Praktikum Blok 8 2013 Revisi MEI 13
Praktikum Blok 8 2013 Revisi MEI 13
BIOKIMIA
(UNTUK MAHASISWA KEDOKTERAN UMUM)
BLOK 8
Oleh
TEAM BAGIAN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
1
PRAKTIKUM URIN
PENGANTAR
2
minum air banyak , pituirin lebih sedikit dikeluarkan dan terjadilah
diuresis air.
Bila sistet pembuluh darah kurang terisi, misalnya ada kegagalan
kemuka (forward failure), ginjal menahan air dan NaCl, sehingga
volume darah diperbesar. Pada waktu peredaran darah telah baik
kembali, ginjal melepas kembali air dan NaCl yang ditahan. Kejadian
ini tidak hanya dijumpai pada kekurangan pengisian yang mutlak,
namun juga pada kekurangan pengisian relatif. Yaitu bila pengisian
system pembuluh darah yang membesar tidak mencukupi untuk
keperluan peredaran darah yang meningkat. Ini disebut pengaturan
volume. Juga dibawah pengaruh hormon suprarenalis, air dan NaCl
ditahan.
Pengeluaran bahan-bahan kebanyakan boleh dikata tidak tergantung
dari diuresis contoh : seseorang mengeluarkan setiap jam 25 ml urine
dengan kadar protein 10%. Sesudah minum air terjadilah diuresis air
dan urin jernih banyak dikeluarkan dengan berat jenis rendah, dalam
urin ini kadar protein akan turun sampai 0,5%, karena pengeluaran
protein per jam tetap misalnya dalam contoh ini ¼ gram.
Untuk memperoleh ihtisar yang baik mengenai banyaknya
pengeluaran bahan lewat urin, perlu diketahui lewat peiode waktu
ginjal membentuk urin yang diperiksa. Karena umumnya periode
waktu tersebut tidak diketahui, maka dapatlah dipedomani berat jenis
urin. Reaksi urobilin positif lemah pada berat jenis urin 1,030
menunjukkan pengeluaran urobilin sedikit dan dipandang normal.
Namun pada berat jenis 1,003 hal ini menunjukkan pengeluaran
urobilin yang banyak dan menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu atau pemecahan darah yang meningkat.
Pengeluaran hasil-hasil pemecahan rupanya sepanjang hari konstan.
Hal ini berlaku untuk kreatinin, sepanjang kadarnya dalam darah
konstan, yang boleh dikata konstan hanyalah kreatinin, lain bahan
seperti glukosa, protein, kalsium dan fosfor menunjukkan irama pada
siang hari, pada malam hari pengeluaran bahan-bahan tersebut lebih
sedikit dari pada siang hari, rupanya dalah fungsi tubulus. Oleh karena
ini kita dapat tidur nyenyak, tetapi tidak pada semua orang dewasa
irama tersebut nyata, dan pada gangguan peredaran, pada perubahan
sikap berdiri ke sikap tidur, irama ini udah kacau.
Ginjal yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut terdapa dibagian
belakan dinding perut daerah pinggang. Terdapat dua buah ginjal yang
berbentuk bagai buah kacang dengan berat kurang lebih 300 gram,
dengan pembuluh-pembuluh darah besar. Kurang lebih 25% darah yang
dipompa jantung melewati ginjal, jadi kurang lebih 1,2 liter per menit.
Pada masing-masing ginjal terdadat berjuta-juta nefron, disini darah
disaring dengan tekanan tinggi dalam glomerulus, setiap hari kurang
3
lebih 175 liter cairan disaring melewati glomerulus dan filtratnya
masuk ke tubulus. Tubulus adalah pembuluh-pembuluh berkelok-kelok
yang bermuara pada piala ginjal. Dalam tubuli terjadi absorbsi kembali
secara aktif semua bahan dari filtrat glomerulus mempunyai komposisi
sama dengan cairan intertisial, yaitu tanpa protein plasma, namun ada
ion koloid sepanjang bahan ini tidak terikat protein plasma.
Misalkan kadar gula darah 100 mg% dan kadar rata-rata ureum
darah 300 mg/liter, pada penyaringan 175 liter cairan, maka lewat
glomeruli akan disaring 175 gram glukosa dan 52,5 gram ureum. Bila
setiap hari dikeluarkan rata-rata 1,5 liter urin tanpa glukosa dengan 20
gram ureum, maka dari tubuli diserap kembali atau berpindah secara
difusi 175 gram glukosa dan 32,5 gram ureum.
4
3 – 4 porsi selama 24 jam
3. Untuk semua penetapan kuantitatif hanya urin yang dikumpulkan
dalam 24 jam
Yang digunakan, dan sampel diambil dari kumpulan ini. Hanya
untuk metabolit-metabolit yang oleh ginjal di ekskresi dalam
jumlah yang boleh dikatakan tetap selama 24 jam dapat diambil
sebagai sample.
Contoh urin dalam waktu yang pendek
PENYIMPANAN URIN
Pada suhu urin merupakan medium biakan yang bagus bagi bakteri.
Setiap contoh urin sering mengandung beberapa bakteri dari vagina,
preputium, maupun mulut uretra. Sesudah beberapa jam, komposisi
urin berubah karena pertumbuhan bakteri, kecuali bila urin langsung
sesudah dikeluarkan disimpan dalam lemari es. Juga dapat ditambah
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan :
1. Asam badan jenuh 1 ml dalam 10 ml urin
2. Toluol : 1 ml per liter urin
3. Timol : 100mg per liter urin
4. Raksa oksida : 100 mg per liter urin
5
1. Penentuan Berat Jenis Urin
Dasar:
Jumlah zat padat total dalam urin ditentukan oleh volume dan berat
jenisnya
Bahan dan alat :
1. Urin normal 24 jam
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Urinometer/urometer
5. Termometer
6. Botol timbang
Cara kerja :
Cara A.
1. Tetapkan vulume (ml) urin memakai gelas ukur (pengawet
toluene yang ada dipermukaan disisihkan dengan memakai pipet
tetes)
2. Catatlah suhu tera urinometer dan tetapkan suhu urin
3. Isi gelas ukur dengan urin 25 – 50 ml , masukkan urinometer,
letakkan sedemikian rupa urinometer sehingga tidak menyentuh
dinding gelas ukur dan catatlah berat jenis urin pada permukaan
urin pada urinometer
4. Apabila suhu urin tidak sama dengan suhu tera , tambahkan
0,001 untuk setiap 3 derajat dibawah suhu tera.
5. Simpanlah urin kembali dengan memakai pengawet toluene.
Cara B.
1. Mula-mula pipet 1 – 5 ml air suling dalam botol timbang dan
timbang beratnya.
2. Pipet dengan pipet yang sama 1 – 5 ml urin dan masukkan botol
timbang dan timbang beratnya.
3. Berat urin dibagi berat air suling yang sama, adalah berat jenis
urin.
6
Untuk mengukur derajat keasaman urin dapat digunakan kertas
lakmus yang mempunyai daerah perubahan warna antara pH 5,4 sampai
pH 7,8. Disini digunakan urin segar sebab bila disimpan pH dapat naik.
Pengukuran derajat keasaman biasanya cukup dengan cara diatas sebab
derajat keasaman urin tergantung faktor-faktor yang kerang penting seperti
pangan yang dikonsumsi.
Pengukuran derajat keasaman menjadi penting pada keadaan berikut ini :
1. Batu ginjal, pemeriksaan pH urin berulang – ulang penting untuk
mendapatkan ihtisar mengenai difat batu , dan dengan demikian
dpat diatur diet yang dianjurkan pada pasien
2. Pada pengobatan infeksi saluran kencing, dengan diet berganti pH
3. Pada keadaan asidosis berat, pH dikendalikan setelah pemberian
bikarbonat
4. Pada pengobatan seri obat sulfa, harus diberikan bikarbonat banyak,
bila urin asam harus diberikan bikarbonat lebih banyak.
3.Uji Obermeyer
Cara kerja
1. Masukkan dalam tabung reaksi 4 ml urin
2. Tambahkan 4 ml pereaksi Obermeyer, diamkan beberapa menit
3. Tambahkan 1,5 ml kloroform, campur dengan membalik-balik
tabung 10 X (jangan dikocok)dapat terjadi emulsi. Kloroform akan
mengekstraksi biru indigo
7
Tujuan : Menetapkan kadar gula urin secara semikuantitatif
Dasar :
Gula mereduksi yaitu gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas, senyawa ini akan merduksi ion kupri menjadi kuprooksida yang
tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk
sesuai dengan kadar gula yang terdapat dalam urin.
Cara kerja :
1. Campurlah dalam tabung reaksi 2,5 ml larutan Benedict dan 4 tetes
urin
2. Panaskan dalam tangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan
langsung hingga mendidih selama 2 menit
3. Dinginkan perlahan-lahan
4. Perhatikan endapan yang terbentuk
5. Simpulkan sesuai table berikut
Warna Penilaian Konsentrasi gula
Biru/hijau keruh - -
Hijau/hijau kekuningan +1 kurang dari 0,5%
Kuning kehijauan/kuning +2 0,5 – 1,0 %
Jingga +3 1,0 – 2,0 %
Merah +4 lebih dari 2,0 %
8
5. Uji Protein Urin Menurut Heller
Dasar : Protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam nitrat yang
tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan
Cara kerja :
1. Alirkan dari buret 1,5 ml asam nitrat pekat perlahan-lahan kedalam
tabung reaksi
2. Dengan memakai pipet Mohr, pelan-pelan tambahkan 1,5 ml urin
normal atau patologis melalui dinding tabung sehingga kedua cairan
tidak bercampur
3. Perhatikan cincin putih yang terjadi antara dua lapisan ( hasil diparaf
dosen /pengawas praktikum )
Catatan :
Urea asam urat dan garamnya dapat menghasilkan cincin putih, tetapi hal
ini dapat dibedakan dengan memakai urin yang telah diencerkan 3 – 4 X
sehingga pengaruh ini dapat dihilangkan.
Dasar :
Terbentuknya warna ungu permanganat menyatakan adanya zat-zat keton.
Warna coklat yang terbentuk bukan berarti positif.
Metode :
- Bubuhkan kristal amonium sulfat pada 2,5 ml urin sampai
jenuh.
- Tambahkan 2-3 tetes Na-Nitroprusida 5 % dan tambahkan
1 ml amoniak pekat
- Campur dan biarkan setengah jam.
9
ENZIM
TEORI :
Penggolongan enzim :
10
Kespesifikan enzim dibedakan dalam : kespesifikan optik dan gugus
Kespesifikan optik tampak pada enzim yang bekerja pada karbohidrat dan
misal hanya bekerja terhadap isomer D bukan L, juga bila di asam amino
dan protein misal hanya bekerja pada isomer amino L bukan isomer D.
Kespesifikan gugus, hanya pada gugus tertentu misal enzim alcohol
dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis reaksi dehidrogenase pada
senyawa bukan alcohol.
Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim namun enzim
tidak dapat bekerja. Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energi
kinetik enzim dan meningkatkan frekuensi benturan antar molekul enzim
dan substrat dan pada suhu tertentu akan mencapai kecepatan reaksi
maksimum, bila suhu ditingkatkan terus maka jumlah enzim yang aktif akan
berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik
berlangsung maksimal pada suhu optimum. Enzim pada suhu 37 o C
optimum dalam tubuh manusia . Sebagian besar enzim tidak aktif pada
pemanasan sampai 60o C karena mengalami denaturasi.
Pengaruh pH :
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Bila dilakukan pengukuran
aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan maka sebagian
besar enzim akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 – 9,0.
Kecepatan reaksi enzimatik berlangsung maksimal pada pH optimum.
Ada enzim yang mempunyai pH optimum sangat rendah yaitu pepsin, pH
optimum pepsin adalah 2. Pada pH yang jauh diluar pH optimum enzim
akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun
substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan
enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.
11
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat
membentuk komplek enzim –substrat (ES) kemudian komplek ini akan
terurai menjadi enzim (E) dan produk (P) makin banyak komplek (ES)
terbentuk makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan (ES).
Pada konsentrasi substrat (S) melampaui batas kejenuhan kecepatan
reaksi akan konstan, dalam keadaan ini seluruh enzim sudah berada dalam
bentuk komplek (ES) artinya penambahan jumlah (S) tidak menambah
jumlah (ES).
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Siapkan penangas air dengan suhu 37 o C letakkan kedalamnya
sebuah tabung reaksi berisi 15 ml susu
2. Selain itu letakkan juga didalamnya 3 tabung reaksi masing-masing
berisi 1, 0 ml enzim protease, 0,5 ml enzim protease + 0,5 ml air ,
0,25 ml enzim protease +, 0,75 ml air
3. Setelah di inkubasi selama 5 menit pipetkan masing-masing 5 ml
susu hangat ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi enzim protease
diatas
4. Lakukan satu demi satu jangan serentak, campurkan isi tabung
dengan baik dan cepat, amati penggumpalan susu dalam hitungan
detik dari tiap-tiap tabung.
12
2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap
Kecepatan Reaksi
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering, masukkan kedalamnya
pada tabung pertama 5 ml susu, tabung kedua 4 ml susu + 1 ml air,
tabung ketiga 3 ml susu dan 2 ml air. Siapkan juga I tabung reaksi
berisi 3 ml enzim.
2. Letakkan keempat tabung dalam penangas air 37 o C selama 5
menit.
3. Pipetkan 1 ml larutan enzim kedalam masing-masing tabung diatas
dan amati waktu penggumpalan susu pada tiap tabung, lakukan satu
persatu jangan serentak.
4. Catatlah waktu yang diperlukan untuk penggumpalan susu dalam
hitungan detik.
13
Pemeriksaan Batu Traktus Urinarius
14
Tujuan :
Bahan :
- Batu
- HNO3 pekat
- Amoniak
- HCl 10 %
- Amonium molibdat
Metode :
15
Praktikum Metabolisme Karbohidrat
Fermentation:
Anaerobic organisms lack a respiratory chain.
They must reoxidize NADH produced in Glycolysis through some other reaction,
because NAD+ is needed for the Glyceraldehyde-3-phosphate Dehydrogenase
reaction.
Usually NADH is reoxidized as pyruvate is converted to a more reduced
compound.
The complete pathway, including Glycolysis and the reoxidation of NADH, is
called
fermentation.
E.g., Lactate Dehydrogenase catalyzes reduction of the keto in pyruvate to a
hydroxyl, yielding lactate, as NADH is oxidized to NAD+.
Lactate, in addition to being an end-product of fermentation, serves as a mobile
form of nutrient energy, & possibly as a signal molecule in mammalian organisms.
Cell membranes contain carrier proteins that facilitate transport of lactate.
Skeletal muscles ferment glucose to lactate during exercise, when the exertion is
brief and intense.
Lactate released to the blood may be taken up by other tissues, or by skeletal
muscle after exercise, and converted via Lactate Dehydrogenase back to pyruvate,
which may be oxidized in Krebs Cycle or (in liver) converted to back to glucose via
gluconeogenesis
Lactate serves as a fuel source for cardiac muscle as well as brain neurons.
Astrocytes, which surround and protect neurons in the brain, ferment glucose to
lactate and release it.
Lactate taken up by adjacent neurons is converted to pyruvate that is oxidized via
Krebs Cycle.
Some anaerobic organisms metabolize pyruvate to ethanol, which is excreted as a
waste product.
NADH is converted to NAD+ in the reaction catalyzed by Alcohol Dehydrogenase.
Glycolysis, omitting H+:
glucose + 2 NAD+ + 2 ADP + 2 Pi
2 pyruvate + 2 NADH + 2 ATP
Fermentation, from glucose to lactate:
glucose + 2 ADP + 2 Pi 2 lactate + 2 ATP
Anaerobic catabolism of glucose yields only 2 “high energy” bonds of ATP
Tujuan
16
1. Mempelajari proses glikolisis di dalam sel ragi dengan
mengukur kadar glukosa yang tersisa dan kolom CO 2 yang
dihasilkan.
2. Mempelajari pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis sel
ragi.
Bahan dan Alat
1. Tabung peragian
2. Suspensi ragi
3. Larutan glukosa 2%
4. Inhibitor proses glikolisis: larutan fluoride dan larutan
arsenat
5. Spektrofotometer
Metode
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 :kontrol positif
Tabung 2 :kontrol negatif
Tabung 3 :pengaruh inhibitor fluorida
Tabung 4 :pengaruh inhibitor arsenat
17
c. Pipetkan ke dalam tabung Folin-Wu:
Standar Uji (duplo)
Larutan Blangko
1 2 K(+) K(-) F A
Filtrat bebas protein (mL) - - - 2 2 2 2
Standar glukosa 0.1 mg/dl (mL) - 2 2 - - - -
Akuades (mL) 2 - - - - - -
Pereaksi Cu2O (mL) 2 2 2 2 2 2 2
18
5. Inhibitor proses glikolisis: larutan fluoride dan larutan
arsenat
Metode
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung1 :kontrol positif
Tabung2 :kontrol negatif
Tabung3 :pengaruh inhibitor fluorida
Tabung4 :pengaruh inhibitor arsenat
19
1. Pipetkan 7 mL akuades ke dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
kering.
2. Tambahkan 1 mL darah, goyang labu dengan perlahan-lahan agar
terjadi hemolisis lengkap.
3. Tambahkan 1 mL larutan Na-tungstat 10%, campur dengan
menggoyang labu.
4. Tambahkan 1 mL larutan (H2SO4) 2/3 N secara tetes demi tetes
sambil terus menggoyang labu. Tidak boleh terbentuk gelembung-
gelembung.
5. Tutup labu Erlenmeyer, goyangkan labu dan diamkan 10 menit.
Campuran akan berwarna coklat.
6. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrat jernih yang
keluar ditampung untuk pemeriksaan kadar glukosa.
7. Lakukan penetapan kadar glukosa dengan metoda Folin-Wu
20
Akuades (mL) 2 - - - - - -
Pereaksi Cu2O (mL) 2 2 2 2 2 2 2
21
PRAKTIKUM OKSIDASI BIOLOGI
1. Uji Schardinger
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Siapkan 2 tabung reaksi, satu tabung di isi 5 ml susu segar, tabung
kedua di isi 5 ml susu pasteurisasi
22
2. Kemudian tambahkan berturut-turut 1 ml biru metilen dan 1 ml formal
dehide pada masing-masing tabung.
3. Campur dengan baik dan masukkan penangas air suhu 60 – 65 oC
4. Cata apa yang terjadi
Pertanyaan :
1. Tulis reaksi dehidrogenasi formal dehide menjadi asam format
2. Mengapa susu pasteurisasi memberi uji Schardinger berbeda
2.Uji Peroksidase
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Campur 2 ml susu segar dengan 8 ml air suling, bagilah dalam 2
tabung
2. Panaskan tabung pertama sampai mendidih dan dinginkan.
3. Teteskan 5 – 10 tetes KmnO4 dalam tiap tabung.
4. Tambahkan 2 –3 tetes H2O2 ke dalam tiap tabung
5. Perhatikan apa yang terlihat.
Soal :
1. Apa perbedaan susu yang dipanaskan dan susu segar ?
Tujuan :
Membuktikan adanya enzim amylase dalam pencernaan saliva
23
Dasar :
Amilase akan mencerna amilum menjadi amilosa, amilopektin dan glukosa
Amilum + I2 biru
Amilosa + I2 biru
Amilopektin + I2 merah
Glukosa + I2 ungu (warna I2 tidak berubah)
Cara :
1. Ambil 2 ml larutan amilum dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 0,5 ml saliva, campur homogen (dikocok perlahan)
3. Inkubasikan 37oC pada water bath
4. Setiap menit tetesi larutan iodium, tetap diatas water bath sambil
dikocok
5. Amati pada menit ke berapa warna iodium tidak berubah
Soal Apa beda rumus molekul amilum, amilosa, amilopektin dan glukosa
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Siapkan 2 gelas kimia, masing – masing diberi potongan pisang/apel
24
2. Tambahkan air 5 ml pada gelas kimia kesatu
3. Tambahkan 5 ml larutan asam askorbat pada gelas kimia kedua
4. Biarkan dalam beberapa menit
5. Amati perubahan warnanya dan catat waktunya
Pertanyaan :
Mengapa vitamin C berperan sebagai antioksidan dan bagaimana reaksi
kimianya?
PERCOBAAN LIPID
Sasaran Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum metabolisme, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mengidentifikasi sterol (seperti kolesterol)
2. Menidentifikasi daya larut lipid dalam berbagai pelarut organik
3. Mengidentifikasi zat keton
TEORI
Lipid adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan
dengan asam lemak, secara aktual maupun potensial.
Sifat-sifat lipid :
- Relatif tidak larut dalam air
- Larut dalam pelarut non polar
Karena sifat pelarut nion polar yang mudah menguap dan mudah
terbakar, maka ruangan khusus bebas dari api (percobaan yang
memakai pelarut-pelarut non polar segera dikerjakan sebelum
percobaan lain yang memakai api) dan bekas pelarut harus dibuang
pada tempat khusus !
1. Reaksi Salkowski
Tujuan :
Identifikasi sterol tidak jenuh (seperti kolesterol)
Dasar :
Reaksi dehidrasi dan oksidasi sterol tidak jenuh oleh H 2SO4 pekat
dan diikuti oleh reaksi warna. Percobaan ini memerlukan alat-alat
yang benar-benar kering.
Bahan :
- Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
- Larutan H2SO4 pekat
Metode :
25
- 1 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur
secara hati-hati dengan 1 ml H2SO4 pekat.
- Setelah kedua lapisan cairan berpisah lagi akan timbul
berturut-turut warna merah, biru dan ungu dalam lapisan
kloroform. Selain itu dalam lapisan asam akan tampak
flouresensi berwarna kuning.
Dasar :
Reaksi ini belum diketahui reaksi kimianya. Kecepatan terbentuknya
warna berlainan untuk macam-macam sterol. Sterol tidak jenuh
reaksinya lebih cepat daripada yang jenuh. Percobaaan ini hanya
dapat dilakukan dengan alat-alat yang benar-benar kering. Warna
yang timbul cepat berubah menjadi biru lalu biru kehijauan.
Bahan :
- Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
- Larutan asam asetat anhidrida
- Larutan H2SO4 pekat
Metode :
- 2 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur
dengan 10 tetes asam asetat anhidrida.
- Ke dalam campuran ini ditambahkan 2-3 tetea asam sulfat
pekat.
- Kocoklah dengan hati-hati dan perhatikan warna-warna yang
timbul karena warnanya tidak tetap.
Dasar :
Sejumlah kecil lipid dilarutkan dalam beberapa pelarut organik.
Derajat kelarutan dapat dilihat secara langsung. Apabila kurang
jelas, larutan dapat diuapkan perlahan-lahan dengan penangas air
(atau disaring dengan kertas saring kering). Jumlah residu
menunjukkan jumlah zat yang larut dalam larutan yang diperiksa.
Bahan :
- Minyak kelapa
- Air
- Larutan H2SO4 encer
- Larutan Na2CO3 0,5%
- Larutan alkohol dingin
26
- Larutan alkohol panas
- Larutan bensin
- Larutan kloroform
- Larutan eter
Metode :
1. Masukkan 20 tetes minyak kelapa ke dalam 3 ml air dalam
tabung reaksi lalu dikocok. Perhatikan emulsi yang terbentuk.
2. Tambahkan 1 ml larutan Na2CO3 0,5% dan kocok lagi. Perhatikan
pengaruhnya terhadap kestabilan emulsi.
3. Lakukan poin (1) terhadap larutan H 2SO4 encer, alkohol dingin,
alkohol panas, bensin, kloroform dan eter.
PERCOBAAN PROTEIN
Protein
A major component of foods. It is digested firstly in the stomach, and then in the duodenum to
dipeptides and amino acid.
Absorbed using symport active transport with sodium.
Stored in liver and muscles
Protein synthesis -The synthesis of new proteins is very important during growth. In adults new
protein synthesis is directed towards replacement of proteins as they are constantly turned over.
synthesis of a variety of other compounds - Examples of compounds synthesized from amino
acids include purines and pyrimidines (components of nucleotides), catecholamines (adrenaline
and noradrenalin) & neurotransmitters (serotonin)
as a biological fuel - About 10% of energy production in humans is from amino acids
The first step in amino acid catabolism is the removal of the nitrogen (the amino group).
Once the amino groups have all been "collected" in the form of the one amino acid, glutamate,
this amino acid has its amino group removed (termed "oxidative deamination"). This reaction
reforms alpha-ketoglutarate with the other product being ammonia (NH4 +).
Ammonia is toxic to the nervous system and its accumulation rapidly causes death. Therefore it
must be detoxified to a form which can be readily removed from the body. Ammonia is
converted to urea, which is water soluble and is readily excreted via the kidneys in urine
Cara I : Denaturasi
=========================================================
Penambahan (ml) Protein denaturasi
----------------------------------------------------------------------------------------------------
1 2 3 4 5
(blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Protein 1% -- 2 2 2 2
Akuadest 2 -- -- -- --
o
Pemanasan( C) 10 menit 37 37 40 50 60
27
Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O , kemudian
baca absorbansinya (serapannya) pada 550 nm
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Serapan pada 550 nm …. …. … … …
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara II : Peptidase
=========================================================
Penambahan (ml) Protein Peptidase
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Tabung reaksi 1 2 3 4
(blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Protein 1% -- 2 2 2
Akuadest 2 1 -- --
Peptidase -- -- 1 1
Masukkan inkubator 37oC 10 menit
Sentrifigasi 5000 rpm 2 menit
Ambil supernatan(bagian atas)
Perekasi Tembaga 0,5 0,5 0,5 0,5
(Biuret kuantitatif)
Kadar tabung 2 = 1%
28
29
PRAKTIKUM DARAH
KUALITATIF
TEORI :
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cair, yang beredar dalam
system pembuluh darah. Jumlah darah didalam tubuh kira-kira 5 – 7 % dari
30
berat badan atau pada orang dewasa kira-kira 4,5 – 5 liter. Darah terdiri
dari berbagai sel seperti eritrosit atau sel darah merah (SDM) , sel darah
putih (lekosit) dan trombosit. Eritrosit adalah sel yang terbanyak didalam
darah, jumlahnya mencapai 5 juta butir/ ml , trombosit jumlahnya 250.000 –
400.000 butir/ml dan lekosit 5.000 – 10.000 /ml . Fungsi ketiga macam sel
ini berbeda. Sel darah merah berfungsi mengikat dan membawa oksigen
dari paru – paru ke seluruh tubuh, serta membawa dan melepaskan CO 2
dari seluruh tubuh ke paru. Untuk itu SDM dilengkapi dengan molekul
khusus yang melaksanakan fungsi tersebut dan sekaligus memberi warna
merah pada darah, yaitu hemoglobin (HB).
paru
Hb + O2 < ============= HbO2
jaringan
Atom besi dalam hemoglobin dapat ter oksidasi bila muatan positif atom
besi menjadi 3 + (Fe 3+ ) Hemoglobin dengan besi teroksidasi ( Fe 3+) disebut
hemoglobin ter oksidasi atau methemoglobin (metHb) atau Hb(Fe 3+) .
Dalam keadaan ini hemoglobin tidak dapat lagi mengikat oksigen.
Hemoglobin yang ter oksidasi menjadi methemoglobin akan kehilangan
fungsinya. Perubahan Hb menjadi metHb dapat terjadi karena adanya
senyawa peng oksidasi . Bila ini terjadi dalam tubuh maka dapat timbul
akibat yang fatal, misalnya karena pemberian obat-obatan tertentu
terutama pada orang yang berbakat untuk keadaan tersebut . Selain itu
hemoglobin juga dapat berikatan dengan suatu gas hasil pembakaran tidak
sempurna dari dari suatu bahan bakar yaitu CO (karbon monoksida )
sehingga terbentuk HbCO . Ikatan hemoglobin dan CO ini 200 kali lebih
kuat dari pada ikatan Hb dengan O 2 akibatnya hemoglobin tidak dapat lagi
mengikat membawa dan mendistribusikan O2.
Hemoglobin juga mempunyai sifat seperti enzim peroksidase, ini berarti
hemoglobin dapat mengkatalisis reduksi H 2O2 bila ada suatu reduktor.
Berbeda dengan enzim pada hemoglobin sifat ini tidak hilang setelah
pemanasan. Sifat ini dapat digunakan untuk melacak adanya darah dalam
suatu bahan uji. Sifat seperti peroksidase ini disebabkan oleh adanya
gugus hem dalam hemoglobin.
Sel darah merah seperti sel lainnya akan mengkerut dalam larutan
dengan tekanan osmotic yang lebih tinggi (hipertonik) dari tekanan osmotic
plasma. Dalam larutan dengan tekanan osmotic lebih rendah (hipotonik)
maka SDM akan membengkak karena cairan dari luar sel akan masuk
kedalam sel dan kemudian terjadi lisis membran (hemolisis) . Hemoglobin
dari SDM yang mengalami lisis larut dlam plasma sehingga memberi wrna
merah pada plasma. SDM normal akan mulai mengalami lisis bila
31
dimasukkan dalam NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33 % terjadi lisis
sempurna. SDM juga dapat mengalami lisis oleh obat-obatan . Struktur
membran SDM mengandung lipid be layer , bila SDM dimasukkan dalam
pelarut organic misalnya : eter, toluene, maka membran SDM akan
mengalami lisis karena larutnya lipid membran sehingga hemoglobin
terlepas kedalam pelarutnya.
Hemoglobin dan derivat-derivatnya dapat dibedakan dengan
menggunakan spektroskop, yaitu berdasarkan perbedaan absorpsi warna-
warna tertentu dari cahaya putih. Bila suatu larutan berwarna diletakkan
antara alat tersebut dan sumber cahaya, akan terlihat daerah (pita) hitam
pada spectrum dimana terjadi penyerapan warna tersebut Oksihemoglobin
yang encer menunjukkan 3 pita absorpsi yaitu pita sempit absorpsi cahaya
pada panjang gelombang 578 nm , pita yang lebih lebar pada 542 nm dan
yang ketiga pada panjang gelombang 425 nm.
Hemoglobin tereduksi (deoksihemoglobin) sebaliknya hanya menunjukkan
satu pita absorbsi lebar pada 559 nm. Bila pada darah ditambahkan zat
peng oksidasi akan terbentuk methemoblobin , dalam larutan asam,
methemoglobin mempunyai satu pita absorpsi dengan pusat pada panjang
gelombang 634 nm . Hemoglobin karbon monoksida menunjukkan dua pita
absorpsi yang pertama pada 570 nm yang kedua pada 542 nm.
Tujuan praktikum :
1. Memperlihatkan sifat peroksidase Hb
2. Memperlihatkan Hb dapat mengikat dan melepas O 2
3. Memperlihatkan Hb yang mengikat CO secara kuat tidak dapat
mengikat O2
4. Memperlihatkan besi dalam Hb bila di oksidasi akan menjadi
methemoglobin dan tidak dapat mengikat oksigen lagi.
5. Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipo tonik terhadap
membran sel darah merah
6. Memperlihatkan pengaruh pelarut organic terhadap fragilitas sel
darah merah.
7. Memperlihatkan bahwa Hb dan derivatnya dapat menyerap sebagian
gelombang cahaya putih yang melewatinya.
Tujuan :
Membuktikan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO 2
dan senyawa ini dapat terurai kembali deoksi Hb dan O 2
Dasar :
32
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam Hb dapat mengikat dan melepaskan O 2
Dalam lingkungan udara biasa, Hb segera mengikat O 2 menjadi Hb O2
didalam tabung reaksi HbO2 akan melepas O2 pada penambahan pereaksi
Stokes (pereduksi)
Bahan dan pereaksi :
1. Suspensi darah
2. Pereaksi Stokes
3. Larutan Amonium Hidroksida (NH4OH)
Cara kerja :
A. Oksihemoglobin
B. Pembentukan deoksihemoglobin
Tujuan percobaan :
Bahwa gas CO, suatu gas hasil pembakaran tidak sempurna dan sangat
berbahaya. Gas ini akan mengikat Hb menjadi HbCO . Warna dari HbCO
lebih terang dari HBO2 sedangkan ikatannya 200 X lebih kuat dan sukar
dilepas kembali.
33
Dasar percobaan :
1. Suspensi darah
2. Sumber gas CO
3. Pereaksi Stokes
4. Larutan NH4OH
Cara Kerja :
Tujuan Percobaan :
Bila besi di dalam hemoglobin yang berbentuk ferro (Fe 2+) di oksidasi
menjadi ferri (Fe3+) warna hemoglobin berubah menjadi gelap dan tidak
mampu lagi mengikat oksigen.
Dasar Percobaan :
34
Oksidasi ferro dalam hemoglobin oleh suatu oksidator kalium ferrisianida
K3Fe(CN)6 sehingga terbentuk HbFe3+ atau disebut metHb, seperti reaksi
berikut :
Cara Percobaan :
Tujuan percobaan :
Dasar Percobaan :
35
Membran sel darah merah (SDM) antara lain mengandung lipid. Bila SDM
dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung pelarut organic, maka
membran lipid akan larut, sehingga terjadi hemolisis.
1. Suspensi darah
2. NaCl 0,9%
3. Kloroform
4. Eter
5. Aseton
6. Toluen
7. Alkohol
Cara Percobaan :
Tujuan Percobaan :
Dasar Percobaan :
36
SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan hipertonik terhadap
tekanan osmotic plasma. Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel
akan masuk ke dalam sel sehingga SDM akan membengkak , dan akhirnya
terjadi hemolisis. Hemoglobin dalam SDM akan larut dalam larutan,
sehingga memberi warna merah jernih pada larutan.
1. Suspensi darah
2. NaCl 2%
Cara Percobaan :
Pertanyaan :
1. Peristiwa faal apa yang ditiru pada percobaan Uji oksiHB dan
deoksiHb
2. Apa yang terjadi bila orang keracunan gas CO
3. Suspensi darah ditambah beberapa tetes K 3Fe(CN)6 di kocok kuat
dan berdasarkan warna yang terbentuk apakah HbO 2 dapat
terbentuk kembali? Jelaskan
4. Apakah yang dimaksud hemolisis
5. Berapakah retensi osmotic minimum SDM??
Catatan :
37
Pereaksi Stokes : cara buat, larutkan 20 g FeSO4 (ferro sulfat) dan 30 g
asam tartrat dalam air encerkan sampai 1000 ml. Bila hendak dipakai,
ambil 5 ml dan tambahkan ammonium hidroksida sampai endapan yang
terbentuk larut kembali.
PENDAHULUAN :
38
Faktor yang mempengaruhi komposisi kimia darah pada suatu penyakit
secara umum dibagi menjadi fisik dan metabolic. Faktor fisik antara lain
retensi, dapat terjadi akibat perubahan atau kerusakan membran
permeable seperti paru-paru, ginjal atau hati contohnya akumulasi nitrogen
akibat nefritis dan obstruksi saluran empedu oleh batu empedu akan
mengakibatkan hiperkolesterolemia. Pada gangguan metabolisme terjadi
juga perubahan kimia darah, misalnya peningkatan glukosa darah akibat
diabetesmelitus.Dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kimia darah
dilakukan bila ada bila ada persangkaan gangguan pada proses
pembentukan, pemanfaatan dan eliminasi , faktor fisik dan metabolic
kadang-kadang tidak dapat dipisahkan, seperti terlihat pada penyakit ginjal.
Pada analisis kuantitatif darah, protein dapat dapat mengganggu terutama
pada analisis senyawa yang mengandung nitrogen amin atau amida serta
reaksi yang melibatkan reduksi atau oksidasi ion metal. Sebelum analisis
dilakukan, protein darah harus dipisahkan terlebih dahulu dengan
pengendapan. Pengendapan protein antara lain dengan asam tungstat,
seng hidroksida dan asam triklor asetat, tergantung keperluannya.
Protein
A major component of foods. It is digested firstly in the stomach, and then in the duodenum to
dipeptides and amino acid.
Absorbed using symport active transport with sodium.
Stored in liver and muscles
Protein synthesis -The synthesis of new proteins is very important during growth. In adults new
protein synthesis is directed towards replacement of proteins as they are constantly turned over.
synthesis of a variety of other compounds - Examples of compounds synthesized from amino
acids include purines and pyrimidines (components of nucleotides), catecholamines (adrenaline
and noradrenalin) & neurotransmitters (serotonin)
as a biological fuel - About 10% of energy production in humans is from amino acids
The first step in amino acid catabolism is the removal of the nitrogen (the amino group).
Once the amino groups have all been "collected" in the form of the one amino acid, glutamate,
this amino acid has its amino group removed (termed "oxidative deamination"). This reaction
reforms alpha-ketoglutarate with the other product being ammonia (NH4 +).
Ammonia is toxic to the nervous system and its accumulation rapidly causes death. Therefore it
must be detoxified to a form which can be readily removed from the body. Ammonia is
converted to urea, which is water soluble and is readily excreted via the kidneys in urine
A. Metode Folin – Wu
Dasar :
Protein akan mengendap pada penambahan asam tungstat, filtrat ini
dipakai untuk berbagai pemeriksaan seperti kadar glukosa darah, urea,
kreatinin, asam amino dan klorida.
1. Darah
39
2. Akuadest
3. Larutan Natrium tungstat 10%
4. Larutan asam sulfat 2/3 N
Cara :
B. Metode Somogyi
Dasar :
1. Darah
2. Akuadest
3. Larutan barium hidroksida 0,3 N
4. Larutan seng sulfat 5%
Cara :
40
C. Metode asam triklorasetat (TCA)
Dasar :
1. Darah
2. Asam triklorasetat (TCA) 5%
3. Labu Erlenmeyer 125 ml
Cara :
A. Metode Folin - Wu
Dasar Percobaan :
Filtrat darah bebas protein dipanaskan dalam larutan tembaga alkalis akan
menghasilkan kupro oksida (Cu2O). Kemudian Cu2O direaksikan dengan
asam fosfomolibdate yang akan menghasilkan warna biru yang dapat
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Nilai serapan yang diperoleh dibandingkan dengan standar.
41
3. Pereaksi fosfomolibdate mengandung asam molibdate dan natrium
tungstat
4. Larutan standar glukosa 0,1 mg/ml
Cara :
=========================================================
Penambahan (ml) Tabung Folin – Wu
1 2 3 4 5 (blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Filtrat darah -- -- -- 2,0 2,0
Standar Glukosa -- 2,0 2,0 -- --
Akuadest 2,0 -- -- -- --
Perekasi Tembaga 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 alkalis
Cara penghitungan :
Au - AB 100
Kadar gual darah (mg/dl) = --------------- X 0,2 X --------
As - AB 0,2
Dasar :
42
Penentuan ini menggunakan sifat glukosa yang dapat mereduksi,. Darah
dimasukkan dalam larutan Na sulfat-Cu sulfat isotonic agar glukosa tidak
mudah mengalami glukolisis. Disini dilakukan penambahan CuSO 4 kedalam
larutan Na sulfat – Cu sulfat isotonic sehingga tidak diperlukan lagi
penambahan-penambahan CuSO4 .
Cara :
Penghitungan :
OD sample 100
------------- X ------ X kadar standar = … mg glokosa/100 ml darah
OD satandar 0,025
Catatan : Metode ini dapat digunakan untuk kadar glukosa darah sampai
300 mg/100 ml darah , bila kadar lebih dari itu maka filtrat yang
43
diperlakukan dikurangi, kemudian volume dijadikan 1 ml dengan Na sulfat-
Cu sulfat, darah dalam keadaan ini tahan sampai 24 jam. ( Dawiesah,
1988) dalam PAU UGM.
Dasar :
Urea dalam suasana asam bereaksi dengan di asetil monoksim (DAM) dan
dengan katalisator kation akan membentuk senyawa turunan diazin yang
menyerap warna pada panjang gelombang 525 nm. Penambahan
thiosemikarbasida pada pereaksi akan meningkatkan intensitas warna yang
terbentuk dan mengurangi kepekaan senyawa turunan diazin terhadap
cahaya.
Cara :
2.Pengukuran kadar urea : siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering
Penambahan(ml) Tabung
1(blangko) 2 3 4 5
Akuadest 0,2 -- -- -- --
Larutan supernatan serum TCA -- 0,2 0,2 -- --
44
Larutan supernatan standar TCA -- -- -- 0,2 0,2
Larutan katalisator 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Larutan DAM 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Penghitungan :
Au - Ab
Kadar urea serum = ------------ X 40 = ………mg/dl
As - Ab
Ab = absorbansi blangko
As = absorbansi standar
Au = absorbansi uji/sample
45
EMPEDU
Teori :
46
yang berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi dari pigmen empedu
oleh berbagai reaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna
misalnya mesobiliverdin (berwarna hijau hingga biru), mesobilirubin
(berwarna kuning) dan mesobilisianin (berwarna biru hingga ungu).
Tujuan Praktikum :
1. Sifat empedu
Tujuan :
1. Empedu kental
2. Gelas kimia
3. Batang pengaduk
4. Kertas indicator
Cara :
Dalam gelas kimia masukkan sedikit empedu asli
Periksa : warna empedu, Bau, Konsistensi, pH (dengan kertas indicator pH)
2.Uji Gmelin
Tujuan :
Dasar reaksi :
Cara :
47
2. Miringkan tabung reaksi, dengan pipet alirkan secara hati-hati 3 ml
larutan empedu encer melalui dinding tabung sehingga kedua
larutan tidak bercampur
3. Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan kedua cairan
3.Uji Pettenkofer
Tujuan :
Dasar percobaan :
Asam asam empedu yang terdapat dalam empedu terutama sebagai garam
empedu, merupakan senyawa aromatik komplek, Asam empedu bereaksi
dengan furfural (yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan
karbohidrat) membentuk turunan yang berwarna.
Cara :
48
4. Fungsi empedu sebagai emulgator
Tujuan :
Dasar :
Emulsi adalah suatu suspensi metastabil yang terbentuk dari 2 atau lebih
zat cair yang tidak dapat larut satu sama lain. Untuk menstabilkan
dibutuhkan emulgator yang berguna untuk menurunkan tegangan
permukaan antar kedua fase cairan . Garam empedu dapat menurunkan
tegangan permukaan sehingga ia berperan pada proses emulsifikasi lemak
dalam usus.
Cara :
49
PRAKTIKUM CAIRAN TUBUH
SALIVA ( AIR LIUR )
TEORI :
Air liur (saliva) di sekresi oleh 3 pasang kelenjar besar yaitu : parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis
yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah. Sedang air
liur submaksilaris dapat kental maupun encer tergantung pada rangsang
simpatis atau parasimpatis, air liur sublingualis mengandung banyak musin.
Selain itu air liur juga di sekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa
mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari
kelenjar dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan local dalam mulut
atau oleh perangsangan pusat akibat rangsang psikis atau somatic.
Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk
membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah ditelan. Air liur juga
merupakan tempat ekskresi obat – obatan tertentu seperti alcohol dan
morfin.
Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar 2/3 dari bahan yang
terlarut dalam air liur merupakan bahan organic dan 1/3 nya merupakan
bahan anorganik. Komponen anorganik dalam air liur antara lain adalah
Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Fosfat dan Bikarbonat. Sedang
kandungan senyawa organic dalam air liur terdiri atas musin dan enzim
amilase, bahan organic lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit adalah
urea, kolesterol, hormon-hormon tertentu dll. Saliva juga mengandung
berbagai macam sel seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
pH air liur antara 5,6 – 7,6 biasanya pH mendekati 6,8. Pada saat
makan pH meningkat dan sesudah makan pH akan turun.
50
Amilase air liur juga disebut ptyalin. Amilase bekerja mengkatalisis
pencernaan pati menjadi dekstrin (amilodekstrin, eritrodekstrin dan
akrodekstrin) dan maltosa dengan dengan hidrolisis ikatan glukosidik alfa
1,4 pati.
Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga
pencernaan air liur segera terhenti setelah makanan berada dalam suasana
asam lambung.
Tujuan Praktikum :
Macam Percobaan :
Pengumpulan air liur . Untuk percobaan air liur ini tiap mahasiswa
mengumpulkan air liurnya sendiri kira-kira 20 ml dalam sebuah gelas kimia.
Untuk merangsang sekresi air liur kunyahlah sepotong paraffin (lilin) yang
telah disediakan. Kemudian saringlah sebagian air liur tersebut.
Tujuan :
Dasar :
Cara :
2. Uji Biuret
51
Tujuan :
Dasar :
Cara :
3. Uji Millon
Tujuan :
Dasar :
52
Bahan dan alat :
1. Air liur yang tidak di saring
2. Pereaksi Millon terdiri atas 100 g merkuri dalam 140 ml asam nitrat
pekat , dan di
Encerkan dengan air sampai volumenya 3 X
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetric
5. Pipet tetes
6. Penangas air
7. Gelas kimia
Cara :
4. Uji Molisch
Tujuan :
Dasar :
Reaksi ini disebabkan oleh daya dehidrasi asam anorganik pekat terhadap
karbohidrat, membentuk furfural atau turunannya seperti hidroksi metil
furfural. Pereaksi Molisch yang terdiri atas alfa naftol akan bereaksi dengan
furfural membentuk senyawa ungu.
Cara :
53
A. AIR LIUR YANG DI SARING
1. Uji Presipitasi
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Uji Sulfat
Tujuan :
Dasar :
54
Bahan dan alat :
Cara :
2. Uji Fosfat
Tujuan :
Dasar :
Cara :
1. Masukkan 1 ml air liur yang di saring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml larutan urea 10% dan 10 ml larutan molibdate
spesial, campur dengan baik
3. Tambahkan 1 ml Larutan FeSO4 spesial, campur dengan baik
4. Warna biru bertambah nyata setelah dibiarkan, nyatakan adanya
orthofosfat
Soal :
55
1. Tulis reaksi kimia Biuret
2. Tulis reaksi pembentukan : furfural dan 5 hidroksimetil furfural
56