KPK 2014. Kajian - Kelautan - Paparan PDF
KPK 2014. Kajian - Kelautan - Paparan PDF
Tahun
Rincian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Produksi Perikanan Laut 46.598.552.733.000 49.527.135.768.000 59.580.474.171.000 64.452.537.439.000 72.016.210.109.000 77.334.050.000.000
Tahun
URAIAN Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Laporan Terima 25 23 36 18 29 131
Laporan terkait :
APBD, APBN, BUMN, Dana Alokasi Khusus, Dana Bantuan Sosial
Kemasyarakatan, Informasi Kekayaan Pejabat, Lelang/Pengadaan Barang
dan Jasa, Pelaksanaan Proyek, Pelayanan Publik, Penanganan Perkara
Hukum, Pengelolaan Aset/Keuangan , Perdata, Pertambangan,
Pertanahan, Pidana Umum, Swasta
PENDAHULUAN
IV. Tugas dan Kewenangan KPK serta Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Indonesia
• Rencana Strategis KPK 2011-2015 Fokus pelaksanaan tugas antara lain perbaikan
sektor strategis terkait kepentingan nasional (national interest) meliputi
Ketahanan Energi dan Lingkungan (energi, migas, pertambangan dan
kehutanan), Ketahanan Pangan, Penerimaan Negara (pajak, bea dan cukai,
PNBP), Bidang Infrastruktur serta Kesehatan dan Pendidikan.
a. Dokumen kebijakan dan regulasi yang dianalisis dalam kajian ini mengacu pada
UU No. 27 tahun 2007 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 1 tahun 2014 2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, UU No. 30 tahun
2004 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 45 tahun 2010 tentang Perikanan,
dan UU No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan. `
b. Data statistik yang digunakan merupakan data statistik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2012 sampai dengan November
2014.
c. Data yang bersumber dari pemerintah daerah yang digunakan adalah data yang
diperoleh dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Barat,
Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Bangka Belitung.
d. Kajian ini terbuka untuk penambahan dan penajaman terhadap aspek-aspek
yang termuat didalamnya, terutama jika terdapat penambahan data dan
informasi. Karenanya hasil kajian ini masih terbuka untuk dikembangkan dan
didiskusikan, layaknya dokumen yang bertumbuh (living document).
PENDAHULUAN
VIII. Jadwal Pelaksanaan Kajian
No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data Awal Januari-Februari 2014
2. Penyusunan Term of Reference Februari 2014
4. Pengumpulan data dan Informasi di Kementerian Kelautan dan Maret, Agustus, September,
Perikanan Oktober, Desember 2014
5. Pengumpulan data dan informasi di Provinsi Kepulauan Riau Maret 2014
6. Pengumpulan data dan informasi di Provinsi Kalimantan Barat Maret 2014
7. Pengumpulan data dan informasi di Provinsi Bangka Belitung Juni 2014
8. Pengumpulan data dan Informasi di Provinsi Jawa Tengah Agustus 2014
9. Pengolahan data dan informasi Juli s.d Oktober 2014
10. Penyusunan laporan Oktober-Desember 2014
11. Pembahasan di internal KPK Desember 2014
12. Penyempurnaan laporan Desember 2014
13. Paparan Hasil Kajian ke pihak Eksternal 24 Desember 2014
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
TOTAL 69
PERMASALAHAN
3 Terdapat indikasi tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya dalam
proses pengurusan SIUP/SIPI/SIKPI.
4 Terdapat perusahaan Kapal Ikan Asing yang memperoleh
SIUP/SIPI/SIKPI, tercatat bukan sebagai perusahaan penangkapan ikan
atau pengangkutan ikan.
1. Daerah
a. Penyusunan dan penyempurnaan tata ruang kawasan
b. Penataan Izin
c. Pelaksanaan kewajiban para pihak
d. Pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat
Sasaran Kegiatan
Secara khusus sasaran kegiatan difokuskan pada 5 hal berikut:
1. Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk
database, perizinan, monitoring dan evaluasi.
2. Mendorong perbaikan tatakelola di sektor kelautan
3. Mendorong kepatuhan para pihak dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Melakukan harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan yang terkait.
5. Meningkatkan kapasistas kelembagaan terutama kelembagaan yang
berhubungan langsung dengan pengelolaan sumberdaya kelautan.
6. Menjamin perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya kelautan seusai dengan yang ditetapkan oleh UUD
1945 dan aturan perundang-undangan lainnya.
Instrumen Pelaksanaan Kegiatan
1. Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah Pusat.
Rencana aksi dalam hal ini berupa uraian terhadap setiap fokus area perbaikan di tingkat
pemerintah pusat yang terdiri dari rincian rekomendasi, penanggung jawab, rencana aksi,
ukuran keberhasilan, jangka waktu pelaksanaan, status capaian progres, dan keterangan
pelaksanaan kegiatan. (Lampiran: Rencana Aksi Pemerintah Pusat gerakan nasional
penyelamatan sumberdaya kelautan Indonesia)
5. Format pelaksanaan kegiatan untuk CSO. Peran CSO dititikberatkan sebagai kekuatan
penyeimbang dari informasi yang disampaikan oleh pelaksana rencana aksi. Dalam hal ini,
CSO akan diposisikan sebagai salah satu sumber informasi realisasi pelaksanaan rencana aksi
sekaligus sebagai mitra penyampaian informasi kepada public terkait dengan rencana aksi
yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Peran CSO sangat dibutuhkan dalam memantau
proses pelaksanaan renacana aksi dan kondisi riil yang terjadi di lapangan. (Lampiran: Format
pelaksanaan kegiatan untuk CSO).
6. Format pelaksanaan kegiatan untuk Aparat Penegak Hukum. Posisi aparat penegak hukum
hadir untuk memastikan bahwa setiap pihak melaksanakan rencana aksi/rencana kegiatan
berjalan sesuai dengan koridor aturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian,
aparat penegak hukum akan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan tindak lanjut atas
hasil evaluasi dan monitoring pelaksanaan rencana aksi/rencana kegiatan yang memerlukan
penegakan hukum. (Lampiran: Format pelaksanaan kegiatan CSO).
Peranan Para Pihak
Pemerintah Provinsi
a. Melaksanakan rencana aksi pemerintah
Pemerintah Pusat
provinsi
a. Menyiapkan data dan informasi yang
b. Melakukan pelaporan rencana aksi
mendukung terlaksananya kegiatan
pemerintah provinsi
b. Melaksanakan rencana aksi pemerintah
c. Melakukan koordinasi pelaporan terhadap
pusat
rencana aksi pemerintah kabupaten/kota
c. Melakukan pelaporan pelaksanaan rencana
d. Melakukan monitoring dan evaluasi
aksi
pelaksanaan rencana aksi kabupaten/kota.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi
e. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak
terhadap pelaksanaan rencana aksi
lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangan pemberian izin
e. Melaksanakan tindak lanjut atas hasil
evaluasi pelaksanaan rencana aksi
Pemerintah Kabupaten/Kota
pemerintah pusat, dan rencana aksi
a. Melaksanakan rencana aksi pemerintah
pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang
kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah pusat.
b. Melakukan pelaporan rencana aksi
f. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak
pemerintah kabupaten/kota
lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha
c. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak
sesuai dengan kewenangan pemberian izin
lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha
sesuai dengan kewenangan pemberian izin
Peranan Para Pihak
Pelaku Usaha KPK
• Melakukan pelaporan pelaksanaan kewajiban 1. Melakukan koordinasi dan supervisi
kepada pemberi izin terhadap pelaksanaan rencana aksi dan
rencana kegiatan oleh para pihak terkait.
Civil Society Organization (CSO) 2. Melakukan monitoring dan evaluasi atas
• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan implementasi rencana aksi.
rencana aksi dan kewajiban para pihak 3. Fasilitasi untuk pengembangan integritas
• Melaporkan kepada aparat penegak hukum jika dan sistem pencegahan korupsi pada
terjadi pelanggaran hukum dalam pelaksanaan lembaga terkait.
rencana aksi dan kewajiban para pihak 4. Kampanye, sosialisasi, dan edukasi untuk
hal-hal yang mendukung kegiatan.
Aparat Penegak Hukum 5. Deteksi dan profiling terhadap actor dan
• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan faktor yang menghambat proses
rencana aksi dan kewajiban para pihak terutama pelaksanaan kegiatan.
untuk mendeteksi tindakan-tindakan yang 6. Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk
melanggar hukum. mendorong akselerasi pelaksanaan
• Melakukan upaya hukum terhadap setiap bentuk kegiatan.
pelanggaran hukum berkenaan dengan 7. Pengembangan sistem pelaporan
penggunaan ruang laut dan pengelolaan progress kegiatan berbasis teknologi
sumberdaya di dalamnya informasi
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Rencana
Kegiatan
Terima kasih
Berdasarkan
PP 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
• Laut di Indonesia dikelola oleh daerah otonom (UU No.32/2004). Sebanyak 324 dari
497 kabupaten/kota memiliki wilayah pesisir. (Kemendagri, 2010).
• Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut paling jauh 12 mil untuk
provinsi dan 1/3 dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota (Pasal 18
UU No.32/2004) belum sepenuhnya terwujud.
Kadaster Laut
No. Masalah Keterangan
1. Definisi Definisi Kadaster Kelautan (Permanent Committee for GIS Infrastructure for Asia and the
Kadaster Pacific PBB: PCGIAP, 2001)
2. Manfaat Tersedianya informasi mengenai hak-hak pemanfaatan ruang perairan laut, seperti :
Kadaster
Informasi mengenai pemilik hak dari suatu ruang perairan laut
Informasi mengenai hak-hak yang melekat pada ruang perairan laut tersebut (jenis
dan lamanya hak yang diberikan, batasan-batasan pemanfaatan, dan tanggung jawab)
Informasi mengenai ruang perairan laut itu sendiri (posisi geografis, ukuran dan
dimensi, nilai atau harga, serta atribut lainnya sesuai keperluan)
3. Objek-Objek Bangunan Atas Air (Pemukiman, Hotel, Tempat Ibadah, Restoran, dll), Sumber Energi
Kadaster Terbarukan, Sumber Daya Minyak dan Gas, Budi Daya (Rumput Laut, Mutiara, Kerang,
Kelautan dan Ikan), Konservasi (Taman Laut Nasional), Perkapalan, Penangkapan Ikan, Rekreasi,
Pipa dan Kabel Bawah Laut, Harta Karun Bawah Laut, Pembuangan Sampah, Kultur
Adat
Peta Rawan Bencana
Jenis Izin/dokumen dalam pengurusan
SIPI/SIKPI/SIUP
Jenis Izin Usaha Penangkapan Ikan
1. Usaha Penangkapan Ikan
2. Usaha Pengangkutan Ikan
3. Usaha penangkapan dan pengangkutan ikan oleh satu perusahaan
4. Usaha Perikanan Tangkap Terpadu
Tabel Ringkasan Hasil Survey
Integritas Sektor Public Pada
Pelayanan Pengurusan
SIUP/SIPI/SIKPI Tahun 2014
Daftar Permasalahan Pengurusan Perizinan SIUP/SIPI/SIKPI Berdasarkan Hasil
Observasi Layanan Public KPK Tahun 2014
Statistik Pengaduan Masyarakat Terkait Kelautan Dan Perikanan Tahun
2010 Sampai Dengan 2014.
Tahun
URAIAN 201 201 201 201 Jumlah
2010
1 2 3 4
25
Laporan Terima 23 36 18 29 131
20
Laporan Selesai Verifikasi 20 36 18 27 121
10
Laporan Selesai Telaah 14 16 4 7 51
10
Laporan File 6 21 14 20 71
*Satu pengaduan dapat lebih dari satu telaahan
40
30
20
10
-
Laporan Terima Laporan Selesai Laporan Selesai Telaah Laporan File
Verifikasi
Tahun
Rincian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Produksi Perikanan Laut 46,598,552,733,000 49,527,135,768,000 59,580,474,171,000 64,452,537,439,000 72,016,210,109,000 77,334,050,000,000
1 27-Jul-11 penerbitan perpres no 45 tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan sarbagita. Yang di dalamnya mengatur kawasan teluk benoa sebagai
kawasan konservasi perairan (pasal55)
2 12-Sep-12 MOU antara TWBI dan UNUD terkait kajian kelayakan dengan dalih Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3 18-Sep-12 TWBI mengajukan surat permohonan kepada UNUD untuk pembuatan kajian kelayakan dan AMDAL.
4 1-Oct-12 Penandatanganan surat perjanjian kerjasama antara PT TWBI dan LPPM UNUD untuk pembuatan kajian kelayakan
5 5-Nov-12 PT. TWBI mengajukan surat permohonan audiensi kepada Gubernur Bali dengan nomor 009/TWBI/L/XI/2012.
6 12-Nov-12 LPPM UNUD melakukan presentasi pertama dokumen studi kelayakan di BAPPEDA Bali.
7 5-Dec-12 Presiden menerbitkan Perpres No 122/2012 tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang di dalamnya mengatur bahwa
Reklamasi tidak dapat dilakukan di kawasan konservasi dan alur laut (pasal 2 ayat (3)
8 14-Dec-12 LPPM UNUD melakukan presentasi kedua dokumen studi kelayakan di BAPPEDA Bali.
9 20-Dec-12 DPRD Bali menerbitkan rekomendasi untuk tindak lanjut kajian kelayakan oleh LPPM UNUD dengan nomor 660.1/142781/DPRD. Rekomendasi
inilah yang menjadi dasar dikeluarkannya SK 2138/02-C/HK/2012.
10 26-Dec-12 Gubernur Bali menerbitkan SK 2138/02-C/HK/2012 tentang Izin dan Hak Pemanfaatan, Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan
Teluk Benoa. Tidak ada publikasi apapun mengenai hal ini.
11 1-Jan-13 Setelah penerbitan SK I tsb, mulai santer diberitakan di beberapa portal berita bisnis bahwa sebuah konsorsium multinasional akan
membangun sirkuit F1 di Teluk Benoa
12 3-Jul-13 Kementerian Kelautan dan Perikanan mengesahkan Peraturan Menteri dengan nomor 17/PERMEN-KP/2013 yang mengizinkan reklamasi di
zona konservasi non inti. Tidak ada publikasi apapun mengenai hal ini.
13 3-Aug-13 Presentasi oleh tim LPPM UNUD dalam dialog terbuka di kantor Gubernur. Dalam dialog ini Gubernur menyatakan tidak akan ngotot
mempertahankan rencana reklamasi jika hasil studi kelayakan menyatakan tidak layak.
14 12-Aug-13 DPRD Bali menerbitkan rekomendasi bernomor 900/2569/DPRD kepada Gubernur Bali untuk meninjau ulang dan/atau Pencabutan SK
Gubernur Bali nomor 2138/02-C/HK/2012.
15 14-Aug-13 Sabha Desa, Desa Pekraman Tanjung Benoa menyatakan penolakannya terhadap rencana reklamasi di kawasan teluk benoa. Surat penolakan
seluruh rencana reklamasi No. 01/SD-TB/VIII/2013 ditandatangani oleh Sabha Desa, 4 Klian Banjar, 4 Kepala Lingkungan, 4 Kertha Desa,
Organisasi Kepemudaan, Lurah Tanjung Benoa, Ketua Lpm Dan Bendesa Adat Tanjung Benoa.
16 16-Aug-13 Gubernur Bali mencabut SK 2138/02-C/HK/2012, namun menerbitkan SK 1727/01-B/HK/2013 tentang Izin Studi Kelayakan Rencana
Pemanfaatan, Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa dan mendorong supaya kajian kelayakan sebagai bagian dari
usaha reklamasi diteruskan.
17 19-Aug-13 Draft laporan final studi kelayakan oleh LPPM UNUD yang menyatakan reklamasi Teluk Benoa layak bersyarat.
18 20-Aug-13 Rapat koordinasi tim pengulas studi kelayakan oleh LPPM UNUD, hasilnya: reklamasi tidak layak.
19 23-Aug-13 ForBALI melaporkan Gubernur Bali dan DPRD ke Ombudsman atas dugaan maladministrasi atas keluarnya SK Reklamasi Teluk Benoa
Tata Cara Analisis Kelembagaan Pada Kementerian Kelautan
dan Perikanan
1. Form A (A1 dan A2): Aturan pelaksana yang harus disusun sebagaimana amanat UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 45
tahun 2009 tentang Perikanan dan UU No. 27 tahun 2007 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Fokus review oleh Tim Ahli:
a. Apakah aturan pelaksana (Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan/Keputusan Menteri) sebagaimana yang diamanatkan
oleh UU Perikanan dan UU Pesisir, sudah tersedia atau belum?
b. Hal apa saja yang menghambat proses penyusunan aturan pelaksana perundang-undangan di atas?
c. Aspek-aspek apa saja yang seharusnya diatur dalam aturan pelaksana undang-undang, namun belum masuk ke dalam substansi aturan
perundang-undangan yang sudah diterbitkan?
d. Langkah-langkah apa yang sebaiknya diambil oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan kementerian terkait lainnya untuk
menyelesaikan/menyempurnakan aturan pelaksana undang-undangan perikanan, pesisir dan pulau-pulau kecil?
e. Penilaian ahli secara umum : untuk skala 1 sampai dengan 5, dimanakah posisi KKP saat ini terkait dengan ketersediaan aturan
pelaksana? (1 untuk aturan pelaksana yang belum tersedia/mencukupi, dan 5 untuk aturan pelaksana yang sudah tersedia/mencukupi).
2. Form B (B1 dan B2): Kesesuaian Tugas dan Wewenang dengan Amanat UU Perikanan dan UU Pesisir:
a. Apakah tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh setiap unit telah sejalan/sesuai dengan amanat undang-undang perikanan, pesisir dan
pulau-pulau kecil?
b. Tugas/fungsi/wewenang yang menjadi amanat UU perikanan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang belum terbagi dalam Tupoksi organisasi?
c. Apakah struktur organisasi yang ada saat ini telah mencukupi untuk melaksanakan amanat undang-undang perikanan, pesisir dan pulau-
pulau kecil?
d. Apa usulan untuk struktur organisasi yang dapat mendorong pelaksanaan amanat UU yang lebih efektif/efisien?
e. Langkah-langkah apa saja yang dapat diambil untuk mendorong kesesuaian tupoksi organisasi dengan amanat aturan perundang-
undangan?
f. Penilaian ahli secara umum : untuk skala 1 sampai dengan 5, dimanakah posisi KKP saat ini terkait dengan kesesuaian tugas dan
wewenang dengan amanat UU? (1 untuk tupoksi organisasi yang tidak sesuai dengan amanat UU, dan 5 untuk tupoksi organisasi yang
sudah sesuai dengan amanat UU).
3. Form C : Analisis beban kerja
a. Apakah beban kerja di setiap unit saat ini berlebih/kurang?
b. Langkah-langkah apa saja yang dapat diambil untuk menyeimbangkan beban kerja?
c. Penilaian ahli secara umum : untuk skala 1 sampai dengan 5, dimanakah posisi KKP saat ini terkait dengan beban kerja? (1 untuk beban
kerja rendah, dan 5 untuk beban kerja tinggi)
Tata Cara Analisis Kelembagaan Pada Kementerian Kelautan
dan Perikanan
1. Form H: Keberadaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
a. Apakah SPIP yang sudah dikembangkan saat ini telah mencukupi?
b. Apa usulan untuk meningkatkan kemampuan SPIP yang ada?
c. Langkah-langkah apa saja yang dapat diambil untuk meningkatkan/memperbaiki SPIP yang ada?
d. Penilaian ahli secara umum: untuk skala 1 sampai dengan 5, dimanakah posisi KKP saat ini terkait dengan keberadaan SPIP? (1 untuk
keberadaan SPIP yang tidak mencukupi, dan 5 untuk keberadaan SPIP yang sudah mencukupi).
2. Form I : Keberadaan instrument pencegahan korupsi
a. Apakah instrument pencegahan korupsi yang sudah dikembangkan saat ini telah mencukupi?
b. Apa usulan untuk meningkatkan kemampuan instrument pencegahan korupsi yang ada?
c. Langkah-langkah apa saja yang dapat diambil untuk meningkatkan/memperbaiki instrument pencegahan korupsi yang ada?
d. Penilaian ahli secara umum : untuk skala 1 sampai dengan 5, dimanakah posisi KKP saat ini terkait dengan keberadaan instrument
pencegahan korupsi? (1 untuk keberadaan instrument pencegahan korupsi yang tidak memadai, dan 5 untuk keberadaan instrument
pencegahan korupsi yang sudah memadai).
3. Analisis terhadap UU Kelautan:
a. Aturan pelaksana apa saja yang harus segera dibuat sesuai dengan amanat UU Kelautan?
b. Struktur organisasi seperti apa yang sesuai untuk menjalankan amanat UU Kelautan?
c. Tugas dan fungsi organisasi yang seperti apa yang harus diemban oleh struktur organisasi tersebut?
d. Langkah-langkah strategis apa saja yang harus diambil untuk mengembangkan kelembagaan organisasi yang menjadi pelaksana amanat
UU Kelautan?
A. Tata Cara Review oleh Ahli
1. Setiap ahli menerima form isian hasil self assessment unit di KKP yang telah diverifikasi pihak inspektorat jenderal, beserta dokumen
pendukungngnya.
2. Setiap ahli melakukan penilaian terhadap form isian dengan memperhatikan setiap aspek penilaian (Bagian F).
3. Hasil penilaian dicatatkan pada setiap form, sebagaimana pada file Lampiran-Review Pakar dan disampaikan ke KPK.
4. Hasil penilaian dari masing-masing ahli, didiskusikan secara bersama oleh Tim Ahli dan KPK.
No
. Unit Catatan Ahli *
DJ Perikanan Tangkap terdiri dari : 1 SETDITJEN, 5 Direktorat, 1 UPT, 7 PPS, 13 PPN.
Direktorat Jenderal Perikanan
A. Tangkap Dengan Total beban kerja 648.287,08 ditambah beban kerja PPS dan PPN
1. Sekretarian Direktorat (1) SETDITJEN : dari jumlah beban kerja 157.949, membutuhkan pegawai 117,20 dan
Jenderal jumlah pegawai yang ada 129. Dengan demikian KELEBIHAN PEGAWAI 11,80.
(2) DIT.Sumber Daya Ikan : dari jumlah beban kerja 93,442, membutuhkan pegawai 71,9
a. Bagian ..... dan jumlah pegawai yang ada 60. Dengan demikian KEKURANGAN PEGAWAI 11,9.
(3) Dit.Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan : dari jumlah beban kerja 81,910,
membutuhkan pegawai 63,01 dan jumlah pegawai yang ada 56. Dengan demikian
i. Subbagian..... KEKURANGAN PEGAWAI 7,01.
(4) DIT. Pelabuhan Perikanan : dari jumlah beban kerja 56.703, membutuhkan pegawai
2. Direktorat.... 87,24 dan jumlah pegawai yang ada 72. Dengan demikian KEKURANGAN PEGAWAI 15,74.
(5) DIT. Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan : dari jumlah beban kerja 156.470,
membutuhkan pegawai 117,59 dan jumlah pegawai yang ada 101. Dengan demikian
dst... KEKURANGAN PEGAWAI 17.
kelembagaan DJ perikanan Tangkap memiliki beban kerja 670.243, dengan jumlah
Direktorat Jenderal Kelautan, pegawai yang ada 574 dan kekurangan pegawai sejumlah 78. berarti cukup banyak
B. Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil kekurangan pegawai dengan beban kerja yang ada.
Kekurangan pegawai tertinggi pada DJ Perikanan Tangkap dengan 1 SETJEN dan 5
1. Sekretarian Direktorat Direktorat kekurangan 59 Pegawai. Ini tentunya akan mengganggu kinerja bila tidak
Jenderal diimbangi dengan jumlah zpegawai yang tersedia.
a. Bagian .....
i. Subbagian.....
2. Direktorat....
dst...
Direktorat Jenderal Pengawasan DJ Pengawasan Sumberdaya kelautan dan perikanan memiliki beban kerja 940.582 (setjen
Sumberdaya Kelautan dan dan 5 Direktorat) ditambah beban dari 5 (lima) Pengkalan PSDKP sejumlah 1200.547.
C. Perikanan memiliki kekurangan pegawai sejumlah 271 (jumlah yang sangat banyak. Akan tetapi bila
1. Sekretarian Direktorat dilihat, bahwa kekurangan pegawai terbesar adalah pada Direktorat Kapal pengawas
Jenderal sebesar 209 pegawai. Ini perlu dipertimbangkan, jika kekurangan tenaga pengawas akan
a. Bagian ..... berakibat pada lemahnya pertahanan perairan Indonesia.
i. Subbagian.....
2. Direktorat....
dst...
Langkah-langkah untuk menyeimbangkan beban kerja : terjadi ketidak berimbangan beban kerja antara Direktorat-Direktorat
yang ada, dimana tertinggi beban kerja 157.949 dan PPS Kendari tertinggi beban kerjanya yaitu, 165.719 dan kekurangan
pegawai tertinggi pula yaitu 41,48. DIT. Kapal Pengawas beban kerja terlalu Besar (568.744) dengan kekurangan pegawai 209,
berada pd Ditjen Pengawasan Sumberdaya Perikanan&Kelautan
Peraturan Perundang-Undangan Terkait Kelautan Yang
Harus Dipersiapkan
Perlu dibentuk 1 (satu) UU baru, 1 (satu) revisi UU, 9 (sembilan) PP baru, dan 2 (dua) Keppres baru