Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang penuh dengan aneka ragam suku bangsa dan
kebudayaan. Setiap suku bangsa di Indonesia menciptakan, menyebarluaskan dan mewariskan
kebudayaan masing-masing dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keanekaragaman suku
bangsa dan kebudayaan itu pada hakikatnya adalah satu dan memberi identitas khusus serta
menjadi modal dasar pengembangan budaya bangsa.Keanekaragaman kebudayaan pada setiap
suku bangsa di Indonesia menunjukkan kekayaan kebudayaan Nusantara. Masing-masing daerah
di Indonesia memiliki corak kebudayaan yangberbeda-beda.Untuk mengembangkan kebudayaan
Salah satu usaha yang dilakukan yaitu mempertahankan kebudayaan tersebut .

Kabupaten Wonosobo termasuk wilayah Propinsi Jawa Tengah. Wonosobo merupakan


daerah pegunungan dengan ketinggian 270-2.250 meter di atas permukaan laut. Sebagai ibu
kotaKabupaten,Wonosobo mempunyai ketinggian 772 meter di atas permukaan laut.
DaerahWonosobo dikelilingioleh gunung Sindoro,pegunungan Dieng, dan gunung Perahu . Di
daerah Wonosobo terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah Ruwatan Cukur
Rambut Gimbal di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar.

Ruwatan berasal dari kata ruwat (rumuwat) atau Mangruwat yang berarti membuat tidak
kuasa, menghapuskan kutukan, menghapuskan kemalangan, noda, dan lain-lain.Dalam
“Ensiklopedia Nasional Indonesia”, ruwatan adalah usaha untuk membebaskan manusia dari aib
dan dosa dan sekaligus menghindarkan diri agar tidak dimangsa Batarakala.Awal mula adanya
ruwatan ini tidak lepas dari salah satu dari tiga orang pengelana yaitu Kyai Walik, Kyai Karim,
dan Kyai Kolodete yang dipercaya Masyarakat Wonosobo sebagai pendiri Kabupaten Wonosobo
dalam rangka menyiarkan agama Islam di daerah tersebut. Ketiga tokoh tersebut masing-masing
mempunyai peran yang saling menunjang, Kyai Walik sangat erat hubungannya dengan cerita
pembukaan atau babat alas Wonosobo dan perencanaan kota, Kyai Karim sangat berjasa dalam
penataan dan peletak dasar pemerintahan, sedangkan Kyai Kolodete yang Baurekso penduduk

1
Wonosobo Utara seperti Garung, Kejajar, dan Setieng, sampai Dieng Kyai Kolodete ini
dipercaya masyarakat Dieng sebagai tokoh spiritual, selain itu ia dikenal sebagai seorang yang
sakti dan mempunyai ciri khas, rambutnya yang menggumpal, dalam istilah lokal disebut gembel
atau gimbal. Di daerah Dataran Tinggi Dieng ini banyak anak yang ketika kecil mempunyai
rambut gimbal dan orang menganggap bahwa anak-anak yang gimbal tersebut merupakan titipan
Kyai Kolodete.

Proses penggumpalannya dapat saja terjadi sejak anak berusia sekitar 40 hari sampai
dengan 6 tahunnan, disertai sakit, misalnya badannya panas, sakit kulit, sakit kepala, kejang-
kejang, walaupun telah diobatkan tetapi tidak juga sembuh, maka orang tuanya berkesimpulan
bahwa anaknya terkena mala berupa gimbal,Seperti yang dialami oleh Anggun, yang berambut
gimbal sejak umur dua tahun, pada waktu itu Anggun mengalami sakit kepala dan lama-
kelamaan rambut Anggun menjadi gimbal.Orang menganggap anak gimbal tersebut merupakan
titipan Kyai Kolodete. Anak berambut gimbal di kawasan Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya
hingga di lereng sebelah Barat gunung Sindoro dan gunung Sumbing diyakini keturunan Eyang
Kyai Kolodete yang konon berambut gimbal. Anak-anak gimbal tersebut sering disebut anak
sukerta . Anak Sukerta adalah anak yang dicadangkan menjadi mangsa dari batarakala.Agar
kembali sebagai mana anak manusia yang wajar, maka harus disucikan atau dibersihkan dari
sesukernya (gimbalnya). Proses menghilangkan sesuker gimbal itulah yang disebut Ruwatan.
Ruwat berasal dari bahasa Jawa yang berarti “lepas” yaitu lepas dari karakteristik anak gimbal
yang dicadangkan untuk sesaji Batarakala.

Ruwatan di Jawa merupakan upacara pembebasan bagi anak atau orang yang
kelahirannya di dunia ini dianggap tidak menguntungkan, atau melakukan perbuatan-perbuatan
terlarang apabila hal itu terjadi, anak atau orang itu diancam dimakan Batarakala.Ada dua
golongan orang yang disebut nandhang sukerta. Pertama karena kodrat yang disandang atau yang
dibawa sejak lahir. Kedua karena kelalaian perbuatan manusia.Seseorang yang termasuk sukerta
akibat kodrat dari kelahiran di antaranya: ontang-anting(anak laki-laki tunggal), kembang
sepasang(anak dua, perempuan semua), kembar(anak kembar, laki-laki atau perempuan semua),
dan lain-lain. Nandhang sukerta yang disebabkan karena kelalaian antara lain orang yang ketika
masak nasi, merobohkan dandang, tempat menanak nasi, orang menyukai duduk atau berdiri di
tengah-tengah pintu, orang yang suka mengakui hak milik orang lain, orang yang membuang

2
sampah lewat jendela, dan lain-lain. Dalam hal ini, anak berambut gimbal termasuk dalam
kategori karena kodrat .

Upacara Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Dieng ini, bertujuan memohon kepada Tuhan
untuk menghilangkan mala yang mengenai anak tersebut, di samping juga berharap agar anak
tersebut terbebas dari pengaruh kesaktian roh Kyai Kolodete. Untuk itu anak tersebut harus
diruwat dengan mencukur rambutnya yang gimbal. Setelah diruwat diyakini masyarakat, anak
tersebut akan memperoleh keselamatan dalam hidupnya . Upacara ruwatan ini dapat
dilangsungkan setelah adanya permintaan (petunjuk) dari anak gimbal tersebut dipenuhi.
Anehnya apabila beban tidak dipenuhi maka rambut gimbal yang telah dicukur akan tumbuh
kembali atau ada gangguan fisik dan psykis. Bebana yang diminta sangat beragam, ada yang
minta telur ayam, pisang satu rip, ikan gereh, dan lain-lain. Pengalaman tahun lalu ketika
ruwatan yang dilakukan di Gua Semar, karena beban kurang gula jawa dan gethuk(gula merah
dan gethuk), anak mengalami kejang-kejang hingga tidak sadarkan diri.Setelah dipenuhi
permintaan itu tidak berselang waktu lama sehat kembali.

Ada beberapa tahapan untuk melakukan ruwatan cukur rambut gimbal yaitu
merencanakan dengan masak-masak, menentukan hari, memberi tahu kepada orang orang,
tetangga, ulama (kaum), memotong rambut dan selamatan(kenduri).Di dalam selamatan,
masyarakat membaca ayat-ayat Al-Qur’an seperti pembacaan Surat Yassin pada waktu tahlilan,
hal tersebut bertujuan untuk meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar diberi keselamatan
dan kelancaran dalam pelaksanaan ruwatan. Waktu penyelenggaraan upacara pada malam hari,
setelah Isya’ bersamaan dengan hari kelahiran (berdasarkan weton, hari dan pasarannya) atau
hari yang dianggap baik menurut masyarakat setempat, yaitu dua atau empat hari setelah weton
atau neptu anak yang bersangkutan. Adapun bulanyang dipakai untuk melaksanakan ruwatan
yaitu bulan menurut perhitungan kalender Islam atau bulan yang dianggap baik yaitu bulan besar
(Dzulhijah), Maulud, Bakdamaulud, Sapar, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah dan
Syawal.

Dalam prosesi upacara ruwatan ini, ternyata terdapat akulturasi antara nilai-nilai tradisi
lokal dan nilai-nilai Islam,seperti halnya dalam upacara ini masih terdapat seseji-sesaji sebagai
perlengkapan upacara yang menandakan sebagai tradisi lokal, sedangkan nilai Islamnya terdapat
pada do’a-do’a yang di gunakan . Beberapa yang menjadi inti dalam pelaksanaan upacara

3
memotong rambut gimbal. Untuk itu perlu disediakan beberapa yang harus ada misalnya dengan
adanya tumpeng yang terbuat dari nasi berbentuk kerucut melambangkan kekuasaan Tuhan,
tumpeng rombyong menggambarkan alam seisinya. Lauk-pauk yang ditancapkan di tumpeng
menggambarkan rambut gimbal. Tumpeng rombyong ditujukan kepada Kyai Kolodete yang
berambut gimbal. Tumpeng kuning melambangkan kekuasaan Tuhan, ditujukan kepada Nabi
Muhammad saw,dan sebagainya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasaran latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
perumusan masalah sebagai berikut :

Apa makna acara ruwatan (cukur rambut) anak gembel di dieng , jawa tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna acara ruwatan (cukur rambut) anak
gembel di dieng ,wonosobo jawa tengah .

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademis

Proposal ini diajukan untuk meneliti mankna ruwatan di daerah dieng jawa tengah . Harapan dari
hasil penelitian ini adalah dapat membantu menjadi bahan refrensi bagi peneliti berikutnya untuk
mengadakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topic penelitian ini.

1.4.2 Praktis

Penelitian ini dapat membuka pandangan masyarakat mengenai adanya tradisi ruwatan
yang berada di daerah dieng wonosobo Jawa Tengah.

4
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Komunikasi

Hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia,dimana yang


dinyatakan adalah pikiran,perasaan seseorang kepada orang lain,dengan mengunakan bahasa
sebagai penyalurnya.Namun pengertian Komunikasi secara etimologis,menurut Wilbur Schramm
berasal dari bahasa latin “communication”(pemberitahuan,pemberian bagian,pertuaran,ikut
ambil bagian, pergaulan, persatuan, peran serta kerjasama). asal kata “communis”
berarti”common”(bersifat umum), sama atau bersama-sama).sedangkan kata kerjanya
“commonicare” yang berarti berdialog ,berunding atau bermusyawarah . Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dan diterima oleh komunikan.1

2.2 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya menurut Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss (1994, Pengantar
oleh Deddy Mulyana, 1996) Komunikasi antarbudaya dilihat sebagai komunikasi antara dua
anggota dari latar budaya yang berbeda, yakni berbeda secara rasional, etnik, atau sosial-
ekonomis, (intercultural communication as communication between members of different culture
wheter defined in terms of racial, ethic, or socioeconomic difference). 2
Pengertian karakteristik kebudayaan adalah keistimewaan atau ciri khas yang membantu
dalam pengenalan sebuah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat melalui proses pembelajaran.Karakteristik antar budaya menurut
deddy mulyana ada 10 yang akan dijelaskan dibawah ini:

1
Rosmawathy H.P,S,sos,M.T,Mengenal Ilmu Komunikasi (Metacommunication ubiquitous)Jaarta;Widya
Padjajaran;2010:14
2
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1994, Pengantar oleh Deddy Mulyana, 1996)

5
1 . Komunikasi dan Bahasa

Sistem Komunikasi, verbal dan non-verbal membedakan satu kelompok dengan


kelompok lain.terdapat banyak”bahasa asing” di dunia . setiap bangsa memiliki lima bahasa atau
lebih bahasa utama (dalam suatu keompok bahasa terdapat dialek,aksen,logat,jargon,dan ragam
lainnya). Lebih jauh lagi makna-makna yang diberikan kepada gerak-gerik, misalnya sering
berbeda secara kultural . meskipun bahasa tubuh mungkin universal perwujudannya berbeda
secara lokal .subkultur-subkultur, seperti kelompok militer , mempunyai peristilahan dan tanda-
tanda yang menembus batasan-batasan nasional (seperti gerakan hormat,atau sistem
kepangkatan)

2 . Pakaian dan Penampilan

Ini meliputi Pakaian, dandanan, perhiasan luar dan dekorasi tubuh berbeda secara kultur .
kita mengetahui adanya kimono penutup kepala afrika . beberapa bangsa mencorengi wajah-
wajah mereka untuk bertempur tetapi sebagian wanitanya memakai kosmetik untuk
memperlihatkan kecantikan . banyak subkultur menggunakan pakaian yang khas-jeans sebagai
pakaian kaum muda diseluruh dunia ,seragam untuk sekelompok orang tertentu seperti anak-
anak sekolah atau polisi . dalam subkultur militer , adat istiadat dan peraturan-peraturan
menentukan pakaian harian , panjang rambut , perlengkapan yang dipakai dan sebagainya .

3 . Makanan dan kebiasaan makan

Cara memilih, menyiapkan dan menyajikan makanan sering berbeda antara budaya satu
dengan lainnya . orang amerika menyenangi daging sapi , tapi daging sapi terlarang bagi orang -
orang hindu , sedangka makana-makanan terlarang orang islam daging babi tetapi daing babi
dimakan oleh orang cina dan orang lainnya. Di kota-kota lainnya metropolitan restoran-restoran
yang menyediakan makanan-makanan “nasional” tertentu untuk memenuhi selera budaya yang
berlainan . vcara makan juga berbeda-beda . ada orang yang makan dengan tangan saja ada pula
yang menggunakan sumpit atau seperangkat alat makan yang lengkap .

6
4 . Waktu dan kesadaran akan waktu

Kesadaran akan waktu berbeda antara satu budaya dengan budaya lain - Sebagian orang
tepat waktu, sebagian lainnya merelatifkan waktu. Umumnya , orang-orag jerman teapt waktu
sedangkan orang-orang amerika lebih santai . dalam beberapa budaya dalam beberapa budaya ,
kesegeraan ditentukan oleh usia atau status maka dibeberapa negaraorang-orang bawahan
diharapkan datang tepat waktu ketika menghadiri rapat staf , tapi bos adalah orang yang terakhir
tiba.

5 . Penghargaan dan pengakuan

Cara mengamati budaya dapat dilakukan dengan memperhatikan cara dan metode
memberikan pujian - Dalam budaya tertentu, penggunaan celana panjang identik dengan
kedewasaan - Dalam subkultur bisnis, terdapat penghargaan untuk mengakui hak-hak istimewa
kaum eksekutif, seperti jamuan makan malam, etc. Hubungan-hubungan - Budaya mengatur
hubungan-hubungan manusia dan organisasi - Hubungan diatur berdasarkan usia, jenis kelamin,
status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan - Di beberapa negeri hubungan
pernikahan yang lazim adalah monogami, sementara yang lain adalah poligami atau poliandri .

6 . Hubungan-Hubungan

Budaya juga mengatur hubungan-hubugan manusia dan hubungan-hubungan organisasi


berdasarkan usia , jenis kelamin , status , kekeluargaan , kekayaan , kekuasaaan , dan
kebijaksanaan . unit keluarga merupakan wujud paling umum hubungan manusia , dan
bentuknya bisa kecil dan bisa juga besar . dalam suaru rumah tagga beragama hindu , suatu
keluarga terdiri dari ayah,ibu,anak-anak,orang tua,paman-aman , bibi-bibi , dan saudara-saudara
sepupu .sebenarnya letak ruangan seseeorang dalam rumah-rumah demikian bisa juga diatur
sedemikian rupa lelaki-lelaki berada di satu sisi rumah , wanita-wanita disatu sisi lainnya .

7 . Nilai dan Norma

Sistem kebutuhan bervariasi pula , sebagaimana prioritas-prioritas yang melekat pada


prilaku tertentu dalam kelompok . mereka yang menginginkan kelangsungan hidup , menghragai
usaha-usahapengumpulan makanan,penyediaan pakaian dan perumahan yang memadai ,

7
sementara mereka yang memiliki kebutuhan lebih tinggi menghargai materi,uang,gelar-gelar
pekerjaan,hukum,dan keteraturan.

8. Rasa diri dan ruang

Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diEkspresi secara berbeda oleh
budaya. Identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengab sikap yang sederhana dalam
suatu budaya,sementara dalam budaya lain ditunjukan dengan prilaku yang agresif.dalam
budaya-budaya tertentu rasa kebebasan dan aktivitas yang dibalas oleh kerjasamadan
konformitas kelompok.orang-orang budaya tertentu.

9 .Proses mental dan belajar

Beberapa budaya menekankan pengembangan otak dibanding yang lainnya sehingga


orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir
dan belajar . antropolog edwarda hall berpendapat bahwa pikiran adalah budaya yang
terinternalissaikan dan prosesnya berkenaan dengan bagaimana orang mengorganisasikan dan
memproses informasi.

10 . Kepercayaan dan Sikap

orang-orang dalam semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal


yang jelas dalam agama-agama dan praktik-praktik agama mereka.budaya primitif misalnya
mempunyai kepercayaan kepada makhluk-makhluk spiritual yang kita sebut “animisme”.dalam
sejarah perkembangan manusia ada satu evolusi yang jelas dalam bidang spiritual manusia ,
hingga sekarang ini banyak orang modern menggunakan istilah-istilah “kesadaran kosmik” untuk
menunjukan kepercayaan mereka kepada kekuatan-kekuatan transedental . diantara dua ekstren
dalam continuum spiritual ini , tradisi-tradisi religius dalam berbagi budaya secara disaadari atau
tidak disadari mempengaruhi sikap-sikap kita terhadap kehidupan.3

3
Dr. Deddy Mulyana, M.A. dan Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc Komunikasi Antarbudaya PT REMAJA
ROSDAKARYA,2005

8
2.3 Sejarah Anak Gembel

Pada zaman dahulu kala seorang putri cantik bernama Sinta Dewi memesona Pangeran
Ki dang Garungan. Pangeran berniat mempersunting Sinta Dewi. Gayung pun bersambut, Sinta
Dewi menerima lamaran Pangeran Kidang. Padahal, Sinta Dewi belum pernah berjumpa dengan
pangeran.Ketika rombongan pangeran tiba di istana Sinta Dewi, terbelalaklah sang putri.
Pangeran Kidang bukan pangeran gagah perkasa dan tampan, melainkan seorang pangeran
dengan kepala kijang.
Sinta Dewi yang telanjur menerima lamaran itu kecewa. Kalau perempuan zaman modern
meminta disediakan rumah dan mobil kepada calon suaminya, Sinta Dewi meminta Pangeran
Kidang membuat sebuah sumur. Alasannya, penduduk di kerajaan Sinta Dewi sulit mendapatkan
air. Sumur itu harus selesai dalam satu malam saja.
Pangeran Kidang pun menyanggupi permintaan tersebut. Dia lalu menggali sumur.
Kidang terus menggali dan menggali. Dari atas bibir sumur, pengawal dan dayang-dayang Sinta
Dewi malahan menimbunnya. Pangeran kesal dan marah. Sebelum tewas, dia mengucapkan
sumpah bahwa keturunan Sinta Dewi akan berambut gimbal.Hingga kini masih ditemukan anak-
anak berambut gimbal di kawasan Dieng. Rambut gimbal adalah rambut yang tidak dapat disisir
sehingga menumpuk tidak terawat.Umumnya mereka berambut gimbal hingga berusia enam
tahun. Uniknya, rambut itu tidak boleh dipotong sebelum si anak menyatakan keinginannya
untuk potong rambut.
Seiring dengan keinginan memotong rambut, ada keinginan anak yang unik, misalnya
meminta upacara dengan membagikan 2.000 jeruk, atau meminta diambilkan sisa-sisa padi dari
sawah tertentu. Jika orangtua sembarangan memotong rambut gimbal itu tanpa upacara, anak
jatuh sakit. Setelah memotong rambut, rambut akan tumbuh normal seperti rambut anak
lainnya.Setiap bulan Agustus atau bulan Sura dalam kalender Jawa dilakukan upacara
pemotongan rambut gimbal massal di pelataran Candi Arjuna. Maklumlah, biaya upacara
pemotongan rambut tidak sedikit sehingga biaya akan dihemat dengan memotong rambut
beberapa anak sekaligus Dan Legenda asal muasal rambut gimbal itu menjadi bumbu di tempat
wisata kawah Sikidang, Dieng,JawaTengah.4

4
http://travel.kompas.com/read/2014/10/04/084500227/asal.muasal.legenda.rambut.gimbal

9
2.4 Mankna Ruwatan

Fenomena Rambut Gembel sudah ada sejak dahulu kala, dan secara turun temurun tradisi
ruwatan cukur rambut gembel masih di lakukan hingga sekarang. keadaan tersebut menandakan
bahwa makna ruwatan cukur rambut gembel masih dimengerti dan dipercayai oleh masyarakat
Dieng. Mengenai pemahaman masyarakat Dieng tentang makna simbolik ruwatan cukur rambut
tentu melalui sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini proses mengkomunikasikan makna
ruwatan cukur rambut gembel di masyarakat Dieng adalah menggunakan proses komunikasi
cultural, dengan memanfaatkan atau menggunakan media cerita dan ngendong. Bagi masyarakat
Dieng fenomena rambut gembel sering menjadi bahan cerita dimanapun dan kapanpun ,
terkadang menjadi obrolan yang menarik bagi mereka dengan menggunakan bahasa asli mereka.
Implikasi dari cerita dan obrolan tersebut yang menjadikan masyarakat dieng secara keseluruhan
mengerti akan makna ruwatan cukur rambut gembel. Bukan hanya mengerti tentang makna
dibalik Ruwatan Cukur Rambut Gembel saja tapi tata cara dan bagaimana harus menangani anak
berambut gembel harus mereka pahami pula.

Bagi mereka yang tidak mempunyai anak yang berambut gembel, tentu tata cara dan
bagaimana harus menangani anak gembel tidak terlalu dipelajari. Berbeda dengan keluarga yang
mempunyai anak berambut gembel, tata cara dan aturan mengenai rambut gembel tentu harus
dipelajari. Dalam hal ini tata cara aturan menenai rambut gembel dapat di pelajari dari tokoh-
tokoh pemangku adat dan sesepuh Desa lewat momen ngendong. Jadi ngendong bagi pemangku
adat disamping merupakan cara untuk mengkomunikasikan makna Ruwatan Cukur Rambut
Gembel, juga merupakan media pembelajaran bagi mereka yang memiliki anak berambut
gembel. Pemaknaan masyarakat Dieng terhadap ritual cukur rambut gembel tidak sertamerta
dilakukan oleh masyarakat atau lembaga cultural setempat, tapi melalui proses yang cukup
panjang bahkan mungkin juga telah “beruat syaraf” di kehidupan masyarakat Dieng.

Proses pemaknaan dan pola ini jelas membutuhkan interaksi masyarakat dengan kultural
lingkungannya. Karena itu beberapa aspek atau faktor yang ada dalam kehidupan masyarakat
Dieng sangat berperan. Makna yang timbul dimasyarakat bisa berawal dan diawali dari latar
budaya yang mereka miliki. Budaya Ruwatan Cukur Rambut Gembel yang hingga sekarang
masih dilakukan merupakan indikasi bahwa masyarakat Dieng yang masih memegang teguh
tradisi- tradisi nenek moyang mereka, meskipun seiring dengan berkembangnya jaman proses

10
dan tata caranya memengalami pergeseran namun esensi dari ruwatan tersebut tetap sama. Disisi
lain latar agama di masyarakat tidak tidak bertentangan dengan Ruwatan cukur rambut gembel.
Meskipun mayoritas agama di Dieng adalah islam akan tetapi Islam di Dieng masih tergolong
islam kejawen, yang justru masih kental dengan adat istiadat dan mitos- mitos serta kearifan
lokal. Selain itu tingkat pendidikan yang relatif rendah membentuk pola pikir masyarakat
cenderaung terpengaruh oleh kebudayaan yang ada. Dari hasil interaksi beberapa elemen yang
ada di masyarakat Dieng tersebut terciptalah makna Ruwatan Cukur Rambut Gembel sehingga di
sepakati untuk mengadakan kegiatan ritual, lewat upacara adat, setiap pemotongan rambut
Gembel. Keadaan tersebut menjadikan sebuah kelompok kultur masyarakat di Dieng.

Acara Ruwatan tidak dapat dipaksakan oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan
permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut “bebana” atau permintaan. Dari pengalaman
masa lalu sangatlah beragam bebana yang dimintanya, dan permintaan harus di penuhi, Sebab
kalau tidak dipenuhi rambut gembel yang telah dicukurnya akan tumbuh kembali dan kondisi
kesehatan akan terganggu, badan akan terasa panas dingin bahkan sampai ada yang mengigau
dan kejang-kejang. Hal tersebut senada dengan pernyataan Dedi Mulyana bahwa kepercayaan
secara umum dapat dipandang sebagai kemungkinan-kemungkinan subjektif yang diyakini
indifidu bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki karakteristik-karakteristik tertentu5

2.5 Proses Ruwatan

Ketika anak berambut gembel sudah mengajukan permintaan Bebono Bebono, menurut
masyarakat Dieng adalah Hadiah, kado, atau persembahan. Bebono adalah permintaan anak yang
berambut gembel yang tidak bisa dipengeruhi oleh orang tuanya maupun orang lain tapi murni
atas keinginan sendiri. Permintaan yang diajukan antara lain gula jawa satu karung, mukena, dan
permintaan lain yang tidak lazim. Tidak semua permintaan anak gembel dapat dipenuhi, salah
satu Diantara mereka yang permintaannya tidak terpenuhi adalah Muhammad, warga desa
Parikesit. Muhamad yang sudah berumur 29 tahun itu bebononya minta gajah putih. Muhammad
sudah pernah memotong gembelnya sendiri saat berumur 18 tahun. Seusai dipotong selang dua
hari Muhammad mengalami sakit menggigil dan kejang- kejang. Setelah satu minggu
Muhammad sembuh dan“gembel”nya tumbuh lagi. Meskipun demikian dalam pemotongan

5
Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya(Bandung;PT Remaja Rosda Karya,1986) hal . 26

11
rambut gimbal harus dengan Ritual Ruwatan yang melalui beberapa tahap dan menengunakan
beberapa persyaratan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat. Sebelum Ritual
diselenggarakan orang tua si gembel (panggilan untuk anak yang berambut gembel) akan
menentukan hari yang pas menurut kepercayaan mereka. Satu hari sebelum di adakannya
upacara tersebut keluarga si gembel akan sibuk mempersiapkan segala persyaratan yang harus
ada dalam ritual nanti, seperti mebeli dan membuat barang- barang untuk persyaratan sesaji
dalam Ritual, yaitu membuat tumpeng, ingkung ayam dan masakan-masakan lain layaknya orang
kajatan40 biasanya dalam memasak dibantu oleh tetangga dan sanak keluarga. Di samping itu
Jajan Pasar yaitu onde onde, cucur,wajik, ketan dan lain-lain juga sudah di persiapkan oleh
mereka. Sesaat sebelum mulainya prosesi ruwatan, segala macam sesaji harus sudah siap dan
dibawa ke Candi Arjuna, selain itu kepala anak gimbal di ikat dengan kain putih sampai
menutupi jidat mereka. Kemudian mereka dikirab (diarak) menyusuri perkampungan Dieng,
melewati Jalan Raya Dieng, lalu arak-arakan berakhir di pelataran Candi Arjuna. Para bocah
gimbal itu di arak dan diangkut dengan Dokar diiringi penari, pemusik, dan pemain barongsai.

Setelah kirab kemudian dilakukan pemandian di sumur Sendang Sedayu yang berlokasi
di komplek Candi Arjuna. Saat memasuki sumur Sendang Sedayu tersebut anak-anak gimbal
dilindungi payung Robyong dan kain panjang di sekitar Sendang Sedayu. Setelah selesai, anak-
anak gimbal tersebut dikawal menuju tempat pencukuran “komplek Candi Arjuna”. Sesajen
sudah lengkap tersedia di depan Candi Arjuna. Beberapa barang yang diminta oleh si anak
gembel juga tersedia. Saat upacara pencukuran dipersembahkan sesajian berupa kepala ayam,
tumpeng, jajan pasar, marmut, dan sesajian lainnya yang berasal dari hasil bumi sekitar Dataran
Tinggi Dieng dengan diiringi kesenian tradisional yang menghibur masyarakat. Sebelum
pemotongan terlebih dahulu dilakukan pembakaran kemenyan sembari sang Dukun membaca
Do’a, setelah itu kepala anak tersebut diasapi dengan kemenyan baru kemudian satu persatu
rambut gembel di potong. Pencukuran rambut gimbal ini dilakukan oleh siapa saja, tapi biasanya
yang memotong adalah orang tua si anak berambut gembel. Rambut yang telah di cukur lalu di
bungkus dengan kain putih. Berikutnya upacara akan dilakukan dengan menyerahkan benda atau
hal yang diminta si anak gimbal sebelumnya.

12
Para abdi upacara selanjutnya akan melarung ”menghanyutkan” potongan rambut gimbal
ke Telaga Warna yang mengalir ke Sungai Serayu dan berhilir ke Pantai Selatan di Samudera
Hindia. ` Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Dieng ini adalah memohon kepada Tuhan untuk
menghilangkan sukerto atau anak yang dicadangkan menjadi mangsa batara kala, dan
mengembalikan titipan Nyi Roro Kidul yang mengenai anak tersebut, disamping juga berharap
agar anak tersebut terbebas dari pengaruh kesaktian roh Kyai Kolodete. Untuk itu anak tersebut
harus diruwat dengan mencukur rambutnya yang gimbal. Simbol yang terdapat pada rambut
gembel adalah rambut gembel itu sendiri. Tidak ada daerah lain yang mempunyai symbol khas
rambut gembel.

Kepercayaan yang beredar di masyarakat, rambut gembel merupakan sebuah titipan dari
Laut Kidul. Bermula dari kisah Ki Kolodete dan Nini Roro Ronce, yang dipercaya sebagai
leluhur tanah Dieng. Mereka berdua adalah sosok yang melakukan babat Dieng atau yang
membuka hutan belantara yang kemudian menjadi Dieng sekarang ini.

2.6 Simbol Ruwatan Cukur Rambut Gembel

1 . Tumpeng Robyong

Tumpeng Robyong adalah tumpeng putih yang harus ada ketika Ritual Ruwatan Cukur Rambut
Gembel, bentuknya sama seperti tumpeng pada umumnya yaitu berbentuk kerucut, ditaruh diatas
tampah di ujung atas tumpeng terdapat telur ayam utuh. Bawang merah utuh,cabai merah, aneka
buah seperti tomat, salak, dan apel semuanya ditusuk seperti satai menggunakan bilah dari
bambu atau sujen tertancap melingkar di sekelilingnya. Makna Tumpeng robyong Menurut
masyarakat Dieng adalah Bahwa hidup ini senantiasa dikelilingi berbagai sifat-sifat kehidupan
siluman, agar lepas dari gangguan itu harus dibuat sesaji agar terlepas dari cengkeraman siluman
dan kembali berkembang secara wajar.

2 . Jajan Pasar

Jajan pasar adalah berbagai jenis makanan kecil yang biasa dijual di pasar-pasar. Namun
menurut warga Dieng jajan pasar adalah, seperti jenang, onde- onde, dan apem. Makna dari Jajan
Pasar adalah diharapkan setelah diruwat bias lebih dewasa tidak lagi seperti anak kecil, tetapi
dapat hidup mandiri dapat menjadi panutan atau menjadi teladan.

13
3 . Bakaran Menyan

Saat prosesi ruwatan tepatnya sebelum membaca doa menyan dibakar, ketika menyan dibakar
pasti mengeluarkan asap. Asap larinya pasti keatas, jadi pembakaran dupa bermaksud agar doa
yang di minta bisa sampai kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

4 . Larungan Rambut Gembel

Larungan adalah pembuangan rambut gembel kesungai serayu yang ada di Dieng, sungai
tersebut mengalir sampai laut selatan. Pelarungan potongan rambut gimbal ke sungai
menyimbolkan pengembalian bala (kesialan) yang dibawa si anak kepada para dewa dan Nyi
Roro Kidul. Ada kepercayaan bahwa anak-anak gimbal ini ditunggui jin dan pemotongan rambut
tersebut akan mengusir jin keluar dari tubuhnya sehingga segala bala akan hilang dan rezeki pun
dating.

2.7 Jenis-Jenis Anak Gembel

Anak Gembel Dieng tidak hanya satu jenis tetapi ada berbagai jenis :

1 . Gembel pari, yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil-
kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari jenis rambut lurus dan tipis,

2 . Gembel pare, yaitu corak gembel yang merupakan kumpulan rambut gembel yang besar-besar
tetapi tidak lekat menjadi satu, seperti gembel buatan anak rasta, Jenis ini berasal dari rambut
lurus dan tebal. yang berbentuk panjang dan menyerupai buah pare,

3 . Gembel wedhus, yaitu model gembel yang merupakan kumpulan rambut besar-besar menjadi
satu menyerupai bulu domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak/kriting.

14
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian desriptif dengan pendekatan


kualitatif . Penelitian deskriptif hanyallah memaparkan situasi dan fenomena yang ada .
Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi6.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam kelompok


komunitas tertentu ,aktifitas kegiatan sifat,pandangan serta proses yang serta berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena yang terjadi. Penelitian ini berusaha menemukan berbagai factor
yang mempengaruhi suatu kejadian atau objek yang didalamnya terdapat upaya deskripsi ,
pencatatan dan analisis.

Metode kualittif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif


berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang di amati . Penelitian
kualitatif ini juga merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak pat
dicapai dengan menggunakan prosedur statistic atau cara kuantifikasi lainnya7

Kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi dilapangan . Riset yang


dilakukan bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya , riset ini tidak
mengutamakan besarnya populasi atau samplingnya sangat terbatas . Jikla suatu data yang
terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteiti , maka tidak perlu
mencari sampling lainnya ,yang hanya ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) ddata
bukan banyaknya (kuantitas) data .

Pendekatan Kualitatif adalah penelitian dengan menganalisis data yang tidak berbentuk angka ,
tetapi berbentuk pemaparan dengan menggambarkan suatu hal dengan tidak menggunakan

6
Jalaludin rakhmat ,metode penelitian komunikasi.bandung:PT Remaja Rosdakarya.1999 hal 24
7
Lexy Meleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif , bandung : Remaja Rosdakarya 2005 : 3

15
angka. Pengumpulan data kualitatif,dapat dilakukan dengan cara wawancara mendalam, Focus
Group Discussion atau Observasi8

Penelitian kualitatif sendiri diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan


penghitungan pada angka atau kuantitas . Penelitian kualitatif , menurut Bodgan dan Taylor
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati9. Menurut mereka , pendekatan ini
diarahkan pada latar dan induvidu tersebut secara holistic (utuh) . Jadi,dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi induvidu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis , tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan10. Penelitian kualitatif mengarahkan pada
pemahaman yang lebih luas pada makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dalam
pola-pola amatan dari factor-faktor yang berhubungan.Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara empiric dari objek penelitian berdasarkan data
yang diperoleh dari wawancara mendalam (indeph interview) ,observasi, maupun informasi
pendukung lainnya yang ada di Dieng Wonosobo .

3.2 Metode Penelitian

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi yang berupaya
mengungkapkan kebudayaan masyarakat Dieng Wonosobo melalui budayanya. Idrus (2009:59-
60) menyatakan bahwa etnografi merupakan salah satu istilah yang merujuk pada penelitian
kualitatif. Etnografi diartikan sebagai usaha mendeskripsikan kebudayaan dan aspek-aspeknya
dengan mempertimbangkan latar belakang permasalahan secara menyeluruh. Budaya merupakan
“pengetahuan diperoleh manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dan mengenerelisasikan
perilaku” . Konsep ini menyatakan bahwa budaya mencangkup apa yang dilakukan oleh manusia
,apa saja yang diketahui manusia , dan segala sesuatu yang diuat dan digunakan manusia11.
Etnografi sebagai bentuk penelitian memiliki beberapa karakteristik, yaitu selalu menekankan
pada penggalian alamiah fenomena sosial yang khusus; memiliki data yang terstruktur;
rancangan penelitiannya bersifat terbuka; dalam melakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai

8
Drs.Jalaludin Rakhmat.M.sc.metode penelitian komunikasi,rosda karya 2004 hal ; 24-25
9
Ibid 37
10
Lexy Meleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif , bandung : Remaja Rosdakarya ,bandung 2007
11
Alsa ,Asmadi 2003 Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi
Yogyakarta :pustaka belajar

16
instrumen yang berupaya menggali data yang dibutuhkan terkait dengan fokus penelitian; kasus
yang diteliti cenderung sedikit atau bahkan hanya satu kasus yang kemudian dikaji secara 46
mendalam; analisis data tentang makna dan fungsi perilaku manusia ditafsirkan secara eksplisit
dalam bentuk deskripsi dan penjelasan verbal; etnografi tidak menggunakan analisis statistik
namun tidak berarti menolak data yang berupa angkaangka. Penelitian ini menggunakan metode
etnografi untuk mengungkapkan fakta kebudayaan masyarakat Traji melalui bahasanya.
Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu momen kebudayaan yaitu tradisi
suran yang akan dikaji secara mendalam. Adapun fakta dalam penelitian ini adalah satuan lingual
yang terkandung dalam tradisi suran yang dilaksanakan oleh masyarakat Dieng Wonosobo
melauli budayanya. Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode
etnografi yang dikemukan oleh Spradley (2007) yang disebut analisis maju bertahap, di mana
analisis data dilakukan sejak tahap pengumpulan data dan secara bertahap terus dilakukan hingga
akhir peneltian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh peneliti, hal ini karena dalam
penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil penelitian yang sempurna yang dapat melaporkan
kebudayaan di wilayah penelitiannya secara utuh dan menyeluruh

3.3 Tenik Pengumpulan Data

3.3.1 Data Premier

Data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti agar memperoleh informasi
secara menyeluruh, tepat , dan benar .

a. Wawancara Mendalam
Penulis dapatkan dari wawancara mendalam dengan objek atau informan adalah salah
satu cara untuk mendapatkaninformasi yang mendalam mengenai sesuatu yang ingin
diteliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara.Penulis berusaha untuk menggali
pengalaman informan, pengetahuan,persepsi dan asumsi terhadap suatu fenomena yang
penulis ajukan sesuai dengan latar belakang dan pengalaman empiris dari para informan
yang pada akhirnya akan memberi dampak pada informasi-informasi yang diberikan
mengenai fenomena yang penulis ajukan.

17
Penelitian ini penulis buat berdasarkan metode studi kasus,yang mengharuskan
peneliti memilih informan yang tepat dan kompeten untuk memberikan informasi yang
mendalam mengenai subjek penelitian.
b. Observasi
Suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja di adakan dengan
menggunakan alat indera terutama mata , terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung

3.3.2 Data Sekunder

Penulisan pengumpulan referensi dari materi-materi perkuliahan. Buku-buku yang


berkaitan dengan penelitian dan data-data yang dibutuhkan mengenai dunia jusnalistik
dari berbagai sumber.

3.4 Definisi Konsep dan Fokus Penelitian

Konsep adalah istilah yang mendeskripsikn sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan
menggenerelisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengalaman .
Mungkin mengartikan konsep sebagai generilisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang
dapat dipakai untuk menggambarakan berbagai enomena yang sama.12

3.4.1 Definisi Konsep

Untuk memudahkan penelitian ke tahap yang lebih lanjut peneliti menjelaskan konsep -
konsep dalam penelitian ini . Komunikasi secara etimologis menurut Wibur Scharmm
berasal daribahas latin “commonicatio” (pemberitahuan,pemberiaan
bagian,pertukaran,ikut ambil bagian ,pergaualan,persatuan,peran serta kerjasama . asal
kata “communis” berarti “common”(bersfat umum),sama atau bersama-sema) .
sedangkan kata kerjanya “communicare” yang berarti berdialog ,berunding atau
bermusyawarah . jadi komunkasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai
suatu pesan yang diasampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.13

12
Rachmat Kriyanto ,S.sos,M,Si “Teknik Praktis Riset Komunkasi”Kencana Prenada Media Group :Jakarta 2006
(hal17)
13
Rosmawaty H.P.S,sos M.T,mengenal ilmu komunikasi (metacomunication Ubiquitos) Jakarta :Widya Padjajaran :
2010 :14

18
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.14

Anak Gembel dieng adalah anak-anak berambut gimbal yang merupakan


karunia/anugerah dari para dewa, bukan musibah atau kutukan, sehingga mereka akan
merasa bersyukur jika salah satu anak atau anggota keluarga mereka mempunyai rambut
gimbal..

3.4.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini wawancara mendalam kepada para informan yang terlibat langsung .
Para informan merupakan anak gembel di daerah dieng . Wawancara mendalam yang
dilakukan memerhatikan bukan hanya jawabanverbal informan, tetapi juga observasi
yang panjang mengenai respon-respon non verbal informan .

3.5 Teknik Analisis Data

Proses analisis dalam metode observasi sama dengan metode kualitatif lainnya seperti
wawancara mendalam atau FKG (Focus Group Discussion) maupun dokumen-dokumen . semua
data yang dianalisis secara kualitatif kemudian diberi makna , metode yang digunakan adalah
observasi non partisipan yakni observasi dimana periset hanya dbertindak mengobservasi tanpa
ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diriset baik kehadirannya
diketahui atau tidak , oleh para informan.

14
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya

19

Anda mungkin juga menyukai