Anda di halaman 1dari 56

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
(UNTUK MAHASISWA KEDOKTERAN UMUM)

BLOK 8

Oleh
TEAM BAGIAN BIOKIMIA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

1
PRAKTIKUM URIN
PENGANTAR

Pemeriksaan urine tidak hanya memberikan gambaran tentang ada


tidaknya penyakit-penyakit ginjal dan saluran-saluran pembuangannya,
namun pada fungsi ginjal yang baikpun dapat juga diperoleh data
penting mengenai penyakit-penyakit yang terdapat ditempat-tempat
lain dalam tubuh. Karena dari setiap pasien untuk pemeriksaan kimiawi
selalu dapat diperoleh jumlah urine yang cukup banyak. Pemeriksaan
urine seharusnya diutamakan daripada pemeriksaan kimiawi darah,
yang selalu hanya tersedia jumlah sample yang sedikit.
Pemeriksaan darah boleh dikata sebagai pemeriksaan sewaktu,
sedang pemeriksaan urine merupakan pencatatan sinambung. Suatu
nilai fisiologis dalam darah kadang-kadang tepat tidak dapat, sedang
hal ini dapat ditemukan pada pemeriksaan urine. Namun untuk
penafsiran yang benar diperlukan diperlukan ichtisar yang baik
mengenai fisiologi ginjal.

GINJAL SEBAGAI ALAT EKSKRESI

Hasil-hasil pemecahan pada metabolisme, terbanyak dikeluarkan


dari tubuh lewat ginjal bersama urine. Ini terutama berlaku untuk akhir
metabolisme protein yang mengan dung nitrogen. Pada keadaan sakit,
sebagian metabolisme terganggu ginjal mengeluarkan hasil-hasil
pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut, dan asalkan fungsi
ginjal cukup baik, maka sering ditarik kesimpulan penting dari
pemeriksaan urine. Juga banyak racun-racun dan obat-obat dikeluarkan
lewat urine, baik dalam keadaan tak di ubah atau hasil pemecahannya.
Fungsi ginjal kedua yang amat penting untuk tubuh adalah
mempertahankan cairan ekstrasel sedapat mungkin konstan
(homeostasis). Pengaturan oleh ginjal dilakukan pengeluaran urine
yang atau asam atau alkalis, tergantung kebutuhan sewaktu, dan dengan
demikian kesetimbangan asam-basa darah dapat dipertahankan
(pengaturan pH). Bila dalam darah kadar keseluruhan mineral terlalu
tinggi atau terlalu rendah maka oleh ginjal air akan ditahan atau
dikeluarkan sehingga kadar mineral dalam darah kembali normal . Ini
disebut osmoregulasi, karena kadar mineral dalam darah terutama
menentukan tekanan osmotis filtrat bebas protein darah dalam ruang
interstisial. Dengan naiknya tekanan osmosa darah, hipofisis pers
posterior mengeluarkan lebih banyak pituirin, yang mengerem
pengeluaran air. Pada penurunan tekanan osmosa, misalnya setelah

2
minum air banyak , pituirin lebih sedikit dikeluarkan dan terjadilah
diuresis air.
Bila sistet pembuluh darah kurang terisi, misalnya ada kegagalan
kemuka (forward failure), ginjal menahan air dan NaCl, sehingga
volume darah diperbesar. Pada waktu peredaran darah telah baik
kembali, ginjal melepas kembali air dan NaCl yang ditahan. Kejadian
ini tidak hanya dijumpai pada kekurangan pengisian yang mutlak,
namun juga pada kekurangan pengisian relatif. Yaitu bila pengisian
system pembuluh darah yang membesar tidak mencukupi untuk
keperluan peredaran darah yang meningkat. Ini disebut pengaturan
volume. Juga dibawah pengaruh hormon suprarenalis, air dan NaCl
ditahan.
Pengeluaran bahan-bahan kebanyakan boleh dikata tidak tergantung
dari diuresis contoh : seseorang mengeluarkan setiap jam 25 ml urine
dengan kadar protein 10%. Sesudah minum air terjadilah diuresis air
dan urin jernih banyak dikeluarkan dengan berat jenis rendah, dalam
urin ini kadar protein akan turun sampai 0,5%, karena pengeluaran
protein per jam tetap misalnya dalam contoh ini ¼ gram.
Untuk memperoleh ihtisar yang baik mengenai banyaknya
pengeluaran bahan lewat urin, perlu diketahui lewat peiode waktu
ginjal membentuk urin yang diperiksa. Karena umumnya periode
waktu tersebut tidak diketahui, maka dapatlah dipedomani berat jenis
urin. Reaksi urobilin positif lemah pada berat jenis urin 1,030
menunjukkan pengeluaran urobilin sedikit dan dipandang normal.
Namun pada berat jenis 1,003 hal ini menunjukkan pengeluaran
urobilin yang banyak dan menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu atau pemecahan darah yang meningkat.
Pengeluaran hasil-hasil pemecahan rupanya sepanjang hari konstan.
Hal ini berlaku untuk kreatinin, sepanjang kadarnya dalam darah
konstan, yang boleh dikata konstan hanyalah kreatinin, lain bahan
seperti glukosa, protein, kalsium dan fosfor menunjukkan irama pada
siang hari, pada malam hari pengeluaran bahan-bahan tersebut lebih
sedikit dari pada siang hari, rupanya dalah fungsi tubulus. Oleh karena
ini kita dapat tidur nyenyak, tetapi tidak pada semua orang dewasa
irama tersebut nyata, dan pada gangguan peredaran, pada perubahan
sikap berdiri ke sikap tidur, irama ini udah kacau.
Ginjal yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut terdapa dibagian
belakan dinding perut daerah pinggang. Terdapat dua buah ginjal yang
berbentuk bagai buah kacang dengan berat kurang lebih 300 gram,
dengan pembuluh-pembuluh darah besar. Kurang lebih 25% darah yang
dipompa jantung melewati ginjal, jadi kurang lebih 1,2 liter per menit.
Pada masing-masing ginjal terdadat berjuta-juta nefron, disini darah
disaring dengan tekanan tinggi dalam glomerulus, setiap hari kurang

3
lebih 175 liter cairan disaring melewati glomerulus dan filtratnya
masuk ke tubulus. Tubulus adalah pembuluh-pembuluh berkelok-kelok
yang bermuara pada piala ginjal. Dalam tubuli terjadi absorbsi kembali
secara aktif semua bahan dari filtrat glomerulus mempunyai komposisi
sama dengan cairan intertisial, yaitu tanpa protein plasma, namun ada
ion koloid sepanjang bahan ini tidak terikat protein plasma.
Misalkan kadar gula darah 100 mg% dan kadar rata-rata ureum
darah 300 mg/liter, pada penyaringan 175 liter cairan, maka lewat
glomeruli akan disaring 175 gram glukosa dan 52,5 gram ureum. Bila
setiap hari dikeluarkan rata-rata 1,5 liter urin tanpa glukosa dengan 20
gram ureum, maka dari tubuli diserap kembali atau berpindah secara
difusi 175 gram glukosa dan 32,5 gram ureum.

PENGUMPULAN SAMPEL URIN


Hasil-hasil pemeriksaan urin hanya mempunyai arti bila didasari
pada periode waktu kapan urin dibentuk. Pada umumnya jumlah urin
yang dibentuk dalam waktu tertentu tidak diketahui. Untuk mempunyai
gambaran mengenai jumlah tersebut maka dapat diambil sebagai
pedoman berat jenis urin itu. Sebaiknya diperiksa urin yang dibentuk
malam hari, karena oleh adanya irama siang hari, urin malam hari
mempunyai berat jenis tertinggi. Dalam urin tersebut terdapat kadar
tertinggi kadar metabolit-metabolit sbb :
1. Untuk pemeriksaan rutin urin,
Bila mungkin digunakan urin pagi, keuntungannya ialah
a. Tidak ada kekeruhan yang mengganggu karena perubahan
kimiawi oleh pertumbuhan bakteri
b. Tidak ada oksidasi sehingga beberapa bahan lebih mudah
dan lebih cepat ditentukan misalnya urobilinogen
c. Kadar spontan maksimal, sehingga penetapan berat jenis
mempunyai makna untuk menilai fungsi ginjal
d. Tidak ada pengaruh goyangan siang hari, misalnya kadar
urobilinogen urin sore sering meningkat
2. Dalam kasus khusus seyogyanya diambil urin siang hari,
Hal ini dilakukan pada keadaan-keadaan berikut :
a. Albuminoria ortostasis
Harus dibandingkan kadar protein pagi yang dibentuk
sebelum seseorang bangun dengan urin sesudah seseorang
bangun
b. Pada pemeriksaan pembebanan, urin harus dikumpulkan
pada waktu-waktu
Tertentu yang ditetapkan secara teliti.
c. Pada pengaturan diet penderita diabetes, urin harus
dikumpulkan dalam

4
3 – 4 porsi selama 24 jam
3. Untuk semua penetapan kuantitatif hanya urin yang dikumpulkan
dalam 24 jam
Yang digunakan, dan sampel diambil dari kumpulan ini. Hanya
untuk metabolit-metabolit yang oleh ginjal di ekskresi dalam
jumlah yang boleh dikatakan tetap selama 24 jam dapat diambil
sebagai sample.
Contoh urin dalam waktu yang pendek

CARA MENGAMBIL URIN


Untuk pemeriksaan rutin laki-laki, urin dapat diambil dengan jalan
biasa , yaitu orang tersebut disuruh kencing, sebaiknya porsi urin mula-
mula dibuang, dan porsi selanjutnya ditampung.
Untuk wanita juga berlaku hal yang sama, porsi urin yang
dikeluarkan awal dibuang dan baru porsi akhir ditampung.
Semua ini dmaksudkan untuk menghindarkan pencemaran yang
berasal dari saluran kencing sendiri , pengambila urin dengan kateter
hanya dilakukan bila ada indikasi karena resiko infeksi saluran kencing
yang besar pada kateterisasi

PENYIMPANAN URIN
Pada suhu urin merupakan medium biakan yang bagus bagi bakteri.
Setiap contoh urin sering mengandung beberapa bakteri dari vagina,
preputium, maupun mulut uretra. Sesudah beberapa jam, komposisi
urin berubah karena pertumbuhan bakteri, kecuali bila urin langsung
sesudah dikeluarkan disimpan dalam lemari es. Juga dapat ditambah
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan :
1. Asam badan jenuh 1 ml dalam 10 ml urin
2. Toluol : 1 ml per liter urin
3. Timol : 100mg per liter urin
4. Raksa oksida : 100 mg per liter urin

Untuk penetapan ureum dengan metode urease, penetapan diastase, uji


ragi, penetapan alcohol tidak boleh ditambah pengawet.
Urin 24 jam untuk penetapan urobilinogen dapat disimpan dengan
5 ml 1 N NaOH dibawah petroleum eter dalam gelap . Bila diambil
contoh dari kumpulan urin 24 jam , maka urin harus selalu langsung
dicampur dan di aduk baik-baik sebelumnya. Untuk pemeriksaan
kimiawi kuantitatif urin dapat disimpan dengan dibekukan pada –10
-20o C dalam botol penisilin .
Macam percobaan :

5
1. Penentuan Berat Jenis Urin
Dasar:
Jumlah zat padat total dalam urin ditentukan oleh volume dan berat
jenisnya
Bahan dan alat :
1. Urin normal 24 jam
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Urinometer/urometer
5. Termometer
6. Botol timbang

Cara kerja :
Cara A.
1. Tetapkan vulume (ml) urin memakai gelas ukur (pengawet
toluene yang ada dipermukaan disisihkan dengan memakai pipet
tetes)
2. Catatlah suhu tera urinometer dan tetapkan suhu urin
3. Isi gelas ukur dengan urin 25 – 50 ml , masukkan urinometer,
letakkan sedemikian rupa urinometer sehingga tidak menyentuh
dinding gelas ukur dan catatlah berat jenis urin pada permukaan
urin pada urinometer
4. Apabila suhu urin tidak sama dengan suhu tera , tambahkan
0,001 untuk setiap 3 derajat dibawah suhu tera.
5. Simpanlah urin kembali dengan memakai pengawet toluene.

Cara B.
1. Mula-mula pipet 1 – 5 ml air suling dalam botol timbang dan
timbang beratnya.
2. Pipet dengan pipet yang sama 1 – 5 ml urin dan masukkan botol
timbang dan timbang beratnya.
3. Berat urin dibagi berat air suling yang sama, adalah berat jenis
urin.

Cara menera urinometer


1. Dimasukkan urinometer pada air suhu 150 derajat Celsius BJ =
1,000
2. Dimasukkan pada larutan sukrosa 1,28% maka BJ = 1, 005
3. Dimasukkan pada larutan sukrosa 2,56% maka BJ = 1, 010
4. Dimasukkan pada larutan sukrosa 5,70% maka BJ = 1, 020
5. Dimasukkan pada larutan sukros 7,54% maka BJ = 1,030
2. Uji Derajat Keasaman ( pH )

6
Untuk mengukur derajat keasaman urin dapat digunakan kertas
lakmus yang mempunyai daerah perubahan warna antara pH 5,4 sampai
pH 7,8. Disini digunakan urin segar sebab bila disimpan pH dapat naik.
Pengukuran derajat keasaman biasanya cukup dengan cara diatas sebab
derajat keasaman urin tergantung faktor-faktor yang kerang penting seperti
pangan yang dikonsumsi.
Pengukuran derajat keasaman menjadi penting pada keadaan berikut ini :
1. Batu ginjal, pemeriksaan pH urin berulang – ulang penting untuk
mendapatkan ihtisar mengenai difat batu , dan dengan demikian
dpat diatur diet yang dianjurkan pada pasien
2. Pada pengobatan infeksi saluran kencing, dengan diet berganti pH
3. Pada keadaan asidosis berat, pH dikendalikan setelah pemberian
bikarbonat
4. Pada pengobatan seri obat sulfa, harus diberikan bikarbonat banyak,
bila urin asam harus diberikan bikarbonat lebih banyak.

Metode pengukuran pH lain yang lebih teliti diantaranya dengan


Kolorimetris, potensiometris dan titrasi.

3.Uji Obermeyer

Tujuan : Memeriksa adanya indikan dalam urin

Dasar : Gugus indoksil dioksidasi oleh pereaksi Obermeyer yang


mengandung FeCl3 dala HCl pekat membentuk warna biru indigo yang larut
dalam kloroform.

Bahan dan pereaksi :


1. Urin normal 24 jam
2. Tabung reaksi
3. Pereaksi Obermeyer
4. Kloroform

Cara kerja
1. Masukkan dalam tabung reaksi 4 ml urin
2. Tambahkan 4 ml pereaksi Obermeyer, diamkan beberapa menit
3. Tambahkan 1,5 ml kloroform, campur dengan membalik-balik
tabung 10 X (jangan dikocok)dapat terjadi emulsi. Kloroform akan
mengekstraksi biru indigo

4. Uji Gula Mereduksi Secara Benedict

7
Tujuan : Menetapkan kadar gula urin secara semikuantitatif

Dasar :
Gula mereduksi yaitu gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas, senyawa ini akan merduksi ion kupri menjadi kuprooksida yang
tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk
sesuai dengan kadar gula yang terdapat dalam urin.

Bahan dan alat :


1. Urin normal 24 jam dan urin yang mengandung glukosa
2. Larutan Benedict
3. Pipet Mohr 10 ml
4. Pipet tetes
5. Alat pemanas air/tangas air
6. Pengatur waktu

Cara kerja :
1. Campurlah dalam tabung reaksi 2,5 ml larutan Benedict dan 4 tetes
urin
2. Panaskan dalam tangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan
langsung hingga mendidih selama 2 menit
3. Dinginkan perlahan-lahan
4. Perhatikan endapan yang terbentuk
5. Simpulkan sesuai table berikut
Warna Penilaian Konsentrasi gula
Biru/hijau keruh - -
Hijau/hijau kekuningan +1 kurang dari 0,5%
Kuning kehijauan/kuning +2 0,5 – 1,0 %
Jingga +3 1,0 – 2,0 %
Merah +4 lebih dari 2,0 %

8
5. Uji Protein Urin Menurut Heller

Dasar : Protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam nitrat yang
tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan

Tujuan : Memeriksa adanya protein dalam urin

Bahan dan alat :


1. Urin normal 24 jam dan urin patologis
2. Asam nitrat pekat masukkan dalam buret
3. Tabung reaksi
4. Pipet Mohr 10 ml

Cara kerja :
1. Alirkan dari buret 1,5 ml asam nitrat pekat perlahan-lahan kedalam
tabung reaksi
2. Dengan memakai pipet Mohr, pelan-pelan tambahkan 1,5 ml urin
normal atau patologis melalui dinding tabung sehingga kedua cairan
tidak bercampur
3. Perhatikan cincin putih yang terjadi antara dua lapisan ( hasil diparaf
dosen /pengawas praktikum )

Catatan :
Urea asam urat dan garamnya dapat menghasilkan cincin putih, tetapi hal
ini dapat dibedakan dengan memakai urin yang telah diencerkan 3 – 4 X
sehingga pengaruh ini dapat dihilangkan.

6. Uji Rothera ( Nitroprusida )


Tujuan :
Identifikasi zat keton

Dasar :
Terbentuknya warna ungu permanganat menyatakan adanya zat-zat keton.
Warna coklat yang terbentuk bukan berarti positif.

Bahan : - Kristal amonium sulfat


- Larutan Na-Nitroprusida 5 %
- Larutan amoniak pekat

Metode :
- Bubuhkan kristal amonium sulfat pada 2,5 ml urin sampai
jenuh.
- Tambahkan 2-3 tetes Na-Nitroprusida 5 % dan tambahkan
1 ml amoniak pekat
- Campur dan biarkan setengah jam.

9
ENZIM

TEORI :

Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai


katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam system biologik. Hampir
semua reaksi kimia dalam system biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis
enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar enzim dapat di ekstraksi dari
sel tanpa merusak fungsinya.

Kepentingan medis enzim : Enzim terdistribusi di tempat-tempat


tertentu didalam sel lebih kurang sesuai dengan golongannya dan juga
fungsinya, sebagai contoh enzim yang berperan dalam sintesis dan
reparasi DNA terletak didalam inti sel. Enzim yang mengkatalisis berbagai
reaksi yang menghasilkan energi secara aerob terletah dalam mitokondria.
Enzim yang berhubungan dengan biosintesis protein berada bersama
ribosom, dengan demikian reaksi kimia dalam sel berjalan sangat terarah
dan efisien.

Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis


enzim tertentu, misalnya pada defisiensi enzim glukosa 6 fosfat
dehidrogenase (G6PDH/G6PD). Sel darah merah (SDM) penderita
defisiensi G6PDH ini sangat rentan terhadap pembebanan oksidatif,
misalnya pada pemakaian obat-obatan tertentu dan obat malaria dapat
terjadi hemolisis intravaskuler.

Analisis enzim dalam serum dapat dipakai untuk deteksi penyakit


seperti infark otot jantung, kerusakan jaringan hati, bendungan saluran
empedu, penyakit prostat dll. Dasar penggunaan enzim sebagai dasar
penunjang diagnosis ialah :
1. Pada dasarnya sebagian besar enzim berada dalam sel
2. Emzim tertentu adanya intrasel, bila berada dalam serum berarti terjadi
kerusakan pada jaringan asalnya.

Penggolongan enzim :

Jumlah enzim ada ribuan macam tapi dapat digolongkan menjadi 6


golongan :
1. Oksidoreduktase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi –reaksi
redoks.
2. Transferase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan
berbagai gugus misal, amina , karboksil, metil, asil dll.
3. Hidrolase, kelompok enzim ini mengkatalisis pemutusan ikatan
kovalen sambil mengikat air.
4. Liase, kelompok enzim memutus ikatan kovalen tanpa mengikat air.]
5. Isomerase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi isomerisasi.
6. Ligase(sintase), kelompok enzim ini mengkatalisis pembentukan
ikatan kovalen.

10
Kespesifikan enzim dibedakan dalam : kespesifikan optik dan gugus
Kespesifikan optik tampak pada enzim yang bekerja pada karbohidrat dan
misal hanya bekerja terhadap isomer D bukan L, juga bila di asam amino
dan protein misal hanya bekerja pada isomer amino L bukan isomer D.
Kespesifikan gugus, hanya pada gugus tertentu misal enzim alcohol
dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis reaksi dehidrogenase pada
senyawa bukan alcohol.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim, seperti protein


lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor fisika
kimia. Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang relatif ketat. Adapun faktor
yang mempengaruhi kerja enzim anatar lain : suhu, pH, oksidasi udara atau
senyawa lain, penyinaran UV, sinar X, alfa beta dan gama.
Disamping itu kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi pula oleh
konsentrasi enzim maupun substratnya.

Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim namun enzim
tidak dapat bekerja. Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energi
kinetik enzim dan meningkatkan frekuensi benturan antar molekul enzim
dan substrat dan pada suhu tertentu akan mencapai kecepatan reaksi
maksimum, bila suhu ditingkatkan terus maka jumlah enzim yang aktif akan
berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik
berlangsung maksimal pada suhu optimum. Enzim pada suhu 37 o C
optimum dalam tubuh manusia . Sebagian besar enzim tidak aktif pada
pemanasan sampai 60o C karena mengalami denaturasi.

Pengaruh pH :
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Bila dilakukan pengukuran
aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan maka sebagian
besar enzim akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 – 9,0.
Kecepatan reaksi enzimatik berlangsung maksimal pada pH optimum.
Ada enzim yang mempunyai pH optimum sangat rendah yaitu pepsin, pH
optimum pepsin adalah 2. Pada pH yang jauh diluar pH optimum enzim
akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun
substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan
enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.

Pengaruh konsentrasi enzim


Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan reaksi
enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E) makin besar konsentrasi
enzim reaksi enzimatik makin cepat

Pengaruh konsentrasi substrat :


Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar
sedangkan konsentrasi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan
meningkat samapai suatu batas kecepatan maksimum (V) Pada titik
maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.

11
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat
membentuk komplek enzim –substrat (ES) kemudian komplek ini akan
terurai menjadi enzim (E) dan produk (P) makin banyak komplek (ES)
terbentuk makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan (ES).
Pada konsentrasi substrat (S) melampaui batas kejenuhan kecepatan
reaksi akan konstan, dalam keadaan ini seluruh enzim sudah berada dalam
bentuk komplek (ES) artinya penambahan jumlah (S) tidak menambah
jumlah (ES).

1. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan


Reaksi

Tujuan :

Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan


konsentrasi enzim

Dasar :

Pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi


bertingkat akan meningkatkan terbentuknya jumlah komplek enzim –
substrat, sehingga jumlah produk yang terbentuk juga meningkat.

Bahan dan pereaksi :


1. Susu
2. Larutan enzim protease ( pepsin 0,5% , atau bromelin)
3. Penangas air

Cara :
1. Siapkan penangas air dengan suhu 37 o C letakkan kedalamnya
sebuah tabung reaksi berisi 15 ml susu
2. Selain itu letakkan juga didalamnya 3 tabung reaksi masing-masing
berisi 1, 0 ml enzim protease, 0,5 ml enzim protease + 0,5 ml air ,
0,25 ml enzim protease +, 0,75 ml air
3. Setelah di inkubasi selama 5 menit pipetkan masing-masing 5 ml
susu hangat ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi enzim protease
diatas
4. Lakukan satu demi satu jangan serentak, campurkan isi tabung
dengan baik dan cepat, amati penggumpalan susu dalam hitungan
detik dari tiap-tiap tabung.

12
2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap
Kecepatan Reaksi

Tujuan :

Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai batas tertentu


dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

Dasar :

Pada konsentrasi tertentu penambahan substrat dengan konsentrasi


meningkat sampai konsentarsi tertentu akan meningkatkan kecepatan
reaksi enzimatik hingga mencapai kecepatan maksimum . Penambahan
substrat setelah konsentrasi tersebut tidak akan meningkatkan kecepatan
reaksi enzim, sebab telah mealmpaui titik jenuh enzim.

Bahan dan pereaksi :


1. Susu
2. Larutan enzim protease (pepsin 0,5% atau bromelin)

Cara :
1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering, masukkan kedalamnya
pada tabung pertama 5 ml susu, tabung kedua 4 ml susu + 1 ml air,
tabung ketiga 3 ml susu dan 2 ml air. Siapkan juga I tabung reaksi
berisi 3 ml enzim.
2. Letakkan keempat tabung dalam penangas air 37 o C selama 5
menit.
3. Pipetkan 1 ml larutan enzim kedalam masing-masing tabung diatas
dan amati waktu penggumpalan susu pada tiap tabung, lakukan satu
persatu jangan serentak.
4. Catatlah waktu yang diperlukan untuk penggumpalan susu dalam
hitungan detik.

13
Pemeriksaan Batu Traktus Urinarius

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu traktus urinarius :

1. Perubahan keadaan koloid pelindung di dalam urin


2. Perubahan pH atau kepekatan urin, yang dapat menyebabkan daya
larut suatu zat menurun.
3. Radang dapat merubah pH urin , disamping itu kelompok bakteri, sel
epitel atau nanah dapat menjadi inti pembentukan batu.
4. Stasis ( bendungan ) urin yang berlangsung lama.
5. Defisiensi vitamin A ( perubahan sel epitel saluran urin ).
6. Gangguan endokrin, misalnya yang mempengaruhi eksresi elektrolit
( Hiperparatiroidisme ).

Klasifikasi batu traktus urinarius :

1. Batu Asam Urat


Paling sering ditemukan , biasanya multipel, permukaannya halus,
berwarna kuning sampai coklat kemerahan.
2. Batu Oksalat
Merupakan batu yang banyak di dapatkan , setelah batu asam urat,
berwarna coklat tua sampai hitam, keras dan mempunyai
permukaan kasar, terutama batu yang besar.
3. Batu Fosfat
Batu yang didapatkan pada operasi ginjalsebagian besar batu
oksalat dan fosfat, berwarna putih sampai abu-abu, biasanya kasar
dan mudah di hancurkan daripada batu oksalat dan urat . Dapat
merupakan campuran kalsium fosfat, magnesium fosfat atau
aluminium fosfat ( Triple phosphate ).
4. Batu Karbonat
Jarang terdapat, bentuknya agak kecil, warna putih atau abu-abu
dengan permukaan licin.
5. Batu Sistin
Dapat terbentuk pada sistinuria, warnanya putih, kuning atau
kehijauan, agak lunak, batu jenis ini jarang terdapat.
6. Batu Xantin
Lebih jarang terdapat daripada batu sistin, warna coklat sampai
merah dan lebih besar daripada batu sistin.

14
Tujuan :

Identifikasi zat-zat pembentuk batu traktus urinarius

Bahan :

- Batu
- HNO3 pekat
- Amoniak
- HCl 10 %
- Amonium molibdat

Metode :

1. Pemeriksaan jenis batu traktus urinarius secara makroskopis


2. Uji Batu Urat
- Sedikit gerusan batu pada cawan ditambah beberapa tetes
HNO3 pekat.
- Dipanaskan sampai kering
- Setelah dingin tambah 2-3 tetes amoniak pekat.
- Warna jingga menunjukkan batu mengandung asam urat.

3. Uji Batu Fosfat


- Sedikit gerusan batu di tambah 2 ml HCl 10 %
- Dipanaskan sampai mendidih, kemudian disaring.
- Filtrat ditambah 1 ml amoniak pekat.
- Warna putih menunjukkan batu mengandung fosfat

4. Uji Batu Oksalat


- Gerusan batu di tambah 1 ml amonium molibdat
- Dipanaskan sampai mendidih
- Setelah dingin tambah 3-4 tetes HNO3 pekat
- Endapan kuning menunjukkan batu mengandung oksalat.

15
Praktikum Metabolisme Karbohidrat

1. Glikolisis pada Sel Ragi


Dasar
Dalam sel ragi, glukosa akan diubah menjadi etanol dan CO 2.
Penambahan inhibitor menyebabkan sedikit glukosa yang
diubah menjadi etanol dan CO2.

Fermentation:
Anaerobic organisms lack a respiratory chain.
They must reoxidize NADH produced in Glycolysis through some other reaction,
because NAD+ is needed for the Glyceraldehyde-3-phosphate Dehydrogenase
reaction.
Usually NADH is reoxidized as pyruvate is converted to a more reduced
compound.
The complete pathway, including Glycolysis and the reoxidation of NADH, is
called
fermentation.
E.g., Lactate Dehydrogenase catalyzes reduction of the keto in pyruvate to a
hydroxyl, yielding lactate, as NADH is oxidized to NAD+.
Lactate, in addition to being an end-product of fermentation, serves as a mobile
form of nutrient energy, & possibly as a signal molecule in mammalian organisms.
Cell membranes contain carrier proteins that facilitate transport of lactate.
Skeletal muscles ferment glucose to lactate during exercise, when the exertion is
brief and intense.
Lactate released to the blood may be taken up by other tissues, or by skeletal
muscle after exercise, and converted via Lactate Dehydrogenase back to pyruvate,
which may be oxidized in Krebs Cycle or (in liver) converted to back to glucose via
gluconeogenesis
Lactate serves as a fuel source for cardiac muscle as well as brain neurons.
Astrocytes, which surround and protect neurons in the brain, ferment glucose to
lactate and release it.
Lactate taken up by adjacent neurons is converted to pyruvate that is oxidized via
Krebs Cycle.
Some anaerobic organisms metabolize pyruvate to ethanol, which is excreted as a
waste product.
NADH is converted to NAD+ in the reaction catalyzed by Alcohol Dehydrogenase.
Glycolysis, omitting H+:
glucose + 2 NAD+ + 2 ADP + 2 Pi 
2 pyruvate + 2 NADH + 2 ATP
Fermentation, from glucose to lactate:
glucose + 2 ADP + 2 Pi  2 lactate + 2 ATP
Anaerobic catabolism of glucose yields only 2 “high energy” bonds of ATP
Tujuan

16
1. Mempelajari proses glikolisis di dalam sel ragi dengan
mengukur kadar glukosa yang tersisa dan kolom CO 2 yang
dihasilkan.
2. Mempelajari pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis sel
ragi.
Bahan dan Alat
1. Tabung peragian
2. Suspensi ragi
3. Larutan glukosa 2%
4. Inhibitor proses glikolisis: larutan fluoride dan larutan
arsenat
5. Spektrofotometer
Metode
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 :kontrol positif
Tabung 2 :kontrol negatif
Tabung 3 :pengaruh inhibitor fluorida
Tabung 4 :pengaruh inhibitor arsenat

2. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung larutan sebagai berikut:


Larutan Kontrol (+) Kontrol (–) Fluorida (F) Arsenat (A)
Suspensi ragi 14 mL - 13.5 mL 13.5 mL
Suspensi ragi yang - 14 mL
- -
telah dididihkan
Larutan fluorida - - 0.5 mL -
Larutan arsenit - - - 0.5 mL
Larutan glukosa 2% 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL

3. Campurkan isi tabung dengan membolak-balikkannya 3-4 kali


sehingga lengan tertutup tabung peragian terisi penuh dengan
suspense ragi. Biarkan 15 menit dalam suhu kamar.
4. Setelah 15 menit, lalukan pengukuran pada setiap tabung
tersebut:
a. Tinggi kolom CO2 yang terbentuk pada lengan tertutup.
Tinggi kolom CO2 diukur dengan menggunakan penggaris.
b. Kadar glukosa. Kadar glukosa ditetapkan dengan metode
Folin-Wu.

17
c. Pipetkan ke dalam tabung Folin-Wu:
Standar Uji (duplo)
Larutan Blangko
1 2 K(+) K(-) F A
Filtrat bebas protein (mL) - - - 2 2 2 2
Standar glukosa 0.1 mg/dl (mL) - 2 2 - - - -
Akuades (mL) 2 - - - - - -
Pereaksi Cu2O (mL) 2 2 2 2 2 2 2

Campurkan dengan baik dengan menggoyang-goyangkan tabung. Letakkan dalam


penangas air mendidih selama 8 menit. Kemudian dinginkan dalam es selama 3
menit.
Asam fosfomolibdat (mL) 2 2 2 2 2 2 2

Campurkan dengan baik. Diamkan selama 3 menit untuk melarutkan Cu2O.


Encerkan sampai 25 ml dengan akuades. Baca serapan (A) tiap tabung pada
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm

Kadar glukosa ditentukan dengan :


Kadar glukosa = Au – Ab x 100 mG/dL
As – Ab

2. Glikolisis pada Sel Darah Merah


Dasar
Dalam sel darah merah, glukosa akan diubah menjadi asam
laktat. Penambahan inhibitor menyebabkan sedikit glukosa yang
diubah menjadi laktat.
Tujuan
1. Mempelajari proses glikolisis di dalam sel darah merah
dengan mengukur kadar glukosa yang tersisa
2. Mempelajari pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis sel
darah merah.
Bahan dan Alat
1. Tabung reaksi
2. Sel darah merah 50%
3. Dapar KRP (Krebs-Ringer Phosphate) pH 7,4
4. Larutan glukosa 0,5 % dalam dapar KRP

18
5. Inhibitor proses glikolisis: larutan fluoride dan larutan
arsenat
Metode
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung1 :kontrol positif
Tabung2 :kontrol negatif
Tabung3 :pengaruh inhibitor fluorida
Tabung4 :pengaruh inhibitor arsenat

2. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung larutan sebagai berikut:


Larutan Kontrol (+) Kontrol (–) Fluorida (F) Arsenat (A)
Sel darah merah50% 0.5 mL 0.5 mL 0.5 mL 0.5 mL
6.5 mL
Dapar KRP pH 7.4 7 mL 7 mL Masukkan
6.5 mL
penangas
l00o C 5 menit
Larutan fluorida - - 0.5 mL -
Larutan arsenit - - - 0.5 mL
Larutan glukosa 0.5% 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL

3. Keram dalam inkubator/penangas air, 37° C selama tepat 30


menit.
4. Setelah 30 menit lakukan pemeriksaan kadar glukosa pada ke
4 tabung
Sebelum melakukan penetapan kadar glukosa yang tersisa pada proses
glikolisis dalam sel darah merah, terlebih dahulu dilakukan pemisahan
protein dengan metoda Folin -Wu.
Cara pembuatan filtrat darah bebas protein dengan metoda Folin
Wu
Bahan dan pereaksi:
1. Suspensi eritrosit
2. Akuades
3. Larutan natrium tungstat 10%
4. Larutan asam sulfat (H2SO4) 2/3 N
Cara Kerja:

19
1. Pipetkan 7 mL akuades ke dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
kering.
2. Tambahkan 1 mL darah, goyang labu dengan perlahan-lahan agar
terjadi hemolisis lengkap.
3. Tambahkan 1 mL larutan Na-tungstat 10%, campur dengan
menggoyang labu.
4. Tambahkan 1 mL larutan (H2SO4) 2/3 N secara tetes demi tetes
sambil terus menggoyang labu. Tidak boleh terbentuk gelembung-
gelembung.
5. Tutup labu Erlenmeyer, goyangkan labu dan diamkan 10 menit.
Campuran akan berwarna coklat.
6. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrat jernih yang
keluar ditampung untuk pemeriksaan kadar glukosa.
7. Lakukan penetapan kadar glukosa dengan metoda Folin-Wu

Pengukuran kadar glukosa:


Bahan dan pereaksi:
1. Filtrat bebas protein.
2. Larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga
sulfat dan asam tartrat.
3. Pereaksi asam fosfomolibdat mengandung asam molibdat dan
natrium tungstat.
4. Larutan standar glukosa 0.1 mg/mL.
Cara Kerja:
Pipetkan ke dalam tabung Folin-Wu:
Standar glukosa 0.1 mg/dl Uji (duplo)
Larutan Blanko
1 2 K(+) K(-) F A
Filtrat bebas protein (mL) - - - 2 2 2 2
Standar glukosa (mL) - 2 2 - - - -

20
Akuades (mL) 2 - - - - - -
Pereaksi Cu2O (mL) 2 2 2 2 2 2 2

Campurkan dengan baik dengan menggoyang-goyangkan tabung. Letakkan dalam


penangas airmendidih selama 8 menit. Kemudian dinginkan dalam es selama 3 menit.
Asam fosfomolibdat (mL) 2 2 2 2 2 2 2

Campurkan dengan baik. Diamkan selama 3 menit untuk melarutkan Cu2O.


Encerkan sampai 25 ml dengan akuades. Baca serapan (A) tiap tabung pada
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm
Kadar glukosa ditentukan dengan :
Kadar glukosa = Au – Ab x 100 mG/dL
As – Ab

21
PRAKTIKUM OKSIDASI BIOLOGI

1. Uji Schardinger

Tujuan :

1. Memperlihatkan bahwa oksidasi dapat terjadi melalui dehidrogenasi


suatu substrat, dalam hal ini formaldehida
2. Memperlihatkan adanya enzim dehidrogenase aerob, yaitu aldehide
dehidrogenase dalam susu segar

Dasar :

Aldehid dehidrogenasi mengoksidasi formaldehyde dengan cara melepas


hydrogen.
Hidrogen yang terbentuk dapat dipindahkan langsung ke oksigen udara
menjadi H2O2 atau suatu senyawa penerima misalnya riboflavin atau biru
metilen.
Pada akhirnya senyawa penerima yang tereduksi tersebut akan
menyerahkan hydrogen ke oksigen udara membentuk H 2O2. Hal ini tampak
jelas bila menggunakan biru metilen sebagai penerima hydrogen . Biru
metilen tereduksi tidak berwarna (leuko biru metilen) pada permukaan
larutan susu akan teroksidasi kembali menjadi biru karena ada kontak
dengan udara

Bahan dan pereaksi :


1. Susu segar dan susu pasteurisasi
2. Larutan biru metilen 0,02%
3. Larutan formaldehyde 0,4%

Cara :
1. Siapkan 2 tabung reaksi, satu tabung di isi 5 ml susu segar, tabung
kedua di isi 5 ml susu pasteurisasi

22
2. Kemudian tambahkan berturut-turut 1 ml biru metilen dan 1 ml formal
dehide pada masing-masing tabung.
3. Campur dengan baik dan masukkan penangas air suhu 60 – 65 oC
4. Cata apa yang terjadi

Pertanyaan :
1. Tulis reaksi dehidrogenasi formal dehide menjadi asam format
2. Mengapa susu pasteurisasi memberi uji Schardinger berbeda

2.Uji Peroksidase

Tujuan :

Membuktikan adanya enzim peroksidase di dalam susu segar

Dasar :

Hidrogen peroksida akan di reduksi oleh peroksidase di dalam susu


segarmenjadi H2O

Bahan dan pereaksi :


1. Susu segar
2. Larutan guaiak 1% dalam alcohol atau KMnO4 1% dalam air
3. Larutan H2O2 3%

Cara :
1. Campur 2 ml susu segar dengan 8 ml air suling, bagilah dalam 2
tabung
2. Panaskan tabung pertama sampai mendidih dan dinginkan.
3. Teteskan 5 – 10 tetes KmnO4 dalam tiap tabung.
4. Tambahkan 2 –3 tetes H2O2 ke dalam tiap tabung
5. Perhatikan apa yang terlihat.

Soal :
1. Apa perbedaan susu yang dipanaskan dan susu segar ?

3. Uji Amilase pencernaan

Tujuan :
Membuktikan adanya enzim amylase dalam pencernaan saliva

23
Dasar :
Amilase akan mencerna amilum menjadi amilosa, amilopektin dan glukosa
Amilum + I2  biru
Amilosa + I2  biru
Amilopektin + I2  merah
Glukosa + I2  ungu (warna I2 tidak berubah)

Bahan dan Pereaksi :


1. Larutan amilum 0,1%
2. Larutan I2 0,1% dalam air
3. Larutan amilase (dari saliva yang dikumpulkan praktikan)

Cara :
1. Ambil 2 ml larutan amilum dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 0,5 ml saliva, campur homogen (dikocok perlahan)
3. Inkubasikan 37oC pada water bath
4. Setiap menit tetesi larutan iodium, tetap diatas water bath sambil
dikocok
5. Amati pada menit ke berapa warna iodium tidak berubah

Soal Apa beda rumus molekul amilum, amilosa, amilopektin dan glukosa

4. Uji Antioksidan Vitamin C

Tujuan :

Memperlihatkan efek antioksidan vitamin C (asam askorbat)

Dasar :

Senyawa fenol oleh adanya enzim polifenoloksidase (PPO) akan di


oksidasi oleh oksigen udara menjadi senyawa berwarna coklat dan H 2O2 .

dengan adanya vitamin C fenol yang ada dalam buah-buahan terlindung


dari oksidasi sehingga warna coklat tidak terbentuk.

Bahan dan pereaksi :


1. Larutan asam askorbat 1 mg/ml
2. Potongan pisang/apel

Cara :
1. Siapkan 2 gelas kimia, masing – masing diberi potongan pisang/apel

24
2. Tambahkan air 5 ml pada gelas kimia kesatu
3. Tambahkan 5 ml larutan asam askorbat pada gelas kimia kedua
4. Biarkan dalam beberapa menit
5. Amati perubahan warnanya dan catat waktunya

Pertanyaan :
Mengapa vitamin C berperan sebagai antioksidan dan bagaimana reaksi
kimianya?

PERCOBAAN LIPID

Sasaran Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum metabolisme, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mengidentifikasi sterol (seperti kolesterol)
2. Menidentifikasi daya larut lipid dalam berbagai pelarut organik
3. Mengidentifikasi zat keton

TEORI
Lipid adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan
dengan asam lemak, secara aktual maupun potensial.
Sifat-sifat lipid :
- Relatif tidak larut dalam air
- Larut dalam pelarut non polar
Karena sifat pelarut nion polar yang mudah menguap dan mudah
terbakar, maka ruangan khusus bebas dari api (percobaan yang
memakai pelarut-pelarut non polar segera dikerjakan sebelum
percobaan lain yang memakai api) dan bekas pelarut harus dibuang
pada tempat khusus !

1. Reaksi Salkowski
Tujuan :
Identifikasi sterol tidak jenuh (seperti kolesterol)

Dasar :
Reaksi dehidrasi dan oksidasi sterol tidak jenuh oleh H 2SO4 pekat
dan diikuti oleh reaksi warna. Percobaan ini memerlukan alat-alat
yang benar-benar kering.

Bahan :
- Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
- Larutan H2SO4 pekat

Metode :

25
- 1 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur
secara hati-hati dengan 1 ml H2SO4 pekat.
- Setelah kedua lapisan cairan berpisah lagi akan timbul
berturut-turut warna merah, biru dan ungu dalam lapisan
kloroform. Selain itu dalam lapisan asam akan tampak
flouresensi berwarna kuning.

2. Reaksi Liebermann Burchard


Tujuan :
Identifikasi sterol

Dasar :
Reaksi ini belum diketahui reaksi kimianya. Kecepatan terbentuknya
warna berlainan untuk macam-macam sterol. Sterol tidak jenuh
reaksinya lebih cepat daripada yang jenuh. Percobaaan ini hanya
dapat dilakukan dengan alat-alat yang benar-benar kering. Warna
yang timbul cepat berubah menjadi biru lalu biru kehijauan.

Bahan :
- Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
- Larutan asam asetat anhidrida
- Larutan H2SO4 pekat

Metode :
- 2 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur
dengan 10 tetes asam asetat anhidrida.
- Ke dalam campuran ini ditambahkan 2-3 tetea asam sulfat
pekat.
- Kocoklah dengan hati-hati dan perhatikan warna-warna yang
timbul karena warnanya tidak tetap.

3. Uji Daya Larut Lipid


Tujuan :
Mengidentifikasi daya larut lipid dalam berbagai pelarut organik

Dasar :
Sejumlah kecil lipid dilarutkan dalam beberapa pelarut organik.
Derajat kelarutan dapat dilihat secara langsung. Apabila kurang
jelas, larutan dapat diuapkan perlahan-lahan dengan penangas air
(atau disaring dengan kertas saring kering). Jumlah residu
menunjukkan jumlah zat yang larut dalam larutan yang diperiksa.

Bahan :
- Minyak kelapa
- Air
- Larutan H2SO4 encer
- Larutan Na2CO3 0,5%
- Larutan alkohol dingin

26
- Larutan alkohol panas
- Larutan bensin
- Larutan kloroform
- Larutan eter

Metode :
1. Masukkan 20 tetes minyak kelapa ke dalam 3 ml air dalam
tabung reaksi lalu dikocok. Perhatikan emulsi yang terbentuk.
2. Tambahkan 1 ml larutan Na2CO3 0,5% dan kocok lagi. Perhatikan
pengaruhnya terhadap kestabilan emulsi.
3. Lakukan poin (1) terhadap larutan H 2SO4 encer, alkohol dingin,
alkohol panas, bensin, kloroform dan eter.

PERCOBAAN PROTEIN

Protein
A major component of foods. It is digested firstly in the stomach, and then in the duodenum to
dipeptides and amino acid.
Absorbed using symport active transport with sodium.
Stored in liver and muscles

Protein synthesis -The synthesis of new proteins is very important during growth. In adults new
protein synthesis is directed towards replacement of proteins as they are constantly turned over.
synthesis of a variety of other compounds - Examples of compounds synthesized from amino
acids include purines and pyrimidines (components of nucleotides), catecholamines (adrenaline
and noradrenalin) & neurotransmitters (serotonin)

as a biological fuel - About 10% of energy production in humans is from amino acids
The first step in amino acid catabolism is the removal of the nitrogen (the amino group).
Once the amino groups have all been "collected" in the form of the one amino acid, glutamate,
this amino acid has its amino group removed (termed "oxidative deamination"). This reaction
reforms alpha-ketoglutarate with the other product being ammonia (NH4 +).
Ammonia is toxic to the nervous system and its accumulation rapidly causes death. Therefore it
must be detoxified to a form which can be readily removed from the body. Ammonia is
converted to urea, which is water soluble and is readily excreted via the kidneys in urine

Cara I : Denaturasi
=========================================================
Penambahan (ml) Protein denaturasi
----------------------------------------------------------------------------------------------------
1 2 3 4 5
(blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Protein 1% -- 2 2 2 2
Akuadest 2 -- -- -- --
o
Pemanasan( C) 10 menit 37 37 40 50 60

Sentrifigasi 5000 rpm 2 menit


Ambil supernatan(bagian atas)
Perekasi Tembaga 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
(Biuret kuantitatif)

27
Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O , kemudian
baca absorbansinya (serapannya) pada 550 nm
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Serapan pada 550 nm …. …. … … …
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Kadar tabung 3 = (A 3 – A blangko) / ( A2 – A blangko) X 1% = …….%

Kadar tabung 4 = ( A4 – A blangko) / (A2 – A blangko) X 1% =………%

Kadar tabung 5 = (A5 - A blangko) / ( A2 – A blangko) X 1 % =……..%

Cara II : Peptidase
=========================================================
Penambahan (ml) Protein Peptidase
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Tabung reaksi 1 2 3 4
(blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Protein 1% -- 2 2 2
Akuadest 2 1 -- --
Peptidase -- -- 1 1
Masukkan inkubator 37oC 10 menit
Sentrifigasi 5000 rpm 2 menit
Ambil supernatan(bagian atas)
Perekasi Tembaga 0,5 0,5 0,5 0,5
(Biuret kuantitatif)

Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O , kemudian


baca absorbansinya (serapannya) pada 550 nm
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Serapan pada 550 nm …. …. … … …

Kadar tabung 2 = 1%

Kadar tabung 3 = (A 3 – A blangko) / ( A2 – A blangko) X 1% = …….%

Kadar tabung 4 = ( A4 – A blangko) / (A2 – A blangko) X 1% =………%

28
29
PRAKTIKUM DARAH
KUALITATIF
TEORI :

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cair, yang beredar dalam
system pembuluh darah. Jumlah darah didalam tubuh kira-kira 5 – 7 % dari

30
berat badan atau pada orang dewasa kira-kira 4,5 – 5 liter. Darah terdiri
dari berbagai sel seperti eritrosit atau sel darah merah (SDM) , sel darah
putih (lekosit) dan trombosit. Eritrosit adalah sel yang terbanyak didalam
darah, jumlahnya mencapai 5 juta butir/ ml , trombosit jumlahnya 250.000 –
400.000 butir/ml dan lekosit 5.000 – 10.000 /ml . Fungsi ketiga macam sel
ini berbeda. Sel darah merah berfungsi mengikat dan membawa oksigen
dari paru – paru ke seluruh tubuh, serta membawa dan melepaskan CO 2
dari seluruh tubuh ke paru. Untuk itu SDM dilengkapi dengan molekul
khusus yang melaksanakan fungsi tersebut dan sekaligus memberi warna
merah pada darah, yaitu hemoglobin (HB).

Hemoglobin adalah suatu protein dengan berat molekul 64.450 didalam


hemoglobin terdapat atom besi dalam keadaan tereduksi ( Fe 2+) . Dengan
bantuan Fe2+ ini hemoglobin dpat mengikat oksigen. Hemoglobin yang
mengikat oksigen disebut hemoglobin teroksidasi atau oksihemoglobin
(HBO2 ) , sedang hemoglobin yang sudah melepas oksigen disebut
hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin (deoksiHb )
Peristiwa tersebut dapat dituliskan dengan reaksi sbb :

paru
Hb + O2 < ============= HbO2
jaringan

Atom besi dalam hemoglobin dapat ter oksidasi bila muatan positif atom
besi menjadi 3 + (Fe 3+ ) Hemoglobin dengan besi teroksidasi ( Fe 3+) disebut
hemoglobin ter oksidasi atau methemoglobin (metHb) atau Hb(Fe 3+) .
Dalam keadaan ini hemoglobin tidak dapat lagi mengikat oksigen.
Hemoglobin yang ter oksidasi menjadi methemoglobin akan kehilangan
fungsinya. Perubahan Hb menjadi metHb dapat terjadi karena adanya
senyawa peng oksidasi . Bila ini terjadi dalam tubuh maka dapat timbul
akibat yang fatal, misalnya karena pemberian obat-obatan tertentu
terutama pada orang yang berbakat untuk keadaan tersebut . Selain itu
hemoglobin juga dapat berikatan dengan suatu gas hasil pembakaran tidak
sempurna dari dari suatu bahan bakar yaitu CO (karbon monoksida )
sehingga terbentuk HbCO . Ikatan hemoglobin dan CO ini 200 kali lebih
kuat dari pada ikatan Hb dengan O 2 akibatnya hemoglobin tidak dapat lagi
mengikat membawa dan mendistribusikan O2.
Hemoglobin juga mempunyai sifat seperti enzim peroksidase, ini berarti
hemoglobin dapat mengkatalisis reduksi H 2O2 bila ada suatu reduktor.
Berbeda dengan enzim pada hemoglobin sifat ini tidak hilang setelah
pemanasan. Sifat ini dapat digunakan untuk melacak adanya darah dalam
suatu bahan uji. Sifat seperti peroksidase ini disebabkan oleh adanya
gugus hem dalam hemoglobin.
Sel darah merah seperti sel lainnya akan mengkerut dalam larutan
dengan tekanan osmotic yang lebih tinggi (hipertonik) dari tekanan osmotic
plasma. Dalam larutan dengan tekanan osmotic lebih rendah (hipotonik)
maka SDM akan membengkak karena cairan dari luar sel akan masuk
kedalam sel dan kemudian terjadi lisis membran (hemolisis) . Hemoglobin
dari SDM yang mengalami lisis larut dlam plasma sehingga memberi wrna
merah pada plasma. SDM normal akan mulai mengalami lisis bila

31
dimasukkan dalam NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33 % terjadi lisis
sempurna. SDM juga dapat mengalami lisis oleh obat-obatan . Struktur
membran SDM mengandung lipid be layer , bila SDM dimasukkan dalam
pelarut organic misalnya : eter, toluene, maka membran SDM akan
mengalami lisis karena larutnya lipid membran sehingga hemoglobin
terlepas kedalam pelarutnya.
Hemoglobin dan derivat-derivatnya dapat dibedakan dengan
menggunakan spektroskop, yaitu berdasarkan perbedaan absorpsi warna-
warna tertentu dari cahaya putih. Bila suatu larutan berwarna diletakkan
antara alat tersebut dan sumber cahaya, akan terlihat daerah (pita) hitam
pada spectrum dimana terjadi penyerapan warna tersebut Oksihemoglobin
yang encer menunjukkan 3 pita absorpsi yaitu pita sempit absorpsi cahaya
pada panjang gelombang 578 nm , pita yang lebih lebar pada 542 nm dan
yang ketiga pada panjang gelombang 425 nm.
Hemoglobin tereduksi (deoksihemoglobin) sebaliknya hanya menunjukkan
satu pita absorbsi lebar pada 559 nm. Bila pada darah ditambahkan zat
peng oksidasi akan terbentuk methemoblobin , dalam larutan asam,
methemoglobin mempunyai satu pita absorpsi dengan pusat pada panjang
gelombang 634 nm . Hemoglobin karbon monoksida menunjukkan dua pita
absorpsi yang pertama pada 570 nm yang kedua pada 542 nm.

Tujuan praktikum :
1. Memperlihatkan sifat peroksidase Hb
2. Memperlihatkan Hb dapat mengikat dan melepas O 2
3. Memperlihatkan Hb yang mengikat CO secara kuat tidak dapat
mengikat O2
4. Memperlihatkan besi dalam Hb bila di oksidasi akan menjadi
methemoglobin dan tidak dapat mengikat oksigen lagi.
5. Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipo tonik terhadap
membran sel darah merah
6. Memperlihatkan pengaruh pelarut organic terhadap fragilitas sel
darah merah.
7. Memperlihatkan bahwa Hb dan derivatnya dapat menyerap sebagian
gelombang cahaya putih yang melewatinya.

1.Uji Sel Darah merah terhadap Oksihemoglobin &


deoksihemoglobin

Tujuan :
Membuktikan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO 2
dan senyawa ini dapat terurai kembali deoksi Hb dan O 2

Dasar :

32
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam Hb dapat mengikat dan melepaskan O 2
Dalam lingkungan udara biasa, Hb segera mengikat O 2 menjadi Hb O2
didalam tabung reaksi HbO2 akan melepas O2 pada penambahan pereaksi
Stokes (pereduksi)
Bahan dan pereaksi :
1. Suspensi darah
2. Pereaksi Stokes
3. Larutan Amonium Hidroksida (NH4OH)

Cara kerja :
A. Oksihemoglobin

1. Kedalam tabung reaksi masukkan 2 ml darah dan 6 ml air suling,


campur dengan baik , perhatikan dan catat terbentuknya HbO 2 yang
berwarna merah , kareana bereaksi dengan oksigen
2. Bagilah menjadi 2 tabung masing-masing 4 ml, tabung yang satu
digunakan sebagai kontrol.

B. Pembentukan deoksihemoglobin

1. Pipetkan kedalam tabung reaksi 2 ml pereaksi Stokes dan


tambahkan NH4OH secukupnya untuk melarutkan endapan yang
terbentuk
2. Pada salah satu tabung yang berisi HbO 2 dari percobaan A teteskan
beberapa tetesperekasi Stokes dari percobaan (B 1.) perhatikan dan
catat warna deoksi Hb yang terbentuk dan bandingkan dengan
warna HbO2 dalam tabung yang satu lagi pada percobaan (A. 2.)
(tabung kontrol).

C. Pembentukan kembali HbO2 dari deoksi Hb

1. Kocok kuat-kuat tabung yang berisi deoksi Hb tersebut (hasil


percobaan B.2.)
Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk.
O2 yang di ikat oleh Hb berasal dari udara . De oksigenasi dan re
oksigenasi dapat dilakukan berulang-ulang.

2.Uji karbonmonoksida hemoglobin ( HbCO)

Tujuan percobaan :

Bahwa gas CO, suatu gas hasil pembakaran tidak sempurna dan sangat
berbahaya. Gas ini akan mengikat Hb menjadi HbCO . Warna dari HbCO
lebih terang dari HBO2 sedangkan ikatannya 200 X lebih kuat dan sukar
dilepas kembali.

33
Dasar percobaan :

HbO2 direaksikan dengan gas CO menghasilkan HbCO yang berwarna


merah terang dan CO tidak dapat dilepas dari Hb dengan pereaksi Stokes.

HbO2 + CO <---------------- HbCO + O2

HbCO + Stokes <----------//--- tetap warna merah terang


Td bereaksi

Bahan dan pereaksi :

1. Suspensi darah
2. Sumber gas CO
3. Pereaksi Stokes
4. Larutan NH4OH

Cara Kerja :

1. Campurkan 2 ml darah dengan 6 ml air suling bagi campuran ini


dalam 2 tabung reaksi
2. Ke dalam tabung pertama di alirkan gas CO selama beberapa menit
perhatikan dan catat warna yang terjadi pada tabung satu dan dua
3. Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 ml perekasi Stokes
(yang sudah diberi NH4OH (percobaan 1-B1 ) Perhatikan
bandingkan perubahan warna yang terjadi.

3.Uji Pembentukan Methemoglobin

Tujuan Percobaan :

Bila besi di dalam hemoglobin yang berbentuk ferro (Fe 2+) di oksidasi
menjadi ferri (Fe3+) warna hemoglobin berubah menjadi gelap dan tidak
mampu lagi mengikat oksigen.

Dasar Percobaan :

34
Oksidasi ferro dalam hemoglobin oleh suatu oksidator kalium ferrisianida
K3Fe(CN)6 sehingga terbentuk HbFe3+ atau disebut metHb, seperti reaksi
berikut :

Hb(Fe2+) + 4 K3Fe(CN)6 -------------- > Hb(Fe3+) + 3 K4Fe(CN)6

Hb(Fe3+) + O2 ------// --- tidak ada reaksi

Bahan dan pereaksi :


1. Suspensi darah
2. Larutan K3Fe(CN)6 10% dibuat baru
3. Pereaksi Stokes
4. NH4OH

Cara Percobaan :

1. Campur 1 ml darah dengan 9 ml air suling dalam tabung reaksi, bagi


isi tabung menjadi 2 bagian, masing-masing 5 ml
2. Ke dalam tabung yang pertama , tambahkan beberapa tetes larutan
K3Fe(CN)6 perhatikan dan catat perubahan warna yang terjadi.
3. Kocok tabung kuat-kuat perhatikan dan catat perubahan warna
4. Tambahkan beberapa tetes pereaksi Stokes yang telah diberi
NH4OH (percobaan 1- B 1). Perhatikan apakah ada perubahan
warna , kocok kuat-kuat apakah ada perubahan warna.
5. Tabung ke dua di rendam dalam air hangat ( 40 o C) tambahkan ke
dalam tabung beberapa tetes K3Fe(CN)6 perhatikan perubahan
warna dan gelembung yang terbentuk.

4.Hemolisis sel darah merah

Tujuan percobaan :

Memperlihatkan bahwa membran sel darah merah dapat mengalami lisis


dalam pelarut organic

Dasar Percobaan :

35
Membran sel darah merah (SDM) antara lain mengandung lipid. Bila SDM
dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung pelarut organic, maka
membran lipid akan larut, sehingga terjadi hemolisis.

Bahan dan Pereaksi :

1. Suspensi darah
2. NaCl 0,9%
3. Kloroform
4. Eter
5. Aseton
6. Toluen
7. Alkohol

Cara Percobaan :

1. Kedalam 6 tabung reaksi masing-masing dimasukkan 10 ml NaCl


0,9%
2. Tabung pertama digunakan sebagai kontrol, dan pada ke 5 tabung
lainnya tambahkan masing-masing 2 tetes ; kloroform ; eter ;
aseton ; toluene dan alcohol secara ber urutan.
3. Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah , campur
dengan membaliknya perlahan – lahan, biarkan setengah jam
(jangan di kocok ). Perhatikan warna yang terbentuk pada larutan
bagian atas dan bandingkan dengan kontrol.

5.Pengaruh pelarut kimia terhadap membran sel darah


merah

Tujuan Percobaan :

Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonik terhadap membran sel


darah merah

Dasar Percobaan :

36
SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan hipertonik terhadap
tekanan osmotic plasma. Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel
akan masuk ke dalam sel sehingga SDM akan membengkak , dan akhirnya
terjadi hemolisis. Hemoglobin dalam SDM akan larut dalam larutan,
sehingga memberi warna merah jernih pada larutan.

Bahan dan Pereaksi :

1. Suspensi darah
2. NaCl 2%

Cara Percobaan :

1. Kedalam 10 tabung reaksi isikan campuran sebagai berikut :

Nomor tabung Air suling (ml) NaCl 2% (ml) % NaCl


1 10 0 0
2. 9 1 ...
3. 8 2 ...
4 7,5 2,5 ...
5 7 3
6. 6,5 3,5 …
7 6 4 ....
8 5,5 4,5 …
9 5 5 …
10 4,5 5,5 ……

2. Campur dengan baik


3. Tambahkan 2 tetes suspensi darah ke dalam setiap tabung dan
campur dengan membalikanya perlahan-lahan, diamkan selama 1
jam.
4. Perhatikan dan catat derajat hemolisis apad tiap-tiap tabung
reaksi ???

Pertanyaan :
1. Peristiwa faal apa yang ditiru pada percobaan Uji oksiHB dan
deoksiHb
2. Apa yang terjadi bila orang keracunan gas CO
3. Suspensi darah ditambah beberapa tetes K 3Fe(CN)6 di kocok kuat
dan berdasarkan warna yang terbentuk apakah HbO 2 dapat
terbentuk kembali? Jelaskan
4. Apakah yang dimaksud hemolisis
5. Berapakah retensi osmotic minimum SDM??

Catatan :

37
Pereaksi Stokes : cara buat, larutkan 20 g FeSO4 (ferro sulfat) dan 30 g
asam tartrat dalam air encerkan sampai 1000 ml. Bila hendak dipakai,
ambil 5 ml dan tambahkan ammonium hidroksida sampai endapan yang
terbentuk larut kembali.

PRAKTIKUM DARAH KUANTITATIF

PENDAHULUAN :

Analisa kuantitatif darah berguna untuk mengtahui fungsi tubuh pada


keadaan sehat dan atau pada keadaan sakit, karena berbagai komposisi
cairan tubuh termasuk darah akan mengalami perubahan.

38
Faktor yang mempengaruhi komposisi kimia darah pada suatu penyakit
secara umum dibagi menjadi fisik dan metabolic. Faktor fisik antara lain
retensi, dapat terjadi akibat perubahan atau kerusakan membran
permeable seperti paru-paru, ginjal atau hati contohnya akumulasi nitrogen
akibat nefritis dan obstruksi saluran empedu oleh batu empedu akan
mengakibatkan hiperkolesterolemia. Pada gangguan metabolisme terjadi
juga perubahan kimia darah, misalnya peningkatan glukosa darah akibat
diabetesmelitus.Dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kimia darah
dilakukan bila ada bila ada persangkaan gangguan pada proses
pembentukan, pemanfaatan dan eliminasi , faktor fisik dan metabolic
kadang-kadang tidak dapat dipisahkan, seperti terlihat pada penyakit ginjal.
Pada analisis kuantitatif darah, protein dapat dapat mengganggu terutama
pada analisis senyawa yang mengandung nitrogen amin atau amida serta
reaksi yang melibatkan reduksi atau oksidasi ion metal. Sebelum analisis
dilakukan, protein darah harus dipisahkan terlebih dahulu dengan
pengendapan. Pengendapan protein antara lain dengan asam tungstat,
seng hidroksida dan asam triklor asetat, tergantung keperluannya.

Protein
A major component of foods. It is digested firstly in the stomach, and then in the duodenum to
dipeptides and amino acid.
Absorbed using symport active transport with sodium.
Stored in liver and muscles

Protein synthesis -The synthesis of new proteins is very important during growth. In adults new
protein synthesis is directed towards replacement of proteins as they are constantly turned over.
synthesis of a variety of other compounds - Examples of compounds synthesized from amino
acids include purines and pyrimidines (components of nucleotides), catecholamines (adrenaline
and noradrenalin) & neurotransmitters (serotonin)

as a biological fuel - About 10% of energy production in humans is from amino acids
The first step in amino acid catabolism is the removal of the nitrogen (the amino group).
Once the amino groups have all been "collected" in the form of the one amino acid, glutamate,
this amino acid has its amino group removed (termed "oxidative deamination"). This reaction
reforms alpha-ketoglutarate with the other product being ammonia (NH4 +).
Ammonia is toxic to the nervous system and its accumulation rapidly causes death. Therefore it
must be detoxified to a form which can be readily removed from the body. Ammonia is
converted to urea, which is water soluble and is readily excreted via the kidneys in urine

1. Pembuatan filtrat darah bebas protein

A. Metode Folin – Wu

Dasar :
Protein akan mengendap pada penambahan asam tungstat, filtrat ini
dipakai untuk berbagai pemeriksaan seperti kadar glukosa darah, urea,
kreatinin, asam amino dan klorida.

Bahan dan pereaksi :

1. Darah

39
2. Akuadest
3. Larutan Natrium tungstat 10%
4. Larutan asam sulfat 2/3 N

Cara :

1. Pipetkan 7 ml akuadest kedalam labu Erlenmeyer 125 ml yang


kering
2. Tambahkan 1 ml darah , goyang labu dengan perlahan agar terjadi
hemolisis lengkap.
3. Tambahkan 1 ml larutan Na tungstat 10% campur dengan
menggoyang labu
4. Tambahkan 1 ml larutan asam sulfat 2/3N secara tetes demi tetes
sambil terus menggoyang labu , tidak boleh terbentuk gelembung-
gelembung.
5. Tutup labu Erlenmeyer dan goyangkan labu dan kemudian diamkan
labu selama 10 menit campuran akan berwarna coklat.
6. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrat jernih yang keluar
di tampung
7. Uji filtrat dengan Uji biuret.

B. Metode Somogyi

Dasar :

Protein darah akan mengendap pada penambahan seng hidroksida, filtrat


ini khusus untuk uji kadar glukosa dan urea

Bahan dan pereaksi :

1. Darah
2. Akuadest
3. Larutan barium hidroksida 0,3 N
4. Larutan seng sulfat 5%

Cara :

1. Pipetkan 15 ml akuadest ke dalam labu Erlenmeyer yang kering 125


ml
2. Tambahkan 1 ml darah , goyang agar terjadi hemolisis lengkap
3. Tambahkan 2 ml Tambahkan 2 ml larutan Ba-hidroksida 0,3 N,
campur dengan baik
4. Tambahkan 2 ml larutan seng sulfat 5% campur dengan baik, tidak
boleh terbentuk gelembung-gelembung .
5. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrat jernih yang keluar
ditampung
6. Uji filtrat dengan biuret.

40
C. Metode asam triklorasetat (TCA)

Dasar :

Protein darah akan mengendap pada penambahan larutan TCA.

Bahan dan pereaksi :

1. Darah
2. Asam triklorasetat (TCA) 5%
3. Labu Erlenmeyer 125 ml

Cara :

1. Pipetkan 10 ml TCA 5% dalamerlenmeyer 125 ml


2. Tambahkan 0,5 ml darah atau serum , campur baik-baik dengan cara
menggoyang(jangan di kocok)
3. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrat yang keluar di
tampung dalam tabung reaksi
4. Uji filtrat dengan biuret.

2. Penetapan gula darah

A. Metode Folin - Wu

Dasar Percobaan :

Filtrat darah bebas protein dipanaskan dalam larutan tembaga alkalis akan
menghasilkan kupro oksida (Cu2O). Kemudian Cu2O direaksikan dengan
asam fosfomolibdate yang akan menghasilkan warna biru yang dapat
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Nilai serapan yang diperoleh dibandingkan dengan standar.

Bahan dan pereaksi :

1. Filtrat darah Folin – Wu


2. Larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga
sulfat, dan asam tartrat

41
3. Pereaksi fosfomolibdate mengandung asam molibdate dan natrium
tungstat
4. Larutan standar glukosa 0,1 mg/ml

Cara :
=========================================================
Penambahan (ml) Tabung Folin – Wu
1 2 3 4 5 (blangko)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Filtrat darah -- -- -- 2,0 2,0
Standar Glukosa -- 2,0 2,0 -- --
Akuadest 2,0 -- -- -- --
Perekasi Tembaga 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 alkalis

Campur dengan baik dengan menggoyang tabung, letakkan tabung dalam


penangas air mendidih selama 8 menit, kemudian dinginkan dalam es
selama 3 menit.

Asam fosfomolibdate 2,0 2,0 2,0 2, 2,0

Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O , kemudian


encerkan sampai 25,0 ml dengan akuadest, baca absorbansinya
(serapannya) pada 420 nm
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Serapan pada 420 nm …. …. … … …
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Cara penghitungan :

Au - AB 100
Kadar gual darah (mg/dl) = --------------- X 0,2 X --------
As - AB 0,2

Au : Absorbansi Zat Uji


As : Absorbansi Zat Standar
AB: Absorbansi Blangko

Hasil Percobaan secara duplo dirata-rata

B. Metode Asatoor dan King

Dasar :

42
Penentuan ini menggunakan sifat glukosa yang dapat mereduksi,. Darah
dimasukkan dalam larutan Na sulfat-Cu sulfat isotonic agar glukosa tidak
mudah mengalami glukolisis. Disini dilakukan penambahan CuSO 4 kedalam
larutan Na sulfat – Cu sulfat isotonic sehingga tidak diperlukan lagi
penambahan-penambahan CuSO4 .

Bahan dan alat :

1. Larutan Na sulfat – Cu sulfat isotonic ,


Na2SO4 10 H2O 30 g + CuSO4 5 H2O 6 g dalam akuadest hingga 1
liter
2. Larutan Na tungstat 10%
Na2WO42 H2O 10 g dilarutkan dalam akuadest, kemudian diencerkan
hingga 100 ml
3. Larutan tartrat alkalik,
4. Reagen asam fosfomolibdate
5. Larutan standar glukosa 1 mg/ml
6. Larutan standar kerja

Cara :

2. Kedalam 3,8 ml larutan Na sulfat – Cu sulfat isotonic dimasukkan


0,1 ml darah, dicampur kemudian, ditambahkan 0,1 ml larutan Na
tungstat 10%, dicampur lalu di sentrifuga
3. Ke dalam 1 ml supernatan ditambahkan 1 ml larutan tartrat alkalik ,
tabung di tutup dengan kapas, tabung dimasukkan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit, kemudian dinginkan dan ditambah :
3 ml larutan asam fosfomolibdate dan 3 ml akuadest
4. Campur baik-baik sesudah 5 menit warna yang timbul dibaca
dengan spektrofotometer pada 680 nm
5. Disiapkan juga 2 tabung untuk campuran yang dibuat masing-
masing dari :
a. 1 ml larutan standar kerja
b. 1 ml larutan Na sulfat – Cu sulfat isotonic untuk blangko yang
diperlakukan sama seperti filtrat sample.
7. Campuran blanko digunakan untuk memperoleh titik nol
spektrofotmeter.

Penghitungan :

OD sample 100
------------- X ------ X kadar standar = … mg glokosa/100 ml darah
OD satandar 0,025

Sample mengandung 0,025 ml darah(0,1 ml dalam 4 ml, kemudian diambil


1 ml supernatan).

Catatan : Metode ini dapat digunakan untuk kadar glukosa darah sampai
300 mg/100 ml darah , bila kadar lebih dari itu maka filtrat yang

43
diperlakukan dikurangi, kemudian volume dijadikan 1 ml dengan Na sulfat-
Cu sulfat, darah dalam keadaan ini tahan sampai 24 jam. ( Dawiesah,
1988) dalam PAU UGM.

Penentuan lainnya : Nelson-Somogyi, metode ferrisianida, titrimetri pada


hasil harus disebut metode yang digunakan karena bisa berbeda hasil

3. Kadar urea darah dengan DAM

Dasar :

Urea dalam suasana asam bereaksi dengan di asetil monoksim (DAM) dan
dengan katalisator kation akan membentuk senyawa turunan diazin yang
menyerap warna pada panjang gelombang 525 nm. Penambahan
thiosemikarbasida pada pereaksi akan meningkatkan intensitas warna yang
terbentuk dan mengurangi kepekaan senyawa turunan diazin terhadap
cahaya.

Bahan dan pereaksi :

1. Darah atau serum


2. TCA 5%
3. Larutan katalisator,
Dalam 1 liter mengandung FeCl3 1,6 M, thiosemikarbasida 5 mM,
H2SO4 1,3 M dan H3PO4 4 M
4. Larutan DAM 140 mM/liter
5. Larutan standar urea 40 mg/100 ml

Cara :

1. Deproteinisasi darah atau serum

Penambahan(ml) Tabung sentrifugasi


1 2
Larutan TCA 5% 6,0 6,0
Serum atau darah 0,3 --
Larutan standar -- 0,3
Campur dengan baik, kemudian sentrifugasi selama 5 menit, gunakan
supernatan untuk prosedur selanjutnya

2.Pengukuran kadar urea : siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering

Penambahan(ml) Tabung
1(blangko) 2 3 4 5
Akuadest 0,2 -- -- -- --
Larutan supernatan serum TCA -- 0,2 0,2 -- --

44
Larutan supernatan standar TCA -- -- -- 0,2 0,2
Larutan katalisator 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Larutan DAM 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

Campur dengan baik, kemudian diletakkan dalam penangas air mendidih


selama 6 menit tepat, Angkat dari penangas dan diamkan 10 menit pada
suhu ruangan, baca absorbansi pada 525 nm
Catatan : warna yang terbentuk cepat memucat, sehingga pembacaan
harus dilakukan dengan cepat.

Penghitungan :

Au - Ab
Kadar urea serum = ------------ X 40 = ………mg/dl
As - Ab

Ab = absorbansi blangko
As = absorbansi standar
Au = absorbansi uji/sample

Diperiksa secara duplo : hasil dirata-rata

45
EMPEDU

Teori :

Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kandung


empedu sebelum dikeluarkan ke duodenum, diperkirakan hati
menghasilkan 500 – 1000 ml empedu per hari.

Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan


pada udara terbuka maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan
coklat karena pigmen empedu ter oksidasi. Empedu bereaksi alkalis (pH
7,8 – 8,6). Kandungan empe4du yang penting antara lain adalah garam-
garam empedu, pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-
garam anorganik. Empedu tidak mengandung protein kecuali musin, yang
di sekresi oleh dinding kandung empedu, dan sejumlah kecil enzim seperti
fosfatase alkali.

Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan-


bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu, sedangkan yang di
ekskresi misalnya pigmen empedu dan kolesterol.

Asam-asam empedu utama dalam empedu manusia adalah asam kolat


dan asam kanodeoksikolat. Asam empedu mengaktifkan lipase dan
mempengaruhi emulsifikasi lipid, yang diperlukan untuk hidrolisis dan
absorpsi lipid, selain itu asam empedu juga penting untuk penyerapan
kolesterol dan pembentukan ester kolesterol.

Garam-garam empedu membantu pencernaan dan penyerapan lemak


serta vitamin-vitamin yang larut dalam lemak ( vitamin A D E K ), aktivitas
ini melalui 2 cara :
a. Garam empedu menurunkan tegangan permukaan dan
meningkatkan emulsifikasi lemak sehingga mudah dicernakan
oleh lipase.
b. Garam mepedu berikatan dengan asam lemak membentuk
suatu komplek yang lebih mudah larut dan diserap.

Pigmen-pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme


hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel-sel darah merah oleh
system retikuloendotelial dari hati, limpa dan sumsum tulang. Pigmen
empedu yang utama adalah biliverdin yang berwarna hijau, dan bilirubin

46
yang berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi dari pigmen empedu
oleh berbagai reaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna
misalnya mesobiliverdin (berwarna hijau hingga biru), mesobilirubin
(berwarna kuning) dan mesobilisianin (berwarna biru hingga ungu).

Tujuan Praktikum :

Untuk mempelajari sifat-sifat dan susunan empedu.

1. Sifat empedu

Tujuan :

Mengetahui warna, bau, konsistensi dan pH empedu.

Bahan dan alat :

1. Empedu kental
2. Gelas kimia
3. Batang pengaduk
4. Kertas indicator

Cara :
Dalam gelas kimia masukkan sedikit empedu asli
Periksa : warna empedu, Bau, Konsistensi, pH (dengan kertas indicator pH)

2.Uji Gmelin

Tujuan :

Membuktikan adanya pigmen empedu

Dasar reaksi :

Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan menghasilkan


senyawa hasil oksidasi yang berwarna

Bahan dan alat :

1. Larutan empedu encer


2. Larutan asam nitrat pekat
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetric

Cara :

1. Masukkan 3 ml asam nitrat pekat dalam tabung reaksi

47
2. Miringkan tabung reaksi, dengan pipet alirkan secara hati-hati 3 ml
larutan empedu encer melalui dinding tabung sehingga kedua
larutan tidak bercampur
3. Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan kedua cairan

3.Uji Pettenkofer

Tujuan :

Membuktikan adanya asam empedu

Dasar percobaan :

Asam asam empedu yang terdapat dalam empedu terutama sebagai garam
empedu, merupakan senyawa aromatik komplek, Asam empedu bereaksi
dengan furfural (yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan
karbohidrat) membentuk turunan yang berwarna.

Bahan dan alat :

1. Larutan asam empedu encer


2. Larutan sukrosa 5%
3. Asam sulfat pekat dalam buret
4. Tabung reaksi
5. Pipet volumetric
6. Pipet tetes

Cara :

1. Masukkan 5 ml larutan empedu encer dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5%
3. Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 3 ml asam
sulfat pekat melalui dinding tabung sehingga membentuk 2 lapisan
cairan, perhatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan antara 2
lapisan

48
4. Fungsi empedu sebagai emulgator

Tujuan :

Membuktikan empedu bersifat sebagai emulgator (bahan penstabil emulsi)

Dasar :

Emulsi adalah suatu suspensi metastabil yang terbentuk dari 2 atau lebih
zat cair yang tidak dapat larut satu sama lain. Untuk menstabilkan
dibutuhkan emulgator yang berguna untuk menurunkan tegangan
permukaan antar kedua fase cairan . Garam empedu dapat menurunkan
tegangan permukaan sehingga ia berperan pada proses emulsifikasi lemak
dalam usus.

Bahan dan alat :

1. Larutan empedu encer


2. Minyak goring
3. Air suling
4. Tabung reaksi

Cara :

1. Sediakan 2 tabung reaksi, pada masing-masing tabung masukkan 3


ml air suling
2. Pada kedua tabung tambahkan 1 tetes minyak
3. Pada tabung pertama tambahkan 3 ml air
4. Pada tabung kedua tambahkan 3 ml larutan empedu encer
5. Kocok kedua tabung, catat dan perhatikan bentuk kedua emulsi
dalam tabung

49
PRAKTIKUM CAIRAN TUBUH
SALIVA ( AIR LIUR )

TEORI :

Air liur (saliva) di sekresi oleh 3 pasang kelenjar besar yaitu : parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis
yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah. Sedang air
liur submaksilaris dapat kental maupun encer tergantung pada rangsang
simpatis atau parasimpatis, air liur sublingualis mengandung banyak musin.
Selain itu air liur juga di sekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa
mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari
kelenjar dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan local dalam mulut
atau oleh perangsangan pusat akibat rangsang psikis atau somatic.

Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk
membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah ditelan. Air liur juga
merupakan tempat ekskresi obat – obatan tertentu seperti alcohol dan
morfin.

Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar 2/3 dari bahan yang
terlarut dalam air liur merupakan bahan organic dan 1/3 nya merupakan
bahan anorganik. Komponen anorganik dalam air liur antara lain adalah
Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Fosfat dan Bikarbonat. Sedang
kandungan senyawa organic dalam air liur terdiri atas musin dan enzim
amilase, bahan organic lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit adalah
urea, kolesterol, hormon-hormon tertentu dll. Saliva juga mengandung
berbagai macam sel seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.

pH air liur antara 5,6 – 7,6 biasanya pH mendekati 6,8. Pada saat
makan pH meningkat dan sesudah makan pH akan turun.

Air liur dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar enzim


amilase, lizozim, fosfatase asam, aldolase dan kolinesterase. Namun yang
penting untuk proses fisiologis tubuh adalah amilase dan lizozim.

50
Amilase air liur juga disebut ptyalin. Amilase bekerja mengkatalisis
pencernaan pati menjadi dekstrin (amilodekstrin, eritrodekstrin dan
akrodekstrin) dan maltosa dengan dengan hidrolisis ikatan glukosidik alfa
1,4 pati.
Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga
pencernaan air liur segera terhenti setelah makanan berada dalam suasana
asam lambung.

Tujuan Praktikum :

Untuk mempelajari sifat dan susunan air liur

Macam Percobaan :

Pengumpulan air liur . Untuk percobaan air liur ini tiap mahasiswa
mengumpulkan air liurnya sendiri kira-kira 20 ml dalam sebuah gelas kimia.
Untuk merangsang sekresi air liur kunyahlah sepotong paraffin (lilin) yang
telah disediakan. Kemudian saringlah sebagian air liur tersebut.

AIR LIUR YANG TIDAK DISARING :

1. Penetapan pH air liur

Tujuan :

Menetapkan pH air liur sewaktu

Dasar :

Pada kisaran pH tertentu suatu indicator akan memberikan perubahan


warna sesuai dengan kadar H+ dalam larutan yang diperiksa.

Bahan dan alat :

1. Air liur yang tidak disaring


2. Indikator universal

Cara :

1. Celupkan sepotong indicator universal ke dalam air liur yang tidak


disaring
2. Cocokan warna indicator tsb pada standar warna pH untuk indicator
tsb. Tentukan pH nya

2. Uji Biuret

51
Tujuan :

Membuktikan adanya senyawa dengan ikatan peptida ( protein ) dalam air


liur secara kualitatif

Dasar :

Biuret adalah senyawa yang terbentuk dengan 2 ikatan peptida yang


terbentuk pada pemanasan urea.
Reaksi biuret adalah reaksi terhadap adanya paling sedikit 2 ikatan peptida.
Reaksi biuret (larutan CuSO4 alkalis) terdiri atas larutan NaOH dan larutan
CuSO4 . Cu pada larutan alkalis bereaksi dengan protein membentuk suatu
komplek koordinasi antara ion Cu 2+ dengan gugus C=O dan N-H pada
ikatan peptida . Komplek tsb memberi warna lembayung.
Semua zat dengan 2 atau lebih ikatan peptida memberi reaksi positif. Zat –
zat lain yang mengandung gugus karbamil (-CONH) seperti –CSBH 2 ,
-C(NH)NH2 atau –CH2NH2 juga memberi rekasi yang sama.

Bahan dan alat :

1. Air liur yang tidak di saring


2. Larutan NaOH 10%
3. Larutan CuSO4
4. Tabung reaksi
5. Pipet volumetric
6. Pipet tetes

Cara :

1. Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 2 ml NaOH 10 % campur dengan baik
3. Tambahkan 1 tetes larutan CuSO4 . Campur dengan baik, bila belum
terbentuk warna lembayung tambahkan lagi 1 tetes CuSO 4 hingga
maksimum 10 tetes.

3. Uji Millon

Tujuan :

mengidentifikasi asam amino tirosin secara kualitatif

Dasar :

Tirosin yang merupakan asam amino yang mengandung gugus hidroksi


fenil (fenol) akan mengalami nitrasi dengan pereaksi Millon yang
mengandung ion-ion merkuri/merkuro dalam asam nitrat/nitrit membentuk
warna merah .

52
Bahan dan alat :
1. Air liur yang tidak di saring
2. Pereaksi Millon terdiri atas 100 g merkuri dalam 140 ml asam nitrat
pekat , dan di
Encerkan dengan air sampai volumenya 3 X
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetric
5. Pipet tetes
6. Penangas air
7. Gelas kimia
Cara :

1. Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 2 – 3 tetes perekasi Millon, campur dengan baik
3. Panaskan hingga terbentuk warna merah

4. Uji Molisch

Tujuan :

Membuktikan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif

Dasar :

Reaksi ini disebabkan oleh daya dehidrasi asam anorganik pekat terhadap
karbohidrat, membentuk furfural atau turunannya seperti hidroksi metil
furfural. Pereaksi Molisch yang terdiri atas alfa naftol akan bereaksi dengan
furfural membentuk senyawa ungu.

Bahan dan alat :

1. Air liur yang tidak di saring


2. Pereaksi Molisch yang terdiri dari 25 g alfa naftol dalam alcohol 95
% sampai 500 ml dan dibuat baru setiap kali praktikum
3. Asam sulfat pekat dalam buret
4. Tabung reaksi
5. Pipet volumetric
6. Pipet tetes

Cara :

1. Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch, campur dengan baik
3. Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 2ml asam
sulfat pekat dari buret melalui dinding tabung hingga tidak
bercampur.
4. Reaksi positif ditandai dengan pembentukan cincin berwarna ungu
pada batas antar kedua lapisan

53
A. AIR LIUR YANG DI SARING

1. Uji Presipitasi

Tujuan :

Membuktikan adanya musin dalam air liur

Dasar :

Protein dapat dipresipitasi oleh asam asetat

Bahan dan alat :

1. Air liur yang di saring


2. Asam asetat encer
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetric
5. Pipet tetes

Cara :

1. Masukkan 2 ml air liur yang disaring ke dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 1 tetes asam asetat encer. Campiur dengan baik
3. Perhatikan apakah presipitasi amorf terbentuk

1. Uji Sulfat

Tujuan :

Membuktikan adanya sulfat dalam air liur

Dasar :

Ion sulfat dalam suasana asam dapat di endapkan oleh Barium

54
Bahan dan alat :

1. Air liur yang di saring


2. Asam klorida encer
3. Larutan BaCl2 2%
4. Tabung reaksi
5. Pipet volumetric
6. Pipet tetes

Cara :

1. Masukkan 1 ml air liur yang disaring dalam tabung reaksi


2. Tambahkan 3 – 5 tetes HCl
3. Tambahkan 5 – 10 tetes BaCl2 2% campur dengan baik
4. Perhatikan dan catat apa ada endapan putih dari barium sulfat.

2. Uji Fosfat

Tujuan :

Membuktikan adanya fosfat dalam air liur

Dasar :

Fosfat bereaksi dengan asam molibdate membentuk asam fosfomolibdate,


dengan penambahan bahan pereduksi yang sesuai, asam fosfomolibdate di
reduksi sehingga memberikan warna biru tua (biru molybdenum)

Bahan dan alat :


1. Air liur yang disaring
2. Larutan urea 10 %
3. Pereaksi molibdate spesial
4. Larutan FeSO4 spesial
5. Tabung reaksi
6. Pipet volumetric
7. Pipet tetes

Cara :
1. Masukkan 1 ml air liur yang di saring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml larutan urea 10% dan 10 ml larutan molibdate
spesial, campur dengan baik
3. Tambahkan 1 ml Larutan FeSO4 spesial, campur dengan baik
4. Warna biru bertambah nyata setelah dibiarkan, nyatakan adanya
orthofosfat

Soal :

55
1. Tulis reaksi kimia Biuret
2. Tulis reaksi pembentukan : furfural dan 5 hidroksimetil furfural

56

Anda mungkin juga menyukai