada failnya yaitu lafadz allah sehingga jadilah shana’allahu yang artihnya
begitula perbuatan allah. Alladhiatqan : (yang membuat kokoh ) rapih dan kokoh.
Kullishayin : tiap-tiap sesuatu yang di buatnya. Inna khairun bima taf’alun :
(sesunguhnya allah maha mengetahuhi apa yang dibuatnya ) lafadz taf’alu’na dapat di
baca yaf aluna yakni perbuatan maksiat yang di lakukan oleh musuh-musuhnya dan
berbuat taat yang di lakukan oleh kekasihkekasihnya.
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu
sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya
karena besarnya (padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup
12
angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat
saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu
bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a
merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-
kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu
Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian dimudhaf-
kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah
perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang
dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal
Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-
musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.

e. Surah al-isra 77
(Hal itu sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus
sebelum kamu) yakni sebagaimana kebiasaan Kami terhadap para rasul Kami, yaitu
membinasakan orang-orang yang mengusir mereka (dan tidak akan kamu dapati
perubahan bagi ketetapan Kami) maksudnya tidak ada pergantian baginya.

f. Surah al-rad 8 dan 11


1. Surah al-radd 8
(Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan) apakah ia laki-laki
atau perempuan, dan apakah kandungan itu berisi satu atau kembar dan lain
sebagainya (dan apa yang kurang sempurna) kekurangan (pada kandungan rahim)
tentang masa kandungan (dan apa yang lebih) daripada masa kandungan itu. (Dan
segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya) menurut kadar dan ukuran yang tidak
berlebihan.
2. Surah ar radd 11
Ada (bahkan banyak) yang berceramah di atas mimbar dengan mengatakan:
“Tuhan tidak bisa merubah nasibmu jika kamu sendiri tidak merubahnya”. Untuk
mempertegas dakwahnya mereka menyandarkan dengan firman Allah:

13
Dengan mengartikan ‫ َما‬pada perkataan ‫ َما ِبقَ ْو ٍم‬dan ‫ َما‬pada perkataan ‫َما ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
dengan makna nasib, sehingga makna lengkap ayat di atas adalah : "Sesungguhnya
Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka
sendiri "(Ar Ra’ad: 11) .

Dalam kamus belum kita jumpai “ma” bermakna nasib.Apalagi kalau kita
terjemahkan seperti di atas, sungguh bertentangan dengan kenyataannya. Ada terjadi
dalamkehidupan kita sehari-hari, misalnya orang tidak berusaha apa-apa untuk
mendapatkan lekayaan tetapi tiba-tiba dia menjadi orang yang kaya, tanpa diduga-
duga, dia mendapat hadiah dari seseorang, warisan berlimpah dan lain-lain.
Sebaliknya, ada orang yang berusaha siang dan malam dengan kerja keras banting
tulang tetapi Allah tidak menghendakinya kaya. dan lagi pula itu bertentangan dengan
rukun iman yang ke-enam, percaya kepada qadha dan qadar datang dari Allah.Ilmu-
ilmu alquran mengatakan bahwa ada sebagianAyat al-Qur’an adakalanya ditafsirkan
dengan ayat lain.Mari kita perhatikan ayat yang lain yang mirip dengan ayat ini, yaitu
dalam Surat al-Anfal : 53

‫س ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬ َّ ‫َّللاَ لَ ْم يَكُ ُمغَيِ ًرا نِ ْع َمةً أ َ ْن َع َم َها َعلَى قَ ْو ٍم َحتَّى يُغَيِ ُروا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوأ َ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ذَلِكَ بِأ َ َّن‬

Artinya :

Yang demikian itu (siksaan Allah) adalah karena sesungguhnya Allah sekali-
kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu
kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (dengan
berbuat maksiat) dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(Q.S. al-Anfal : 53)

Allah swt menganugerahkan ni’mat kepada penduduk Makkah dengan


mengenyangkannya dari rasa lapar, memberi keamanan dari rasa takut, dan
membangkitkan kepada mereka (Rasulullah) Muhammad saw . Kemudian mereka
menerima ni’mat ini dengan meninggalkan syukur, mendustakan Rasulullah saw, dan
mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, sehingga Allah swt mencabut
kembali ni’mat-Nya dan menimpakan azab atas mereka.

14
Allah swt. menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti
manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas
perintah Allah. Ada malaikat yang menjaganya di malam hari, dan ada yang di siang
hari, menjaga dari berbagai bahaya dan kemudaratan, dan ada pula malaikat yang
mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk. Dua malaikat di
sebelah kanan dan di sebelah kiri yang mencatat amal perbuatan manusia. Yang
sebelah kanan mencatat segala kebaikannya, dan yang sebelah kiri mencatat amal
keburukannya, dan dua malaikat lain lagi yang satu di depan dan yang satu lagi di
belakangnya. Maka setiap orang ada malaikatnya empat pada siang hari dan empat
pada malam hari yang datangnya secara bergiliran.

g. Surah an nahl ayat 78

Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya kalian
tidak ketahui, yaitu setelah Allah mngeluarkan kalian dari perut ibu kalian tanpa
memahami dan mengetahui sesuatu apa pun. Allah mngkaruniakan akal kepada kalian
untuk memahami dan membedakan yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata
kalian agar kalian melihat apa yang kalian tidak lihat sebelumnya, dan memberi
kalian telinga agar kalian dapat mendengar suara-suara sehingga sebagian dari kalian
memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian hati atau َ ‫ َواأل َ ْفئِدَة‬yang kalian
gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga
kalian memahaminya.

Lafadz َ‫“ لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون‬agar kamu bersyukur”, maksudnya adalah kami berbuat
demikian kepada kalian, maka bersyukurlah kepada Allah atas hal-hal yang
dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur kepada tuhan-tuhan dan
tandingannya. Janganlah kalian mejadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam bersyukur,
karena Allah tidak memiliki sekutu dalam melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada
kalian.
Ayat ini menurut tafsir Al-Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah
Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat

15
memahami segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah
memberikan kepadamubeberapa macam anugerah seperti : akal; pendengaran;
penglihatan; perangkat hidup yang lain. Semua yang dianugerahkan kepadamu oleh
Allah tiada maksud lain kecuali agar kamu bersyukur.
Ayat ini membuktikan kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan
makhluk. Tiada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.
Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah
yang bersifat kasbiy, yakni pengetahuan manusia yang diperolah melalui upaya
manusiawinya. Meski demikian manusia tetap membawa ftrah kesucian yang melekat
pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya ‘mengetahui’ bahwa Allah
maha Esa.
Potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia tidak akan berarti apa-apa
jika potensi tersebut tidak digali dan digunakan dengan benar. Maka dari itu, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu
keluarga dan lingkungan.

h. Surat al hajj ayat 46

Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, mengingkari


seruan Nabi Muhammad saw sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara
Mekah dan Syria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jaziratul Arab
membawa barang dagangan dalam perjalanan, mereka itu telah melihat bekas-bekas
negeri umat-umat yang dahulu yang telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas
negeri kaum 'Ad dan kaum Samud, bekas negeri kaum Lut dan kaum Syuaib dan
sebagainya. Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah negeri kaumnya
yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan
renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa
para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para
Rasul yang diutus kepada mereka?. jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama
pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah.
Allah SWT Maha Kuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun
yang sanggup menghalanginya. Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang
demikian itu ternyata bahwa mata mereka tiadalah buta, karena mereka dapat melihat
bekas-bekas negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang

16
telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu
ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan yang mereka pusakai dari nenek
moyang mereka dahulu, oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan
dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-
umat yang dahulu itu.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menginformasikan tentang penciptaan alam


semesta cukup banya dan tersebar dalam berbagai surat, akan tetapi informasi itu hanya
bersifat garis-garis beras atau prinsip-prinsip saja karena al-Qur’an bukanlah buku
kosmologi atau buku ilmu pengetahuan umum yang menguraikan penciptaan alam
semesta secara sistematis. Penjelasan yang ada dalam al-Qur’an mengenai penciptaan
alam semesta ini tidak pernah bertentangandengan temuan-temuan ilmu modern.
Rizki yang diberikan Allah kepada manusia melalui ciptaan-Nya juga
dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 22:
   
  
   
   
     
  

Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.

Semua yang diciptakan Allah SWT di dunia merupakan bentuk kasih- Nya
terhadap makhluk-Nya, karena Allah menciptakan apa yang ada di langit dan bumi
maupun diantaranya tidak dengan sia-sia. Alam yang terdiri dari lingkungan biotik
dan abiotik bukan merupakan ciptaan Allah yang sia-sia seperti yang dijelaskan ayat
di atas, karena alam yang diciptakan Allah terbentuk dan terintegrasi sedemikian rupa
menjadikan manusia mudah untuk memanfaatkannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sayid Quthb,Fi Zhilalil Qur’an, vol. 9, terj. As’ad yasin dkk, Jakarta: Gema Insan
Press,2004.
Imam Jalaludin Al- Asuyuti, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru, 1990

19

Anda mungkin juga menyukai